S DENGAN
STROKE NON HEMORAGIC DI RUANG RAWAT INAP PEPAYA RSUD
CENGKARENG
Disusun oleh :
NPM 21.156.03.11.025
BEKASI
2022
1
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
STROKE NON HEMORAGIC DI RUANG RAWAT INAP PEPAYA RSUD
CENGKARENG
TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH
GELAR PROFESI NERS (Ns)
Disusun oleh :
NPM 21.156.03.11.025
BEKASI
2022
2
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
NPM : 21.156.03.11.025
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan Pada Tn.S Dengan Stroke Non Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD
Cengkareng” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan
maupun mengcopy sebagian dari hasil karya orang lain.
Apabila dikemudian hari ternyata diketemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi, sesuai dengan ketentuan yang
telah dibuat oleh STIKes Medistra Indonesia.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya di Jakarta pada tanggal 02 Januari
2022
Yang menyatakan,
3
LEMBAR PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan judul “Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan
Stroke Non Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD Cengkareng” telah
diperiksa oleh Preseptor satu dan Preseptor dua dan disetujui untuk Melaksanakan Seminar
Hasil
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Mengetahui
NIDN. 316028302
4
Yang bertandatangan di bawah ini :
NPM : 21.156.03.11.025
Judul Tugas Akhir : Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Stroke Non
Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD Cengkareng.
Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam seminar hasil pada tanggal 28 Januari 2022.
Penguji I Penguji II
Mengetahui
NIDN. 0302028001
5
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik dan mental sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ners (Ns) pada Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia,
Bekasi.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan serta doa sehingga memungkinkan Tugas Akhir ini
terwujud. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
6
11. Orang Tua tercinta yang telah memberikan banyak bantuan dan support dalam bentuk
moril maupun materi serta doa dan semangat yang selalu menyertai saya dalam
penulisan Tugas Akhir ini
12. Keluarga besar dan saudara-saudara yang selalu memberikan support dan doa nya
untuk saya
13. Para Sahabat dan teman spesial saya yang telah memberi semangat dan support dalam
menyelesaikan Tugas Akhir
14. Rekan-rekan Profesi Ners kelas A, B dan C khususnya angkatan IX STIKes Medistra
Indonesia yang selalu memberikan motivasi, semangat dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
15. CI dan Kakak-kakak senior RSUD Cengkareng yang telah membantu dan
membimbing saya selama praktik di RSUD Cengkareng.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat diterima dan bermanfaat dengan baik.
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia hingga saat
ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO), kematian akibat penyakit
degeneratif diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia. Peningkatan terbesar akan
terjadi di negara - negara berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah total, pada tahun
2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa dari 38 juta
jiwa pada tahun ini. Lebih dari dua per tiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat
penyakit degeneratif (Buletin Kesehatan, 2011).
Penyakit degeneratif seperti stroke juga sudah mulai ditemui tidak hanya pada lansia
namun juga di kalangan usia muda (Indrawati, 2009). Masalah stroke di Indonesia menjadi
semakin penting dan mendesak baik stroke hemoragik maupun stroke non hemoragik. Di
Indonesia sendiri, stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker. Dari data nasional yang didapat, angka kematian yang diakibatkan oleh
penyakit stroke sebesar 15,4%.
Untuk mengurangi resiko kematian akibat stroke maka perawat memiliki peran
penting salah satunya manajemen keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
stroke, sebagai berikut: letakkan kepala pasien pada posisi 30o, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila hemodnamik sudah
8
stabil. Kemudian, bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah. Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan
pemberian obat antipiretik, kosongkan jika kandung kemih penuh (sebaiknya dengan kateter
intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 ml
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
Pemberin nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika didapatkan
gangguan menelan atau kesadarana menurun dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar
gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan
insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah > 60
mg% atau > 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV sampai kembali
normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan
pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan kecuali
bila tekanan sistolik >220 mmHg, diastol > 120 mmHg. Mean arterial Blood Pressure (MAP)
> 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang direkomendasikan :
natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika
terjadi Hipotensi yaitu tekanan sistol < 90 mmHg diastol < 70 mmHg diberi Nacl 0,9 % 250
ml selama 1 jam dilanjutkan 500 ml selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai
hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi yaitu tekanan darah sistol masih < 90 mmHg
dapat diberikan dopamin 2-20ug/kg/menit sampai tekanan darah sistolik > 110 mmHg. Jika
kejang diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg perhari
dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin karbamaxepin). Jika kejang muncul
setelah 2 minggu, diberikan anikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan
intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intavena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan
jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk dilanjutkan 0,25g/kg BB per
30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (< 320 37
mmol) sebagai alternatif dapat diberikan larutan hipertonik (NaCL 3%) atau furosemid.
