Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN
STROKE NON HEMORAGIC DI RUANG RAWAT INAP PEPAYA RSUD
CENGKARENG

Disusun oleh :

CELINE APRILIA DAMAYANTI, S.KEP

NPM 21.156.03.11.025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

BEKASI

2022

1
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN
STROKE NON HEMORAGIC DI RUANG RAWAT INAP PEPAYA RSUD
CENGKARENG

TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH
GELAR PROFESI NERS (Ns)

Disusun oleh :

CELINE APRILIA DAMAYANTI, S.KEP

NPM 21.156.03.11.025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

BEKASI

2022

2
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Celine Aprilia Damayanti

NPM : 21.156.03.11.025

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan Pada Tn.S Dengan Stroke Non Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD
Cengkareng” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan
maupun mengcopy sebagian dari hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari ternyata diketemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka
saya bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi, sesuai dengan ketentuan yang
telah dibuat oleh STIKes Medistra Indonesia.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya di Jakarta pada tanggal 02 Januari
2022

Yang menyatakan,

Celine Aprilia Damayanti

3
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul “Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan
Stroke Non Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD Cengkareng” telah
diperiksa oleh Preseptor satu dan Preseptor dua dan disetujui untuk Melaksanakan Seminar
Hasil

Bekasi, Januari 2022

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Lina Indrawati,S.Kep,Ners.,M.Kep Arabta M.Peraten.Pelawi,S.Kep,Ners.,M.Kep

NIDN. 0321108001 NIDN. 0301096505

Mengetahui

Kepala Program Studi Keperawatan S1 & Profesi Ners

Kiki Deniati, S.Kep., Ns., M.Kep

NIDN. 316028302

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

4
Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Celine Aprilia Damayanti

NPM : 21.156.03.11.025

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Judul Tugas Akhir : Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Stroke Non
Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD Cengkareng.

Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam seminar hasil pada tanggal 28 Januari 2022.

Penguji I Penguji II

Lina Indrawati,S.Kep,Ners.,M.Kep Arabta M.Peraten.Pelawi,S.Kep,Ners.,M.Kep

NIDN. 0321108001 NIDN. 0301096505

Mengetahui

Wakil Ketua I Bidang Akademik Kepala Program Studi Keperawatan

STIKes Medistra Indonesia (S1) dan Profesi Ners

Dr. Lenny Irmawaty S,STT.,M.Kes Kiki Deniati, S.Kep., Ns., M.Kep

NIP. 111901197903 NIDN. 316028302


Disahkan

Ketua STIKes Medistra Indonesia

Linda K. Telaumbanua, SST., M.Keb

NIDN. 0302028001

5
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik dan mental sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ners (Ns) pada Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia,
Bekasi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan dan dukungan serta doa sehingga memungkinkan Tugas Akhir ini
terwujud. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Usman Ompusunggu, SE., selaku Pembina Yayasan Medistra Indonesia


2. Saver Mangandar Ompusunggu, SE., selaku Ketua Yayasan Medistra Indonesia
3. Vermona Marbun,MKM selaku BPH STIKes Medistra Indonesia.
4. Linda K Telaumbanua, SST., M. Keb., selaku Ketua STIKes Medistra Indonesia
5. Dr. Lenny Irmawati S.SST., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik STIKes
Medistra Indonesia.
6. Farida Banjarnahor, S. H., selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan Umum
STIKes Medistra Indonesia
7. Hainun Nisa, SST., M. Kes., selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni STIKes Medistra Indonesia
8. Kiki Deniati S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Kepala Program Studi Profesi Ners STIKes
Medistra Indonesia
9. Lina Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
telah memberikan petunjuk dan arahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, juga
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing hingga dapat
menyelesaikan studi.
10. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Medistra Indonesia yang turut membantu
memberikan banyak ilmu, masukan dan arahan selama proses pendidikan

6
11. Orang Tua tercinta yang telah memberikan banyak bantuan dan support dalam bentuk
moril maupun materi serta doa dan semangat yang selalu menyertai saya dalam
penulisan Tugas Akhir ini
12. Keluarga besar dan saudara-saudara yang selalu memberikan support dan doa nya
untuk saya
13. Para Sahabat dan teman spesial saya yang telah memberi semangat dan support dalam
menyelesaikan Tugas Akhir
14. Rekan-rekan Profesi Ners kelas A, B dan C khususnya angkatan IX STIKes Medistra
Indonesia yang selalu memberikan motivasi, semangat dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
15. CI dan Kakak-kakak senior RSUD Cengkareng yang telah membantu dan
membimbing saya selama praktik di RSUD Cengkareng.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat diterima dan bermanfaat dengan baik.

Bekasi, 02 Januari 2022

Celine Aprilia Damayanti,

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia hingga saat
ini. Menurut laporan World Health Organization (WHO), kematian akibat penyakit
degeneratif diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia. Peningkatan terbesar akan
terjadi di negara - negara berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah total, pada tahun
2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa dari 38 juta
jiwa pada tahun ini. Lebih dari dua per tiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat
penyakit degeneratif (Buletin Kesehatan, 2011).

Beberapa penyakit degeneratif yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit


jantung koroner, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker. Stroke merupakan penyakit
gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan pada saraf (deficit neurologic) akibat
gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Stroke hemoragik adalah kejadian dimana
pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Pada stroke iskemik
(stroke non hemoragik), aliran darah ke otak terhenti karena adanya bekuan darah yang
menyumbat pembuluh darah (Adib, 2011).

Penyakit degeneratif seperti stroke juga sudah mulai ditemui tidak hanya pada lansia
namun juga di kalangan usia muda (Indrawati, 2009). Masalah stroke di Indonesia menjadi
semakin penting dan mendesak baik stroke hemoragik maupun stroke non hemoragik. Di
Indonesia sendiri, stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker. Dari data nasional yang didapat, angka kematian yang diakibatkan oleh
penyakit stroke sebesar 15,4%.

Untuk mengurangi resiko kematian akibat stroke maka perawat memiliki peran
penting salah satunya manajemen keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
stroke, sebagai berikut: letakkan kepala pasien pada posisi 30o, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila hemodnamik sudah

8
stabil. Kemudian, bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah. Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan
pemberian obat antipiretik, kosongkan jika kandung kemih penuh (sebaiknya dengan kateter
intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 ml
dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.

Pemberin nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika didapatkan
gangguan menelan atau kesadarana menurun dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar
gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan
insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah > 60
mg% atau > 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV sampai kembali
normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan
pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan kecuali
bila tekanan sistolik >220 mmHg, diastol > 120 mmHg. Mean arterial Blood Pressure (MAP)
> 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal.

Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang direkomendasikan :
natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika
terjadi Hipotensi yaitu tekanan sistol < 90 mmHg diastol < 70 mmHg diberi Nacl 0,9 % 250
ml selama 1 jam dilanjutkan 500 ml selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai
hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi yaitu tekanan darah sistol masih < 90 mmHg
dapat diberikan dopamin 2-20ug/kg/menit sampai tekanan darah sistolik > 110 mmHg. Jika
kejang diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg perhari
dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin karbamaxepin). Jika kejang muncul
setelah 2 minggu, diberikan anikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan
intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intavena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan
jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk dilanjutkan 0,25g/kg BB per
30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (< 320 37
mmol) sebagai alternatif dapat diberikan larutan hipertonik (NaCL 3%) atau furosemid.

