Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kardiovaskuler adalah salah satu sistem tubuh yang berperan
penting dalam mengatur sirkulasi darah sistem ini telah bekerja sejak manusia
masih berbentuk janin dalam tubuh ibu sampai dengan akhir kehidupan
manusia setelah ia terlahir dari rahim ibunya. Sistem kardiovaskuler tentunya
tidak berdiri sendiri, namun bekerja secara dinamis dan sinerrgik dengan
sistem tubuh lainnya dalam rangka menjaga keseimbangan hidup manusia
(Wajan Juni Udjianti, 2010).
Salah satu masalah dari sistem kardiovaskuler adalah penyakit
hipertensi dimana sering disebut sebagai “ the silent desease” atau penyakit
tersembunyi. Sebutan itu berawal dari banyaknya orang yang tidak sadar telah
mengidap penyakit hipertensi sebelum mereka melakukan pemeriksaan
tekanan darah. Hipertensi dapat menyerang siapa saja, dari berbagai
kelompok umur dan status sosial ekonomi. Secara umum, hipertensi
merupakan suatu keadaan tanpa gejala dimana tekanan darah yang tinggi
didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal (Sutanto, 2010).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus
lebih dari satu periode (Wajan Juni Udjianti, 2010).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
banyak di Indonesia. Hipertensi banyak mengganggu kesehatan masyarakat,
banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi, hal ini
disebabkan gejalanya yang tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya (Gunawan,2007).
Secara umum hipertensi dibedakan dua golongan yaitu hipertensi
primer (esensial) yang disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas dan lain sebagainya sedangkan

1
hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit lainnya seperti penyakit
ginjal dan penyempitan pembuluh darah terutama pada gangguan ginjal,
tumor tertentu, atau gangguan hormon (Sutanto, 2010).
Kriteria yang digunakan pada penetapan pada kasus hipertensi
merujuk pada kriteria diagnosis Joint National Committe (JNC) VII 2003,
yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Kriteri JNC VII 2003 hanya
berlaku untuk umur lebih dari 18 tahun, maka prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur
lebih dari 18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada
penduduk umur lebih dari 15 tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur
15 samapi 17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan dilaporkan secara garis
besar sebagai tambahan informasi (Riskesdas, 2013).
Pada analisa hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC
VII 2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 % (laki-laki 6,0% dan
perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perrkotaan (5,1%). Dari
data tersebut kesenjangan antara teoritis dan praktik/realita dimana pada
teoritisnya hipertensi hanya ditemukan pada umur lebih dari 18 tahun
sedangkan pada praktiknya hipertensi juga ditemukan pada umur 15-17 tahun
(Riskesda 2013).
Sebanyak 1 miliar orang didunia atau satu dari empat orang dewasa
menderita penyakit hipertensi. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025. Kurang
lebih 10-30% penduduk dewasa dihampiri semua negara mengalami penyakit
hipertensi dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai
mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila
dikontrol tekanan darahnya (Adib,2011).
Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara.
Data WHO (2011) menunjukan, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria
dan 26,1 wanita. Angka ini kemungkinan meningkat menjadi 29,2% di tahun

2
2025. Dari 927 juta pengidap hipertensi, 333 berada di negara maju dan 639
sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia.
Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang tiap tahun, hampir 1,5 juta
adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dari 3 orang dewasa
di Asia Tenggara menderita hipertensi (WHO 2011).
Prevalensi hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi.
Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah
menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke.
Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu
pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.
Berdasarkan data sensus pasien yang didapatkan penulis dari Instalasi
Rekam Medik RSUD Gunungsitoli Kabupaten Nias, prevalensi penderita
hipertensi diruang rawat inap dr. Juliana zebua RSUD Gunungsitoli
Kabupaten Nias pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :

3
Tabel 1.1
Jumlah Penderita Hipertensi Pada Tahun 2014 di Ruang Rawat Inap
dr. Juliana Zebua RSUD Gunungsitoli Kabipaten Nias
Jenis Kelamin
No Bulan Laki-Laki Perempuan
1 Januari 19 24
2 Februari 17 16
3 Maret 14 25
4 April 17 12
5 Mei 11 9
6 Juni 11 9
7 Juli 13 10
8 Agustus 17 15
9 September 15 21
10 Oktober 18 22
11 November 12 11
12 Desember 12 17
Jumlah 176 191
(Sumber : Instalasi Rekam Medik)