9
pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan dengan semua tahap
kesehatan dan tingkat pencegahan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada upaya
promotif dan preventif. Maka dari itu, peranan perawat dalam penanggulangan Dengue
haemorhagic fever yaitu perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, memberikan informasi
yang tepat tentang kesehatan stroke non hemoragic. Manfaat pendidikan kesehatan bagi
keluarga antara lain meningkatkan pengetahuan keluarga tentang sakitnya hingga pada
akhirnya akan meningkatkan kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan
Stroke Non Hemoragic dalam penerapan langsung ke Tn. S di Ruangan Rawat Inap
Bedah Pepaya RSUD Cengkareng.
10
a. Pengkajian pada Tn. S dengan Stroke Non Hemoragic di Ruangan Rawat Inap Bedah
c. Membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn. S dengan Stroke Non Hemoragic di
f. Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn. S dengan Stroke Non
11
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008), penyebab dari stroke iskemik ada lima, yaitu:
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menyebabkan thrombosis otak:
a) Atherosklerosis
12
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
2. Emboli
3. Hemoragik
13
e) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
5. Hipoksia setempat
C. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area
tertentu di otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
turbulensi Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah.
Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien
mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif.
14
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotik clan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat
luas akan lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro
vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau
lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan yang
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
15
D. Pathway
16
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011) antara lain :
1. Hipertensi
2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
6. Nyeri kepala (migran, vertigo)
7. Muntah
8. Disatria (kesulitan berbicara)
17
9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor, koma)
Kolesterol tinggi,
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut :
1. Laboratorium
18
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap
1) Waktu protrombin
2) APTT
3) Kadar fibrinogen
4) D-dimer
5) INR
6) Viskositas plasma
2. Foto Thorax
3. Angiografi serebral
4. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal menunjukkan
adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang
kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
19
5. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
6. MRI
7. USG Doppler
8. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
G. Terapi
1. Terapi umum
letakkan kepala pasien pada posisi 30o , kepala dan dada pada satu bidang, ubah posisi
tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila hemodnamik sudah stabil. Selanjutnya,
bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah.
Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian
dicari penyeba harus dikoreksibnya jika kandung keih penuh dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-
2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin
isotonik. Pemberin nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika didapatkan
gangguan menelan atau kesadaranya menurun dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar
gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan
20
insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah > 60
mg% atau > 80 mg% 36 dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV sampai
kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi
dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan
kecuali bila tekanan sistolik >220 mmHg, diastol > 120 mmHg. Mean arterial Blood Pressure
(MAP) > 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan
tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid,
penyekat reseptor alfabeta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi Hipotensi
yaitu tekanan sistol < 90 mmHg diastol < 70 mmHg diberi Nacl 0,9 % 250 ml selama 1 jam
dilanjutkan 500 ml selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat
diatasi. Jika belum terkoreksi yaitu tekanan darah sistol masih < 90 mmHg dapat diberikan
dopamin 2-20ug/kg/menit sampai tekanan darah sistolik > 110 mmHg. Jika kejang diberi
diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg perhari dilanjutkan
pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin karbamaxepin). Jika kejang muncul setelah 2
minggu, diberikan anikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan intrakranial
meningkat, diberi manitol bolus intavena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan jika
dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk dilanjutkan 0,25g/kg BB per 30
menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (< 320 37
mmol) sebagai alternatif dapat diberikan larutan hipertonik (NaCL 3%) atau furosemid.
