SKRIPSI
Oleh:
IRMA SCHELLY M. SIMANJUNTAK
NIM. 042019016
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui
Ketua Program StudiNers
Mengesahkan
Ketua Program StudiNers
(iv + 41 + Lampiran)
(iv + 41 + Attachments)
Meeting the spiritual needs of almost all patients needs and is a basic need for the
sick, because spiritual needs include an effort to improve personal integrity,
interpersonal relationships in the search for the meaning of life, spiritual or
spiritual strength that can generate confidence and optimism in the healing
process. This study aims to determine the description of the Patients' Spiritual
Needs Fulfillment at Santa Elisabeth Hospital Medan in 2021. This type of
research is quantitative with a descriptive design. Population, 110 patients in the
hospitalized room, namely room St. Elisabeth (EA), St. Francis (FA), ICU, St.
Ignatius, St. Maria, St. Marta, St. Laura, St. Melania, St. Theresia. Sampling
technique: purposive sampling. The results of this study indicate that the spiritual
needs of patients in the inpatient room of Santa Elisabeth Hospital Medan, with
the fulfilled category of 39 (98.3%), and 1 person (1.7%) in the unmet category, it
can be concluded that that most of the spirituality needs of the patient are met,
through service, the closeness of the patient to God, the environment and the very
supportive facilities and infrastructure so that the patient feels not alone.
Therefore, it is hoped that the hospital will maintain these good spiritual values by
continuing to improve the spiritual service system in accordance with the
Hospital's Vision and Mission.
Bibliography (2011-2019)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
Skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dukungan dan
semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
banyak kepada:
1. Mestiana Br. Karo, M.Kep., DNSc selaku ketua STIKes Santa Elisabeth
Elisabeth Medan yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melaksanakan
3. Samfriati Sinurat, S.Kep., Ns., MAN selaku ketua Program Studi Ners STIKes
7. Seluruh karyawan diruangan rawat inap Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan yang memberikan saran dan motivasi serta partisipasi kepada peneliti
kasih sayang yang telah diberikan sampai penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan baik.
Seluruh teman-teman Program Studi Jalur Transfer tahun 2019 yang selalu
berjuang bersama dan berbagi pengetahuan, suka dan duka selama sampai dengan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sehingga menjadi bahan
masukan penulis untuk masa yang akan datang, khususnya bidang pengetahuan
ilmu keperawatan.
Peneliti
Halaman
SAMPUL DEPAN........................................................................................... i
SAMPUL DALAM......................................................................................... ii
PERSETUJUAN............................................................................................. iii
PENGESAHAN............................................................................................... iv
ABSTRAK....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 5
1.3. Tujuan.......................................................................................... 5
1.3.1. Tujuan umum..................................................................... 5
1.3.2. Tujuan khusus.................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................... 5
1.4.1. Manfaat Teoritis................................................................ 5
1.4.2. Manfaat Praktisi................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Surat Ijin Penelitian
2. Surat Selesai Melakukan Penelitian
3. Informed Consent
4. Kuesioner
5. Lembar Konsultasi
Halaman
Bagan3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Pemenuhan Kebutuhan
Spritual Pasien di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2021............................................................................................. 24
Halaman
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Pemenuhan Kebutuhan Spritual Pasien di
RumahSakitSantaElisabethMedanTahun2021............................. 28
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernyataan Pemenuhan
Kebutuhan Spritual Pasien di Rumah Sakit Santa Elisabeth........ 37
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spritual Pasien di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021....................... 38
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2021................... 40
BAB 1
PENDAHULUAN
(Azizah,2010).