4
Tabel 1.2
Sepuluh Penyakit Terbesar Rawat Inap RSUD Gunungsitoli Tahun 2015
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH
1. CKR 647
2. ASFIKSIA 520
3. APP.AKUT 485
4. DEMAM TIFOID 481
5. DYSPEPSIA 464
6. GE 325
7. HIPERTENSI 261
8. CHF 187
9. DIARE 179
10. TBC 146
TOTAL 3.695
Sumber : Instalasi Rekam Medik RSUD Gunungsitoli

Dari latar belakang diatas, maka kelompok merasa perlu melakukan


suatu asuhan keperawatan pada penderita hipertensi untuk mencegah dan
menangani masalah keperawatan yang di alami penderita hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka kelompok
melakukan suatu asuhan keperawatan pada penderita hipertensi untuk
mencegah dan menangani masalah keperawatan yang di alami penderita
hipertensi.

1.3 Tujuan Penulisan

1. 3.1 Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan Keperawatan secara langsung dan nyata pada


klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler : Hipertensi.

5
1.3.2 Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian secara benar dan akurat pada klien dengan


gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
timbul sesuai dengan data yang diperoleh.
c. Merencanakan tindakan keperawatan dengan merumuskan tujuan
dan tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
e. Mengevaluasikan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat teoritis
Askep ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Hipertensi
pada masyarakat umum sehingga masyarakat dapat lebih waspada
terhadap penyebab dan faktor resiko yang berhubungan dengan
penyakit ini sehingga dapat mencegah terjadinya hipertensi.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi pasien dan keluarga
Sebagai sumber pengetahuan bagi pasien dan keluarga sehingga
dapat mengenali tanda dan gejala, pencegahan serta cara menangani
masalah hipertensi secara tindakan mandiri pasien.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukkan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga
perawat dalam rangka meningkatkan mutu pemberian asuhan
keperawatan.
c. Bagi instansi pendidikan
Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan
kesehatan agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang
ada di lapangan.

6
d. Bagi penulis
Hasil karya tulis ini diharapkan menjadi pengalaman yang berharga
bagi penulis khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang
asuhan keperawatan.

7
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Defenisi
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana
menurut WHO tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya >
90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan atau tekanan
diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun) (Taufan Nugroho, 2011).
Hipertensi yaitu kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg dianggap tinggi tetapi bagi usia 60-70
tahun, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal (I Wayan
Sudarta, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari suatu periode (Wajan Juni Udjianti, 2010).
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah di atas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Dapat disimpulkan bahwa hipertensi itu adalah suatu keadaan dimana
meningkatnya tekanan darah dari keadaan normal (120/80 mmHg) ke tingkat
tekanan darah diatas 140/90 mmHg.

2.2 Anatomi Fisiologi


2.2.1 Anatomi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam
dada, Batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan aspeknya
pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah :
- Atas : pembuluh darah besar
- Bawah : diafragma
- Setiap sisi : paru

8
- Belakang : aorta desendens, oesophagus,columna
vertebralis
Pelapis jantung terdiri atas :
a. Pericardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh
darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum,
dan pleura yang membungkus paru-paru.
1. Lapisan fibrosa luar pada pericardium tersusun dari
serabut kolagen yang membentuk lapisan jaringan ikat
rapat untuk melindungi jantung.
2. Lapisan serosa dalam yang terdiri dari dua lapisan yaitu
membrane visceral dan parietal.
b. Rongga pericardial adalah ruang potensial antara membran
visceral dan parietal. Ruang ini mengandung cairan
pericardial yang disekresi lapisan serosa untuk melumasi
membran dan mengurangi friksi.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a. Epikardium luar terdiri dari lapisan sel-selmosetial dan
berada diatas jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi untuk memompa darah. Ketebalan miokardium
bervariasi dari satu ruang jantung keruang lainnya. Serabut
otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi ruang
jantung. Kontraksi miokardium “menekan” darah keluar
ruang menuju arteri besar.
c. Endokardium dalam tersusun dari tiga lapisan endothelial
yang terletak diatas jaringan ikat. Lapisan ini melapisi
jantung, katup, dan menyambung dengan lapisan endoteliel
yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan
meninggalkan jantung.