2. Terapi Khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan atau yang dianjurkan dengan trombolitik rtPA (recombinant tissue Plasminogen
Actiatoe). Dapat juga diberikan agen neuroproteksi yait sitikolin atau piracetam (jika
didapatkan afasia).
H. Komplikasi
21
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat terjadi
masalah fisik dan emosional diantaranya:
1. Bekuan darah (Trombosis) mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan
embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan
darah ke paru.
2. Dekubitus bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi ulkus
dekubitus dan infeksi.
3. Pneumonia pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan pneumoni.
4. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan
immobilisasi.
5. Depresi dan kecemasan gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan
reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh.
I. Diagnosa Keperawatan
J. Intervensi Keperawatan
Observasi:
22
- Monitor tekanan darah, nadi, penafasan, SPO2 dan suhu tubuh
Terapeutik:
Edukasi:
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
- Jelaskan jenis obat alasan pemberian, dan efek samping sebelum pemberian
23
a. Pencegahan Jatuh (I.14540)
Observasi:
Terapeutik:
- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
Edukasi:
Observasi:
24
Terapeutik:
Edukasi:
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur
Observasi:
- identifikasi stresor
Terapeutik:
- Pastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan resistensi tubuh terhadap
stres.
Edukasi:
- Ajarkan teknik menurunkan stres, seperti: latihan pernapasan, terapi musik, terapi
humor atau tertawa.
25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 20 Juli 1962 Sumber informasi : Adik Klien
Umur : 59 tahun
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain–lain)
Agama : Islam
26
Suku : Betawi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Pasien datang ke RSUD Cengkareng dengan keluhan kaku pada kaki kiri sejak 3 hari yang
lalu, pasien mengatakan punya riwayat jatuh pada saat sholat jumat. Pasien mengeluh lemas
dan tidak kuat menopang tubuh. Pasien mengatakan merasa cemas akan penyakit yang
diderita saat ini, karena takut kebutuhan keluarga pasien tidak tercukupi karena pasien tidak
dapat bekerja selama sakit.
Sendiri: beristirahat
Oleh orang lain : diberi obat oleh resep dokter amlodipin dan candesartan dan dibantu oleh
adik jika mau beraktivitas
27
d. Operasi : tidak pernah
Pasien mengatakan memiliki hipertensi sejak 3 tahun lalu tetapi tidak pernah minum obat
hipertensi.
6. Pola nutrisi :
7. Pola Eliminasi :
Waktu : pagi/siang/sore/malam
28
Warna : kuning terang
Bau : amonia
Genogram:
Keterangan:
29
= Permpuan = Pasien = Tinggal serumah
V. Riwayat Lingkungan
Kondisi rumah Tn.S terlihat bersih dan rapih, penerangan pada ruangan terang disiang hari,
sirkulasi udara baik, keadaan kamar mandi dan WC bersih, pembuangan kotoran ≥10m dari
sumber air, sumber air minum menggunakan air PAM, pembuangan sampah dengan cara di
buang di tempat pembuangan sampah warga, privasi klien terjaga dan tidak adanya resiko
injury pada klien.
Pemeriksaan fisik
TD : 170/100mmHg
30
Nadi : 80x/ menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 370C
c. BB : 65 kg
TB : 167 cm
d. Kepala : Bentuk kepala bulat
1) Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, berwarna hitam/putih
(beruban), tidak ada lesi, tidak ada benjolan di kepala.
2) Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, iris
berwarna hitam, sklera tidak ikterik, isokor, tidak ada
peradangan, tidak ada katarak, gerakan bola mata
simetris, terdapat kantung mata, pupil refleks terhadap
rangsangan cahaya dan Tn.S tidak memakai alat bantu
penglihatan.
3) Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak ada lesi, tidak tampak
adanya peradangan, telinga luar bersih, tidak ada
serumen dikedua telinga, tidak terdapat benjolan, dan
tidak ada nyeri tekan pada telinga.