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada


masyarakat. Salah satu peran penting seorang perawat adalah sebagai Educator, dimana

9
pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan dengan semua tahap
kesehatan dan tingkat pencegahan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat dapat menekankan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada upaya
promotif dan preventif. Maka dari itu, peranan perawat dalam penanggulangan Dengue
haemorhagic fever yaitu perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarga dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, memberikan informasi
yang tepat tentang kesehatan stroke non hemoragic. Manfaat pendidikan kesehatan bagi
keluarga antara lain meningkatkan pengetahuan keluarga tentang sakitnya hingga pada
akhirnya akan meningkatkan kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).

Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan Indonesia


diketahui bahwa prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan yang terdiagnosis tenaga
kesehatan sebesar 0,7% (Depkes, 2013). Faktor resiko terjadinya stroke tidak hanya selalu
pada pola makan saja. Ada berbagai macam faktor pencetus munculnya penyakit stroke
seperti stress baik itu stress psikologi maupun stress pekerjaan dimana stress dapat
menyebabkan hipertensi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya stroke 10% kali.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Khairatunnisa (2017), diketahui bahwa


hasil analisis bivariat menunjukan bahwa faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan
kejadian stroke adalah hipertensi. Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam kejadian penyakit stroke. Hipertensi merupakan faktor risiko utama pada
stroke iskemik maupun pada stroke hemoragik (Yueniwati, 2015). Melihat ringkasan kasus di
atas, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Stroke Non
Hemoragik di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD Cengkareng.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Mengetahui dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan
Stroke Non Hemoragic dalam penerapan langsung ke Tn. S di Ruangan Rawat Inap
Bedah Pepaya RSUD Cengkareng.

2. Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam :

10
a. Pengkajian pada Tn. S dengan Stroke Non Hemoragic di Ruangan Rawat Inap Bedah

Pepaya RSUD Cengkareng

b. Menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan Stroke Non Hemoragic di

Ruangan Rawat Inap Bedah Pepaya RSUD Cengkareng

c. Membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn. S dengan Stroke Non Hemoragic di

Ruangan Rawat Inap Bedah Pepaya RSUD Cengkareng

d. Mengaplikasikan implementasi non farmakologi pada Tn. S dengan Stroke Non

Hemoragic yaitu terapi musik berdasarkan evidence based practiced di Ruangan

Rawat Inap Bedah Pepaya RSUD Cengkareng

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada tn.S dengan apendisitis di Ruangan Rawat

Inap Bedah Pepaya RSUD Cengkareng

f. Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn. S dengan Stroke Non

Hemoragic di Ruangan Rawat Inap Bedah Pepaya RSUD Cengkareng

11
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit


neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah
stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif &
Hardhi, 2015). Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau
di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).

B. Etiologi

Menurut Muttaqin (2008), penyebab dari stroke iskemik ada lima, yaitu:

1. Thrombosis Cerebral.

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menyebabkan thrombosis otak:

a) Atherosklerosis

Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan


atau elastisitas dinding pembuluh darah. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut:

12
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.

b) Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat


melambatkan aliran darah serebral.

c) Arteritis (radang pada arteri)

2. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan


darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10-30 detik.

3. Hemoragik

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang


subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi:

a) Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.


b) Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c) Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.

13
e) Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.

4. Hypoksia Umum

a) Hipertensi yang parah.


b) Cardiac Pulmonary Arrest
c) Cardiac output turun akibat aritmia

5. Hipoksia setempat

a) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.


b) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

C. Patofisiologi

Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area
tertentu di otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
turbulensi Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah.

Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien
mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan masif.

14
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotik clan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat
luas akan lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro
vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau
lewat foramen magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel
otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan yang
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.

15
D. Pathway

16
E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011) antara lain :

1. Hipertensi
2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
6. Nyeri kepala (migran, vertigo)
7. Muntah
8. Disatria (kesulitan berbicara)

17
9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen, delirium, suppor, koma)

Faktor Risiko Stroke

Tabel 5. Ada beberapa faktor resiko dari stroke, antara lain:

Bisa dikendalikan Potensial Tidak bisa

Bisa Dikendalikan Dikendalikan


Hipertensi Diabetes Umur

Penyakit jantung: Endokarditis, Militus Jenis kelamin

Fibrilasi atrium, Stenosis mitralis, Hiperhomosiste Herediter

Infark jantung, Merokok inemia Ras dan etnis

Konsumsi alkohol Hipertrofi Geografi

Stress ventrikel kiri

Anemia sel sabit

Transient Ischemic Attack (TIA)

Stenosis karotis asimtomatik

Kontrasepsi oral (khususnya


dengan

disertai hipertensi, merokok, dan


kadar estrogen tinggi),

Kolesterol tinggi,

Penyalahgunaan obat (kokain)

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut :

1. Laboratorium

18
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan kimia darah lengkap

1) Gula darah sewaktu


2) Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT/SGPT/CPK
dan Profil lipid (trigliserid, LDL-HDL serta total lipid)

c. Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap)

1) Waktu protrombin
2) APTT
3) Kadar fibrinogen
4) D-dimer
5) INR
6) Viskositas plasma

2. Foto Thorax

Dapat memperlihatkan keadaan jantung. Serta mengidentifikasi kelainan paru yang


potensial mempengaruhi proses manajemen dan memperburuk prognosis.

3. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan


arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskular.

4. Lumbal pungsi

Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal menunjukkan
adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor
merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang
kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

19
5. CT scan.

Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.

6. MRI

MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk


menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

7. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).

8. EEG

Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak

G. Terapi

1. Terapi umum

letakkan kepala pasien pada posisi 30o , kepala dan dada pada satu bidang, ubah posisi
tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila hemodnamik sudah stabil. Selanjutnya,
bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah.
Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian
dicari penyeba harus dikoreksibnya jika kandung keih penuh dikosongkan (sebaiknya dengan
kateter intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-
2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin
isotonik. Pemberin nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika didapatkan
gangguan menelan atau kesadaranya menurun dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar
gula darah >150mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan

20
insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah > 60
mg% atau > 80 mg% 36 dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV sampai
kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi
dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan
kecuali bila tekanan sistolik >220 mmHg, diastol > 120 mmHg. Mean arterial Blood Pressure
(MAP) > 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau
didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan
tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid,
penyekat reseptor alfabeta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi Hipotensi
yaitu tekanan sistol < 90 mmHg diastol < 70 mmHg diberi Nacl 0,9 % 250 ml selama 1 jam
dilanjutkan 500 ml selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat
diatasi. Jika belum terkoreksi yaitu tekanan darah sistol masih < 90 mmHg dapat diberikan
dopamin 2-20ug/kg/menit sampai tekanan darah sistolik > 110 mmHg. Jika kejang diberi
diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg perhari dilanjutkan
pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin karbamaxepin). Jika kejang muncul setelah 2
minggu, diberikan anikonvulsan peroral jangka panjang. Jika didapatkan tekanan intrakranial
meningkat, diberi manitol bolus intavena 0,25 sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan jika
dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk dilanjutkan 0,25g/kg BB per 30
menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (< 320 37
mmol) sebagai alternatif dapat diberikan larutan hipertonik (NaCL 3%) atau furosemid.

2. Terapi Khusus

Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan atau yang dianjurkan dengan trombolitik rtPA (recombinant tissue Plasminogen
Actiatoe). Dapat juga diberikan agen neuroproteksi yait sitikolin atau piracetam (jika
didapatkan afasia).

