Anda di halaman 1dari 16

TINDAKAN MEMINDAHKAN PASIEN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja dalam Keperawatan (K3)

Dosen pembimbing:
Ningsih Dewi Sumaningrum, S.KM., M.K.K.K

PENULIS : WILIS SUSANTI (10217064)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan
judul “Tindakan MengangkatPasien”.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam
makalah ini,maka dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat melengkapi
kesempurnaan paper ini.
Banyak pihak yang telah turut memberikan motivasi dan bantuan serta
bimbingan yang penulis terima selama proses penulisan paper ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.
Akhir kata penulis berharap semoga paper ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis khususnya maupun pembaca pada umunya pembaca pada umumnya
amin.

Kediri , 05 Januari 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................................2
BAB 2LANDASAN TEORI................................................................................................3
2.1 Landasan Teori.....................................................................................................3
BAB 3PEMBAHASAN.....................................................................................................4
3.1 Definisi Teknik Memindahkan Pasien...................................................................4
3.2 Jenis – Jenis Pemindahan Pasien..........................................................................4
3.3 Jenis-Jenis Transportasi Pasien.............................................................................5
3.4 Jenis – jenis alat pemindahan pasien.............................................................6
3.5 Teknik atau Prosedur Memindahkan Pasien........................................................7
3.6 Akibat Kesalahan Dalam Memindahkan Pasien..................................................10
BAB 4PENUTUP...........................................................................................................12
4.1 KESIMPULAN......................................................................................................12
4.2 SARAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lebih dari seperempat total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan
pekerjaan manual handling (Health Safety Executive, 2003). Perhatian dan
pertimbangan lebih terhadap aktivitas manual handling harus rutin diberikan,
terutama pada aktivitas angkat dan angkut. Meskipun jarang terjadi kecelakaan
kerja yang fatal akibat hal tersebut, namun cedera yang ditimbulkan dapat
mengganggu aktivitas kerja yang dilakukan, yaitu dapat berupa ketegangan
otot terutama pada bagian otot pinggang, dan punggung yang dapat disebabkan
karena aplikasi pekerjaan yang tidak benar dan atau pengerahan tenaga untuk
periode yang lama. Pekerjaan manual atau manual task didefinisikan sebagai
pekerjaan atau aktivitas yang menuntut seseorang untuk menggunakan
kekuatan fisiknya (sistem muskuloskeletal). Termasuk diantaranya
menggunakan tenaga untuk mengangkat, merendahkan, menarik, membawa,
dan menahan manusia, hewan, atau benda. Selain itu, termasuk juga pekerjaan
yang bersifat repetitif, dan monoton. Mengangkat pasien adalah salah satu
pekerjaan manual yang berbahaya. Lebih dari setengah dari jumlah cedera dan
Musculo-Sceletal Disorder (MSD) di tempat kerja disebabkan oleh pekerjaan
manual.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari tindakan mengangkat pasien ?
1.2.2 Apa yang termasuk jenis-jenis pemindahan pasien ?
1.2.3 Apa yang termasuk jenis-jenis transportasi pasien ?
1.2.4 Apa yang termasuk jenis-jenis alat pemindahan pasien ?
1.2.5 Bagaimana teknik atau prosedur pemindahan pasien ?
1.2.6 Apakah akibat dari kesalahan dalam memindahkan pasien ?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari tindakan mengangkat pasien
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis pemindahan pasien
1.3.3 Untuk mengetahui jenis-jenis transportasi pasien
1.3.4 Untuk mengetahui jenis-jenis alat pemindahan pasien
1.3.5 Untuk mengetahui teknik atau prosedur pemindahan pasien
1.3.6 Untuk mengetahui akibat dari kesalahan dalam memindahkan
pasien

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang tindakan
memindahkan pasien
1.4.2 Bagi pembaca
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca mengenai
tindakan memindahkan pasien
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


Shafiezadeh (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa diantara
petugaskesehatan yang bekerja di rumah sakit, perawat memiliki tingkat resiko
tertinggiterhadap keluhan muskuloskeletal karena, mereka merupakan kelompok
terbesar yangbekerja di rumah sakit. Perawat memberikan pelayanan keperawatan
selama 24 jampenuh terlebih perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD). Perawat
IGD dituntutmemberikan pelayanan secara cepat dan tepat baik untuk klien
maupun keluargasesuaidengan standart operasional prosedur (SOP) yang telah
ditentukan.