4) Mulut, tenggorokan : Mukosa bibir lembab, gigi tampak bersih, gusi tidak
dan leher ada perdarahan, lidah tampak tidak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis, tidak ada
peradangan pada tenggorokan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada kesulitan saat mengunyah dan
menelan makanan.
e. Sistem pernafasan : Dada simetris saat mengembang, RR 20x/menit, Pola
nafas regular, suara nafas vesikuler, tidak ada suara
nafas tambahan seperti wheezing, ronchi, dan krekles.
f. Sistem kardiovaskuler: Ictus cordis tidak nampak, nadi radialis : 78x/ menit,
nadi teraba adekuat, bunyi jantung S1/S2 normal, tidak
31
terdengar suara tambahan
g. Sistem : Abdomen tidak ada lesi, tidak ada tanda peradangan,
gastrointestinal peristaltik usus 8x/menit, bunyi abdomen timpani,
tidak ada nyeri dan tidak teraba massa.
h. Sistem perkemihan : tidak ada keluhan nyeri dan rasa terbakar saat
berkemih, warna urin kuning terang, ± 1300 cc/hari.
i. Sistem : tidak ada lesi pada kulit, tonus otot ekstremitas atas &
muskuloskeletal bawah melemah, kekuatan ektremitas atas & bawah
lemah, tidak ada edema pada ekstremitas atas & bawah,
tidak ada kelainan pada sendi, tidak ada nyeri
ekstremitas.
j. Sistem saraf pusat Fungsi penciuman baik, fungsi penglihatan sudah agak
berkurang, gerakan bola mata simetris, Tn.S bisa
menggerakan bola mata ke atas dan ke bawah, tidak ada
gangguan mengunyah, bentuk bibir simetris, fungsi
pendengaran masih baik, tidak ada gangguan pada
indera perasa, tidak ada gangguan pada proses menelan,
pengucapan masih jelas.
k. Sistem endokrin : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada penyakit
metabolik Diabetes Melitus (DM)
32
VI. Pathway
33
34
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PENGOBATAN
35
DATA FOKUS
ANALISA DATA
36
jumat
Data Objektif :
TD : 170/100mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
S : 37OC
SPO2 : 97%
Data Objektif :
37
3. Data Subjektif : Ansietas Krisis Situasiona
Data Objektif :
No Diagnosa Keperawatan
Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Berhubungan Dengan
1.
Hipertensi (D.0017)
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot
2.
(D.0054)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Resiko Perfusi Setelah dilakukan 1. Pemantauan Tanda Untuk mengetahui
Jaringan Serebral asuhan keperawatan perkembangan TTV
38
Tidak Efektif 3x24 jam Vital (I.02060) pasien terutama pada
Berhubungan diharapkan tekanan tekanan darah pasien
Observasi:
Dengan Hipertensi darah klien normal,
(D.0017) dengan kriteria
- Monitor tekanan darah,
hasil:
nadi, penafasan, SPO2
dan suhu tubuh
TD: < 140/90
mmHg
- Indentifikasi penyebab
perubahan tanda vital
Terapeutik:
- Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
- Informasikan hasil
pemantauan
Observasi:
- Identifikasi
kemungkinan alergi,
interaksi dan
39
kontraindikasi obat
- Periksa tanggal
kadaluarsa obat
Terapeutik:
- Lakukan prinsip 6
benar (pasien, obat,
dosis, waktu, rute,
dokumentasi)
Edukasi:
40
kriteria hasil:
resiko jatuh
- klien mengatakan
- identifikasi resiko jatuh
tidak lemas
seditaknya 1 kali setiap
- aktivitas klien pergantian shift
tidak dibantu oleh
- identifikasi faktor
keluarga maupun
lingkungan yang
perawat
meningkatkan resiko
jatuh
Terapeutik:
- Orientasikan ruangan
pada pasien dan keluarga
- Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi:
- Anjurkan memanggil
perawat jika
41
membutuhkan bantuan
dengan menekan bel
- Ajarkan cara
menggunakan bel untuk
memanggil perawat.