9
Jantung memiliki empat ruang yaitu atrium kanan dan kiri
atas yang dipisahkan oleh septum intratial dan ventrikel kanan
dan kiri bawah, dipisahkan oleh septum interventikuler.
Pada jantung juga terdapat beberapa katup, yaitu:
a. Katup tricuspid terletak antara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Katup ini memiliki tiga daun katup (kuspis) jaringan
ikat fibrosa irregular yang dilapisi endokardium.
b. Katup bicuspid (mitral) terletak antara atrium kiri dan
ventrikel kiri. Katup ini terletak pada chordate tendineae dan
otot papilasris, fungsinya sama dengan katup tricuspid
c. Katup semilunar aorta dan pulmonary terletak dijalur keluar
ventricular jantung sampai keaorta dan trunkus pulmonar.
Katup semilunar terdiri dari tiga kuspis berbentuk bulan sabit,
yang tepi konveksnya melekat pada bagian dalam pembuluh
darah. Tepi bebasnya memanjang kedalam lumen pembuluh.
b. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada
jaringan dan organ. Arteri terdiri dari :
 Lapisan dalam (lapisan yang licin)
 Lapisan tengah jaringan elastin ( aorta dan cabang-cabangnya
besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
untuk menghantar darah ke organ)
 Arteri yang lebih kecil (memiliki lapisan tengah otot untuk
mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ)
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang
mengangkut darah dari jantung kejaringan aorta dengan diameter
sekitar 25mm dan memiliki banyak sekali cabang yang pada
gilirannya terbagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri
dan arteriol yang berukuran 4mm. Fungsi arteri adalah
mendistribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke
jaringan arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan,yaitu :

10
 Tunika Intima : lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel
 Tunika media : lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastic dan termasuk otot polos
 Tunika Eksterna : lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri.
c. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos
yang relative tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi.
Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan / organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis
yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah
jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah
utama. Kapiler merupakan pembuluh darah yang paling halus.
Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-
kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat diginjal, menyerap zat makanan
yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah
arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar
endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada
kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-
endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan perukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan. Saluran limfe mengumpulkan, menyaring dan
menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang keluar
melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan

11
pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat didalam
berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.
Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki 3 dinding
yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. Vena
merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian
atau alat-alat tubuh masuk kedalam jantung. Vena yang
ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini
juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang
selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai
katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

Gambar 2.1. bagian-bagian jantung

2.2.2Fisiologi jantung
a. Serabut purkinje
Serabut ini adalah serabut otot jantung khusus yang mampu
menghantar impuls dengan kecepatan lima langkahkali lipat

12
kecepatan hantaran serabut otot jantung. Hantaran yang cepat
disepanjang system purkinje memungkinkan atrium berkontraksi
bersamaan, kemudian diikuti dengan kontraksi ventrikuler yang
serempak, sehingga terbentuk kerja pemompaan darah yang
terkoordinasi.
b. Nodus Sinoatrial (nodus S-A)
Nodus S-A adalah suatu massa jaringan otot jantung khusus
yang terletak didinding posterior atrium kanan tepat dibawah
pembukaan vena kava superior. Nodus S-A melepaskan impuls
sebanyak 72 kali permenit, frekuensi irama yang lebih cepat
dibandingkan dalam atrium (40 sampai 60 kali permenit), dan
ventrikel (20 kali permenit). Nodus ini dipengaruhi saraf simpatis
dan parasimpatis system saraf otonom yang akan mempercepat atau
memperlambat iramanya. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi
irama, sehingga disebut pemacu jantung.
c. Nodus Antrioventrikular (nodus A-V)
Impuls menjalar disepanjang pita serabut purkinje pada atrium
menuju nodus A-V yang terletak dibawah dinding posterior atrium
kanan. Nodus A-V menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi
darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventikular.
d. Berkas A-V (berkas His)
Berkas A-V adalah sekelompok besarserabut purkinje yang
berasal dari nodus A-Vdan membawa implus disepanjang septum
interventrikular menuju ventrikel. Berkas ini dibagi menjadi
percabangan berkas kanan dan kiri. Percabangan berkas kanan
memanjang disisi dalam ventrikel kanan. Serabut bercabang menjadi
serabut-serabut purkonje kecil yang menyatu dalam serabut otot
jantung untuk memperpanjang implus. Percabangan berkas kiri
memanjang disisi dalam ventrikel kiri dan bercabang kedalam
serabut otot jantung kiri.

