OLEH:
MARIA GERTIANA BHOKI
NIM. 191112018
OLEH:
MARIA GERTIANA BHOKI
NIM. 191112018
ii
SURAT PERNYATAAN
Maria GertianaBhoki
191112018
iii
PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Penguji Ujian Skirpsi Program Studi Ners Tahap Akademik
Universitas Citra Bangsa Dan Diterima Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tanggal 23 Agustus 2021
Mengesahkan
Universitas Citra Bangsa
Rektor
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Faktor Dominan Dari Empat Pilar Diabetes Melitus Yang Berhubungan
dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Oesapa
Nama : Maria GertianaBhoki
NIM : 191112018
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Kesehatan Program Studi Ners
Universitas Citra Bangsa
v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Judul: Faktor Dominan Dari Empat Pilar Diabetes Melitus Yang Berhubngan Dengan
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Oesapa
Nama : Maria Gertiana Bhoki
NIM : 191112014
Telah diuji
Pada Tanggal, 23 Agustus 2021
PanitiaPenguji
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Kesehatan Program Studi Ners
Universitas Citra Bangsa
vi
MOTTO
pengetahuan”
By: GertinBhoki
vii
PERSEMBAHAN
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
– Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “FAKTOR
DOMINAN DARI EMPAT PILAR DIABETES MELITUS YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN
DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA”
dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep.) di Universitas Citra Bangsa. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Ns.Yulia M. K. Letor, MAN dan Ns. Erna Febriyanti, MAN
yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan
penulis demi penyelesaian skripsi ini.
Bersama ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya juga kepada :
1. Prof. Dr. Frans Salesman, SE.,M.Kes Selaku Rektor Unversitas Citra Bangsa
yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyusun skripsi ini.
2. Dr. Jeffry Jap.,drg.M.Kes selaku Rektor Universitas Citra Bangsa periode 2010-
2020 yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyusun skripsi.
3. Vinsensius B. Lemaking, S,KM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Citra Bangsa yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk
menyusun skripsi ini.
4. Ns. Balbina Antonelda M. Wawo, M.Kep.,SP.Kep.J selaku Ketua Program Studi
Ners Universitas Citra Bangsa yang telah mendukung selama dalam masa
perkuliahan.
5. Ns. Petrus K. S. Tage, S.Kep.,M.Kep selaku wali kelas dan selaku Ketua
Penguji yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
6. Bapak Ibu Dosen serta staf pengajar program Studi Ners yang telah mendidik
dan membimbing serta ilmu selama masa perkuliahan.
ix
7. Kepala Puskesmas Oesapa beserta seluruh staf yang terkait didalamnya yang
sudah memberikan ijin pengambilan data awal dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tua bapak Zakarias Gope dan ibu Maxima Meo, Itho, Elvis tercinta
dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril maupun materil selama
peneliti menempuh pendidikan di Universitas Citra Bangsa.
9. Teman-teman kelas alih jenjang angkatan enam (6) atas semua kekompakan,
bantuan, dukungan dan kerja sama selama menempuh program pendidikan ini.
10. Orang-orang tercinta James, Lince, Rama, Ayu, Mitha, Andre yang selalau
memberikan memotivasi dan dukungan dalam masa perkuliahan sampai pada tahap
akhir.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan ikut berperan dalam
penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi penulis berharap bahwa skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kemajuan ilmu Keperawatan.
Kupang, 2021
Penulis
x
ABSTRAK
Bhoki, Maria Gertiana, 2021. Faktor Dominan Dari Empat Pilar Pengelolaan Diabetes
Melitus Yang Berhubungan Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes
Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa. Ns. Yulia M. K. Letor,
S.Kep.,MAN dan Ns. Erna Febriyanti,S.Kep.,MAN
Transisi pola penyakit dalam beberapa dasawarsa ini telah bergeser dari penyakit
infeksi menular ke penyakit tidak menular atau penyakit degenaratif.Hingga saat ini
penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia.Bahkan hal ini
berimbas kepada kerugian yang telah dialami oleh beberapa negara di dunia.Salah satu
penyakit degeneratif adalah diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan penyakitt
degeneratif yang membutuhkan perawatan dalam jangka waktu yang lama atau seumur
hidup, karena itu perlu perhatian yang intens terhadap pengontrolan gula darah dan
pengobatan diabetes melitus seumur hidup. Empat pilar diabetes melitus meliputi
edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, terapi farmakologi. Tujuan penelitian
untu mengetahui Faktor Dominan dari Empat Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus yang
Berhubungan dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja
Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
Berdasarkan hasil analisis uji statistik diperoleh hasil ada hubungan antara edukasi
dengan kadar glukosa darah (p-value = 0,000), ada hubungan antara terapi nutrisi
medis dengan kadar glukosa darah (p-value = 0,034), pada variabel berikutnya tidak
ada hubungan antara latihan jasmani denga kadar glukosa darah (p-value = 0,355), ada
huubungan antar terapi farmakologi dengan kadar gluksa darah (p-value = 0,000).
Faktor dominan dari empat pilar pengelolaan diabetes melitus adalah edukasi dengan
nilai p-value = 0,000 dan nilai OR
Diharapkan bagi penderita diabetes melitus untuk dapat mematuhi setiap anjuran oleh
tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan empat pilar diabetes melitus sehingga dapat
meningkatkan kesehatan pada penderita diabetes melitus.
Kata kunci: Empat pilar pengelolaan diabetes melitus, kadar glukosa darah
xi
ABSTRACT
Bhoki, Maria Gertiana, 2021. The Dominant Factors Of The Four Pillars Of Diabetes
Mellitus Management Associated With Blood Glucose Levels Of Diabetes
Mellitus Patients In The Work Area Of The Oesapa Health Center. Ns. Yulia
M. K. Letor, S. Kep.,MAN dan Ns. Erna Febriyanti, S.Kep.,MAN
Degenerative diseases have become the biggest cause of death in the world. This has
even affected the losses that have been experienced by several countries in the world.
One of the degenerative diseases is diabetes mellitus. Diabetes mellitus is a
degenerative disease that requires long-term or lifelong treatment, therefore it requires
intense attention to blood sugar control and lifelong treatment of diabetes mellitus. The
four pillars of diabetes mellitus, which is education, medical nutrition therapy,
physical exercise, and pharmacological therapy are important part of the treatment of
diabetes. This study aims to determine the dominant factors of the four pillars of
Diabetes Mellitus management related to blood glucose levels of Diabetes Mellitus
patients in the Oesapa Public Health Center, Kupang City.
The result found that there was a relationship between education and blood glucose
levels (p-value = 0.000), there was a relationship between medical nutrition therapy
and blood glucose levels (p-value = 0.034), there was no relationship between physical
exercise and glucose levels. blood (p-value = 0.355), there is a relationship between
pharmacological therapy and blood glucose levels (p-value = 0.000). The dominant
factor of the four pillars of diabetes mellitus management is education with p-value =
0.000 and OR value = 68,810.
It is expected for people with diabetes mellitus to be able to comply with every
recommendation by health workers in the management of the four pillars of diabetes
mellitus to improve health in people with diabetes mellitus.
Keywords: The four pillars of diabetes mellitus management, blood glucose level
xii
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul Depan.................................................................................................................i
Sampul Depan Dan Prasyarat Gelar..............................................................................ii
Surat Pernyataan...........................................................................................................iii
Halaman Pengesahan....................................................................................................iv
Halaman Persetujuan.....................................................................................................v
Halaman Penetapan Panitia Penguji.............................................................................vi
Lembar Motto..............................................................................................................vii
Kata Pengantar..............................................................................................................ix
Abstrak..........................................................................................................................xi
Abstract........................................................................................................................xii
Daftar Isi.....................................................................................................................xiii
Daftar Tabel...............................................................................................................xvii
Daftar Gambar..........................................................................................................xviii
Daftar Lampiran..........................................................................................................xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis..............................................................................................7
1.5 Keaslihan Penelitian................................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Konsep Dan Teori.................................................................................................11
2.1.1 Konsep Diabetes Melitus.................................................................................11
1. Pengertian Diabetes Melitus..........................................................................11
2. Klasifikasi Diabetes Melitus..........................................................................12
3. Etiologi Diabetes Melitus..............................................................................13
xiii
4. Patofisiologi Diabetes Melitus.......................................................................16
5. Manifestasi Diabetes Melitus........................................................................16
6. Komplikasi Diabetes Melitus........................................................................17
2.1.2 Konsep Kadar GlukosaDarah.............................................................................18
1. Pengertian Kadar GlukosaDarah...................................................................18
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kadar GlukosaDarah............................18
3. Pemeriksaan Kadar GulaDarah......................................................................19
2.1.3 Konsep Pengelolaan Empat Pilar Diabetes Melitus...........................................20
1. Edukasi……………………………………………………………………..2
1
2. Terapi nutrisi medis......................................................................................21
3. Latihan jasmani.............................................................................................23
4. Terapi farmakologi.......................................................................................24
2.2 KerangkaTeoriPenelitian.......................................................................................31
2.3 KerangkaKonsepPenelitian....................................................................................32
2.4 Hipotesis................................................................................................................33
BAB 3 METEODODOLGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian....................................................................................34
3.2 Defenisi Operasional..............................................................................................34
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling.............................................................................38
3.1.1 Populasi............................................................................................................38
3.1.2 Sampel..............................................................................................................38
3.1.3 Sampling..........................................................................................................39
3.4 Waktu Dan Tempat Penelitian...............................................................................39
3.5 Pengumpulan Data.................................................................................................40
3.1.4 Proses Pengumpulan Data................................................................................40
3.1.5 InstrumenPengumpulan Data...........................................................................40
3.1.6 Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen.........................................................41
3.6 Analisis Data..........................................................................................................41
3.7 Kerangka kerja......................................................................................................45
3.8 EtikaPenelitian......................................................................................................46
xiv
BAB 4 PEMBAHAAN
4.1 Hasil Penelitian.....................................................................................................48
4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian.........................................................................48
4.1.2. Data Umum.......................................................................................................49
4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.....................................49
4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur..................................................49
4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita DM.........................50
4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan............................50
4.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan..................................51
4.1.3 Data Khusus.......................................................................................................51
4.1.3.1. Analisa Bivariat Hubungan Empat Pilar Pengelolaan Dibetes Melitus
Dengan Kadar Glukosa Darah Pasein Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa..............................................................................51
4.1.3.1.1 Analisa Bivariat “Edukasi Dengan Kadar Gula Darah..............................51
4.1.3.1.2 Analisa Bivariat “Terapi Nutrisi Medis Dengan Kadar Gula Darah.........52
4.1.3.1.3 Analisa Bivariat “Latihan Jasmani Dengan Kadar Gula Darah...................53
4.1.3.1.4 Analisa Bivariat “Terapi Farmakologi Dengan Kadar Gula Darah.............54
4.1.3.1. Analisa Multivariat Hubungan Empat Pilar Pengelolaan Dibetes Melitus
Dengan Kadar Glukosa Darah Pasein Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa….............................................................................55
4.2 Pembahasan...........................................................................................................56
4.2.1. Mengidentifikasi Edukasi Yang Berhubungan Dengan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Oesapa Kota Kupang......57
4.2.2 Mengidentifikasi Terapi Nutrisi Medis Yang Berhubungan Dengan Kadar
Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Oesapa
Kota Kupang......................................................................................................59
4.2.3 Mengidentifikasi Latihan Jasmani Yang Berhubungan Dengan Kadar
Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang..............................................................................................................61
4.2.4 MengidentifikasiTerapi Farmakologi Yang BerhubunganDengan Kadar
Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Oesapa Kota
xv
Kupang..............................................................................................................63
4.2.5 Menganalisis Faktor Dominan Dari Empat Pilar Pengelolaan Diabetes
Melitus Yang Berhubungan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Puskesmas Oesapa Kota Kupang...................................65
BAB 5 KESIMPULAN DA SARAN
5.2 Kesimpulan...........................................................................................................68
5.2. Saran....................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................70
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
xvii
DAFTAR GAMBAR
Judul Halaman
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
xix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11,1% pada tahun 2045 dimana Indonesia menempati urutan ke-6 setelah Cina,
India, Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko dengan jumlah penderita diabetes
melitus sebesar 10,3 juta penderita (Azis et al., 2020).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan (2013), menyebutkan terjadinya peningkatan prevalensi
pada penderita diabetes melitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu
1,1%sedangkan prevalensi diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter atau
gejala pada tahun 2018 sebesar 2% dengan prevalensi terdiagnosis dokter
tertinggi pada daerah DKI Jakarta (3,4%) dan paling rendah daerah terdapat
diprovinsi NTT (0,9%) Kementerian Kesehatan RI (2013). Menurut data Profil
Kesehatan Kota Kupang 2018, penduduk yang terdiagnosa menderita penyakit
diabetes melitus berjumlah 29,242 penderita diabetes melitus. Prevalensi dari
penderita diabetes melitus cenderung meningkat pada perempuan (1,8%)
dibandingkan dengan laki-laki (1,2%) berdasarkan kategori usia pederita diabetes
melitus terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun.