2. Dukungan Mobilisasi
(I.05173)
Observasi:
- Identifikasi adanya
keluhan fisik
- Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
Terapeutik:
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu
- Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
42
Edukasi:
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan, seperti duduk
di tempat tidur
43
garam, dan lemak.
Edukasi:
- Anjurkan
menggunakan teknik
menurunkan stres yang
sesuai untuk diterapkan
di rumah sakit
maupun pada situasi
lainnya.
- Ajarkan teknik
menurunkan stres,
seperti: latihan
pernapasan, terapi
musik, terapi humor
atau tertawa.
44
Terapeutik:
Edukasi:
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
45
dan efek samping sebelum pemberian
Gangguan Mobilitas 1. Pencegahan Jatuh (I.14540)
Fisik Berhubungan
Observasi:
Dengan Penurunan
- Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
Kekuatan Otot
(D.0054) - Mengidentifikasi resiko jatuh seditaknya 1
kali setiap pergantian shift
Terapeutik:
Edukasi:
Observasi:
46
- Mengidentifikasi adanya keluhan fisik
Terapeutik:
Edukasi:
- Mengidentifikasi stresor
Terapeutik:
47
untuk meningkatkan resistensi tubuh
terhadap stres.
Edukasi:
48
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
49
Hipertensi (D.0017)
- Memonitor tekanan darah, nadi,
penafasan, SPO2 dan suhu tubuh
Terapeutik:
Edukasi:
Observasi:
Terapeutik:
50
- Memberikan obat oral: amlodipin sesudah
makan
Edukasi:
Terapeutik:
Edukasi:
51
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
- Mengidentifikasi stresor
Terapeutik:
52
- Memastikan asupan nutrisi yang adekuat
untuk meningkatkan resistensi tubuh
terhadap stres.
Edukasi:
RR: 18x/menit.
S: 36,5oC,
SPO2: 97%.
P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan Mobilitas S : Tn.S mengatakan masih sedikit
Fisik Berhubungan lemas saat beraktivitas,
53
Dengan Penurunan
O : klien tampak duduk di tempat tidur
Kekuatan Otot (D.0054)
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik:
54
Edukasi:
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
55
kali setiap pergantian shift
Terapeutik:
Edukasi:
Observasi:
Terapeutik:
56
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi:
- Mengidentifikasi stresor
Terapeutik:
Edukasi:
57
EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE TIGA
Diagnosa Keperawatan Waktu Evaluasi Keperawatan Paraf
Resiko Perfusi Jaringan S:-
Serebral Tidak Efektif
O: TTV: TD: 131/80 mmHg,
Berhubungan Dengan
Hipertensi (D.0017)
N: 75x/menit,
RR: 18x/menit.
S: 36,5oC,
SPO2: 98%
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Gangguan Mobilitas S : Tn.S mengatakan sudah tidak lemas
Fisik Berhubungan saat beraktivitas,
Dengan Penurunan
O : klien tampak beraktivitas sendiri
Kekuatan Otot (D.0054)
tanpa bantuan keluarga maupun perawat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
58
59
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Penulis melakukan proses pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.S yang menderita
Stroke Non Hemoragic pada tanggal 18 Desember 2021 sampai 26 Desember 2021.
Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data yakni metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. Dari proses pengkajian ini penulis dapat
untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, kebutuhan-kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien baik mental, fisik, sosial, dan lingkungan (Widagdo, 2016).
Pengkajian yang didapatkan penulis yaitu didapatkan data bahwa Tn.S memiliki
riwayat penyakit Hipertensi 3 tahun yang lalu, Faktor pencetusnya adalah keturunan dari
Ibu, upaya untuk mengatasi masalah Hipertensi yang dialami Tn.S adalah dengan
meminum obat-obatan warung, keluhan yang dialami Tn.S adalah lemas, kaku pada kaki
kiri, tidak mampu menopang tubuh untuk berdiri maupun beraktifitas, frekuensi tidur 6-8
jam, dan merasa cemas karena tekanan darah yang naik tak kunjung turun, pasien
mengatakan cemas dengan keluarga karena penyakit yang sekarang pasien mengatakan
takut kebutuhan keluarga tidak tercukupi dengan keadaannya yang sekarang.