kekuatan spirit atau kerohanian dan dapat membangkitkan rasa percaya diri,
kompleks, dan berbeda satu dengan lainnya yang terdiri dari dimensi
komprehensif dengan memenuhi kebutuhan dasar pasien secara holistic yaitu bio-
akan makna, tujuan, harapan hidup, hubungan dengan Tuhan, kewajiban agama,
Spiritualitas juga berkaitan dengan kualitas hidup dan penting selama periode
meyakini kesehatan spiritual sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan 44%
(Hidayat, 2014), kurang training ketika dalam masa pendidikan atau pada saat
telah bekerja (Ayu, 2014). Asuhan keperawatan spiritual akan terlaksana jika
spirit atau kerohanian dalam pemulihan fisik berkaitan erat dengan sikap mental
spiritual adalah menciptakan tempat yang aman, nyaman agar pasien merasa
sudah ditemukan bahwa sarana pelayanan spiritual bagi keluarga dan pasien yang
sedang dirawat diruang internis maupun intensif. Hal ini dapat dilihat dari sarana
yang tersedia pada pelayanan spiritual seperti adanya tim pastoral care, tempat
beribadah (Kapel, Mushola), bacaan sabda Ilahi dan renungan yang dapat
didengarkan lewat mikrofon di setiap ruangan. Selain itu juga terdapat taman doa
kehadiran para biarawaan/i yang ikut ambil bagian sebagai perawat dan dokter di
ruangan internis dan di ruangan intensif. Sarana dan prasarana yang sudah ada
dalam pelayanan spiritual ini masih belum terpenuhi untuk semua agama seperti
tempat beribadah untuk agama Hindu dan Budha. Pelayanan dari pemimpin
agama diluar agama katolik masih harus didatangkan dari luar rumah sakit, tempat
beribadah bagi kaum muslim masih tergolong kecil dan jauh dari ruang intensif.
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ditujukan untuk semua pasien dan keluarga
pasien belum dapat memberikan pemenuhan yang baik untuk beberapa pasien,
karena masih ada beberapa pasien yang terkadang merasa putus asa akan
sudah ditanyakan ada 12 orang yang merasa putus asa dengan keadaan dan
kondisi yang dialaminya. Terkadang pasien tidak menerima dengan keadaan yang
dialaminya. Pelayanan spiritualitas ini tentu akan menjadi sumber yang efektif
untuk mengatasi dan mengurangi rasa kecemasan yang berlebihan pada pasien
dan keluarga pasien yang dirawat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
pasien. Nilai dan keyakinan agama tidak dapat dengan mudah dievaluasi.
fisik yang luar biasa karena memiliki keyakinan yang kuat (Wahyuni, 2014).
Berdasarkan latar belakang dan data yang telah di kumpulkan maka peneliti
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
1.3.2.Tujuan Khusus
alam/lingkungan
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Teoritis
1.4.2.Manfaat Praktis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi
Spiritual Istilah “spiritual” berasal dari kata Latin yaitu “spiritus”, yang
diri sendiri), interpersonal (hubungan antar orang lain dan lingkungan) dan
kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta
kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan
harapan dan kepercayaan pada Tuhan serta kebutuhan untuk menjalankan Agama
yang dianut, kebutuhan untuk dicintai dan diampuni oleh Tuhan yang seluruhnya
kebutuhan holistik pasien sebagai makhluk yang utuh dan unik (Hamid, 2015).
arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan Tuhan,
Menurut Hasan (2018), hubungan dengan Tuhan yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta dapat ditinjau dari hal agama seperti halnya dengan melaksanakan:
b. Berdoa
c. Meditasi
Selain itu doa dan ritual agama dapat membangkitkan harapan dan rasa
percaya diri pada seseorang yang sedang sakit yang dapat meningkatkan imunitas
dari:
b. Sikap (percaya pada diri sendiri percaya pada kehidupan atau masa depan,
sekitar. Selain itu memahami tentang tanaman, pohon, margasatwa dan iklim.
meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Selain itu menjalin
hubungan fositif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih
serta merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui harapan, maka
hubungan yang baik dengan Allah dan hubungan dengan manusia (Hasan, 2018).
Spiritual berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu. Pada
saat stres individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan
belum pasti. Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek
( 2014), pada pasien yang dirawat di suatu rumah sakit yang diberikan pemenuhan
penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Dalam hal ini bahwa spiritual
berperan penting dalam penyembuhan pasien dari penyakit. Selain itu, spiritual
sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup individu menjadi lebih baik .
(Winarti, 2016).
menjalani kehidupan dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan
seseorang, intisari dari mahkluk hidup yang meresap kedalam seluruh kehidupan,
serta berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan alam. Agama
2018).
berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Azizah (2010) Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali
secara umum yaitu aplikasi agama (partisipasi dalam kegiatan agama), keyakinan
koping), nilai spiritual (mempengaruhi tujuan dan arti hidup dan kematian,
penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya
perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari
pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset
keperawatan.