Kemudian untuk daerah domisili lebih banyak penduduk DM yang berada di
perkotaan (1,9%) dibanding dengan pedesaan (1,0%) (Kementerian Kesehatan,
2018).
Pada tahun 2019 prevalensi kejadian diabetes tertinggi di Kota Kupang
dengan prevalensi kejadian diabetes sebesar 4.535 yang dilihat dari 11
Puskesmas di Kota Kupang yaitu Puskesmas Naioni 129 orang, Puskesmas Alak
436 orang, Puskesmas Manutapen 156 orang, Puskesmas Sikumana 214 orang,
Puskesmas Penfui 636 orang, Puskesmas Bakunase 584 orang, Puskesmas
Oebobo 473 orang, Puskesmas Oepoi 633 orang, Puskesmas Pasir Panjang 274
orang, Puskesmas Kupang Kota 119 orang, Puskesmas Oesapa 881 orang.
(Dinkes Kota Kupang, 2019).Berdasarkan hasil survey awal peneliti pada tanggal
07 oktober 2020 di Puskesmas Oesapa prevalensi kejadian diabetes bulan
Januari-September tahun 2020 sebanyak 323 orang.
Berdasarkan data hasil wawancara dari 10 orang penderita diabetes melitus,
didapatkan 5 orang sudah mengkonsumsi obat yang diberikan dari dokter dengan
3
Sri Anani, Ari Hubungan Antara Hasil penelitian menunjukan terdapat Metode penelitian ini a) Tujuaan penelitiaan
Udiyono, Praba Perilaku hubungan antara kebiasaan minu mobat sama yaitu penelitian b) Tempat penelitian
Ginanjar Pengendalian (p=0,032), aktifitas fisik (p=0,012), olahraga kuantitatif diPuskesmas Oesapa
Diabetes Dan Kadar (p=0,041), dan kebiasaan makan (0,001) Kupang, waktu
Tahun 2017 Glukosa Darah dengan kondisi glukosa darah. Sedangkan penelitian bulan mei
Pasien Rawat Jalan keteraturan pemeriksaan glukosa darah 2021, populasi berjumlah
Diabetes Mellitus (p=0,509) tidak berhubungan dengan kondisi 323 orang dan sampel
glukosa darah pasien. Berdasarkan hasil berjumlah 179 orang
penelitian tersebut maka dapat disimpulkan c) Variable penelitian
bahwa ada hubungan yang bermakna antara Faktor Dominan Dari 4
kebiasaan minum obat, aktivitas fisik, Pilar Pengelolaan
olahraga dan kebiasaan makan dengan kadar Diabetes Melitus yaitu
glukosa darah pasien DM di RSUD edukasi, terapi nutrisi
Arjawinangun Kabupaten Cirebon. medis, latihan jasmani,
terapi farmakologi
1. Susanti Hubungan Pola Hasil uji statistik Spearman Rho p=0,000 Metode penelitian ini a) Tujuaan penelitiaan
Makan Dengan Kadar (α=0,05) menunjukkan bahwa H0 ditolak sama yaitu penelitian b) Tempat penelitian
2.DifranNobel Bistara Gula Darah Pada sehingga dapat disimpulkan ada hubungan kuantitatif diPuskesmas Oesapa
Penderita Diabetes antara pola makan dengan kadar gula darah Kupang, waktu
Tahun 2018
pada penderita Diabetes Mellitus di
penelitian bulan mei
Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya. Hasil
2021, populasi
penelitian ini didapatkan ada hubungan yang
kuat antara pola makan dengan kadar gula berjumlah 323 orang
darah apabila pola makan yang tidak baik dan sampel berjumlah
seperti yang dianjurkan prinsip 3J maka akan 179 orang
terjadi ketidak stabilan kadar gula darah. c) Variable penelitian
Faktor Dominan Dari
4 Pilar Pengelolaan
Diabetes Melitus yaitu
9
Nurlaili Haida Kurnia Hubungan Empat Hasil penelitian ini menunjukkan ada Metode penelitian ini a) Tujuaan penelitiaan
Putri1, Muhammad Pilar Pengendalian hubungan penyerapan edukasi dengan rerata sama yaitu penelitian b) Tempat penelitian
Atoillah Isfandiari Dm Tipe 2 kadar gula darah (p = 0,031). Dan ada kuantitatif. diPuskesmas Oesapa
olahraga dengan rerata kadar gula darah (p = Kupang, waktu
Tahun 2013 Dengan Rerata Kadar 0,017). Dan ada hubungan kepatuhan
Gula Darah penelitian bulan mei
pengobatan dengan rerata kadar gula darah (p
2021, populasi
= 0,003). Berdasarkan dari hasil analisis,
kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat berjumlah 323 orang
hubungan di semua variabel. Dengan dan sampel berjumlah
penyerapan edukasi yang baik, pengaturan 179 orang
makan, olahraga, dan kepatuhan pengobatan c) Variable penelitian
mempunyai dampak menstabilkan glukosa Faktor Dominan Dari
darah dan meningkatkan kualitas hidup. 4 Pilar Pengelolaan
Diabetes Melitus yaitu
edukasi, terapi nutrisi
medis, latihan jasmani,
terapi farmakologi
Fehni Vietryani Hubungan Pola Hasil penelitian dengan menggunakanan alisis Metode penelitian ini a) Tujuaan penelitiaan
Dolongseda Gresty Aktivitas Fisik Dan korelasi pearson menunjukkan terdapat sama yaitu penelitian b) Tempat penelitian
N. M Masi Yolanda B. Pola Makan Dengan hubungan pola aktivitas fisik dan pola makan kuantitatif diPuskesmas Oesapa
Bataha Kadar Gula Darah dengan kadar gula darah (p=0,000). Kupang, waktu
Pada Pasien Diabetes Kesimpulan terdapat hubungan pola aktivitas
Tahun 2017 penelitian bulan mei
Melitus Tipe 2 Di fisik dan pola makan dengan kadar gula darah
2021, populasi
Poli Penyakit Dalam pada pasien diabetes mellitus tipe II di Poli
Rumah Sakit Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih berjumlah 323 orang
Pancaran Kasih GMIM Manado. dan sampel berjumlah
Gmim Manado 179 orang
10
c) Variable penelitian
Faktor Dominan Dari
4 Pilar Pengelolaan
Diabetes Melitus yaitu
edukasi, terapi nutrisi
medis, latihan jasmani,
terapi farmakologi
Cahyono Widodo, Hubungan Aktifitas Aktifitas fisik berkategori tinggi berhubungan Metode penelitian ini a) Tujuaan penelitiaan
Didik Tamtomo, Ari Fisik, Kepatuhan dengank adar gula darah (p = 0,021), kategori sama yaitu penelitian b) Tempat penelitian
Natalia Praban dari Mengkonsumsi Obat rendah dan sedang tidak berhubungan dengan kuantitatif diPuskesmas Oesapa
Anti Diabetik dengan kadar gula darah (p=0,061). Kepatuhan Kupang, waktu
Tahun 2016 Kadar Gula Darah mengkonsumsi obat anti diabetic berkategori
penelitian bulan mei
Pasien Diabetes tinggi, berhubungan dengan kadar gula darah
2021, populasi
Mellitus (p = 0,002), berkategori rendah dan sedang
tidak berhubungan dengan kadar gula darah berjumlah 323 orang
di Faskes Primer (p= 0,066). Secara simultan, kepatuhan dan sampel berjumlah
Klaten mengkonsumsi obat anti diabetik dan aktifitas 179 orang
fisik berhubungan dengan kadar gula darah. c) Variable penelitian
Kesimpulan kepatuhan mengkonsumsi obat Faktor Dominan Dari
anti diabetik dan aktifitas fisik berhubungan 4 Pilar Pengelolaan
dengan kadar gula darah (p=0.001). Diabetes Melitus yaitu
edukasi, terapi nutrisi
medis, latihan jasmani,
terapi farmakologi
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dan Teori
2.1.1. Konsep Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes melitus (DM)
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya, penyakit ini berkaitan
dengan faktor genetik dan perilaku yang sering kali tidak terdeteksi (Tami Endriani, 2017).
Diabetes melitus merupakan sebuah penyakit, dimana kondisi kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah melebihi batas normal. Kadar gula dalam darah sepanjang hari
bervariasi, meningkat setelah makan, dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula
darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan
atau minum cairan yang mengandung gula ataupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah
yang normal cenderung meningkat secara ringan, tetapi progresif setelah usia 50 tahun,
terutama pada orang-orang yang tidak aktif (Mahdiana, 2010).
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). DM merupakan salah satu
penyakit metabolik kronik, dan jika tidak dilakukan pengobatan dan perawatan yang tepat
dapat mengakibatkan kondisi yang membahayakan bahkan dapat menyebabkan
komplikasi. Pada pasien dengan DM tipe 2 terjadi resistensi insulin atau gangguan sekresi
insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Rima et al., 2017).
Diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh
gangguan sekresi insulin, resistensi insulin atau keduanya yang berlangsung lama (kronik)
dan dapat menyebabkan kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama
mata, organ ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Sonyo et al., 2016).
Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes melitus
merupakan suatu suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
12
darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin atau kerja insulin
tidak adekuat yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association 2018 dibagi
dalam 4 jenis yaitu:
a) Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat
ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi
sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel
penghasil insulin yaitu sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada
tipe I, pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup
harus diberikan insulin dengan cara disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila
insulin tidak diberikan maka penderita akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan
koma ketoasidosis atau koma diabetik.
b) Diabetes Melitus Tipe 2
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena
terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya
masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin Hal tersebut
dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan
sekresi insulin lain sehingga sel beta pancreas akan mengalam desensitisasi terhadap
adanya glukosa.
Diabetes melitus tipe II disebabkan oleh kegagalan relatif sel β pankreas dan
resisten insulin.Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati.Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini
13
sepenuhnya, artinya terjadi defensiesi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.
Gejala pada DM tipe ini secara perlahan-lahan bahkan asimptomatik Dengan
pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan olah raga secara
teratur biasanya penderita brangsur pulih.Penderita juga harus mampu mepertahannkan
berat badan yang normal. Namun pada penerita stadium akhir kemungkinan akan
diberikan suntik insulin.
c) Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus,
penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM.17
Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).
d) Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama
kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga.DM gestasional
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional
memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu
5-10 tahun setelah melahirkan.
3. Etiologi Diabetes Melitus
Menurut Tandra (2017), ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diabetes
melitus diantaranya :
1. Keturunan
Sekitar 50% pasien diabetes melitus tipe 2 mempunyai orang tua yang menderita
diabetes melitus, dan lebih dari sepertiga penderita diabetes melitus mempunyai
saudara yang mengidap diabetes melitus. Diabetes tipe 2 lebih banyak terkait dengan
faktor keluarga atau keturunan ketimbang diabetes melitus tipe 1. Pada penderita
diabetes tipe 1, kemungkinan orang terkena diabetes hanya 3-5% orang tuannya dan
14
saudaranya adalah pengidap diabetes. Banyak peneliti untuk mencari penanda genetik
pada kromosom penderita diabetes tipe 1 dan tipe 2, dan ditemukan pada penderita
diabetes melitus tipe 1 memang ada gen yang terikat dengan terjadinya diabetes, hal ini
penting dilakukan screening dalam keluarga guna mendeteksi sedini mungkin.
2. Obestitas
Kegemukan merupakan faktor risiko yang paling penting untuk diperhatikan sebab,
melonjaknya angka kejadian diabetes tipe 2 sangat terikat dengan obesitas.
Menurunkan berat badan bukan sekedar soal berdiet, tetapi juga menyangkut
perubahaan gaya hidup, olahraga, meninggalkan sudentary lifestyle atau gaya hidup
santai. Lebih adari 8 di antara 10 penderita tipe 2 adalah mereka yang mengalami
obesitas. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh, dan otot akan mungkin resisten
terhadap cara kerja insulin (insulin resistance), terutama bila lemak tubuh atau
kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut. Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga gula tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah. Pada umumnya dengan menurunkan berat badan,
gula darah juga akan lebih baik, bahkan akan kembali normal, perluh diingat meskipun
berat badan menurun sedikit demi sedikit, itu sudah cukup bermanfaat untuk
menurunkan kadar gula darah dan otot-otot pun akan bekerja lebih baik.
3. Kurang Gerak.
Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang terkena diabetes, olahraga atau
aktifitas fisik membantu mengontrol berat badan dan gula akan dibakar menjadi energi.
Sel-sel tubuh akan menjadi lebih sensitif terhadap insulin, peredaran darah akan lebih
baik, dan resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai 50%. Biasanya 70-90%
glukosa diserap oleh otot. Pada orang tua yang kurang gerak badan makan massa otot
akan berkurang sehingga pemakian glukosa berkurang dan gula darah pun meningkat.
4. Infeksi
Pada kasus diabetes tipe 1 yang terjadi pada anak, sering kali didahului dengan infeksi
yaitu flu atau batuk pilek yang berulang-ulang. Penyebabnya adalah infeksi oleh virus
seperti campak, mumps, dan Coxsackie, yang dapat merusak sel pangkreas dan dapat
menimbulkan diabetes melitus. Sering kali keadaan ini tidak diwaspadai. Tanpa
15
disadari, anak akan mengalami kejang-kejang, atau koma karena gula darah yang tinggi
dan anak tersebut harus segera diobati dengan insulin.
5. Usia
Resiko terkena diabetes melitus akan meningkat dengan bertambahnya usia, terutama
usia diatas 40 tahun, serta mereka yang kurang gerak badan, massa ototnya berkurang,
dan berat badannya makin bertambah. Namun belakangan ini, dengan makin
banyaknya anak dan remaja pun makin meningkat.
6. Stres
Belum bisa dipastikan bahwa stres dapat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit
diabetes melitus.Namun yang pasti stres hebat, seperti infeksi berat, terutama hebat,
operasi besar, atau penyakit berat badan lainnya, dapat menyebabkan hormon Counter
insulin (yang kejanya berlawanan dengan insulin) lebih aktif. Akibanya, gula darah pun
akan meningkat dan akan mengakibatkan diabetes. Diabetes sekunder ini biasanya
hilang bila pengaruh stresnya teratasi.Diabetes ini kadang ditemukan secara kebetulan
pada waktu pasien memeriksa gula darahnya.
7. Penykit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan tingginya kadar
gula darah di kemudia hari, akibanya pasien juga bisa terkena diabetes. Penyakit-
penyakit itu antara lain: Hipertensi, gout, atau radang sendi akibat kadar asam urat
dalam darah perifer, atau infeksi kulit yang berulang-ulang.
8. Riwayat Diabetes Pada Kehamilan
Biasanya diabetes hilang setelah anak lahir. Namun, lebih dari setengahnya akan
terkena diabetes melitus dikemudian hari. Semua ibu hamil harus diperiksa gula
darahnya.Ibu hamil dengan diabetes dapat melahirkan bayi dengan berat badan lebih
dari 4 kg. Apabila ini terjadi, sangat besar kemungkinan ibu akan mengidap diabetes
melitus tipe 2 kelak.
9. Pemakian Obat-Obatan
Beberapa obat-obat tertentu dapat meningkatkan kadar gula darah, dan bahkan bisa
menyebabkan diabetes. Bila mempunyai resiko terkena diabetes melitus, sebaiknya
harus memakai obat-obatan dengan hati-hati.Konsultasikan dengan dokter terlebih
dahulu. Obat-obatan yang dapat menaikan gula darah antara lain adalah steroid,
16
beberapa obat anti hipertensi, obat untuk menurunkan kolestrol, obat asma, obat
penenang, obat jantung, obat anti HIV, imunosupresif, obat tuberkolosa, hormon
steroid seks, diuretika dosis tinggi.
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
Faktor genetik, faktor lingkungan gaya hidup, faktor imunologi dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan atau tidak adanya persediaan insulin atau tidak sempurnanya respon
seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme. Kerusakan sel-sel
beta pangkreas sehingga terjadi ketidakseimbangan produksi insulin maka gula dalam
darah tidak dapat membawa masuk kedalam sel, resistensi sel terhadap insulin
menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa
darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia) akan mengakibatkan diabetes melitus. Jika
hiperglikemiannya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glikosuri
Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang mengakibatkan pengeluaran
kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria
menyebabkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagi)
selain itu polifagi juga disebabkan oleh kelaparan sel mengakibatkan produksi
metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah. Hiperglikemia juga
mempegaruhi pembuluh darah kecil (ateri kecil) sehingga yang akan menyebabkan luka
tidak sembuh-sembuh, karena suplai makanan dan oksigentidak adekuat mengakibatkan
terjadinya infeksi dan terjadinya ganggren atau ulkus (Silbernagl & Lang, 2012).
5. Manifestasi Diabetes Melitus
Menurut Lenywati&Endang (2011) Gejala klasik penyakit diabetes melitus, dikenal
dengan istila trio-P, yaitu meliputi poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum),
dan polipagio (banyak makan).
1. Poliuri (banyak kencing), merupakan gejala umum pada penderita diabetes melitus.
Banyaknya kencing disebabkan kadar gula dalam darah berlebihan, sehingga
merangsang tubuh untuk berusaha mengeluarkan melalui ginjal bersama air dan
kencing. Gejala banyak kencing ini terutama pada malam hari, yaitu saat kadar gula
dalam darah relatif tinggi.
2. Polidipsi (banyak minum), sebenarnya merupakan akibat (reaksi tubuh) dari banyak
kencing tersebut. Untuk menghindari tubuh kekurangan cairan, maka secara otomatis
17
akan timbul rasa haus/kering yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus
minum selama kadar gula darah belum terkontrol baik. Sehingga dengan demikian
akan terjadi banyak kencing dan banyak minum.
3. Polipagio (banyak makan), merupakan gejala yang tidak menonjol. Terjadinya banyak
makan disebabkan oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar
gula dalam darah tinggi. Sehingga dengan demikian, tubuh berusaha untuk
memperoleh tambahan cadangan gula dari makanan yang diterima.
Gejala-gejala yang bisa tampak pada penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut
a. Adanya perasaan haus yang terus menerus
b. Sering buang air kecil (kencing) dengan jumlah yang banyak
c. Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
d. Timbul rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun.
Adapun pada penderita yang berat (parah), akan timbul beberapa gejala atau tanda
lain, yaitu sebagai berikut :
1) Terjadinya penurunan berat badan
2) Timbulnya rasa kesemuatan (mati rasa) atau sakit pada tangan dan kaki
3) Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembauh
4) Hilangnya kesadaran diri.
6. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes juga terbagi atas komplikasi akut dan komplikasi jangka
panjang. Komplikasi akut diabetes ada tiga yang penting dan berhubungan dengan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut
adalah: hipoglikemia, ketoasidosis diabetik dan sindrom HHNK (juga disebut kota
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik atau HONK [hiperosmoler non ketotik]).
Sedangkan komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua sistem organ
dalam tubuh. Kategori komplikasi kronis diabetes yang lazim digunakan adalah : penyakit
makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan neuropati. Neuropati yang terjadi pada
diabetes melitus mengacu pada semua kelompok tipe saraf, termasuk saraf perifer,
otonom dan spinal. Neuropati, penyakit vaskular perifer dan penurunan daya imunitas
dapat menyebabkan komplikasi berupa diabetic foot.Diabetic foot diawali dengan adanya
hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
18
pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik
akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan
terjadi perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selajutnya akan mempermudah
terjadinya ulkus pada kaki (Brunner & Suddarth, 2015).
2.1.2 Konsep Kadar Glukosa Darah
1. Pengertian kadar glukosa darah
Kadar gula darah merupakan terjadinya suatu peningkatan setelah makan dan
mengalami penurunan diwaktu pagi hari setelah bangun tidur.Bila seseorang mengalami
hyperglikemia kedaan gula darah dalam tubuh mengalami kenaikan di atas normal,
sedangkan hypoglikemia suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunannilai gula
dalam darah di bawah normal (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015).