13
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi esensial didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa factor diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial sebagai berikut:
1. Genetic: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2. Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50tahun dan wanita pasca
menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3. Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
4. Berat badan : obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi
5. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Hipertensi sekuder didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
Karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal
dan gangguan tiroid. Beberapa kondisi terjadinya hipertensi sekunder
adalah :
1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (ekstrogen)
2. Penyakit parenkim dan vascular ginjal
3. Gangguan endokrin
4. Coarctation aorta
5. Neurogenik
6. Kehamilan
7. Luka bakar
8. Peningkatan volume intravaskuler
9. Merokok

14
2.4 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, tekanan darah tinggi tidak
menimbulkan gejala. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala terjadi
bersamaan dan di percaya memiliki hubungan dengan tekanan darah tinggi.
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan. Sebab, semua itu bisa terjadi pada penderita darah
tinggi maupun seseorang dengan tekanan darah normal.
Biasanya, gejala-gejala yang dialami penderita hipertensi bersifat
menahun, berat, dan tidak bisa diobati. Misalnya, sakit kepala, kelelahan,
mual, muntah, sesak napas, gelisah, dan pandangan menjadi kabur, yang
biasanya terjadi karena kerusakan otak, mata, jantung, dan ginjal. Terkadang,
penderita darah tinggi berat mengalami penurunan kesadaran, bahkan koma
karena pembengkakan otak. Keadaan ini biasa disebut ensefalopati
hipertensif; dan memerlukan penangganan sesegera mungkin (M. Adib,
2011).

2.5 Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
a) Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya
berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
b)Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti,
seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal (Oktavianus &
Febriana, 2014).

15
2. Klasifikasi menurut WHO
Tabel 2.1
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140 – 180 90 – 105
Hipertensi perbatasan 140 – 160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 140 – 160 <90

3. Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Berdasarkan The Sixth


Report Of The Joint National Commite On Prevention
Detektion,Evalution, And Treatment Of High Blood Preasure, 1997

Tabel 2.2
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Berdasarkan The Sixth Report Of
The Joint National Commite On Prevention Detektion,Evalution, And
Treatment Of High Blood Preasure, 1997

Kategori Sistolik Diastolik Rekomendasi


(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85 Periksa ulang dalam 2
tahun
Perbatasan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1
tahun
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1atau 2
bulan anjurkan modifikasi
gaya hidup
Hipertensi tingkat 2 160-179 100-99 Evaluasi atau rujuk dalam
1 bulan
Hipertensi tingkat 3 ≥180 ≥110 Evaluasi atau rujuk segera
dalam 1minggu
berdasarkan kondisi klinis

16
2.6 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf otonom
dan sirkulasi hormone.
Empat system control yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,
system renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan disinus carotid, tapi juga
dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat
tekanan arteri. System baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri
melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena
itu, reflex control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptoe turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa control ini gagal pada
hipertensi belum diketahui. Hal ini ditunjukan untuk menaikkan re-setting
sensivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat,
sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompeks yang mengubah aliran balik vena kejantung
dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara
adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan
tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri
sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi rennin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian
diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II

17
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi
vasokontriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme
control terhadap pelepasan aldosteron.
Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada
aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas system saraf simpatis,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan
pada ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi rennin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab
meningkatnya tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan
darah tinggi, kadar rennin harus diturunkan karena peningkatan arterional
renal mungkin menghambat sekresi rennin. Namun demikian, sebagian besar
orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar rennin normal.
Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ organ
vital. Hipertensi esensial mengakibatkan Hyperplasia medial (penebalan)
arteriole-arteriole karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan
menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh hal ini menyebabkan
infark miocard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relative konstan. Jika aliran berubah proses-
proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan
pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi
mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload
garam dan air.