menjadi kebutuhan pasien. Pengkajian ini dapat dilakukan bila pasien mampu
subjektif empat area yaitu konsep tentang Tuhan dan Ketuhanan, sumber harapan
dan kekuatan, praktik agama dan ritual serta hubungan antara keyakinan spiritual
dan kondisi kesehatan. Pada data objektif perawat perlu mengobservasi afek dan
sikap (misalnya kesepian, marah, depresi, cemas, apatis), perilaku klien (berdoa,
membaca kitab suci, mengeluh tidak dapat tidur, dan lain-lain), verbalisasi (yaitu
apakah apakah pasien menyebut Tuhan, minta dikunjungi oleh tokoh agama,
eksppresi rasa takut mati, konflik bating, arti keberadaan di dunia dan
Menurut Selly (2018), pengkajian spiritual pasien dimulai dari pasien atau
interaksi pasien dengan perawat, keluarga dan pengunjung lainnya, pola tidur,
gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman,
berasal dari dalam diri klien.Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang
berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembetukan lingkungan yang aman,
yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang disadari maupun yang tidak
sistem terbuka (meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy,
egentropy dan stabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem
klien (meluputi lima variable klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis
kesehatan dan kematian, tiap orang akan menunjukkan respon yang berbeda-beda.
Agama merupakan aspek penting yang dimiliki seseorang, karena agama mampu
karena sejalan dengan teori perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap
kesehatan akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini
sejalan dengan temuan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak
100% lansia beragama islam, sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara
rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada
dilingkungannya.
2. Diagnosa keperawatan
a. Spiritual pain
pasien merasa hampa karena selama hidupnya tidak sesuai dengan yang Tuhan
kesepian atau merasa Tuhan menjauhi dirinya. Pasien dengan penyakit kronis
merasa frustasi sehingga bertanya: dimana Tuhan ketika saya butuh Dia hadir?
Dibuktikan dengan ekspresi takut akan siksaan dan hukuman Tuhan, takut
Tuhan tidak peduli, takut Tuhan tidak menyukai tingkah lakunya. Beberapa
Pasien mengatakan bahwa dia telah gagal melakukan hal-hal yang seharusnya
dia lakukan dalam hidupnya atau mengakui telah melakukan hal-hal yang
Kehilangan sering diartikan dengan depresi, merasa tidak berguna dan tidak
berdaya.
hubungan dengan Tuhan, Tuhan tidak merawat dia. Secara umum orang-orang
antara lain:
a) Distress spiritual yang berhubungan dengan konflik nilai, isolasi oleh orang
kesehatan.
3. Intervensi/perencanaan keperawatan
Perawat dan klien harus menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi
(Firda Ayu, 2014). Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien
persepsi.
4. Implementasi keperawatan
a. Menetapkan kehadiran
Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur dengan cara yang sangat cepat
harapan klien.
c. Sistem dukungan
d. Berdoa
penyakit yang diderita mempunyai obat dan seseorang harus lebih sadar
Pencipta.
5. Evaluasi
harus melakukan evaluasi yaitu dengan menentukan apakah tujuan telah tercapai.
Hal ini sulit dilakukan karena dimensi spiritual yang bersifat subjektif dan lebih
kompleks. Membahas hasil dengan pasien dari implementasi yang telah dilakukan
tampaknya menjadi cara yang baik untuk mengevaluasi spiritual pasien (Syaiful,
2014).
Spiritual
merupakan hal yang harus dilakukan perawat agar dapat membantu memelihara
perawat dalam memberikan spiritual dibagi dua yaitu faktor intrinsik terdiri dari
tentang spiritual, hal yang bersifat pribadi, dan takut melakukan kesalahan, faktor
pasien itu sendiri, hal ini akan berakibat pula pada ketidakmampuan
pasien dan perawat putus asa, situasi ini tidak mudah diatasi, karena tidak
ada solusi yang mudah. Perawat dapat mencoba mengatasi keadaan ini
2. Ambigu
dapat bekerja lebih baik dalam merawat pasien yang memiliki kebutuhan
spiritual, karena hal ini dapat digunakan sebagai strategi dalam intervensi
Perawat merasa takut jika apa yang dilakukannya merupakan hal yang
salah, dalam situasi yang sulit hal ini dapat mengakibatkan penolakan dari
(Sugiyono, 2017).
7. Hambatan ekonomi
merupakan standar yang dilakukan oleh perawat, yang mana seorang perawat juga
perawat memiliki kinerja baik pada pemenuhan aspek spiritual pasien yang
perawat mengetahui apakah berdoa merupakan ritual penting bagi klien dan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
kurang formal dari pada teori. Seperti teori, model konseptual berhubungan
Keterangan:
diteliti
BAB 4
METODE PENELITIAN
dalamnya termasuk untuk melukiskan secara akurat dari beberapa fenomena dan
4.2.1 Populasi
seorang peneliti.Populasi tidak hanya pada manusia tetapi juga objek dan benda-
benda alam yang lain (Polit, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien di ruang rawat inap (St. EA, St. Fransiskus, ICU, Ignatius, St. Maria, St.