H. Komplikasi

21
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat terjadi
masalah fisik dan emosional diantaranya:

1. Bekuan darah (Trombosis) mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan
penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan
embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan
darah ke paru.
2. Dekubitus bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi ulkus
dekubitus dan infeksi.
3. Pneumonia pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan pneumoni.
4. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan
immobilisasi.
5. Depresi dan kecemasan gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan
reaksi emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hipertensi


(D.0017)
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot (D.0054)
3. Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasional (D.0080)

J. Intervensi Keperawatan

1. Intervensi Keperawatan Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Berhubungan


Dengan Hipertensi (D.0017)

a. Pemantauan Tanda Vital (I.02060)

Observasi:

22
- Monitor tekanan darah, nadi, penafasan, SPO2 dan suhu tubuh

- Indentifikasi penyebab perubahan tanda vital

Terapeutik:

- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan

b. Pemberian Obat Oral (I.03128)

Observasi:

- Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan kontraindikasi obat

- Periksa tanggal kadaluarsa obat

- Monitor efek samping obat

Terapeutik:

- Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dokumentasi)

- Berikan obat oral: amlodipin atau candesartan sesudah makan

Edukasi:

- Jelaskan jenis obat alasan pemberian, dan efek samping sebelum pemberian

2. Intervensi Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan


Kekuatan Otot (D.0054)

23
a. Pencegahan Jatuh (I.14540)

Observasi:

- identifikasi faktor resiko jatuh

- identifikasi resiko jatuh seditaknya 1 kali setiap pergantian shift

- identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh

Terapeutik:

- Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga

- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci

- Pasang handrail tempat tidur

- Atur tempat tidur pada posisi terendah

- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien

Edukasi:

- Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan dengan menekan bel

- Ajarkan cara menggunakan bel untuk memanggil perawat.

b. Dukungan Mobilisasi (I.05173)

Observasi:

- Identifikasi adanya keluhan fisik

- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

- Monitor ttv sebelum memulai mobilisasi

24
Terapeutik:

- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu

- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

- Anjurkan melakukan mobilisasi dini

- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur

3. Intervensi Keperawatan Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasional (D.0080)

a. Manajemen Stress (I.09293)

Observasi:

- identifikasi tingkat stres

- identifikasi stresor

Terapeutik:

- Pastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan resistensi tubuh terhadap
stres.

- Hindari makanan yang mengandung kafein, garam, dan lemak.

Edukasi:

- Anjurkan menggunakan teknik menurunkan stres yang sesuai untuk diterapkan di


rumah sakit maupun pada situasi lainnya.

- Ajarkan teknik menurunkan stres, seperti: latihan pernapasan, terapi musik, terapi
humor atau tertawa.

25
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT KAJIAN DATA DASAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes MEDISTRA INDONESIA)

PENGKAJIAN DATA DASAR

Nama Mahasiswa : Celine Aprilia Damayanti

Tempat : RSUD Cengkareng

Tanggal Pengkajian : 23 Desember 2021

I. Identitas diri klien

Nama : Tn.S Tanggal masuk RS : 18-12-2021

Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 20 Juli 1962 Sumber informasi : Adik Klien

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain–lain)

Alamat : Kp. Baru, Kembangan Utara, Jakarta Barat

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

26
Suku : Betawi

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh

II. Status Kesehatan Saat ini

1. Alasan kunjungan/keluhan utama :

Pasien datang ke RSUD Cengkareng dengan keluhan kaku pada kaki kiri sejak 3 hari yang
lalu, pasien mengatakan punya riwayat jatuh pada saat sholat jumat. Pasien mengeluh lemas
dan tidak kuat menopang tubuh. Pasien mengatakan merasa cemas akan penyakit yang
diderita saat ini, karena takut kebutuhan keluarga pasien tidak tercukupi karena pasien tidak
dapat bekerja selama sakit.

2. Faktor Pencetus : pasien mengatakan penyakit turunan dari ibu


3. Lamanya keluhan : 3 hari yang lalu
4. Timbulnya keluhan : mendadak
5. Faktor yang memberatkan : klien mengatakan tekanan darah masih sering tinggi dan tidak
terkontrol, juga pada saat beraktivitas
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :

Sendiri: beristirahat

Oleh orang lain : diberi obat oleh resep dokter amlodipin dan candesartan dan dibantu oleh
adik jika mau beraktivitas

7. Diagnosa medik : Stroke Non Hemoragic

III. Riwayat kesehatan yang lalu

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Kanak-kanak : batuk, flu, demam


b. Kecelakaan : tidak ada
c. Pernah dirawat penyakit : tidak pernah

27
d. Operasi : tidak pernah

2. Alergi : Tidak ada alergi


3. Imunisasi : lengkap
4. Kebiasaan: pasien mengatakan memiliki kebiasaan merokok
5. Obat – obatan :

Pasien mengatakan memiliki hipertensi sejak 3 tahun lalu tetapi tidak pernah minum obat
hipertensi.

6. Pola nutrisi :

 Frekwensi makanan : 3 kali sehari dengan porsi 3/4 (tersisa)


 Berat badan : 65 kg
 Tinggi badan : 167 cm
 Jenis makanan : nasi sayur dan lauk, serta buah-buahan
 Makanan yang disukai : makan makanan asin, dan buah buahan
 Makanan yang tidak disukai : makanan asam
 Makanan pantang : makanan asin
 Nafsu makan : baik
 Perubahan berat badan 3 bulan terahir : tetap

7. Pola Eliminasi :

a. Buang air besar

Frekwensi : 1-2 kali/hari

Waktu : pagi/siang/sore/malam

Warna : kuning kecoklatan dengan konsistensi padat

b. Buang air kecil

Frekwensi : 5-6 kali/hari

28
Warna : kuning terang

Bau : amonia

8. Pola tidur dan istirahat

 Waktu tidur (jam) : sekitar jam 22.00 - 23.00 WIB


 Lama tidur/hari : 6-8 jam
 Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
 Kebiasaan saat tidur : tidak ada
 Kesulitan dalam hal tidur : tidak ada

9. Pola aktivitas dan latihan

a. Kegiatan dalam pekerjaan : karyawan


b. Olah raga : jalan santai
c. Kegiatan diwaktu luang : menonton TV, dan bersosialisasi dengan tetangga.
d. Kesulitan / keluhan dalam hal : mandi sendiri, mengenakan pakaian, dan beraktivitas.

10. Pola kerja :

a) Jenis pekerjaan : Supir


b) Jumlah jam kerja : 8 jam/hari
c) Jadwal kerja : senin-jumat

IV. Riwayat Keluarga

Genogram:

Keterangan:

29
= Permpuan = Pasien = Tinggal serumah

= Laki-laki / = Meninggal = Garis keturunan

V. Riwayat Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal

Kondisi rumah Tn.S terlihat bersih dan rapih, penerangan pada ruangan terang disiang hari,
sirkulasi udara baik, keadaan kamar mandi dan WC bersih, pembuangan kotoran ≥10m dari
sumber air, sumber air minum menggunakan air PAM, pembuangan sampah dengan cara di
buang di tempat pembuangan sampah warga, privasi klien terjaga dan tidak adanya resiko
injury pada klien.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah diderita : pasien mengatakan pernah mengalami


batuk, flu dan demam
2. Riwayat alergi : tidak memiliki alergi
(obat,makanan,binatang,debu,dll)
3. Riwayat kecelakaan : tidak pernah
4. Riwayat pernah dirawat di RS : tidak pernah
5. Riwayat pemakaian obat : Tidak Pernah

Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Composmentis


b. TTV

TD : 170/100mmHg

30
Nadi : 80x/ menit

RR : 20x/ menit

Suhu : 370C
c. BB : 65 kg

TB : 167 cm
d. Kepala : Bentuk kepala bulat
1) Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, berwarna hitam/putih
(beruban), tidak ada lesi, tidak ada benjolan di kepala.
2) Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, iris
berwarna hitam, sklera tidak ikterik, isokor, tidak ada
peradangan, tidak ada katarak, gerakan bola mata
simetris, terdapat kantung mata, pupil refleks terhadap
rangsangan cahaya dan Tn.S tidak memakai alat bantu
penglihatan.
3) Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak ada lesi, tidak tampak
adanya peradangan, telinga luar bersih, tidak ada
serumen dikedua telinga, tidak terdapat benjolan, dan
tidak ada nyeri tekan pada telinga.
4) Mulut, tenggorokan : Mukosa bibir lembab, gigi tampak bersih, gusi tidak
dan leher ada perdarahan, lidah tampak tidak bersih, tidak tampak
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis, tidak ada
peradangan pada tenggorokan, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada kesulitan saat mengunyah dan
menelan makanan.
e. Sistem pernafasan : Dada simetris saat mengembang, RR 20x/menit, Pola
nafas regular, suara nafas vesikuler, tidak ada suara
nafas tambahan seperti wheezing, ronchi, dan krekles.
f. Sistem kardiovaskuler: Ictus cordis tidak nampak, nadi radialis : 78x/ menit,
nadi teraba adekuat, bunyi jantung S1/S2 normal, tidak

31
terdengar suara tambahan
g. Sistem : Abdomen tidak ada lesi, tidak ada tanda peradangan,
gastrointestinal peristaltik usus 8x/menit, bunyi abdomen timpani,
tidak ada nyeri dan tidak teraba massa.
h. Sistem perkemihan : tidak ada keluhan nyeri dan rasa terbakar saat
berkemih, warna urin kuning terang, ± 1300 cc/hari.
i. Sistem : tidak ada lesi pada kulit, tonus otot ekstremitas atas &
muskuloskeletal bawah melemah, kekuatan ektremitas atas & bawah
lemah, tidak ada edema pada ekstremitas atas & bawah,
tidak ada kelainan pada sendi, tidak ada nyeri
ekstremitas.
j. Sistem saraf pusat Fungsi penciuman baik, fungsi penglihatan sudah agak
berkurang, gerakan bola mata simetris, Tn.S bisa
menggerakan bola mata ke atas dan ke bawah, tidak ada
gangguan mengunyah, bentuk bibir simetris, fungsi
pendengaran masih baik, tidak ada gangguan pada
indera perasa, tidak ada gangguan pada proses menelan,
pengucapan masih jelas.
k. Sistem endokrin : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada penyakit
metabolik Diabetes Melitus (DM)

32
VI. Pathway

33
34
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tabel 1.6 Hasil Laboraturium


No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
1 Hemoglobin 17,1 13,0-16,0 g/dL
2 LED ( Laju Endap 39 0-20 mm/Hr
Darah )
3 Leukosit 10.500 4.000- 11.000/ui
4 Basophil 0 0- 1.5%
5 Eosinopil 2 1-7%
6 Neutrophil batang 0 0-3%
7 Neutrophil segmen 80 40-74%
8 Lymphocytes 25 19-45%
9 Monocytes 4 2-10%
10 Trombosit 253.000 150.000- 400.000/ul
11 Hematokrit 48 45-55%
12 Erytrosit 4.5 3.8-5.2(*10^6/uL)
13 MCV 85 80-100 fl
14 MCH 30 28-34 pg
15 Ureum 15 8-25 mg/dl
16 Kreatinin 0,8 0,5-1,5 mg/dl
17 Natrium 139 135-145 mmol/L
18 Kalium 3,0 3,5-5,0 mmol/L

PENGOBATAN

Nama obat Golongan Dosis manfaat


Candasartan Angiontensin 8 Mg Mengatasi Hipertensi
Receptor blocker dan gagal jantung
sAmlodipin Obat Antihipertensi 10 Mg Menurunkan
Golongan Antagonis Tekanan darah
Kalsium
Asam folat 1 tablet
CPG 75 Mg
Atirvastatin 20 Mg
Frutolit + KCL 25 mcq

35
DATA FOKUS

Data subjektif Data Objektif


- Tn.S mengatakan memiliki riwayat - Pemeriksaan TTV Tn.S
hipertensi sejak 3 tahun yang lalu
TD : 170/100mmHg
- Tn.S mengatakan riwayat jatuh pada
waktu sholat jumat
N : 80x/menit
- Tn.S mengatakan lemas tidak dapat
menopang tubuh dan kaku pada kaki RR : 20x/menit
kiri
S : 37OC
- Tn.S mengatakan merasa cemas akan
kebutuhan keluarganya tidak
SPO2 : 97%
terpenuhi dengan kondisi penyakitnya
yang sekarang karna tidak bisa - Tn.S tampak berbaring lemas di bed
bekerja.
- Tn.S tidak dapat beraktivitas sendiri
dan perlu dibantu oleh keluarga
maupun perawat.

- Tn.S tampak cemas dan melamun

ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan Etiologi


1. Data Subjektif : Resiko Perfusi Jaringan Serebral Hipertensi
Tidak Efektif
- Tn.S mengatakan memiliki
riwayat hipertensi sejak 3
tahun yang lalu
- Tn.S mengatakan riwayat
jatuh pada waktu sholat

36
jumat

Data Objektif :

- Pemeriksaan TTV Tn.S

TD : 170/100mmHg

N : 80x/menit

RR : 20x/menit

S : 37OC

SPO2 : 97%

2. Data Subjektif : Gangguan Mobilitas Fisik Penurunan Kekuatan


Otot
- Tn.S mengatakan lemas
tidak dapat menopang
tubuh dan kaku pada kaki
kiri

Data Objektif :

- Tn.S tampak berbaring


lemas di bed

- Tn.S tidak dapat


beraktivitas sendiri dan
perlu dibantu oleh keluarga
maupun perawat.

37
3. Data Subjektif : Ansietas Krisis Situasiona

- Tn.S mengatakan merasa


cemas akan kebutuhan
keluarganya tidak terpenuhi
dengan kondisi penyakitnya
yang sekarang karna tidak bisa
bekerja.

Data Objektif :

- Tn.S tampak cemas dan


melamun

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan
Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Berhubungan Dengan
1.
Hipertensi (D.0017)
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot
2.
(D.0054)

3. Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasional (D.0080)

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Resiko Perfusi Setelah dilakukan 1. Pemantauan Tanda Untuk mengetahui
Jaringan Serebral asuhan keperawatan perkembangan TTV

38
Tidak Efektif 3x24 jam Vital (I.02060) pasien terutama pada
Berhubungan diharapkan tekanan tekanan darah pasien
Observasi:
Dengan Hipertensi darah klien normal,
(D.0017) dengan kriteria
- Monitor tekanan darah,
hasil:
nadi, penafasan, SPO2
dan suhu tubuh
TD: < 140/90
mmHg
- Indentifikasi penyebab
perubahan tanda vital

Terapeutik:

- Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

- Informasikan hasil
pemantauan

2. Pemberian Obat Oral


(I.03128)

Observasi:

- Identifikasi
kemungkinan alergi,
interaksi dan

39
kontraindikasi obat

- Periksa tanggal
kadaluarsa obat

- Monitor efek samping


obat

Terapeutik:

- Lakukan prinsip 6
benar (pasien, obat,
dosis, waktu, rute,
dokumentasi)