Dalam penelitianKasmarani (2012) menemukan bahwa tingkat beban kerja


mental 70,1 % berpengaruhpada stress kerja perawat IGD.Fenomena yang terjadi
pada saat ini adalah masih kurangnya pengetahuan yangdimiliki tenaga kesehatan,
khususnya perawat berkaitan dengan pekerjaan patienthandling seperti, teknik
mendorong atau menarik,membawa, memutar, menahan, danmengangkat atau
menurunkan pasien. Kurangnya pengetahuan perawat tentang teknik yangkurang
tepat saat memindahkan pasien tersebut dapat berpotensi meingkatkan
cederaberulang pada pasien serta cedera pada tulang belakang pada perawat itu
sendiri.
BAB 3
PEMBAHASA
N

3.1 Definisi Teknik Memindahkan Pasien


Teknik yang dapat digunakan oleh perawat untuk memberi perawatan pada
klien imobilisasi. Teknik ini membutuhkan mekanika tubuh yang sesuai sehingga
memungkinkan perawat untuk menggerakan, mengangkat atau memindahkan
klien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera sistem
muskuloskeletal.

3.2 Jenis – Jenis Pemindahan Pasien


Teknik pemindahan pada klien termasuk dalam transport pasien, seperti
pemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan alat
transportseperti ambulance dan brankar yang berguna sebagai pengangkut pasien
gawat darurat.
a) Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar
Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat membutuhkan
bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar menggunakan penarik atau kain
yang ditarik untuk memindahkan klien dari tempat tidur ke brankar. Brankar dan
tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan
cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan pada klien
membutuhkan tiga orang pengangkat
b) Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi
Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum pemindahan.
Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan punggung kursi sejajar
dengan bagian kepala tempat tidur. Pemindahan yang aman adalah prioritas
pertama, ketika memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat.
c) Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur
Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan. Letakan tangan pasien yang
dekat dengan perawat ke dada dan tangan yang jauh dari perawat, sedikit kedepan
badan pasien. Kemudian letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat
menyilang di atas kaki yang terdekat. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin
dengan pasien. Lalu letakan tangan perawat di bokong dan bantu pasien. Tarik
badan pasien. Beri bantal pada tempat yang diperlukan.
3.3 Jenis-Jenis Transportasi Pasien
1) Transportasi Gawat Darurat
Setelah penderita diletakan diatas tandu (Long Spine Board bila diduga patah
tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan
dilakukan Survey Primer, resusitasi jika perlu. Tulang yang paling kuat ditubuh
manusia adalah tulang panjang dan yang paling kuat diantaranya adalah tulang
paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada tulang tersebut juga paling kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama
pada paha dan bukan dengan membungkuk angkatlah dengan paha, bukan dengan
punggung.
Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat.
 Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita
 Diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan dipaksakan
 Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit
sebelahnya
 Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
 Tangan yang memegang menghadap ke depan
 Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa jarak
maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
 Jangan memutar tubuh saat mengangkat
2) Transportasi Pasien Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih
sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Transport intra hospital pasien kritis harus mengikuti beberapa aturan, yaitu:

a) Koordinasi sebelum transport


Informasi bahwa area tempat pasien akan dipindahkan telah siap untuk menerima
pasien tersebut serta membuat rencana terapi. Dokter yang bertugas harus
menemani pasien dan komunikasi antar dokter dan perawat juga harus terjalin
mengenai situasi medis pasien. Tuliskan dalam rekam medis kejadian yang
berlangsung selama transport dan evaluasi kondisi pasien.
b) Profesional beserta dengan pasien : 2 profesional (dokter atau perawat)
harus menemani pasien dalam kondisi serius. Salah satu profesional adalah
perawat yang bertugas, dengan pengalaman CPR atau khusus terlatih pada
transport pasien kondisi kritis. Profesioanl kedua dapat dokter atau
perawat. Seorang dokter harus menemani pasien dengan instabilitas
fisiologik dan pasien yang membutuhkan urgent action.
c) Peralatan untuk menunjang pasien : Transport monitor, blood presure
reader, sumber oksigen dengan kapasitas prediksi transport, dengan
tambahan cadangan 30 menit, ventilator portable, dengan kemampuan
untuk menentukan volume/menit, pressure FiO2 of 100% and PEEP with
disconnection alarm and high airway pressure alarm, mesin suction
dengan kateter suction, obat untuk resusitasi : adrenalin, lignocaine,
atropine dan sodium bicarbonate, cairan intravena dan infus obat dengan
syringe atau pompa infus dengan baterai, dan pengobatan tambahan sesuai
dengan resep obat pasien tersebut.
d) Monitoring selama transport. Tingkat monitoring dibagi sebagai berikut :
Level 1= wajib, Level 2= Rekomendasi kuat, Level 3= ideal. Monitoring
kontinue : EKG, pulse oximetry (level 1). Monitoring intermiten : Tekanan
darah, nadi, respiratory rate (level 1 pada pasien pediatri, level 2 pada
pasien lain).
3.4 Jenis – jenis alat pemindahan pasien:
1) Long spine board
Sebuah papan belakang, juga dikenal sebagai papan tulang panjang (LSB),
longboard, spineboard, atau papan, adalah sebuah perangkat penanganan pasien
digunakan terutama dalam pra-rumah sakit, dirancang untuk immobilisasi gerakan
dari pasien dengan cedera tulang belakang atau anggota badan yang diduga.Long
Spine Board terutama diindikasikan dalam kasus trauma di mana tenaga medis
atau penyelamatan percaya bahwa ada kemungkinan cedera tulang belakang
(Nelson & Baptiste, 2004; Nursingtimes, 2012). LSB biasanya terbuat dari bidai
kayu yang keras atau benda yang sintetis yang tidak akan menyerap darah dengan
panjang sekitar 2 meter.
2) Tandu Sekop (Scoop Stretcher)
Alternatif melakukan modifikasi teknik log roll adalah dalam penggunaan
scoop stretcher untuk transfer penderita. Penggunaan yang tepat alat ini akan
mempercepat transfer secara aman dari long spine board ke tempat tidur. Sebagai
contoh alat ini dapat digunakan untuk transfer penderita dari satu alat traspor ke
alat lain atau ke tempat khusus misalnya meja rontgen. Setelah penderita
ditransfer dari backboard ke tempat tidur dan scoop stretcher dilepas, penderita
harus di reimobilisasi secara baik ke ranjang atau tandu. Scoop stretcher bukan
merupakan alat untuk membawa atau transportasi, melainkan alat untuk
mengangkat dan memindahkan. Proses pengangkatan sebaiknya dilakukan oleh
empat petugas dengan berada pada masing-masing sisi tandu.