Marta, Laura, Melania, St. Theresia) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
dalam waktu 6 bulan terakhir jumlah 630 pasien, dengan asumsi rata-rata
paling dasar tentang data mana yang dikumpulkan. Sampel adalah bagian dari
N . 22 XP(1−P)
n=
NG 2 24 (1−P)
Keterangan :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
N . 22 XP (1−P)
n= 2 4
NG 2 (1−P)
120. . 0,5 ( 1−0.5 )
n= 2 2
144. ( 0.1 ) + ( 1.96 ) x 0,5 ( 1−0.5 )
115,248
n=
2,6204
n = 43,98107
n = 44 orang
responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan Teknik
dari populasi atau yang mengetahui tentang masalah yang akan diteliti (Polit &
Beck, 2012).
pengumpulan data penelitian (Polit, 2012). Instrumen dari penelitian ini adalah
pasien.
4.6.1 Lokasi
yang sedang dirawat inap, yaitu ruangan St. Elisabeth (EA) , St. Fransiskus (FA),
ICU =, St. Ignatius, St. Maria, St. Marta, St. Laura, St. Melania, St. Theresia.
tempat meneliti karena lokasi yang strategis bagi peneliti untuk melakukan
4.6.2 Waktu
Metode pengambilan data yang digunakan dalam peneliti ini yaitu metode
data primer.Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data
(Sugiyono, 2017). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
membagikan kuesioner kepada pasien di ruang rawat inap Rumah sakit santa
menjadi responden.
1. Uji Validitas
afektif (yaitu tindakan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, dan sifat
2. Uji Realibilitas
Penyusunan Proposal
Konsul Proposal
Seminar Proposal
inap berdasarkan hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan
1. Beneficence (kebaikan)
menerima untuk ikut serta dalam penelitian maka akan dijadikan sebagai
sampel penelitian. Tetapi jika responden menolak karena alasan pribadi, maka
3. Justice (keadilan)
Penelitian yang dilakukan kepada responden yang satu dan lainnya sama.
Dalam penelitian ini, peneliti tanpa membedakan suku, ras, agama maupun
antara responden yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan untuk menjaga
4. Informed consent
penelitian serta ikut dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Jika
responden menolak, peneliti akan menyetujuinya dan tidak ada paksaan untuk
menjadi responden.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1929 dan diresmikan pada tanggal 17 November 1930. Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terletak di kota
Provinsi Sumatera Utara. Saat ini Rumah Sakit Santa Elisabeth merupakan
Rumah Sakit tipe B. Rumah Sakit Santa Elisabeth dikelola oleh sebuah
Institusi ini merupakan salah satu institusi yang didirikan sebagai bentuk
pelayanan kepada masyarakat oleh para biarawati dengan motto “Ketika Aku
Sakit Kamu Melawat Aku (Matius 25:36)”. Visi yang hendak dicapai adalah
kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan persaudaraan. Misi
optimal dengan semangat cinta kasih sesuai kebijakan pemerintah dalam menuju
masyarakat sehat.
maupun perawatan meliputi ruang rawat inap (ruang perawatan internis, bedah,
fisioterapi, laboratorium, dan farmasi. Rawat inap adalah suatu prosedur dimana
dijalaninya dalam proses penyembuhan dan rehabilitas. Rawat jalan adalah suatu
tindakan individu mengunjungi suatu institusi terkait dalam upaya untuk mencari
pengobatan yang dapat diselesaikan dalam tempo waktu beberapa jam. Fasilitas
rawat jalan meliputi poli kilinik umum dan poli praktek (praktek dokter spesialis,
poli penyakit dalam, poli jantung, poli bedah, Medical Check Up (MCU), BKIA,
Elisabeth Medan, di dukung oleh tenaga medis dan non medis. Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan memiliki 17 ruangan perawatan inap terdiri dari 8 ruang
rawat inap internis, 2 ruang rawat inap bedah, 3 ruang rawat inap Intensive Care
Unit (ICU), 3 ruang rawat inap perinatologi, 1 ruang rawat inap anak. Ruang
rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dibedakan dalam beberapa kelas
yaitu ruang rawat inap kelas I, kelas II, VIP, super VIP dan eksekutif. Ruangan
data yang telah dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dengan jumlah
responden 40 orang. Penyajian hasil data dalam penelitian ini meliputi data pasien
di ruang rawat inap, yaitu St. Elisabeth (EA) , St. Fransiskus (FA), ICU =, St.