18
Pathway
Umur, jenis kelamin, gayahidup dan obesitas

HIPERTENSI

Hilangnya elastisitas aterosklerosis penurunan relaksasi mual, kurang


Jaringan ikat otot polos pembuluh muntah informasi
kurang darah

Penurunan Intake Inadekuat


Curah jantung kurang
Vasonkonstriksi pembuluh darah
pengetahuan

Ketidak seimbangan
nutrisi < dari kebutuhan Stres
Curah jantung menurun tekanan perifer tubuh
Meningkat
Penurunan vol. Extracell dan
Perfusi renal Ansietas
Suplai O2 dan nutrien
Tidak maksimal
Iskemik ginjal

Renin Intoleransi Aktivitas

Angiotensinogen Angiotensin I ACE

Angiotensin II (Vasonkonstriksi)

Sekresi aldosteron
Tekanan intravaskuler
meningkat
Ion exchange di
Tubulus ginjal Tekanan pembuluh darah
meningkat
Reabsorsi Na dan
Air sekresi K dan II

Nyeri Akut
Peningkatan vol.
Cairan Extracell

Gangguan Pola
Peningkatan Tidur
Tekanan darah

19
2.7 Komplikasi
1. Gagal Jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi
berupa penebalan pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil
rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung akan semakin
membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya
gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan menimbulkan
kekurangan oksigen dari otot jantung dan berakibat rasa nyeri. Apabila
kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kegagalan jantung
untuk memompa dan menimbulkan kematian.
2. Gangguan Penglihatan
Gangguan dari system saraf terjadi pada system retina (mata bagian
dalam) dan system saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-
pembuluh darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi hipertensi, dan
memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah yang akan menyebabkan
gangguan pada organ penglihatan.
3. Gangguan Pada Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari
pembuluh darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai
pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik. Akibat
dari gagalnya system ginjal akan terjadi penumpukan zat yang berbahaya
bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak
(Oktavianus & Febriana, 2014).

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Hb/Ht : tes ini mengetahui hubungan tingkat kekentalan cairan sebagai
petunjuk adanya resiko hipokoagulabilitas dan anemia.
2. BUN/Kreatinin : tes ini berguna dalam memberikan informasi tentang
fungsi kerja ginjal, apakah terjadi penurunan atau masih dalam tahap
normal.

20
3. Glukosa : mengukur adanya hiperglikemi, yaitu salah satu penyebab
hipertensi sekunder.
4. Analisa urine : untuk mengetahui adanya darah, protein, glukosa, sebagai
indikasi disfungsi ginjal dan ada diabetes mellitus.
5. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
6. IUP : untuk mengetahui penyebab hipertensi sebagai batu ginjal.
7. Photo dada : menunjukan apakah ada kerusakan pada jantung.

2.9 Penatalaksanaan Medis


1. Pemeriksaan farmakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar
yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National
Commitee On Detection, Evaluation and Treatment Of high Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor.
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a. Dosis obat pertama dinaikkan
b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c. Ditambah obat kedua jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3

21
Alternatif yang bisa ditempuh :
a. Obat kedua diganti
b. Ditambah obat ketiga jenis lain
4) Step 4
Alternatif pemberian obat :
a. Ditambah obat ketiga dan keempat
b. Re-evaluai dan konsultasi
5) Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komuniasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
2. Pemeriksaan Non Farmakologis
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan rokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :
a. Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan
c. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan

22
d. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukai psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang di pakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
c. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan paien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut (Oktavianus & Febriana, 2014).

23
BAB III
LANDASAN TEOTERITIS KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan: fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi
peningkatan frekuensi denyut jantung, distrimia, dan takipnea.
2. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit
jantung koroner atau stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak.
Temuan fisik meliputi hal-hal berikut ini.
a. Tekanan darah tinggi (diukur secara serial)
b. Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu.
c. Nadi: meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis;
perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area
seperti arteri popliteal, posterior tibia.
d. Denyut apikal bergeser dan/atau kuat angkat.
e. Denyut jantung: takikardia, distrimia.
f. Bunyi jantung: S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini).
g. Murmur: dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup.
h. Vaskular bruit: terdengar di atas karotis, femoral, atau epigastrium
(arteri stenosis), distensi vena jugular (kongesti vena).
i. Perifer: suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat
(> 2 detik), sianosis, diaforesis, atau flushing (pheochromocytoma).
3. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis
(mungkin mengindikasikan gangguan cerebral). Temuan fisik meliputi
kegelisahan, penyempitan lapang perhatian, menangis, otot wajah tegang
terutama disekitar mata, menarik napas panjang, dan pola bicara cepat.
4. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik: produksi
urine < 50 ml/jam atau oliguri.