- Berikan obat oral:


amlodipin atau
candesartan sesudah
makan

Edukasi:

- Jelaskan jenis obat


alasan pemberian, dan
efek samping sebelum
pemberian

2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Pencegahan Jatuh Untuk mencegah klien


Mobilitas Fisik asuhan keperawatan (I.14540) jatuh dan mengalami
Berhubungan 3x24 jam cedera
Observasi:
Dengan Penurunan diharapkan klien
Kekuatan Otot dapat beraktivitas
- identifikasi faktor
(D.0054) sendiri, dengan

40
kriteria hasil:
resiko jatuh
- klien mengatakan
- identifikasi resiko jatuh
tidak lemas
seditaknya 1 kali setiap
- aktivitas klien pergantian shift
tidak dibantu oleh
- identifikasi faktor
keluarga maupun
lingkungan yang
perawat
meningkatkan resiko
jatuh

Terapeutik:

- Orientasikan ruangan
pada pasien dan keluarga

- Pastikan roda tempat


tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi
terkunci

- Pasang handrail tempat


tidur

- Atur tempat tidur pada


posisi terendah

- Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien

Edukasi:

- Anjurkan memanggil
perawat jika

41
membutuhkan bantuan
dengan menekan bel

- Ajarkan cara
menggunakan bel untuk
memanggil perawat.

2. Dukungan Mobilisasi
(I.05173)

Observasi:

- Identifikasi adanya
keluhan fisik

- Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan

- Monitor ttv sebelum


memulai mobilisasi

Terapeutik:

- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu

- Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan

42
Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi

- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini

- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan, seperti duduk
di tempat tidur

3. Ansietas Setelah dilakukan Manajemen Stress Mengurangi stress


Berhubungan asuhan keperawatan (I.09293) ysng disebabkan karna
Dengan Krisis 3x24 jam pola pikir yang cemas
Observasi:
Situasional diharapkan klien juga dapat
(D.0080) tampak rileks dan menurunkan tekanan
- identifikasi tingkat
tenang, dengan darah
stres
kriteria hasil:
- identifikasi stresor
- klien tampak
tenang dan tidak Terapeutik:
melamun
- Pastikan asupan nutrisi
yang adekuat untuk
meningkatkan resistensi
tubuh terhadap
stres.

- Hindari makanan yang


mengandung kafein,

43
garam, dan lemak.

Edukasi:

- Anjurkan
menggunakan teknik
menurunkan stres yang
sesuai untuk diterapkan
di rumah sakit
maupun pada situasi
lainnya.

- Ajarkan teknik
menurunkan stres,
seperti: latihan
pernapasan, terapi
musik, terapi humor
atau tertawa.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN HARI PERTAMA


Diagnosa Waktu Implementasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Resiko Perfusi 23/12/2022 1. Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Jaringan Serebral
Observasi:
Tidak Efektif
Berhubungan Dengan
- Memonitor tekanan darah, nadi,
Hipertensi (D.0017)
penafasan, SPO2 dan suhu tubuh

- Mengindentifikasi penyebab perubahan


tanda vital

44
Terapeutik:

- Mengatur interval pemantauan sesuai


kondisi pasien

- Mendokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:

- Menjelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan

- Menginformasikan hasil pemantauan

3. Pemberian Obat Oral (I.03128)

Observasi:

- Mengidentifikasi kemungkinan alergi,


interaksi dan kontraindikasi obat

- Memeriksa tanggal kadaluarsa obat

- Memonitor efek samping obat

Terapeutik:

- Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,


dosis, waktu, rute, dokumentasi)

- Memberikan obat oral: candesartan


sesudah makan

Edukasi:

- Menjelaskan jenis obat alasan pemberian,

45
dan efek samping sebelum pemberian
Gangguan Mobilitas 1. Pencegahan Jatuh (I.14540)
Fisik Berhubungan
Observasi:
Dengan Penurunan
- Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
Kekuatan Otot
(D.0054) - Mengidentifikasi resiko jatuh seditaknya 1
kali setiap pergantian shift

- Mengidentifikasi faktor lingkungan yang


meningkatkan resiko jatuh

Terapeutik:

- Mengorientasikan ruangan pada pasien


dan keluarga

- Memastikan roda tempat tidur dan kursi


roda selalu dalam kondisi terkunci

- Memasang handrail tempat tidur

- Mengatur tempat tidur pada posisi


terendah

- Mendekatkan bel pemanggil dalam


jangkauan pasien

Edukasi:

- Menganjurkan memanggil perawat jika


membutuhkan bantuan dengan menekan bel

- Mengajarkan cara menggunakan bel untuk


memanggil perawat.

2. Dukungan Mobilisasi (I.05173)

Observasi:

46
- Mengidentifikasi adanya keluhan fisik

- Mengidentifikasi toleransi fisik


melakukan pergerakan

- Memonitor ttv sebelum memulai


mobilisasi

Terapeutik:

- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan


alat bantu

- Melibatkan keluarga untuk membantu


pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi:

- Menjelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi

- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini

- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang


harus dilakukan, seperti duduk di tempat
tidur
Ansietas Manajemen Stress (I.09293)
Berhubungan Dengan
Observasi:
Krisis Situasional
(D.0080)
- Mengidentifikasi tingkat stres

- Mengidentifikasi stresor

Terapeutik:

- Memastikan asupan nutrisi yang adekuat

47
untuk meningkatkan resistensi tubuh
terhadap stres.

- Menghindari makanan yang mengandung


kafein, garam, dan lemak.

Edukasi:

- Menganjurkan menggunakan teknik


menurunkan stres yang sesuai untuk
diterapkan di rumah sakit maupun pada
situasi lainnya.

- Mengajarkan teknik menurunkan stres,


seperti: latihan pernapasan, terapi musik,
terapi humor atau tertawa.

EVALUASI KEPERAWATAN HARI PERTAMA


Diagnosa Keperawatan Waktu Evaluasi Keperawatan Paraf
Resiko Perfusi Jaringan S:-
Serebral Tidak Efektif
O : TTV:
Berhubungan Dengan
Hipertensi (D.0017)
- TD: 167/90 mmHg
- N: 76x/menit
- RR: 20x/menit.
- S: 36,8oC,
- SPO2: 96%.

48
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Gangguan Mobilitas S : Klien mengatakan masih lemas dan


Fisik Berhubungan kaku pada kaki kiri.
Dengan Penurunan
O: Klien masih tampak lemas dan
Kekuatan Otot (D.0054)
dibantu oleh keluarga saat melakukan
aktivitas

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Ansietas Berhubungan S: Klien mengatakan masih cemas


Dengan Krisis dengan keluarganya akan kondisi yang
Situasional (D.0080) diderita klien saat ini

O : klien masih kelihatan cemas dan


melamun

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN HARI KE DUA


Diagnosa Waktu Implementasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Resiko Perfusi 1. Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Jaringan Serebral
Observasi:
Tidak Efektif
Berhubungan Dengan

49
Hipertensi (D.0017)
- Memonitor tekanan darah, nadi,
penafasan, SPO2 dan suhu tubuh

- Mengindentifikasi penyebab perubahan


tanda vital

Terapeutik:

- Mengatur interval pemantauan sesuai


kondisi pasien

- Mendokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:

- Menjelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan

- Menginformasikan hasil pemantauan

4. Pemberian Obat Oral (I.03128)

Observasi:

- Mengidentifikasi kemungkinan alergi,


interaksi dan kontraindikasi obat

- Memeriksa tanggal kadaluarsa obat

- Memonitor efek samping obat

Terapeutik:

- Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,


dosis, waktu, rute, dokumentasi)

50
- Memberikan obat oral: amlodipin sesudah
makan

Edukasi:

- Menjelaskan jenis obat alasan pemberian,


dan efek samping sebelum pemberian
Gangguan Mobilitas 3. Pencegahan Jatuh (I.14540)
Fisik Berhubungan
Observasi:
Dengan Penurunan
- Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
Kekuatan Otot
(D.0054) - Mengidentifikasi resiko jatuh seditaknya 1
kali setiap pergantian shift

- Mengidentifikasi faktor lingkungan yang


meningkatkan resiko jatuh

Terapeutik:

- Memastikan roda tempat tidur dan kursi


roda selalu dalam kondisi terkunci

- Memasang handrail tempat tidur

- Mengatur tempat tidur pada posisi


terendah

- Mendekatkan bel pemanggil dalam


jangkauan pasien

Edukasi:

- Menganjurkan memanggil perawat jika


membutuhkan bantuan dengan menekan bel

4. Dukungan Mobilisasi (I.05173)

51
Observasi:

- Mengidentifikasi adanya keluhan fisik

- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan


pergerakan

- Memonitor ttv sebelum memulai


mobilisasi

Terapeutik:

- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan


alat bantu

- Melibatkan keluarga untuk membantu


pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi:

- Menjelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi

- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini

- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang


harus dilakukan, seperti duduk di tempat
tidur
Ansietas Manajemen Stress (I.09293)
Berhubungan Dengan
Observasi:
Krisis Situasional
(D.0080)
- Mengidentifikasi tingkat stres

- Mengidentifikasi stresor

Terapeutik:

52
- Memastikan asupan nutrisi yang adekuat
untuk meningkatkan resistensi tubuh
terhadap stres.

- Menghindari makanan yang mengandung


kafein, garam, dan lemak.

Edukasi:

- Menganjurkan menggunakan teknik


menurunkan stres yang sesuai untuk
diterapkan di rumah sakit maupun pada
situasi lainnya.

EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE DUA


Diagnosa Keperawatan Waktu Evaluasi Keperawatan Paraf
Resiko Perfusi Jaringan S:-
Serebral Tidak Efektif
O: TTV = TD: 156/85 mmHg,
Berhubungan Dengan
Hipertensi (D.0017)
N:78x/menit,

RR: 18x/menit.

S: 36,5oC,

SPO2: 97%.

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan Mobilitas S : Tn.S mengatakan masih sedikit
Fisik Berhubungan lemas saat beraktivitas,

53
Dengan Penurunan
O : klien tampak duduk di tempat tidur
Kekuatan Otot (D.0054)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Ansietas Berhubungan S:-


Dengan Krisis
O : klien tampak sedikit tenang.
Situasional (D.0080)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN HARI KE TIGA


Diagnosa Waktu Implementasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Resiko Perfusi 1. Pemantauan Tanda Vital (I.02060)
Jaringan Serebral
Observasi:
Tidak Efektif
Berhubungan Dengan
- Memonitor tekanan darah, nadi,
Hipertensi (D.0017)
pernafasan, SPO2 dan suhu tubuh

- Mengindentifikasi penyebab perubahan


tanda vital

Terapeutik:

- Mengatur interval pemantauan sesuai


kondisi pasien

- Mendokumentasikan hasil pemantauan

54
Edukasi:

- Menjelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan

- Menginformasikan hasil pemantauan

5. Pemberian Obat Oral (I.03128)

Observasi:

- Mengidentifikasi kemungkinan alergi,


interaksi dan kontraindikasi obat

- Memeriksa tanggal kadaluarsa obat

- Memonitor efek samping obat

Terapeutik:

- Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,


dosis, waktu, rute, dokumentasi)

- Memberikan obat oral: amlodipin sesudah


makan

Edukasi:

- Menjelaskan jenis obat alasan pemberian,


dan efek samping sebelum pemberian
Gangguan Mobilitas 5. Pencegahan Jatuh (I.14540)
Fisik Berhubungan
Observasi:
Dengan Penurunan
- Mengidentifikasi faktor resiko jatuh
Kekuatan Otot
(D.0054) - Mengidentifikasi resiko jatuh seditaknya 1

55
kali setiap pergantian shift

- Mengidentifikasi faktor lingkungan yang


meningkatkan resiko jatuh

Terapeutik:

- Memastikan roda tempat tidur dan kursi


roda selalu dalam kondisi terkunci

- Memasang handrail tempat tidur

- Mengatur tempat tidur pada posisi


terendah

- Mendekatkan bel pemanggil dalam


jangkauan pasien

Edukasi:

- Menganjurkan memanggil perawat jika


membutuhkan bantuan dengan menekan bel

6. Dukungan Mobilisasi (I.05173)

Observasi:

- Mengidentifikasi adanya keluhan fisik

- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan


pergerakan

- Memonitor ttv sebelum memulai


mobilisasi

Terapeutik:

- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan


alat bantu

- Melibatkan keluarga untuk membantu

56
pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi:

- Menjelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi

- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini

- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang


harus dilakukan, seperti duduk di tempat
tidur
Ansietas Manajemen Stress (I.09293)
Berhubungan Dengan
Observasi:
Krisis Situasional
(D.0080)
- Mengidentifikasi tingkat stres

- Mengidentifikasi stresor

Terapeutik:

- Memastikan asupan nutrisi yang adekuat


untuk meningkatkan resistensi tubuh
terhadap stres.

- Menghindari makanan yang mengandung


kafein, garam, dan lemak.

Edukasi:

- Menganjurkan menggunakan teknik


menurunkan stres yang sesuai untuk
diterapkan di rumah sakit maupun pada
situasi lainnya.

57
EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE TIGA
Diagnosa Keperawatan Waktu Evaluasi Keperawatan Paraf
Resiko Perfusi Jaringan S:-
Serebral Tidak Efektif
O: TTV: TD: 131/80 mmHg,
Berhubungan Dengan
Hipertensi (D.0017)
N: 75x/menit,

RR: 18x/menit.

S: 36,5oC,

SPO2: 98%

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
Gangguan Mobilitas S : Tn.S mengatakan sudah tidak lemas
Fisik Berhubungan saat beraktivitas,
Dengan Penurunan
O : klien tampak beraktivitas sendiri
Kekuatan Otot (D.0054)
tanpa bantuan keluarga maupun perawat

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Ansietas Berhubungan S:-


Dengan Krisis
O : klien tampak tenang.
Situasional (D.0080)

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

58
59
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang


bertujuan untuk mengumpulkan data-data dan informasi pasien. Tahapan ini dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, kebutuhan-kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien baik mental, fisik, sosial, dan lingkungan.

Penulis melakukan proses pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.S yang menderita
Stroke Non Hemoragic pada tanggal 18 Desember 2021 sampai 26 Desember 2021.
Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data yakni metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. Dari proses pengkajian ini penulis dapat
untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, kebutuhan-kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien baik mental, fisik, sosial, dan lingkungan (Widagdo, 2016).

Pengkajian yang didapatkan penulis yaitu didapatkan data bahwa Tn.S memiliki
riwayat penyakit Hipertensi 3 tahun yang lalu, Faktor pencetusnya adalah keturunan dari
Ibu, upaya untuk mengatasi masalah Hipertensi yang dialami Tn.S adalah dengan
meminum obat-obatan warung, keluhan yang dialami Tn.S adalah lemas, kaku pada kaki
kiri, tidak mampu menopang tubuh untuk berdiri maupun beraktifitas, frekuensi tidur 6-8
jam, dan merasa cemas karena tekanan darah yang naik tak kunjung turun, pasien
mengatakan cemas dengan keluarga karena penyakit yang sekarang pasien mengatakan
takut kebutuhan keluarga tidak tercukupi dengan keadaannya yang sekarang.