Ignatius, St. Maria, St. Marta, St. Laura, St. Melania, St. Theresia.
Hasil analisa dalam penelitian ini tertera pada tabel dibawah ini di Rumah
Elisabeth Medan Tahun 2021, bahwa pasien yang berumur 15-24 tahun sebanyak
14 orang (31,8 %), umur 25-34 tahun sebanyak 9 orang (20,5 %), umur 35-44
tahun sebanyak 14 orang (31,8%), pasien yang berumur 45-54 tahun sebanyak 5
orang (11,4 %), dan pasien yang berumur 55-64 tahun sebanyak 2 orang (4,5 %)
dan berjenis kelamin laki-laki 22 orang (50,0%) dan paling banyak berjenis
Tidak
Selalu Total
Hubungan dengan Tuhan Pernah
F % f % F %
Saya merasa ketergantungan dan
membutuhkan Tuhan saat sakit 18 40,9 26 59,1 44 100
Saya melakukan ritual dan ajaran agama ketika
18 40,9 26 59,1 44 100
sakit dan mencari pengobatan
Saya percaya bahwa penyakit merupakan
hukuman atau dosa yang dilakukan dimasa 18 40,9 26 59,1 44 100
lalu
Saya penting untuk berdoa dan
18 40,9 26 59,1 44 100
bersembahyang
Hubungan dengan dirisen diri F % f % F %
Yakin terhadap makna hidup bahwa ada
2 4,5 42 95,5 44 100
kekuatan ketika mengalami kesulitan
Saya yakin setiap orang butuh pengharagaan
bagi diri sendiri, orang lain dan kekuatan 1 2,3 43 97,7 44 100
diluar dirinya
Saya merasa bahwa ada sesuatu yang lain atau
1 2,3 43 97,7 44 100
yang lebih hebat dari diri sendiri
Saya bersyukur atas segala sesuatu yang sudah
diberikan oleh Tuhan tanpa melalui usaha 1 2,3 43 97,7 44 100
sendiri
Hubungan dengan orang lain F % f % f %
Saya yakin spiritualitas merupakan suatu
proses antisipasi dalam kehidupan termasuk
interaksi antara proses pikir, tindakan,
2 4,5 42 95,5 44 100
perasaan dan hubungan dengan orang lain dan
terikat langsung dengan pemenuhanmakna
hidup yang akan datang
Saya penting untuk berhubungan dan 2 4,5 42 95,5 44 100
Hubungan dengan
F % f % f %
lingkungan
Saya penting untuk berpartisipasi
dalam kegiatan meditasi 1 2,3 43 97,7 44 100
Variabel n = 44 %
Hubungan dengan Tuhan
Terpenuhi
Tidak terpenuhi 26 59,1
18 40,9
Hubungan dengan
diri sendiri
Terpenuhi 43 97,7
Tidak terpenuhi 1 2,3
Hubungan dengan
orang lain
Hubungan dengan
lingkungan
Terpenuhi 43 97,7
Tidak terpenuhi 1 2,3
spiritual pasien dengan orang lain terdapat 42 pasien yang terpenuhi (95,5%)
5.2. Pembahasan
memilih sangat setuju. Reponden melakukan ritual dan ajaran agama ketika
dengan Tuhan (6,2%), hubungan spiritual pasien dengan diri sendiri (14,1%)
hubungan spiritual pasien dengan orang lain (3,1%). Hal ini menunjukkan
orang lain yang paling baik sebanyak (74,3%). Pasien merasakan perlu
orang lain untuk membagikan dan perasaannya. Pasien juga merasa sangat
kegiatan keagamaan.
pasien dengan alam dapat dilihat pemenuhan kebutuhan spiritual yang paling
melalui musik dan seni, melalui seperangkat nilai dan prinsip atau melalui bukti
ilmiah.