3.5 Teknik atau Prosedur Memindahkan Pasien


a. Memindahkan pasien dari brankar ke Tempat Tidur atau sebaliknya
1. Menjelaskan prosedur pemindahan
2. Atur brankar / Tempat Tidur dalam kondisi terkunci
3. Berdiri di sisi kanan atau kiri pasien
4. Kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien
5. Silangkan tangan pasien di atas dada
6. Pasien diangkat oleh sekurang-kurangnya 2 - 3 orang perawat (sesuai
kebutuhan)
7. Ketiga perawat berdiri disisi sebelah kanan pasien :
8. Perawat I (paling tinggi) dan berdiri di bagian kepala sebagai
pemberi istruksi).
9. Perawat II berdiri di bagian pinggang
10. Perawat III berdiri di bagian kaki
11. Lengan kiri perawat I berada di bawah kepala/leher dan pangkal lengan
pasien,dan lengan kanan dibawah punggung pasien
12. Lengan kiri perawat II dibawah pinggang pasien, lengan kanan dibawah
bokong pasien
13. Kedua lengan perawat III mengangkat seluruh tungkai pasien
14. Setelah siap, salah seorang perawat memberi aba-aba untuk bersama-sama
mengangkat pasien
15. Dengan langkah bersamaan, berjalan menuju ke tempat tidur / brankar
yang
telah disiapkan
16. Setelah pasien berada di atas TT/brankar, posisi pasien diatur, selimut
dipasang atau dirapikan
b. Memindahkan pasien dengan tarikan selimut atau alas
1. Atur brankar dalam posisi terkunci pada tiap sisinya dan dekatkandan
sejajarkan dengan tempat tidur atau brankar atau stretcher yangakan
digunakan selanjutnya
2. Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua perawat
yang lain di samping brankar
3. Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media mengangkat dapat
berupa selimut maupun alas brankar
4. Silangkan tangan pasien didepan dada untuk mencegah terjepit
5. Perawat yang berada di sisi tempat tidur siap memegang dan mendorong
pasien
6. Dua perawat lain yang berada di samping brankart memulai aba-aba secara
bersamaan dan mengangkat/menarik pengalas di bawah tubuh pasien dan
pasien hingga mencapai tempat tidur satunya. Apabila pasien dalam
kondisi cedera berat ataupun fraktur yang luas maupun memiliki bobot
tubuh yang sedikit berlebih anjurkan minimal terdapat 4 perawat yang
masing-masing berada pada sisi kepala, samping kanan kiri dan kaki
7. Jauhkan brankar
8. Baringkan pasien ke kiri atau kanan dan tarik pengalas atau selimut.
9. Atur posisi pasien hingga merasa nyaman
c. Memindahkan pasien dengan cara log roll
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan
klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti
sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang mengalami cidera
spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk mencegah cidera
tambahan. Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat. Untuk klien yang
mengalami cidera servikal, seorang perawat harus mempertahankan kepala
dan leher klien tetap sejajar (Berman, 2009).Tujuan dari Log roll yaitu
untuk mempertahankan alignment anatomis yang benar dalam usaha untuk
mencegah kemungkinan cedera neurologis lebih lanjut dan mencegah
penekanan area cedera. Prosedur log roll diimplementasikan pada tahapan-
tahapan manajemen pasien trauma termasuk:
 Sebagai bagian dari primary and secondary survey untuk memeriksa
tulang belakang klien
 Sebagai bagian dari proses pemindahan dari dan ke tempat tidur (seperti
diradiologi)
 Untuk pemberian perawatan collar servikal atau area tertekan
 Memfasilitasi fisioterapi dada dan lain-lain
 Sedikitnya empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam
prosedur log roll dengan tugas sebagai berikut:
 Satu penolong untuk menahan kepala klien
 Dua penolong untuk menahan dada, abdomen dan lengan bawah.
Tambahan satu orang mungkin juga akan dibutuhkan pada saat melakukan
log roll klien trauma yang gemuk, tinggi atau memiliki cedera pada lengan
bawah.
 Satu penolong melakukan prosedur yang dibutuhkan (misalnya pengkajian
tulang belakang klien).
Langkah-langkah log roll
1) Jelaskan prosedur pada pasien dengan mempertimbangkan status
kesadaran klien dan minta klien untuk tetap berbaring dan menunggu
bantuan. Pastikan colar terpasang dengan benar.
2) Jika mungkin, pastikan peralatan seperti kateter indwelling, kateter
interkosta, ventilator tube dan lain-lain pada posisinya untuk mencegah
overekstensi dan kemungkian tertarik keluar selama perubahan posisi.
3) Jika klien diintubasi atau terpasang tracheostomy tube, suction jalan nafas
sebelum log roll dianjurkan, untuk mencegah batuk yang mugkin
menyebabkan malalignment secara anatomis selama prosedur log roll.
4) Tempat tidur harus diposisikan sesuai tinggi badan penolong yang
menahan kepala dan penolong lainnya.
5) Klien harus dalam posisi supine dan alignment secara anatomis selama
prosedur log roll.
6) Tangan proksimal klien harus diaduksi sedikit untuk menghindari
berpindah ke peralatan monitor misalnya selang intravena perifer. Tangan
distal klien harus diekstensikan dengan alignment pada thorak dan
abdomen, atau tekuk kearah dada klien jika mungkin misalnya jika tangan
cedera. Satu bantal harus ditepatkan diantara kaki-kaki klien.
7) Penolong 1, bantu menahan bagian atas badan klien, tempatkan satu
tangan melampaui bahu klien untuk menopang area dada posterior, dan
tangan yang lain melingkari paha klien.
8) Penolong 2, bantu menahan abdomen dan tangan bawah klien, bertumpuk
dengan penolong 1 untuk menempatkan satu tangan di bawah punggung
klien, dan tangan lainnya melingkari betis klien.
9) Dengan aba-aba dari penolong panahan kepala, klien diputar secara
alignmentanatomis denga tindakan yang lembut.
10) Penyelesaian aktivitas, penolong penahan kepala akan memberi
aba-aba untuk mengembalikan klien pada posisi lateral dengan bantal
penahan. Klien harus ditingggalkan dalam posisi alignment anatomis yang
benar setiap waktu.
3.6 Akibat Kesalahan Dalam Memindahkan Pasien
1. Pasien
Bila penderita dalam waktu lama (kurang lebih 2 jam atau lebih lama lagi)
diimobilisasi dalam long spine board, penderita dapat mengalami dekubitus pada
oksiput, skapula, sakrum, dan tumit. Oleh karena itu, secepatnya bantalanharus
dipasang dibawah daerah ini, dan apabila keadaan penderita
mengizinkansecepatnya long spine board dilepas (Krisanty, 2009).
2. Perawat atau Petugas medis
Perawat dalam melaksanakan asuhan kepada pasien memiliki tugas yang
bervariasi, antara lain melakukan tindakan mandiri seperti memenuhi kebutuhan
activity daily living (ADL) pasien, memandikan di tempat tidur, membantu
mobilisasi pasien dengan cara mengangkat pasien dewasa yang berat, merawat
luka, cara memindahkan pasien dan lain – lain. Perawat dalam melakukan
pekerjaannya tersebut banyak menggunakan gerakan membungkuk dan memutar
tubuh, khususnya di sekitar tulang punggung bawah, mengangkat benda berat, dan
mentransfer pasien merupakan faktor risiko terbesar terkena Nyeri punggung
Belakang (Roupa, at all. 2008).Kesalahan dalam teknik memindahkan pasien saat
membungkuk maupunmengangkatbeban yang berat dapat meningkatkan cedera
muskuloskeletal yang dialamioleh perawat itu sendiri (Widiyanti et all. 2009).
Selain itu ketidaktepatan dalam teknik memindahkan pasien dapat meningkatkan
risiko petugas dalam terpapar cairan tubuh pasien khususnya cairan tubuh bagian
belakang pasien.
BAB 4
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Diantara petugaskesehatan yang bekerja di rumah sakit, perawat memiliki
tingkat resiko tertinggiterhadap keluhan muskuloskeletal karena, mereka
merupakan kelompok terbesar yangbekerja di rumah sakit. Kurangnya
pengetahuan yangdimiliki tenaga kesehatan, khususnya perawat berkaitan dengan
tindakan mendorong atau menarik,membawa, memutar, menahan, danmengangkat
atau menurunkan pasien dapat berpotensi meingkatkan cederaberulang pada
pasien serta cedera pada tulang belakang pada perawat itu sendiri.
4.2 SARAN
Transport pasien sangat penting bagi prioritas keselamatan pasien
menuju rumah sakit atau sarana yang lebih memadai. Oleh karena itu transport
pasien berperan penting dalam mengutamakan keselamatan pasien.Untuk
meminimalisir kesalahan saat tindakan memindahkan pasien sebagai perawat kita
harus melakukan tindakan sesuai SOP dan prosedur agar terhindar dari bahaya
dan cidera.
DAFTAR PUSTAKA