Hasil pengkajian pada lingkungan tempat tinggal pasien adalah Kondisi rumah Tn.S
terlihat bersih dan rapih, penerangan pada ruangan terang disiang hari, sirkulasi udara baik,
keadaan kamar mandi dan WC bersih, pembuangan kotoran ≥10m dari sumber air, sumber
air minum menggunakan air PAM, pembuangan sampah dengan cara di buang di tempat
pembuangan sampah warga, privasi klien terjaga dan tidak adanya resiko injury pada
klien.

60
Hasil pengkajian Data dasar Tn.S adalah, keadaan umum composmetis, dengan
Tanda-Tanda vital : TD: 170/100 Mmhg, Nadi : 80x/menit, RR: 20x/menit, dengan Berat
Badan: 65kg, dan tinggi badan 167 cm.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interprestasi data


yang telah di dapat dari hasil pengkajian mengenai masalah kesehatan pasien. Setelah
ditemukan masalah keperawatan maka didapatkan diagnosa keperawatan yaitu :

1. Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hipertensi


(D.0017)
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot
(D.0054)
3. Ansietas Berhubungan Dengan Krisis Situasional (D.0080)

Diagnosa keperawatan tersebut menggunakan sumber dari Buku SDKI 2016 edisi
1 sebagai dasar untuk menentukan diagnosa. (SDKI, 2016)

Dalam pengkajian ditemukan masalah keperawatan yang muncul yaitu Resiko


Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hipertensi (D.0017)
yang menurut teori merupakan berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.
Diagnosa ini menjadi diagnosa keperawatan prioritas, karena jika masalah ini tidak
segera ditangani akan terjadi komplikasi. Karena hal ini Tn.S mengalami hipertensi
sejak 3 tahun yang lalu hingga mengalami Stroke Non Hemoragic sejak 18
Desember 2021.

Menurut Sustrani (2016), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja


lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung
dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan
meningkatkan resiko stroke delapan kali dibanding dengan orang yang tidak
mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah
jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi

61
kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang
berupa kematian mendadak.

Dan penulis mengambil diagnosa keperawatan kedua yaitu Gangguan Mobilitas


Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot, yang menurut teori merupakan
berisiko mengalami penurunan atau tidak bisa bergerak dan beraktivitas secara
mandiri. Diagnosa ini menjadi diagnosa keperawatan prioritas kedua, karena jika
masalah ini tidak segera ditangani pasien akan kesulitan melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa adanya bantuan orang lain.

Sesuai dengan data yang didapatkan yakni, Tn.S mengatakan kaku pada kaki kiri dan
tidak bisa menopang tubuh untuk melakukan aktivitas. Aktivitas sehari-hari pasien
dibantu oleh adiknya maupun dengan perawat.

Dan penulis mengambil diagnosa ketiga yaitu Ansietas Berhubungan Dengan


Krisis Situasional (D.0080). Menurut American Psychological Association (APA),
kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan
ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa khawatir dan
disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain
sebagainya (Okazaki, 1997), (Beaudreau & O'Hara, 2009).

Sesuai dengan data yang di dapatkan yakni, Tn.S mengatakan cemas dengan
keluarga dirumah dengan kondisi sakitnya yang saat ini Tn.S cemas akan kebutuhan
keluarga tidak dapat terpenuhi karena Tn.S tidak dapat bekerja. Cemas dengan
keluarga di rumah yang membuat Tn.S tidak bisa tidur/tidur diatas jam 22.00 dengan
frekuensi 6-8 jam, maka klien dianjurkan untuk melakukan manajemen stres dengan
terapi relaksasi nafas dalam, terapi musik, atapun terapi humor (tertawa).

C. INTERVENSI

62
Perencanaan keperawatan atau intervensi pada asuhan keperawatan Tn.S dengan
Stroke Non Hemoragic dibuat dengan analisa data kondisi klien dengan menentukan
diagnosa, intervensi, kriteria hasil, sampai dengan intervensi pada kasus.
Tahap intervensi keperawatan medikal bedah Tn.S dengan Stroke Non Hemoragic,
perencanaan supplemental yang dilakukan dengan cara Pemantauan Tanda Vital yakni
perawat memonitor tanda-tanda vital untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
(I.02060). Pemberian Obat Oral (I.03128), yakni perawat memberikan obat oral
candasartan dan amlodipin untuk menurunkan tekanan darah.
Perencanaan fasilitatif dengan cara Pencegahan Jatuh (I.14540), yakni perawat
memfasilitasi bel untuk memanggil perawat jika pasien membutuhkan bantuan,
pemasangan handrail untuk menjaga pasien dengan resiko jatuh, dan memfasilitasi
mobilisasi pasien untuk melakukan aktivitas.
Perencanaan Implementasi seperti: kegiatan pendidikan kesehatan (penkes)
mengenai masalah penyakit Hipertensi, mengarahkan dan mendukung keputusan klien
dan keluarga dalam menetapkan tindakan yang akan dipilih, menganjurkan untuk
melakukan tindakan nonfarmakologi yaitu teknik relaksasi nafas dalam, terapi musik,
terapi humor, dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan dalam bentuk pendidikan kesehatan yang meliputi pencegahan penyakit dan
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan seperti rencana yang sudah disusun


sebelumnya oleh penulis bersama dengan klien, salah satunya adalah melakukan tindakan
relaksasi nafas dalam yang mampu merileksasikan tubuh, memberikan obat oral
candasartan, amlodipin yang dapat menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Relaksasi
nafas dalam adalah latihan untuk mendapatkan sensasi rileks dengan menarik nafas dari
hidung kemudian ditahan 3 detik lalu hembuskan perlahan melalui mulut.

E. Evaluasi Keperawatan

63
Evaluasi yaitu tindakan penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang
dicapai sebagai pengeluaran dari tindakan. Pada tahap evaluasi diagnosa keperawatan yang
telah ditetapkan dilakukan intervensi serta implementasi. Penulis membuat evaluasi akhir
berupa SOAP.
Pada evaluasi di hari pertama, setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan
pemantauan TTV dan pemberian obat oral candatarsan, memasang handrail tempat tidur
dan mengatur tempat tidur pada posisi terendah, mendekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien, mengajarkan cara menggunakan bel untuk memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan, memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu, mengajarkan
mobilisasi sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur, mengajarkan
teknik relaksasi nafas dalam. Klien mengatakan masih lemas dan kaku pada kaki kiri.
Klien masih tampak lemas dan dibantu oleh keluarga saat melakukan aktivitas, klien masih
kelihatan cemas. Didapatkan hasil data TTV = TD: 167/90 mmHg, N: 76x/menit, RR:
20x/menit. S: 36,8oC, SPO2: 96%.

Evaluasi hari kedua, setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan pemantauan


TTV dan pemberian obat oral amlodipin, memasang handrail tempat tidur dan mengatur
tempat tidur pada posisi terendah, mendekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien,
memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu, mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur, dan menganjurkan teknik relaksasi nafas
dalam. Tn.S mengatakan masih sedikit lemas saat beraktivitas, klien tampak duduk di tempat
tidur, klien tampak sedikit tenang. Didapatkan hasil TTV = TD: 156/85 mmHg, N:
78x/menit, RR: 18x/menit. S: 36,5oC, SPO2: 97%.