menjalani hidup. Spiritual dapat juga didefenisikan sebagai dimensi integral dari
kesehatan dan kesejahteraan setiap manusia, (Young & Koopsen, 2007). Spiritual
dapat dianggap sebagai kualitas dasar manusia yang mengatasi gender, ras, warna
kulit, dan asal usul kebangsaannya. Pada saat yang sama spiritual mempunyai
banyak sekali aspek yang tak terpahami dan selalu menjadi bahan pemikiran
pribadi yang intensif. Hal berarti bahwa terdapat banyak perbedaan bagi tiap
orang dan perbedaan ini sangat sulit untuk digambarkan. Banyak orang tidak
merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia, jadi apabila
seseorang dalam keadaan sakit, maka kebutuhan spiritual sangat penting dimana
lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari
terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah
dibuat (Saharuddin,2018).
dalam perjalanan penyembuhan pasien; akan tetapi, peran ini menuntut perhatian
pasien, “Medan energi dari kedua belah pihak yang berinteraksi dan membentuk
Dokter dan perawat memiliki kesempatan berinteraksi dengan pasien secara terus
menerus. Akan tetapi, siapa pun yang berkarya dalam perawatan kesehatan harus
terlibat dalam penilaian spiritualitas pasien, termasuk pekerja social, ahli spiritual
barat (seperti: tim pastoral rumah sakit, pembimbing rohani), penasehat spiritual,
dan para ahli di luar tradisi spiritual barat seperti: shaman, tabib, atau guru
Implementasi ini menuntut ketersediaan energi dan waktu untuk meraih sasaran,
perawatan spiritual yang tidak mampu menyediakan banyak waktu dengan pasien
atau sudah terlalu dibebani oleh tuntutan Rumah Sakit yang sibuk atau
kekurangan staf atau situasi masyarakat. Tentu saja, pembicaraan tentang masalah
spiritual dengan di Rumah Sakit dapat terjadi pada malam hari ketika para
perawat memiliki lebih banyak waktu dan terbebas dari tugas rutin yang harian
dengan pasien pada saat mereka bekerja disiang hari. Selanjutnya banyak pasien
merasa tidak nyaman dan kesepian dimalam hari dan merasa lebih suka
membicarakan masalah spiritual di banding pada siang hari, Young & Koopsen
(2007).
karena adanya sarana yang tersedia pada pelayanan spiritualitas seperti pastoral
care, tempat beribadah (kapel, mushola), bacaan sabda ilahi dan renungan yang
dapat didengarkan lewat mikrofon di setiap ruangan, taman doa yang dapat
digunakan setiap saat untuk mendekatkan diri pada Tuhan, kehadiran para
biarawan/i yang ikut ambil bagai perawat dan dokter di ruangan internis dan
ruangan intensif.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2021, di setiap ruangan, maka dapat
memilih setuju.
diri sendiri (14,1%) hubungan spiritual pasien dengan orang lain (3,1%).
perasaannya.
yang paling baik sebanyak (65,7%) bahwa pasien merasakan sangat penting
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, saran dari peneliti adalahsebagai
berikut:
meneladani orang lain dan mewarisi sesuatu yang bernilai bagi kehidupan.
kebutuhan manusia yang paling penting adalah kontak dengan orang lain.
guna untuk mendapat hasil yang lebih baik lagi, dan peneliti berikutnya juga
Gresik, U., Ar, J., No, H., Psik, M., Universitas, F. I. K., Jl, G., Hakim, A. R., &
Gresik, N. (2019). MOTIVASI SPIRITUAL MENINGKATKAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ARV PADA PASIEN HIV / AIDS ( Spiritual Motivation to
Improve ARV Drug Compliance in HIV / AIDS Patients ).10(November),
251–263
Hawari, D. (2014). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta:
Gaya Baru.
Kozier, dkk. (2010) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik. ED 7, Vol. 1. Jakarta: EGC.
Polit, & Beck, C.T. (2010). Nursing Research Appraising Evidence For Nursing
Practice, Seventh Edition. New York: Lippincott.
Polit, & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and Assesing Evidence
For Nursing Practice. Lippincott Williams & Wilkins.
Purnawani, I. (2020). Jurnal of Bionursing Gambaran Peran Perawat terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di Ruang ICU. 2(1), 39–46.
Rama. (2013). Konsep dan Tehnik Pelaksanaan Keperawatan. Medan: Bina
Media Perintis.
Sjattar, E. L., & Hadju, V. (2019). Analisis Hubungan Kontak Dan Komunikasi
Perawat Pada Pelaksanaan Keperawatan Spritual Dengan Kepuasan
Pasien. 08(2), 131–136.
Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Riwayat Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Beri tanda Chek list ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi
Bapak/Ibu Saat ini.
Keterangan:
TP : Tidak Pernah J : Jarang
S : Sering SL : Selalu
No Pernyataan TP J S SL