Di dalam darah, kadar glukosa darah selalu fluktuatif bergantung pada asupan
makanan. Kadar paling tinggi tercapai pada satu jam setelah makan. Glukosa di dalam
darah akan mencapai kadar paling tinggi, normalnya tidak melebihi 180 mg per 100 cc
darah (180 mg/dl). Kadar 180 mg/dl disebut ambang ginjal dimana ginjal bisa menahan
gula pada kadar tesebut. Lebih dari angka tersebut ginjal tudak dapat menahan gula dan
kelebihan gula akan keluar bersama urin. Pada diabetes terdapat masalah dengan efek kerja
insulin dalamhal ini pemasukan gula ke dalam sel tidak sempurna sehingga gila darah tetap
tinggi.
Hal ini dapat meracuni dan menyebabkan rasa lemah dan tidak sehat serta
menyebabkan komplikasi dan gangguan metabolisme yang lain.
Apabila tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula, tubuh akan mengolah
zat-zat lain itu adalah lemak dan protein. Penggunaan atau penghancura lemak dan protein
menyebabkan turunya berat badan (American Diabetes Association,2015).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah
Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah menurut American Diabetes
Association (2015) yaitu:
1. Konsumsi karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu bahan makanan utama yang diperlukan oleh
tubuh.Sebagian besar karbohidrat yang kita konsumsi terdapat dalam bentuk
polisakarida yang tidak dapat diserapsecara langsung.Karena itu, karbohidrat harus
19
dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dapat diserap melalui mukosa
saluran pencernaan.Kebanyakan karbohidrat dalam makanan akan diserap ke dalam
aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa. Jenis gula lain akan diubah oleh hati
menjadi glukosa.
2. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik mempengaruhi kadar glukosa darah. Ketika aktifitas tubuh tinggi,
penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Ketika tubuh tidak dapat
mengoprasikan kebutuhan glukosa yang tinggi akibat aktivitas fisik yang berlebihan,
maka kadar glukosa tubuh akan menjadi terlalurendah (hipoglikemia). Sebaliknya, jika
kadar glukosa darah melebihi kemampuan tubuh untuk menyimpannya disertai
dengan aktifitas fisik yang kurang, maka kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi
dari normal (hiperglikemia).
3. Penggunaan obat
Berbagai obat dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, diantaranya adalah obat
antipsikotik dan steroid. Obat antipsikotik atpikal mempunyai efek simpang terhadap
proses metabolisme. Penggunaan klozapin dan olanzapin sering kali dikaitkan dengan
penambahan beret badan sehingga pemantauan akan asupan karbohidrat sangat
diperlukan. Penggunaan antipsikotik juga dikaitkan dengan kejadian hiperglikemia
walaupun mekanisme jelasnya belum diketahui.Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
penambahan berat badan akibat retensi insulin.
4. Stress
Stress baik secara fisik maupun neurogenik, akan merangsang pelepasan ACTH
(adrenocorticotropic hormone) dari kelenjar hipofisis anterior. Selanjutnya, ACTH akan
merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenokortikoid, yaitu kortisol.
Hormon kortisol ini kemudian akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam
darah.
3. Pemeriksaan kadar gula darah
Pemeriksaan kadar gula darah menurut American Diabetes Association (2015) bisa
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:
20
Pemanis alternatif yang digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman. Pemanis
alternatif dikelompokan menjadi pemanis berkalori dan tidak berkalori. Pemanis
berkalori yaitu : Glukosa, alkohol dan frutosa. Jenis pemanis yang dihindari yaitu
frutosa karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan
menghindari makanan seperi buah, dan sayuran yang mengandung frutosa alami.
Pemanis tidak berkalori yaitu: aspartum, sakrin, potossium, sucraloseden neotame.
g. Kebutuhan Kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang
diabetes melitus antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang
besarnya 20-35 kal/kg BB ideal. Kebutuhan kalori bergantung pada beberapa faktor
yaitu jenis kelamin, umur, aktfitas, berat badan (kurus, ideal dan obesitas), misalnya
untuk penderita yang kurus kebutuhan kalorinya 2300-2500 kalori, berat badan
ideal sekitar 1700-2100 kalori, dan yang obesitas sekitar 1300-1500 kalori.
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus
tipe 2 apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar
30-45 menit,dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2
hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum
latihan jasmani. Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi
karbohidrat terlebih dahuludan bila >250 mg/dL dianjurkan untuk menundalatihan
jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan
jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal), seperti: jalan cepat, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara
mengurangi angka 220 dengan usia pasien.
Pada penderita diabetes melitus tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis,
hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan
24
resistance training (latihan beban) 2-3 kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Intensitas latihan jasmani pada penyandang diabetes melitus yang relatif sehat bisa
ditingkatkan, sedangkan pada penyandang diabetes melitus yang disertai komplikasi
intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan masing-masing individu.
4. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan.
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015), terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan suntik.
a. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya,obat anti-hiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkansekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Efek samping utama adalah hipoglikemia dan
peningkatan berat badan. Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada pasien
dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan faal hati, dan
ginjal).
b) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan
ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan
Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah
pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping yang mungkin
terjadi adalah hipoglikemia.
2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
a) Metformin
25
b) Tiazolidindion (TZD)
Tiazolidindion merupakan agonis dariPeroxisome Proliferator Activated
Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara
lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini mempunyai efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa,
sehingga meningkatkan ambilan glukosa dijaringan perifer.Tiazolidindion
meningkatkan retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada
pasien dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat
edema/retensi cairan.Hati-hati pada gangguan faal hati, dan bila diberikan
perlu pemantauan faal hati secara berkala.Obat yang masuk dalam golongan
ini adalah Pioglitazone.
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan diabetes melitus, namun bila diperlukan dapat dilakukan
bersamaan dengan pemberian obat anti hiperglikemia oral tunggal atau kombinasi
sejak dini. Pemberian obat anti hiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai
dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
respons kadar glukosa darah.Terapi kombinasi obat anti hiperglikemia oral,baik
secara terpisah ataupun fixed dose combination, harus menggunakan dua macam
obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu apabilasasaran
kadar glukosa darah belum tercapaidengan kombinasi dua macam obat,
dapatdiberikan kombinasi duaobat anti hiperglikemia dengan insulin. Pada pasien
yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk
dipakai, terapidapat diberikan kombinasi tiga obat anti-hiperglikemia oral. (lihat
bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DMT2)
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan
pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang).
Insulin kerja menengah harus diberikan jam 10 malam menjelang tidur, sedangkan
insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai sebelum tidur. Pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin basal untuk kombinas
iadalah 6-10 unit.Kemudian dilakukan evaluasi dengan mengukurkadar glukosa
darah puasa keesokan harinya. Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada
umumnya 2 unit) apabila kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada
keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali
meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi
insulin basal dan prandial, sedangkan pemberian obat anti hiperglikemia oral
dihentikan dengan hati-hati.
31
Diabetes melitus
merupakan kelainan
heterogen yang ditandai
dengan meningkatnya
kadar glukosa dalam
darah
Klasifikasi DM ada 4
Penatalaksanaan 4 pilar
yaitu
1. Edukasi
1. DM tipe 1 2. Terapi Nutrisi Medis
2. DM tipe 2
3. Latihan Jasmani
3. DM tipe lain Peningkatan
4. DM gestasional 4. Terapi Farmakologis
/penurunanan
Kadar glukosa
Manifestasi klinik DM di kenal darah .
dengan gejalah “trias”
1) Banyak minum (polidipsi)
2) Banyak kencing (poliiuria) Factor Yang mempengaruhi 4
3) Banyak makan (polifagi) Factor-faktor yang
pilar;
mempengaruhi
1. Pendidikan
Komplikasi DM dibagi menjadi 2 2. Keyakinan kadar glukosa darah:
3. Dukungan keluarga 1. Konsumsi
yaitu : 4. usia karbohidrrat
1. Komplikasi akut 2. Aktivitas fisik
(hipoglikemia, 3. Penggunaan obat
ketoasidosis, 4. stres
hiperglikemik
hiperosmoler nonketotik)
2. Komplikasi jangka
panjang (penyakit
makrovaskuler, penyakit
mikrovaskuler dan
neuropati)
32
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Empat Pilar Diabetes Mellitus Dengan Kadar Gula Darah
(Rima. et al. 2017. American Diabetes Associtation, 2015, 2018.
Lenywati & Endang, 2011. Brunner & Suddarth, 2015. Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia, 2015).
1) Pendidikan darah
2) Keyakinan 1. Konsumsi karbohidrat
3) Dukungan keluarga 2. Aktifitas fisik
4) usia 3. Penggunaan obat-obatan
4. stres
Penatalaksanaan 4 pilar
1) Edukasi Peningkatan atau
2) Perencanaan diet penurunan kadar
3) Latihan jasmani gula darah
4) Terapi farmakologi
Gambar 2.2 kerangka konsep Faktor Dominan Dari 4 Pilar Pengelolaan Diabetes
Melitus Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes
Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Kota Kupang
33
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap terjadinya hubungan variabel yang
akan diteliti (Notoadmojo,2010).
Hipotesis yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah:
H1 : Keempat faktor pengelolaan diabetes melitus mempengaruhi kadar gula darah
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 3.2 Defenisi Operasional Faktor Dominan Dari Empat Pilar Diabetes Melitus Yang Berhubungan Dengan Kadar Glukosa
Darah Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa.
Dengan kategori
1. Normal : 110-180 mg/dl
2. Tidak normal : < 110mg/dl
dan > 180 mg/dl
n= N
1+ N (d)2
n= 323
1+ 323 (0,05)2
n= 323
1+ 323 (0,0025)
n = 323
1,8075
n = 178,69
= 179
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 179 responden.
3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dan populasi untuk dapat mewakili populasi.
Teknik sampling menggunakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian
(Nursalam, 2016). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan
pertimbanan tertentu (Sugiyono, 2018).
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Mei sampai 8 Juni 2021.
2. Tempat Penelitian.
Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Oesapa Kota Kupang. Tempat penelitian ini
dipilih karena memiliki pasien diabetes melitus terbanyak dari semua Puskesmas yang
ada di Kota Kupang
40
4 pertanyaan, terapi nutrisi medis terdiri dari 14 pertanyaan, dan latihan jasmani terdiri
dari 3 pertanyaan. Sedangkan untuk kadar gula darah menggunakan lembar observasi.
Kadar gula darah yang diukur saat responden datang ke puskesmas pada saat peneliti
melakukan penelitian.
Tipe jawaban dalam penelitian ini disebut dengan fored alternatife dimana alternative
jawabannya telah ditetapkan oleh peneliti, dan responden diharapkan untuk memberi
respon jawaban dari pilihan yang tersedia (Setiadi, 2013).
3.5.3 Uji validitas dan reabilitas
Sebelum melakukan penelitian, kuesioner ini akan dilakukan uji content validity
(validitas isi instrumen) kepada 3 orang expert Keperawatan Medikal Bedah, yaitu
kepada pembimbing 1, Pembimbing 2 dan kepada 1 orang Perawat senior yang
memegang program penyakit diabetes melitus di Puskesmas Oebobo Kabupaten Kupang.