Hasil pengkajian pada lingkungan tempat tinggal pasien adalah Kondisi rumah Tn.S
terlihat bersih dan rapih, penerangan pada ruangan terang disiang hari, sirkulasi udara baik,
keadaan kamar mandi dan WC bersih, pembuangan kotoran ≥10m dari sumber air, sumber
air minum menggunakan air PAM, pembuangan sampah dengan cara di buang di tempat
pembuangan sampah warga, privasi klien terjaga dan tidak adanya resiko injury pada
klien.
60
Hasil pengkajian Data dasar Tn.S adalah, keadaan umum composmetis, dengan
Tanda-Tanda vital : TD: 170/100 Mmhg, Nadi : 80x/menit, RR: 20x/menit, dengan Berat
Badan: 65kg, dan tinggi badan 167 cm.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan tersebut menggunakan sumber dari Buku SDKI 2016 edisi
1 sebagai dasar untuk menentukan diagnosa. (SDKI, 2016)
61
kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang
berupa kematian mendadak.
Sesuai dengan data yang didapatkan yakni, Tn.S mengatakan kaku pada kaki kiri dan
tidak bisa menopang tubuh untuk melakukan aktivitas. Aktivitas sehari-hari pasien
dibantu oleh adiknya maupun dengan perawat.
Sesuai dengan data yang di dapatkan yakni, Tn.S mengatakan cemas dengan
keluarga dirumah dengan kondisi sakitnya yang saat ini Tn.S cemas akan kebutuhan
keluarga tidak dapat terpenuhi karena Tn.S tidak dapat bekerja. Cemas dengan
keluarga di rumah yang membuat Tn.S tidak bisa tidur/tidur diatas jam 22.00 dengan
frekuensi 6-8 jam, maka klien dianjurkan untuk melakukan manajemen stres dengan
terapi relaksasi nafas dalam, terapi musik, atapun terapi humor (tertawa).
C. INTERVENSI
62
Perencanaan keperawatan atau intervensi pada asuhan keperawatan Tn.S dengan
Stroke Non Hemoragic dibuat dengan analisa data kondisi klien dengan menentukan
diagnosa, intervensi, kriteria hasil, sampai dengan intervensi pada kasus.
Tahap intervensi keperawatan medikal bedah Tn.S dengan Stroke Non Hemoragic,
perencanaan supplemental yang dilakukan dengan cara Pemantauan Tanda Vital yakni
perawat memonitor tanda-tanda vital untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
(I.02060). Pemberian Obat Oral (I.03128), yakni perawat memberikan obat oral
candasartan dan amlodipin untuk menurunkan tekanan darah.
Perencanaan fasilitatif dengan cara Pencegahan Jatuh (I.14540), yakni perawat
memfasilitasi bel untuk memanggil perawat jika pasien membutuhkan bantuan,
pemasangan handrail untuk menjaga pasien dengan resiko jatuh, dan memfasilitasi
mobilisasi pasien untuk melakukan aktivitas.
Perencanaan Implementasi seperti: kegiatan pendidikan kesehatan (penkes)
mengenai masalah penyakit Hipertensi, mengarahkan dan mendukung keputusan klien
dan keluarga dalam menetapkan tindakan yang akan dipilih, menganjurkan untuk
melakukan tindakan nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi nafas dalam, terapi musik,
terapi humor, dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
63
Evaluasi yaitu tindakan penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang
dicapai sebagai pengeluaran dari tindakan. Pada tahap evaluasi diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dilakukan intervensi serta implementasi. Penulis membuat evaluasi akhir
berupa SOAP.
Pada evaluasi di hari pertama, setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan
pemantauan TTV dan pemberian obat oral candatarsan, memasang handrail tempat tidur
dan mengatur tempat tidur pada posisi terendah, mendekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien, mengajarkan cara menggunakan bel untuk memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan, memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu, mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur, mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam. Klien mengatakan masih lemas dan kaku pada kaki kiri.