Berman, A. et al. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Koizer & Erb,
Edisi 5. Jakarta: EGC.

Kasmarani. (2012). Pengaruh beban kerja fisik dan mental terhadap stres kerja
pada perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1, 2, 767 – 776.

Krisanty P., dkk. (2009). Asuhan Keperawtan Gawat Darurat. Jakarta: TIM

Nelson, A., Baptiste, A. (September 30, 2004). "Evidence-Based Practices for


Safe Patient Handling and Movement". Online Journal of Issues in Nursing. Vol.
9 No. 3, Manuscript 3.

Roupa, at all (2008). The problem of lower back pain in nursing staff and its effect
on human activity. HSJ – Health Science Journal, 2008. volume 2, issue 4.

Shafiezadeh, K.R. (2011). Prevalence of Musculoskeletal Disorders among


Paramedics Working in a Large Hospital in Ahwaz, Southwestern Iran in 2010.
International Journal of Occupational Environmental Medicine, 2(3), 157 – 165.

The law on VDUs: An easy guide: Making sure your office complies with the
Health and Safety (Display Screen Equipment) Regulations 1992 (as amended in
2002) HSG90 HSE Books 2003 ISBN 0 7176 2602 4

Widiyanti et all. (2009). Hubungan sikap tubuh saat mengangkat dan


memindahkan pasien pada perawat perempuan dengan nyeri punggung bawah.
Departemen kedokteran komunitas – fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia. Volume: 59 Nomor 3

Anda mungkin juga menyukai