Setelah diketahui bahwa instrumen tersebut valid, kemudian dilakukan uji validitas dan
uji reabilitas pada 10 orang pasien diabetes melitus yang bukan merupakan sampel
penelitian. Peneliti akan melakukan uji tersebut di wilayah kerja Puskesmas Oebobo Kota
Kupang. Sugiyono (2014) menyatakan bahwa hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
yang diteliti atau dengan kata lain instrumen tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Hasil uji validitas dan reabilitas :
1. Jika nilai rhitung > r tabel maka dikatakan valid
2. Hasil yang didapatkan berdasarkan uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner empat
piar pengelolaan diabetes melitus adalah hasilnya valid dengan nilai r hitung > 0,632
dan reliabel dengan nilai cronbach Alpha > 0,912, > 0,770, > 0,856, > 0,895.
3.6 Analisa Data
Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk tujuan pokok penelitian yaitu
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkapkan fenomena (Nursalam,
2016).Dalam melakukan analisa data, terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah
data menjadi informasi. Dalam statistik informasi yang diperoleh dan dipergunakan untuk
proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis.
Menurut Hidayat (2012), pengumpulan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh, diantaranya:
42
3.6.1 Pengeditan/Editing
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul (Hidayat, 2012). Peneliti meneliti kelengkapan jawaban segera
setelah responden mengembalikan kuesioner, yang belum lengkap dikembalikan
pada responden untuk dilengkapi.
3.6.2 Penandaan/Coding
Setelah peneliti memeriksa kembali kebenaran data.Peneliti memberikan kode
numerik (angka) terhadap data yang diperoleh. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengelolahan data menggunakan komputer. Peneliti memberikan kode sesuai
dengan keadaan yang diamati pada kolom yang tersedia sesuai dengan kode yang
telah ditetapkan sejak semula. Pengkodean dilakukan dengan memberi nomor
variabel, nama variabel dan kode. Untuk faktor edukasi diberikan kode ya :1,
tidak :0. Dengan penilaian dikatakan paham jika nilainya 4 dan dikatakan tidak
paham jika nilainya < 4. Faktor terapi nutrisi medis diberikan kode t Dikatakan ya
jika Faktor terapi nutrisi medis diberikan kode tidak sering : 1, kadang-kadang : 2,
sering : 3. Dengan penilaian dikatakan patuh jika nilainya 21 dan dikatakan tidak
patuh < 21. Faktor latihan jasmani diberikan kode tidak pernah : 1, kadang-kadang :
2, cukup sering : 3, sering : 4, sangat sering :5. Dengan penilaian dikatakan rutin jika
nilainya 7 dan dikatakan tidak rutin jika nilainya < 7. Faktor terapi farmakologi
diberikan kode ya : 1, tidak : 0. Dengan penilaian jika patuh jika nilainya 2 dan
dikatakan tidak patuh jika nilainya < 2.
3.6.3 Pemberian nilai/Scoring
Scoring setelah data dikumpulan melalui angka, kemudian ditabulasi dan
dikelompokan menjadi sesui sub variabel yang diteliti. Setelah itu pengolahan data
yang digunakan adalah dengan cara pemerian skor dalam penelitian (Nursalam,
2016). Adapun penilaian dalam penelitian ini Untuk faktor edukasi diberikan kode ya
:1, tidak :0. Dengan penilaian dikatakan paham jika nilainya 4 dan dikatakan tidak
paham jika nilainya < 4. Faktor terapi nutrisi medis diberikan kode t Dikatakan ya
jika Faktor terapi nutrisi medis diberikan kode tidak sering : 1, kadang-kadang : 2,
sering : 3. Dengan penilaian dikatakan patuh jika nilainya 21 dan dikatakan tidak
43
patuh < 21. Faktor latihan jasmani diberikan kode tidak pernah : 1, kadang-kadang :
2, cukup sering : 3, sering : 4, sangat sering :5. Dengan penilaian dikatakan rutin jika
nilainya 7 dan dikatakan tidak rutin jika nilainya < 7. Faktor terapi farmakologi
diberikan kode ya : 1, tidak : 0. Dengan penilaian jika patuh jika nilainya 2 dan
dikatakan tidak patuh jika nilainya < 2.
3.6.4 Tabulating
Tabulating adalah memasukan data kedalam tabel dan mengatur semua angka
sehingga data dihitung sebagai kategori. Dalam penelitian ini, menggunakan teknis
analisis yang menggunakan komputer program aplikasi statistik, dimana menghitung
besarnya. Penelitian ini untuk mengetahui faktor dominan dari empat pilar yang
berhubungan dengan kadar glukosa darah.
3.6.5 Uji statistik
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah menganalisis variabel-variabel yang ada secara
deskriptif dengan menghitung distribusi, frekuensi dan proporsinya untuk
mengetahui karakteristik dan subjek penelitian.
b. Analisis Bivariat Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik
yang secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dari penyimpulan.
Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar
variabel independen dan variabel dependen. Uji statistic yang digunakan dalam
penelitian ini adalah chi square. Uji chi square merupakan statistik non parametik.
Hal ini disebabkan karena data untuk pengujian chi square adalah data
kategori/kualitatif (nominal, ordinal). Chi square disini digunakan untuk mencari
hubungan dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya.
c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama
variabel bebas terhadap variabel terikat, dan variabel mana yang paling besar
pengaruhnya terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji regresi logistik.
Analisis regresi logistik dilakukan jika variabel terikatnya berupa variabel
kategorik dan untuk menjelaskan pengaruh beberapa variabel bebas terhadap
44
< 0,25 pada analisi bivariate, maka variable tersebut menjadi kandidat untuk
dilakukan analisis multivariate; namun jika p > 0,25 tetapi secara substansial
berpengaruh maka tetap diikutkan dalam analisis selanjutnya.
2) Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan
menjadi model dengan melihat nilai p-value < 0,05 variabel terpilih (p-value
< 0,05) dimasukkan ke dalam model dan pada variable dengan nilai p-value
>0,05 dikeluarkan dari model. variabel yang dikeluarkan dari model dimulai
secara berurutan dari variabel dengan nilai p-value terbesar. variabel yang
dikeluarkan akan dimasukkan kembali ke dalam permodelan jika terjadi
perubahan Odd Ratio (OR) satu atau lebih variabel yang melebihi 10%,
dilakukan bertahap dengan langkah yang sama sehingga akan didapatkan
pemodelan akhir dimana semua variabel memiliki nilai p-value yang < 0,05.
3) Untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap
variabel dependen, lihat dari nilai exponen (β) atau OR untuk variabel yang
masuk dalam pemodelan terakhir, semakin besar nilai exponent (β) atau OR
berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang
dianalisis.
45
Populasi Target
Semua penderita diabetes melitus di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang berjumlah 323 orang
Populasi Terjangkau
Bersedia menjadi responden, pasien yang datang ke puskesmas selama
waktu penelitian, Usia ≥ 18 tahun, pasien 2 jam pp
purposive sampling
Informed Consent
Kesimpulan
Gambar 3.1 Faktor Dominan Dari Empat Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus Yang
Mempengaruhi Kadar Glikosa Darah Pasien Diabetes Melitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa
46
juga diberikan tanpa membeda-bedakan suku, agama, etnis dan sosial partisipan (Afiyanti
dan Rachmawati, 2014).
48
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1.3.1.2 Analisa Bivariat “Terapi Nutrisi Medis Dengan Kadar Gula Darah”
Tabel 4.7 Tabulasi Hubungan Terapi Nutrisi Medis Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa
Kadar Gula Darah RP
Terapi Normal Tidak Normal Total P-value 95% CI
nutrisi medis n % n % n %
Paham 8 19,5 33 80,5 41 100,0 0,401
Tidak paham 52 37,7 86 62,3 138 100,0 0,034 (0,172-
0,934)
kadar glukosa darah normal sebanyak 52 orang (37,7%) dan yang memiliki kadar glukosa
tidak normal sebanyak 86 orang (62,3%). Hasil uji regresi logistik hubungan terapi
nutrisi medis dengan kadar gula darah menunjukkan nilai p-value 0,034 < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara terapi nutrisi medis
dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Oesapa. Hasil uji statistik juga menunjukan nilai OR= 0,401 yang artinya orang yang
tidak paham tentang terapi nutrisi medis 0,401 kali lebih beresiko untuk mengalami
gangguan kadar glukosa darah dibandingkan dengan yang paham tentang terapi nutrisi
medis.
mengalami gangguan kadar glukosa darah dibandingkan dengan yang patuh tentang
laihan jasmani.
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Analisis Bivariat, Faktor Dominan Dari Empat Pilar Pengelolaan Diabetes
Melitus Yang Berhubungan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
No Variabel POR 95% CI p-value
1 Edukasi 70,812 24,627-203,613 0,000
2 Terapi Nutrisi Medis 0,401 0,172-0,934 0,034
3 Latihan Jasmani 1,345 0,717-2,524 0,355
4 Terapi Farmakologi 7,616 3.782-15.335 0,000
4.1.3.1. Analisa Multivariat Hubungan Empat Pilar Pengelolaan Dibetes Melitus Dengan
Kadar Glukosa Darah Pasein Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Oesapa.
Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan dari beberapa variabel
independen terhadap satu variabel dependen secara-bersama-sama. Analisis multivariat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik untuk melihat variabel
independen (Edukasi, Terapi Nutrisi Medis, Latihan Jasmani, Terapi farmakologi) yang
paling berhubungan dalam variabel dependen (Kadar Gula Darah). Variabel yang
menjadi kandidat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tabel 4.11 bahwa dari hasil analisis bivariat, maka variabel yang
masuk kedalam kandidat mutivariat yaitu Edukasi dan Terapi farmakologi. Kemudian
dilakukan analisis dengan metode Enter yaitu memasukkan semua variabel independen
dengan serentak 1 langkah tanpa melewati kriteria keamanan statistik tertentu. Hasil
regresi logistik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12 Hasil Akhir Analisis Multivariat Faktor Dominan Dari Empat Pilar
Pengelolaan Diabetes Melitus Yang Berhubungan Dengan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa
Kota Kupang Menggunkan analisis Regresi Logistik
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian faktor
dominan dari empat pilar pengelolaan diabetes melitus yang berhubungan dengan kadar
glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Wilayah kerja Puskesmas Oesapa.
57
4.2.1. Mengidentifikasi Edukasi yang Berhubungan dengan Kadar Glukosa Darah pada
Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa faktoredukasi, responden yang
memahami edukasi tentang DM berjumlah 71 orang (39,7%) terdiri dari yang memiliki
kadar gula darah normal sebanyak 55orang (77,5%) dan yang memiliki kadar gula darah
tidak normal sebanyak 16 orang (22,5%). Responden yang tidak paham tentang edukasi
DM berjumlah 108 orang (60,3%) terdiri dari yang memiliki kadar glukosa darah normal
sebanyak 5 orang (4,6%) dan yang memiliki kadar glukosa tidak normal sebanyak 103
orang (95,4%). Hasil uji regresi logistik hubungan edukasi dengan kadar gula darah
menunjukkan nilai p-value 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara edukasi dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa. Hasil uji statistik juga menunjukan nilai OR=70,812
yang artinya orang yang tidak paham tentang DM 70,812 kali lebih beresiko untuk
mengalami gangguan kadar glukosa darah dibandingkan dengan yang paham tentang
diabetes melitus.