Klien masih tampak lemas dan dibantu oleh keluarga saat melakukan aktivitas, klien masih
kelihatan cemas. Didapatkan hasil data TTV = TD: 167/90 mmHg, N: 76x/menit, RR:
20x/menit. S: 36,8oC, SPO2: 96%.
64
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa hasil
asuhan keperawatan medikal bedah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
Dengan Stroke Non Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD Cengkareng”
yang dilakukan pada tanggal 23 Desember 2021 sampai dengan 25 Desember 2021.
Maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan medikal bedah yang telah dilakukan pada Tn.S yang
memiliki masalah penyakit Stroke Non Hemoragic. Didapatkan hasil berupa Tn.S
mengatakan setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam sudah tidak lemas,
tidak kaku pada kaki kiri, dan pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
2. Diagnosa yang ditegakkan adalah diagnosa utama yaitu Resiko penurunan perfusi
jaringan serebral, gangguan mobilitas fisik, dan Ansietas.
3. Perencanaan keperawatan atau intervensi dibuat sesuai dengan analisa data kondisi
pasien, yakni
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
66
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
- Jelaskan jenis obat alasan pemberian, dan efek samping sebelum pemberian
Observasi:
67
Terapeutik:
- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
Edukasi:
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
68
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur
Observasi:
- identifikasi stresor
Terapeutik:
- Pastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan resistensi tubuh terhadap
stres.
Edukasi:
- Ajarkan teknik menurunkan stres, seperti: latihan pernapasan, terapi musik, terapi
humor atau tertawa.
69
Mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh.
Meorientasikan ruangan pada pasien dan keluarga. Memastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci. Memasang handrail tempat tidur.
Mengatur tempat tidur pada posisi terendah. Mendekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien. Menganjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
dengan menekan bel. Mengajarkan cara menggunakan bel untuk memanggil
perawat. Mengidentifikasi adanya keluhan fisik. Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan. Memonitor ttv sebelum memulai mobilisasi. Memfasilitasi
aktivitas mobilisasi dengan alat bantu. Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan. Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur. Mengidentifikasi
tingkat stres. Mengidentifikasi stresor. Memastikan asupan nutrisi yang adekuat
untuk meningkatkan resistensi tubuh terhadap stres. Menghindari makanan yang
mengandung kafein, garam, dan lemak. Mengajarkan teknik menurunkan stres,
seperti: latihan pernapasan, terapi musik, terapi humor atau tertawa.
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan medikal bedah pada Tn.S dengan Stroke
Non Hemoragic dengan menerapkan tindakan di atas, didapatkan hasil tekanan
darah menurun menjadi 120/80 MmHg, Pasien dapat beraktivitas secara mandiri,
pasien tampak tidak cemas.
B. Saran
Adapun beberapa rekomendasi dari hasil asuhan keperawatan keluarga ini diuraikan
sebagai berikut:
1. Institusi
Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan masukan dalam
pengembangan ilmu asuhan keperawatan medikal bedah dan dapat menjadi acuan
bagi pembelajaran dalam pendidikan keperawatan terutama pada pembelajaran
keperawatan medikal bedah, sehingga para mahasiswa/siswi dapat menerapkan di
dalam institusi ataupun diluar institusi.
2. Keluarga
70
Diharapkan untuk melanjutkan melakukan pencegahan hipertensi dengan
menghindari makanan yang mengandung garam berlebih agar tekanan darah
dapat stabil.
3. Peneliti
Diharapkan dapat menjadi referensi salah satu intervensi untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan Stroke Non Hemoragic. Bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan asuhan keperawatan medikal bedah lebih lanjut dengan
mengembangkan diagnosa dan intervensi keperawatan lainnya.
71
72
DAFTAR PUSTAKA
Puspita Rina, Journal Kadar Kolestrol total pada Penderita Hipertensi Usia Pra Lansia.
StiKes Karya Kesehatan : 2020. Doenges E Marilynn. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan.
EGC: Jakarta
Djuan s, Sularsito. SA. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 3. FKUI. Jakarta. 2015
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba
Medika. Jakarta. 2016
Potter, P.A. & Perry,A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Ed. 4. Jakarta : EGC. 2015.
73