Evaluasi hari ketiga, setelah dilakukan implementasi keperawatan dengan pemantauan


TTV dan pemberian obat oral amlodipin, memasang handrail tempat tidur dan mengatur
tempat tidur pada posisi terendah, mendekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien,
menganjurkan untuk melakukan mobilisasi sederhana dan menganjurkan teknik relaksasi
nafas dalam. Tn.S mengatakan sudah tidak lemas saat beraktivitas, klien tampak duduk di
sisi tempat tidur, klien tampak melakukan aktivitas secara mandiri klien tampak tenang.
Didapatkan hasil TTV = TD: 131/80 mmHg, N: 75x/menit, RR: 18x/menit. S: 36,5 oC, SPO2:
98%

64
65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa hasil
asuhan keperawatan medikal bedah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S
Dengan Stroke Non Hemoragic Di Ruang Rawat Inap Pepaya RSUD Cengkareng”
yang dilakukan pada tanggal 23 Desember 2021 sampai dengan 25 Desember 2021.
Maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan medikal bedah yang telah dilakukan pada Tn.S yang
memiliki masalah penyakit Stroke Non Hemoragic. Didapatkan hasil berupa Tn.S
mengatakan setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam sudah tidak lemas,
tidak kaku pada kaki kiri, dan pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
2. Diagnosa yang ditegakkan adalah diagnosa utama yaitu Resiko penurunan perfusi
jaringan serebral, gangguan mobilitas fisik, dan Ansietas.
3. Perencanaan keperawatan atau intervensi dibuat sesuai dengan analisa data kondisi
pasien, yakni

1) Pemantauan Tanda Vital (I.02060)

Observasi:

- Monitor tekanan darah, nadi, penafasan, SPO2 dan suhu tubuh

- Indentifikasi penyebab perubahan tanda vital

Terapeutik:

- Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi:

66
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan

2) Pemberian Obat Oral (I.03128)

Observasi:

- Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan kontraindikasi obat

- Periksa tanggal kadaluarsa obat

- Monitor efek samping obat

Terapeutik:

- Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dokumentasi)

- Berikan obat oral: amlodipin atau nifedipin sesudah makan

Edukasi:

- Jelaskan jenis obat alasan pemberian, dan efek samping sebelum pemberian

- Anjurkan tidak menelan obat sublingual

- Anjurkan tidak makan/minum hingga seluruh obat sublingual larut

3) Pencegahan Jatuh (I.14540)

Observasi:

- identifikasi faktor resiko jatuh

- identifikasi resiko jatuh seditaknya 1 kali setiap pergantian shift

- identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh

67
Terapeutik:

- Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga

- Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci

- Pasang handrail tempat tidur

- Atur tempat tidur pada posisi terendah

- Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien

Edukasi:

- Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan dengan menekan bel

- Ajarkan cara menggunakan bel untuk memanggil perawat.

4) Dukungan Mobilisasi (I.05173)

Observasi:

- Identifikasi adanya keluhan fisik

- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan

- Monitor ttv sebelum memulai mobilisasi

Terapeutik:

- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu

- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

68
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini

- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur

5) Manajemen Stress (I.09293)

Observasi:

- identifikasi tingkat stres

- identifikasi stresor

Terapeutik:

- Pastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan resistensi tubuh terhadap
stres.

- Hindari makanan yang mengandung kafein, garam, dan lemak.

Edukasi:

- Ajarkan teknik menurunkan stres, seperti: latihan pernapasan, terapi musik, terapi
humor atau tertawa.

4. Tindakan keperawatan atau implementasi yang dilakukan yakni, Memonitor


tekanan darah, nadi, penafasan, SPO2 dan suhu tubuh. Mengidentifikasi penyebab
perubahan tanda vital. Mengatur interval pemantauan sesuai kondisi pasien.
Mendokumentasikan hasil pemantauan. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan. Menginformasikan hasil pemantauan. Mengidentifikasi kemungkinan
alergi, interaksi dan kontraindikasi obat. Memeriksa tanggal kadaluarsa obat.
Memonitor efek samping obat. Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis,
waktu, rute, dokumentasi). Memberikan obat oral: amlodipin atau nifedipin
sesudah makan. Menjelaskan jenis obat alasan pemberian, dan efek samping
sebelum pemberian. Menganjurkan tidak menelan obat sublingual. Menganjurkan
tidak makan/minum hingga seluruh obat sublingual larut. Mengidentifikasi faktor
resiko jatuh. Mengidentifikasi resiko jatuh seditaknya 1 kali setiap pergantian shift.

69
Mengidentifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh.
Meorientasikan ruangan pada pasien dan keluarga. Memastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci. Memasang handrail tempat tidur.
Mengatur tempat tidur pada posisi terendah. Mendekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien. Menganjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
dengan menekan bel. Mengajarkan cara menggunakan bel untuk memanggil
perawat. Mengidentifikasi adanya keluhan fisik. Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan. Memonitor ttv sebelum memulai mobilisasi. Memfasilitasi
aktivitas mobilisasi dengan alat bantu. Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan. Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi. Menganjurkan melakukan mobilisasi dini. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan, seperti duduk di tempat tidur. Mengidentifikasi
tingkat stres. Mengidentifikasi stresor. Memastikan asupan nutrisi yang adekuat
untuk meningkatkan resistensi tubuh terhadap stres. Menghindari makanan yang
mengandung kafein, garam, dan lemak. Mengajarkan teknik menurunkan stres,
seperti: latihan pernapasan, terapi musik, terapi humor atau tertawa.
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan medikal bedah pada Tn.S dengan Stroke
Non Hemoragic dengan menerapkan tindakan di atas, didapatkan hasil tekanan
darah menurun menjadi 120/80 MmHg, Pasien dapat beraktivitas secara mandiri,
pasien tampak tidak cemas.

B. Saran

Adapun beberapa rekomendasi dari hasil asuhan keperawatan keluarga ini diuraikan
sebagai berikut:
1. Institusi
Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan masukan dalam
pengembangan ilmu asuhan keperawatan medikal bedah dan dapat menjadi acuan
bagi pembelajaran dalam pendidikan keperawatan terutama pada pembelajaran
keperawatan medikal bedah, sehingga para mahasiswa/siswi dapat menerapkan di
dalam institusi ataupun diluar institusi.
2. Keluarga

70
Diharapkan untuk melanjutkan melakukan pencegahan hipertensi dengan
menghindari makanan yang mengandung garam berlebih agar tekanan darah
dapat stabil.
3. Peneliti
Diharapkan dapat menjadi referensi salah satu intervensi untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan Stroke Non Hemoragic. Bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan asuhan keperawatan medikal bedah lebih lanjut dengan
mengembangkan diagnosa dan intervensi keperawatan lainnya.

71
72
DAFTAR PUSTAKA

Puspita Rina, Journal Kadar Kolestrol total pada Penderita Hipertensi Usia Pra Lansia.

StiKes Karya Kesehatan : 2020. Doenges E Marilynn. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan.
EGC: Jakarta

Djuan s, Sularsito. SA. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 3. FKUI. Jakarta. 2015

Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba
Medika. Jakarta. 2016

NANDA. 2006. Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2015. Primamedika.Jakarta 2015.

Potter, P.A. & Perry,A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Ed. 4. Jakarta : EGC. 2015.

73

Anda mungkin juga menyukai