Kegiatan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan melalui penyuluhan kelompok
dan penyuluhan masa, sedangkan kegiatannya dilakukan oleh Puskesmas, Rumah Sakit
dan Dinas Kesehatan maupun lembaga lembaga lainnya. Edukasi merupakan pendidikan
atau latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan Diabetes
Melitus yang diberikan setiap pasien Diabetes Melitus.Edukasi merupakan salah satu dari
4 pilar pengolaan diabetes melitus. Pemberian edukasi yang tepat tentang diabetes
melitus akan meningkatkan pengetahuan penderita tentang pentingnyapenanganan 4pilar
diabetes melitus. Edukasi yang diberikan berupa pemahaman tentang pentingnya
pengendalian penyakit, komplikasi dan resiko yang timbul, pentingnya intervensi obat,
pemantauan glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemia, dan cara mempergunakan
fasilitas kesehatan. Selain edukasi, terapinutrisi medis merupakan bagian penting dari
pilar diabetes melitus secara komprehensif.Kadar gula darah merupakan terjadinya suatu
peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari setelah bangun
tidur.Bila seseorang mengalami hiperglikemia kedaan gula darah dalam tubuh mengalami
58
4.2.2 Mengidentifikasi Terapi Nutrisi Medis yang Berhubungan dengan Kadar Glukosa
Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa faktor terapi nutrisi
medis, didapatkan responden yang memahami terapi nutrisi medis berjumlah 41 orang
(22,9%) terdiri dari yang memiliki kadar gula darah normal sebanyak 8 orang (19,5%)
dan yang memiliki kadar gula darah tidak normal sebanyak 33 orang (80,5%). Responden
yang tidak paham tentang terapi nutrisi medis berjumlah 138 orang (77,1%) terdiri dari
yang memiliki kadar glukosa darah normal sebanyak 52 orang (37,7%) dan yang
memiliki kadar glukosa tidak normal sebanyak 86 orang (62,3%). Hasiluji regresi logistik
hubungan terapi nutrisi medis dengan kadar gula darah menunjukkan nilai p-value 0,034
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara terapi nutrisi
medis dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Oesapa. Hasil uji statistik juga menunjukan nilai OR= 0,401 yang artinya orang yang
tidak paham tentang terapi nutrisi medis 0,401 kali lebih beresiko untuk mengalami
gangguan kadar glukosa darah dibandingkan dengan yang paham tentang terapi nutrisi
medis.
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2015), perencanaan makanan
merupakan bagian penting dari penatalaksanaan diabetes melitus secara komprehensif.
Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter
ahli gizi, perugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarga). Guna mencapai sasaran
terapi nutrisi medis sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penyandung
diabetes mellitus. Prinsip pengaturan makanan pada penyandang diabetes melitus hampir
sama dengan anjuran makanan untuk masyarakat umum, yaitu makanan seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Penyandang
diabetes melitus perluh diberikan penegakan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makanan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan
obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri et al., (2019), dengan judul hubungan
kepatuhan diet dengan kadar gula darah penderita diabetes melitus Di Puskemas Rawat
Inap Tanjung Warowa Kecamatan Tanjung Marowa dengan p-value 0,000.
60
Berdasarkan fakta dan teori maka peneliti berpendapat bahwa terapi nutrisi medis
merupakan bagian penting dari penatalaksanaan diabetes melitus secara komprehensif
hal ini dikarenakan pengaturan makan dapat menstabilkan kadar glukosa darah dalam
batas normal. Untuk mengendalikan kadar glukosa darah pasien harus memiliki
pemahaman yang baik diantaranya memahami tentang diet yang disarankan untuk
penderita diabetes dan bisa mengatur pola makan yang baik untuk mengendalikan kadar
glukosa darah. Petugas kesehatan berperan penting dalam memberikan informasi tentang
terapi diet yang disebut 3 J yaitu tepat jadwal, tepat jumlah, tepat jenis agar tercapai
kontrol metabolik yang optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah
komponen utama untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula
darah serta komponen utama dalam penatalaksanaan diabetes melitus. Dari hasil
penelitian total responden 179 masih sangat banyak pasien diabetes melitus yang belum
memahami terapi nutrisi medis dengan jumlah 138 orang (77%). Dapat dibuktikan
dengan dari total jawaban benar yang paling banyak pada kuesioner apakah anda makan
teratur 3x sehari sebanyak 51 (28%) dan jawaban dengan jumlah benar yang paling
sedikit adalah Apakah anda memperhatikan jadwal makan sebanyak 12 (7%). Kepatuhan
diet yang baik pada pasien diabetes melitus dapat memperbaiki tingkat kadar gula darah
paa pasien diabetes melitus tersebut. Kadar gula darah yang tidak stabil atau buruk perlu
segera diatasi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien diabetes melitus itu
sendiri. Hasil pengumpulan data melalui kuesioner tentang terapi nutrisi medis
menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pemahaman yang kurang
mengenai terapi nutrisi medis sebanyak 138 responden (77,1%). Berdasarkan penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan antara terapi nutrisi medis dengan kadar glukosa darah.
Hal ini dikarenakan pengaturan makan dapat menstabilkan kadar glukosa darah dan
lipid-lipid dalam batas normal(Syahbudin, 2017). Responden yang memiliki pemahaman
kurang dikarenakan sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai petani
sebanyak 53 orang (29,6%). Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan seseorang
terutama untuk menunjang kehidupannya. Beberapa penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa pekerjaan dapat menyebabkan penderita tidak patuh karena sibuk
bekerja sehingga tidak memperhatikan diet sesuai dengan yang dianjurkan. Responden
yang bekerja akan cenderung menghabiskan waktu untuk aktivitas pekerjaannya
61
70% denyut jantung maksimal), seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220
dengan usia pasien.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mala Azitha et al.,
(2018) dengan judul Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Glukosa Darah Puasa
Pada Pasien Diabetes Melitus Yang Datang Ke Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
M. Djamil Padang yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antar aktifitas fisik
dengan kadar glukosa darah dengan p-value=0,602.
Berdasarkan fakta dan teori maka peneliti berpendapat bahwa latihan jasmani
merupakan salah satu faktor yang cukup berperan penting dalam mempengaruhi nilai
kadar gluosa darah. Olahraga memang termasuk aktifitas fisik namun tidak semua jenis
aktifitas fisik adalah olaraga. Untuk yang relatif sehat, intensitas aktifitas fisik bisa
ditingkatkan, sementara yang sudah mendapatkan komplikasi Diabetes Melitus dapat
dikurangi aktifitasnya. Dari data yang diperoleh bahwa responden yang mematuhi
latihan jasmani sebanyak 72 orang (40,2%) dibandingkan dengan responden yang tidak
mematuhi latihan jasmani sebanyak 107 orang (59,8%). Dapat dibuktikan dari data
penelitian jawaban pertanyaan benar tentang apakah anda menjalani olahraga teratur
minimal 3-5 kali/minggu selama 30-40 menit sebanyak 36 (20%), apakah anda
melakukan aktivitas sedang seperti : berkebun dan bersepeda sebanyak 28 (16%),
apakah anda melakukan aktivitas berat seperti : naik turun tangga, jogging sebanyak 24
(13%). Latihan jasmani yang baik pada pasien diabetes melitus dapat memperbaiki
tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tersebut. Kadar gula darah yang
tidak stabil atau buruk perlu segera diatasi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan
pasien diabetes melitus itu sendiri. Responden yang tidak melakukan aktivitas olahraga,
ini bisa disebabkan karena kesibukan masing-masing individu yang belum dapat
meluangkan waktunya, belum terbentuknya kebiasaan melakukan olahraga teratur dan
kurang tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam melakukan keteraturan
olahraga. Selain itu juga karena faktor usia yang sudah mendekati usia lansia di mana
usia tersebut mengalami penurunan terhadap kerja fungsi otot-otot dan syaraf sehingga
tidak dapat melakukan olahraga secara teratur. Responden yang memiliki kepatuhan
kurang terhadap latihan jasmani dikarenakan sebagian besar responden memiliki umur
63
45-59 tahun sebanyak 101 orang (56,4%). Responden yang memiliki umur 45-59 tahun
dapat berpengaruh terhadap aktifitas yang dilakukannya. Menurut Syarif (2012), usia
mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang karena semakin bertambahnya usia
seseorang maka dia akan mengurangi aktivitas olahraga dan lebih banyak waktu untuk
bekerja, sehingga kebugaran jasmani memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat
dengan faktor usia.
pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat
yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini
dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hipoglikemia, Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Metformin
merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus diabetes melitus tipe 2. Dosis
Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (GFR 30-60
ml/menit/1,73 m2). Metformin tidak boleh diberikan pada beberapa keadaan
sperti:GFR<30 mL/menit/1,73 m2, adanya gangguan hati berat, serta pasien-pasien
dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro-vaskular, sepsis, renjatan,
PPOK, gagal jantung [NYHA FC III-IV]). Efek samping yang mungkin berupa gangguan
saluran pencernaan seperti halnya gejala dispepsia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chytntia (2020),
dengan judul penelitian hubungan tingkat kepatuhan pasien pada penggunaan obat anti
diabetes terhadap kadar glukosa darah pasien diabetes melitus dengan hasil penelitian
yang diperoleh yaitu terdapat hubungan bermakna antara tingkat kepatuahn penggunaan
obat anti diabetes terhadap kadar glukosa darah dengan p-value-0,001.
Berdasarkan fakta dan teori maka peneliti berpendapat bahwa terapi farmakologi
merupakan salah satu penanganan yang sangat dibutuhkan untuk mengonrol kadar
glukosa darah, selain memiliki pemahaman yang baik terhadap dabetes melitus,
melaksanaakan diet dan melakukan latihan jasmai yang teratur semua itu harus didukung
dengan terapi farmakologi yang teratur. Hal ini dikarenakan bila penderita minum obat
secara teratur dan diimbangi dengan gaya hidup yang sehat akan menurunkan kadar gula
darah. Perilaku keteraturan konsumsi obat anti diabetes responden menjadi salah satu
upaya untuk pengontrolan dalam pengendalian glukosa darah ataupun komplikasi yang
dapat ditimbulkan. Bila penderita diabetes melitus tidak patuh dalam melaksanakan
program pengobatan yang telah dianjurkan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya
maka akan dapat memperburuk kondisi penyakitnya. Dari hasil penelitian total responden
179 masih sangat banyak pasien diabetes melitus yang tidak rutin menjalankan terapi
farmakologi sebanyak 119 orang (66,5%) dan yang rutin menjalankan terapi farmakologi
sebanyak 60 orang (33,5%). Dapat dibuktikan dengan total jawaban benar pada
65
4.2.5. Menganalisis Faktor Dominan dari Empat Pilar Pengelolaan Diabetes Melitus yang
Berhubungan dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
Hasil uji statistik menggunakan Uji regresi logistik, maka dapat dilihat dari nilai p
value yaitu 0,000 α (< 0,05) dimana terdapat hubungan signifikan antara edukasi dengan
kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa
Kota Kupang. Hasil uji statistik juga menunjukan nilai OR= 68.810 yang artinya orang
yang tidak paham tentang DM 68.810 kali lebih beresiko untuk mengalami gangguan
66
kadar glukosa darah dibandingkan dengan yang paham tentang diabetes melitus. Jika
pengetahuan seseorang baik dan memahami penyakit yang diderita maka seseorang
tersebut dapat melaksanakan penanganan yang tepat terhadap penyakitnya. Berdasarkan
hasil penelitian, edukasi yang baik dapat mempengaruhi pemahaman seseorang tentang
informasi mengenai pengelolaan empat pilar diabetes melitus. Berdasarkan tabel 4.6
diketahui bahwa untuk fakto edukasi, responden yang memahami edukasi tentang DM
berjumlah 71 orang (39,7%) terdiri dari yang memiliki kadar gula darah normal sebanyak
55orang (77,5%) dan yang memiliki kadar gula darah tidak normal sebanyak 16 orang
(22,5%). Responden yang tidak paham tentang edukasi DM berjumlah 108 orang (60,3%)
terdiri dari yang memiliki kadar glukosa darah normal sebanyak 5 orang (4,6%) dan yang
memiliki kadar glukosa tidak normal sebanyak 103 orang (95,4%).
Edukasi merupakan salah satu dari 4 pilar pengolaan diabetes melitus. Pemberian
edukasi yang tepat tentang diabetes melitus akan meningkatkan pengetahuan penderita
tentang pentingnya pentingnya penanganan 4 pilar diabetes melitus. Edukasi yang
diberikan berupa pemahaman tentang pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi dan
resiko yang timbul, pentingnya intervensi obat, pemantauan glukosa darah, cara
mengatasi hipoglikemia, dan cara mempergunakan fasilitas kesehatan. Selain edukasi,
terapinutrisi medis merupakan bagian penting dari pilar diabetes melitus secara
komprehensif. Kadar gula darah merupakan terjadinya suatu peningkatan setelah makan
dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari setelah bangun tidur. Bila seseorang
mengalami hyperglikemia kedaan gula darah dalam tubuh mengalami kenaikan di atas
normal, sedangkan hypoglikemia suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penurunannilai gula dalam darah di bawah normal (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, 2015). Di dalam darah, kadar glukosa darah selalu fluktuatif bergantung pada
asupan makanan. Kadar paling tinggi tercapai pada satu jam setelah makan. Glukosa di
dalam darah akan mencapai kadar paling tinggi, normalnya tidak melebihi 180 mg per
100 cc darah (180 mg/dl). Kadar 180 mg/dl disebut ambang ginjal dimana ginjal bisa
menahan gula pada kadar tesebut (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Sutiawati et al,. pada tahun 2012
dengan judul “Pengaruh Edukasi Gizi Pada Tingkat Pengetahuan, Pola Makan Dan Kadar
Glukosa Darah Pada Pasien DM tipe 2 di RSUD Lanto dg. Pasewang.” Dengan hasil
67
bahwa terdapat hubungan antara edukasi dengan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes melitus tipe 2 di RSUD Lanto dg. Pasewang.
Menurut peneliti ada kesesuaian antar fakta dan teori yang menyatakan bahwa
pemberian edukasi pada pasien diabetes melitus dapat memberikan pengaruh terhadap
kadar glukosa darah. Dalam keperawatan edukasi merupakan suatu bentuk intervensi
keperawatan yang mandiri untuk membantu pasien baik individu, kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalaui kegiatan pemebelajaran yang di
dalamnya perawat berperan sebagai seseorang yang memberikan informasi kepada pasien
68
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan mengenai faktor dominan dari empat pilar pengelolaan diabetes
melitus yang berhubungan dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus di
Wilayah kerja Puskesmas Oesapa, maka peneliti menyimpulkan:
5.1.1 Ada hubungan antara edukasi dengan kadar glukosa darah di Wilayah Kerja
Puskesmas Oesapa.
5.1.2 Ada hubungan antara terapi nutrisi medis dengan kadar glukosa darah di Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa.
5.1.3 Tidak ada hubungan antara latihan jasmani dengan kadar glukosa darah di Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa. Dilihat dari hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai OR=
1,345 yang artinya orang yang tidak patuh tentang latihan jasmani 1,345 kali lebih
beresiko untuk mengalami gangguan kadar glukosa darah dibandingkan dengan yang
patuh tentang laihan jasmani.
5.1.4 Ada hubungan antara terapi farmakologi dengan kadar glukosa darah di Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa.
5.1.5 Faktor yang paling dominan dari empat pilar pengelolaan diabetes melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Oesapa adalah edukasi.
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Responden
Diharapkan bagi penderita diabetes melitus untuk dapat mematuhi setiap anjuran oleh
tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan empat pilar diabetes melitus sehingga dapat
meningkatkan kesehatan pada penderita diabetes melitus.
5.2.2 Bagi Tempet Penelitian
Diharapkan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Oesapa khususnya bagi perawat untuk
lebih mengoptimalkan edukasi terkait dengan diet yang dianjurkan, olahraga secara teratur
dan cara mengkonsumsi obat yang tepat dan benar kepada pasien diabetes melitus.
69
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Waode Azfari, Laode Yusman Muriman & Sri Rahayu Burhan (2020). Hubungan Antara
Tingkat Pengetahuan Dengan Gaya Hidup Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, Vol. 2, No. 1. Diakses pada tanggal 08/06/2020 pukul
10:00 Wita
ADA. (2018). American Diabetes Association (ADA) Standars Of Medical Care In Diabetes:
Classification And Diagnosisof Diabetes. Diabetes Care, 41(ssupplement 1), 13-
27.https://doi.org/10.2337/dc18-sint01
Afiyanti, Yati & Rachmawati, Imani Nur. 2014. Metode penelitian kualitatif dalam riset
keperawatan. Jakarta: Rajawali Press.
(BPOM), RI (2016). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI Nomor:
HK.03.1.3.11.11.09909 Tentang Pengawasan Klaim Pada Label Dan Iklan Pangan
Olahan. Jakarta: BPOM RI
Bulu, A., Wahyuni,T. D., & Sutriningih, A. 2019 Hubungan Antara Tingkat Kepatuhan Minum
Obat Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.Nursing News.
Decroli, Eva.(2019). Diabetes Melitus Tipe 2. Edisi I. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Dinas Kesehatan Kota Kupang,2019, Profil Kesehatan Kota Kupang Tahun2019, Semarang:
Dinas Kesehatan Kota Kupang
Fitriana, R., & Rachmawati, S. (2014). Cara ampuh tumpas diabetes. Yogyakarta : Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. (2012) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Isnaini, Nur & Ratnasari (2018) faktor resiko mempengaruhi kejadian diabetes
tipe dua.Jurnal keperawatan dan kebidanan aiyah 14 (1), 59-68.
Lanywati & Endang. (2011). Diabetes Melitus Kencing Manis. Ed. 11, Knisius. Jogjakarta
Mahdiana, R. (2010). Mencegah Penyakit Kronik Sejak Dini. Yogyakarta : Tora Book
Mala, A., Dinda, A., & Y, R, I.,2018Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Glukosa Darah
Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus.Padang: Jurnal Kesehatan Andalas
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitiaan Ilmu Keperawatan. Ed, 4. Jakarta: Salemba Medika.
Oktandiasyah, D, Yulia. Kepatuhan Minum Obat Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
[Skripsi] Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2014.
Putri, Nurlaili Haida & Muhammad Atoillah Isfandiari (2013). Hubungan Empat Pilar
Pengendalian DM Tipe 2 Dengan Rerata Kadar Gula Darah. Jurnal berkala
epidemiologi, Vol. 1, No. 2. Diakses pada tanggal 07/10/2020 pukul 11:30 Wita
72
Rima Ulfa, Fahra, dkk. (2017), HubunganPerawat Sebagai Edukator DenganPerawatan Diri
Pasien DM Tipe 2 diPoli Penyakit Dalam Rumah sakitBina Sehat Jember,
NursekineJurnal, Vol 2. No 1. Diakses pada tanggal 07/06/2020 pukul 12:10 Wita
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Ed.3. yogyakarta: Graha
Ilmu.
Silbernagl & Lang. (2012). Teks Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EKC
Syarif, H. 2012 Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa Kelas IV Dan V Gugus Merah Putih,
Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Yoygyakarta.
Sri, L, M, S., & Sriani, G(2019), Dengan Judul Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kadar Gula
Darah Penderita Diabetes Melitus: Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
D.Bandung:Alfabeta
Sutiawati,M., Jafar, N., Yustini 2012. Pengaruh Edukasi Gizi Pada Tingkat Pengetahuan, Pola
Makan Dan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Dm TIPE 2 DI Rsud Lanto DG. Pasewang.
Jurnal: Media Gizi Masyarakat Indonesia VOL.2, NO.2:78-84
Tandra, Hans. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentan Diabetes Panduan
Lengkap Mengenal Dan Mengatasi Diabetes Dengan Cepat DanMidah. Ed 2. Jakarta:
Gramedia Putaka Utama.
WHO (World Health Organization). (2016). Global report on diabetes . France: World Health
Organization
Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, Y. (2013) Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa).Yogyakarta:Nuha Medika.
74
LAMPIRAN 1
75
LAMPIRAN 2
76
77
LAMPIRAN 3
78
79
LAMPIRAN 4
80
LAMPIRAN 5
81
LAMPIRAN 6
82
83
84
85
1. EDUKASI
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Total
P1 Pearson Correlation 1 ,333 1,000 **
,333 ,333 ,333 ,333 ,667*
Sig. (2-tailed) ,347 ,000 ,347 ,347 ,347 ,347 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
P2 Pearson Correlation ,333 1 ,333 ,600 ,600 ,600 1,000** ,667*
Sig. (2-tailed) ,347 ,347 ,067 ,067 ,067 ,000 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
P3 Pearson Correlation 1,000 **
,333 1 ,333 ,333 ,333 ,333 ,667*
Sig. (2-tailed) ,000 ,347 ,347 ,347 ,347 ,347 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
P4 Pearson Correlation ,333 ,600 ,333 1 1,000 **
,600 ,600 ,667*
Sig. (2-tailed) ,347 ,067 ,347 ,000 ,067 ,067 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
P5 Pearson Correlation ,333 ,600 ,333 1,000 **
1 ,600 ,600 ,667*
Sig. (2-tailed) ,347 ,067 ,347 ,000 ,067 ,067 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
P6 Pearson Correlation ,333 ,600 ,333 ,600 ,600 1 ,600 ,667*
Sig. (2-tailed) ,347 ,067 ,347 ,067 ,067 ,067 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
P7 Pearson Correlation ,333 1,000 **
,333 ,600 ,600 ,600 1 ,667*
Sig. (2-tailed) ,347 ,000 ,347 ,067 ,067 ,067 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
Total Pearson Correlation ,667 *
,667 *
,667 *
,667 *
,667 *
,667 *
,667 *
1
Sig. (2-tailed) ,035 ,035 ,035 ,035 ,035 ,035 ,035
N 10 10 10 10 10 10 10 10
relation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
elation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
86
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 Total
Pearson Correlation 1 ,533 ,696* ,499 ,570 ,499 ,590 ,617 ,673* ,705* ,710* ,622 ,762* ,671* ,866**
Sig. (2-tailed) ,113 ,025 ,142 ,085 ,142 ,073 ,057 ,033 ,023 ,021 ,055 ,010 ,034 ,001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,533 1 ,513 ,633* ,787** ,633* ,467 ,560 ,319 ,796** ,533 ,369 ,286 ,837** ,776**
Sig. (2-tailed) ,113 ,129 ,050 ,007 ,050 ,174 ,092 ,368 ,006 ,113 ,294 ,424 ,003 ,008
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,696 *
,513 1 ,825 **
,620 ,825 **
,701 *
,753 *
,698 *
,513 ,320 ,605 ,625 ,602 ,865**
Sig. (2-tailed) ,025 ,129 ,003 ,056 ,003 ,024 ,012 ,025 ,129 ,368 ,064 ,053 ,065 ,001
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,499 ,633 ,825 * **
1 ,677 ,796
* **
,408 ,732 ,799
* **
,429 ,327 ,553 ,429 ,388 ,802**
Sig. (2-tailed) ,142 ,050 ,003 ,032 ,006 ,242 ,016 ,006 ,217 ,357 ,097 ,217 ,268 ,005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,570 ,787** ,620 ,677* 1 ,494 ,314 ,425 ,429 ,421 ,262 ,331 ,299 ,677* ,692*
Sig. (2-tailed) ,085 ,007 ,056 ,032 ,147 ,378 ,221 ,216 ,226 ,465 ,351 ,402 ,032 ,027
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,499 ,633* ,825** ,796** ,494 1 ,700* ,732* ,479 ,633* ,499 ,369 ,429 ,592 ,802**
Sig. (2-tailed) ,142 ,050 ,003 ,006 ,147 ,024 ,016 ,161 ,050 ,142 ,294 ,217 ,071 ,005
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,590 ,467 ,701 *
,408 ,314 ,700 *
1 ,431 ,228 ,758 ,344
*
,527 ,612 ,700 *
,703*
Sig. (2-tailed) ,073 ,174 ,024 ,242 ,378 ,024 ,214 ,526 ,011 ,330 ,117 ,060 ,024 ,023
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,617 ,560 ,753 *
,732 *
,425 ,732 *
,431 1 ,674 *
,560 ,617 ,389 ,704 *
,517 ,817**
Sig. (2-tailed) ,057 ,092 ,012 ,016 ,221 ,016 ,214 ,033 ,092 ,057 ,266 ,023 ,126 ,004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,673* ,319 ,698* ,799** ,429 ,479 ,228 ,674* 1 ,319 ,404 ,722* ,559 ,160 ,721*
Sig. (2-tailed) ,033 ,368 ,025 ,006 ,216 ,161 ,526 ,033 ,368 ,247 ,018 ,093 ,659 ,019
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,705* ,796** ,513 ,429 ,421 ,633* ,758* ,560 ,319 1 ,705* ,553 ,524 ,837** ,814**
Sig. (2-tailed) ,023 ,006 ,129 ,217 ,226 ,050 ,011 ,092 ,368 ,023 ,097 ,120 ,003 ,004
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,710 *
,533 ,320 ,327 ,262 ,499 ,344 ,617 ,404 ,705 *
1 ,155 ,562 ,499 ,660*
Sig. (2-tailed) ,021 ,113 ,368 ,357 ,465 ,142 ,330 ,057 ,247 ,023 ,668 ,091 ,142 ,038
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
87
Pearson Correlation ,622 ,369 ,605 ,553 ,331 ,369 ,527 ,389 ,722* ,553 ,155 1 ,430 ,369 ,662*
Sig. (2-tailed) ,055 ,294 ,064 ,097 ,351 ,294 ,117 ,266 ,018 ,097 ,668 ,214 ,294 ,037
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,762 *
,286 ,625 ,429 ,299 ,429 ,612 ,704 *
,559 ,524 ,562 ,430 1 ,429 ,710*
Sig. (2-tailed) ,010 ,424 ,053 ,217 ,402 ,217 ,060 ,023 ,093 ,120 ,091 ,214 ,217 ,021
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,671* ,837** ,602 ,388 ,677* ,592 ,700* ,517 ,160 ,837** ,499 ,369 ,429 1 ,765**
Sig. (2-tailed) ,034 ,003 ,065 ,268 ,032 ,071 ,024 ,126 ,659 ,003 ,142 ,294 ,217 ,010
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Pearson Correlation ,866 **
,776
**
,865 **
,802
**
,692 ,802
* **
,703 *
,817 **
,721 *
,814 ,660
** *
,662
*
,710
*
,765 **
1
Sig. (2-tailed) ,001 ,008 ,001 ,005 ,027 ,005 ,023 ,004 ,019 ,004 ,038 ,037 ,021 ,010
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
on is significant at the 0.05 level (2-tailed).
ion is significant at the 0.01 level (2-tailed).
3. LATIHAN JASMANI
Correlations
P1 P2 P3 Total
P1 Pearson Correlation 1 ,791** ,131 ,677*
Sig. (2-tailed) ,006 ,718 ,032
N 10 10 10 10
P2 Pearson Correlation ,791** 1 ,424 ,777**
Sig. (2-tailed) ,006 ,222 ,008
N 10 10 10 10
P3 Pearson Correlation ,131 ,424 1 ,714*
Sig. (2-tailed) ,718 ,222 ,020
N 10 10 10 10
Total Pearson Correlation ,677 *
,777 **
,714 *
1
Sig. (2-tailed) ,032 ,008 ,020
N 10 10 10 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
88
4. TERAPI FARMAKOLOGI
Correlations
P1 P2 P3 P4 Total
P1 Pearson Correlation 1 ,218 ,764* ,524 ,758*
Sig. (2-tailed) ,545 ,010 ,120 ,011
N 10 10 10 10 10
P2 Pearson Correlation ,218 1 ,500 ,655 *
,802**
Sig. (2-tailed) ,545 ,141 ,040 ,005
N 10 10 10 10 10
P3 Pearson Correlation ,764*
,500 1 ,764 *
,802**
Sig. (2-tailed) ,010 ,141 ,010 ,005
N 10 10 10 10 10
P4 Pearson Correlation ,524 ,655 *
,764 *
1 ,758*
Sig. (2-tailed) ,120 ,040 ,010 ,011
N 10 10 10 10 10
Total Pearson Correlation ,758* ,802** ,802** ,758* 1
Sig. (2-tailed) ,011 ,005 ,005 ,011
N 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1. EDUKASI
RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 TOTAL
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,912 8
Item-Total Statistics
Scale Variance if Item
Corrected Item-Total
Cronbach's Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
9,6000 8,711 ,548 ,914
10,0000 7,333 ,778 ,894
9,6000 8,711 ,548 ,914
10,0000 7,333 ,778 ,894
10,0000 7,333 ,778 ,894
10,0000 7,556 ,690 ,902
10,0000 7,333 ,778 ,894
4,3000 6,678 ,843 ,889
Reliability Statistics
90
Item-Total Statistics
Scale Variance if Item
Corrected Item-Total
Cronbach's Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
56,5000 233,389 ,851 ,747
56,7000 239,122 ,757 ,754
56,3000 238,678 ,854 ,753
56,5000 238,500 ,785 ,753
56,3000 239,344 ,664 ,755
56,5000 238,500 ,785 ,753
56,0000 245,556 ,687 ,761
57,0000 239,111 ,802 ,753
56,6000 236,044 ,690 ,751
56,7000 238,233 ,797 ,752
56,5000 239,167 ,628 ,755
56,6000 240,267 ,632 ,756
56,4000 242,933 ,690 ,758
56,5000 239,389 ,745 ,754
VAR00040 29,3000 64,233 1,000 ,941
3. LATIHAN JASMANI
RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 Total
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
N %
10 100,0
0 ,0
10 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,856 4
Item-Total Statistics
Scale Variance if Item
Corrected Item-Total
Cronbach's Alpha if Item
Scale Mean if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
12,1000 7,656 ,664 ,832
12,8000 6,178 ,821 ,761
12,0000 9,111 ,499 ,889
7,8000 5,067 ,890 ,730
4. TERAPI FARMAKOLOGI
RELIABILITY
/VARIABLES=p1 p2 p3 p4 VAR00063
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,895 5
Item-Total Statistics
Scale
Mean if Item Scale Variance Corrected Item-Total C Cronbach's Alpha if
Deleted if Item Deleted orrelation Item Deleted
p1 5,2000 3,956 ,648 ,891
p2 5,4000 3,822 ,647 ,891
p3 5,1000 3,878 ,830 ,863
p4 5,2000 3,733 ,786 ,865
VAR00063 2,7000 2,456 ,953 ,833
93
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 80 44,7 44,7 44,7
PEREMPUAN 99 55,3 55,3 100,0
Total 179 100,0 100,0
UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45-59 TAHUN 101 56,4 56,4 56,4
> 60 TAHUN 78 43,6 43,6 100,0
Total 179 100,0 100,0
LAMA MENDERITA DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 5 TAHUN 122 68,2 68,2 68,2
> 5 TAHUN 57 31,8 31,8 100,0
Total 179 100,0 100,0
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 51 28,5 28,5 28,5
SMP 31 17,3 17,3 45,8
SMA 56 31,3 31,3 77,1
PT 41 22,9 22,9 100,0
Total 179 100,0 100,0
111
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PETANI 53 29,6 29,6 29,6
PNS 21 11,7 11,7 41,3
WIRASWASTA 23 12,8 12,8 54,2
WIRAUSAHA 31 17,3 17,3 71,5
IRT 51 28,5 28,5 100,0
Total 179 100,0 100,0
Edukasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 71 39,7 39,7 39,7
2 108 60,3 60,3 100,0
Total 179 100,0 100,0
Latihan jasmi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 72 40,2 40,2 40,2
2 107 59,8 59,8 100,0
Total 179 100,0 100,0
112
Terapi farmakologi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 60 33,5 33,5 33,5
2 119 66,5 66,5 100,0
Total 179 100,0 100,0
ANALISA BIVARIAT
Block 1: Method = Enter
Chi-square df Sig.
2. Analisa bivariat antara terapi nutrisi medis dengan kadar glukosa darah
Block 1: Method = Enter
Chi-square df Sig.
Block 1: Method = Enter
114
Chi-square df Sig.
Block 1: Method = Enter
Chi-square df Sig.
ANALISA MULTIFARIAT
Model terakhir
116
LEMBAR KONSULTASI
120
121
122
RIWAYAT PENULIS
Pendidikan :
Tahun 2003 – 2009 : SDN Koeloda
Tahun 2009 – 20012 : SMPS Soegijapranata Mataloko
Tahun 2012 – 2015 : SMK St. Elisabeth Lela
Tahun 2015 – 2018 : Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Email : gertinbhokigope@gmail.com