24
5. Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi
garam, atau tinggi kalori. Selain itu, juga melaporkan mual, muntah,
perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian diuretik. Temuan fisik
meliputi berat badan normal atau obesitas., edema, kongesti vena, distensi
vena jugularis, dan glikosuria (riwayat diabetes melitus).
6. Neurosensori: melaporkan serangan pusing/pening. Sakit kepala berdenyut
di suboksipital, episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi badan.
Gangguan visual (diplopia-pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epitaksis. Temuan fisik: perubahan status mental meliputi
kesadaran, orientasi, isi dan pola pembicaraan, afek yang tidak tepat,
proses pikir dan memori. Respon motorik: penurunan refleks tendon,
tangan menggenggam. Fundus optik: pemeriksaan retina dapat ditemukan
penyempitan atau sklerosis arteri, edema atau papiledema (eksudat atau
hemoragi) tergantung derajat dan lamanya hipertensi.
7. Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha- claudication (indikasi
arteriosklerosis pada eksremitas bawah), sakit kepala hebat di okspital,
nyeri atau teraba massa di abdomen (pheochromocytoma).
8. Respirasi: mengeluh sesak napas saat beraktivitas, takipne, ortopnea, PND,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi
sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara napas
tambahan (ronkhi, rales, wheezing).
9. Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paresthesia unilateral transient
episodic, penggunaan kontrasepsi oral (Wajan Juni Udjianti, 2011, h. 108-
109).

3.2 Diagnosa keperawatan


a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemi miocard, hipertrofi/rigiditas ventrikel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular otak

25
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi, mual
dan muntah.
e. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
g. Ansietas berhubungan dengan stress.

26
3.3 Intervensi keperawatan

N Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi


O
1. Penurunan curah jantung NOC: NIC :
berhubungan dengan peningkatan 1. Efektivitas pompa jantung 1. Evaluasi adanya nyeri dada
afterload, vasokontriksi, iskemi miocard, 2. Status sirkulasi 2. Catat adanya disritmia
hipertrofi/rigiditas ventrikel. 3. Status tanda vital jantung
DS/DO 4. Perfusi jaringan perifer 3. Catat adanya tanda dan gejala
- Kulit dingin dan berkeringat Setelah dilakukan asuhan selama ... x 24 jam penurunan curah jantung
- Denyut perifer menurun penurunan curah jantung klien teratasi 4. Monitor status pernafasan
- Dispnea dengan kriteria hasil: yang menandakan gagal
- Peningkatan atau penurunan tahanan a. Tanda vital dalam rentang normal jantung
vaskular pulmonal (tekanan darah, nadi, respirasi) 5. Monitor keseimbangan cairan
(PVR) b. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada 6. Monitor respon pasien
- Peningkatan atau penurunan kelemahan terhadap efek pengobatan
- tahanan vaskular sistemik (SVR) c. Tidak ada edema paru, perifer dan tidak antiaritmia
- Oliguria ansietes 7. Atur periode latihan dan
- Pengisian ulang kapiler memanjang d. Tidak ada penurunan kesadaran istrahat untuk menghindari

27
- Perubahan warna kulit e. AGD dalam batas normal kelelahan
- Variasi pada hasil pemeriksaan f. Tidak ada distensi vena leher 8. Monitor toleransi aktivitas
tekanan darah g. Warna kulit normal pasien
9. Monitor adanya dispnea,
fatigue, takipnea, dan
ortopneu
10. Anjurkan untuk menurunkan
stress
11. Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
12. Auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan
13. Monitor vital sign sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
14. Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
15. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan

28
16. Monitor pola pernapasan
abnormal
17. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
18. Monitor sianosis perifer
19. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
20. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
21. Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian Oksigen
22. Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
23. kelola pemberian obat anti
aritmia,inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan

29
kontraktilitas jantung
24. Kelola pemberian antikogulan
untuk mencegah trombus
perifer
25. Minimalkan stress
lingkunagan
2. Intoleransi aktivitas NOC NIC
berhubungan dengan tirah baring atau 1. Perawatan diri : aktivitas kehidupan 1. Observasi adanya pembatasan
imobilisasi, kelemahan umum, ketidak sehari-hari klien dalam melakukan
seimbang, antara suplai dengan 2. Toleransi aktivitas aktivitas
kebutuhan oksigen, gaya hidup yang 3. Konservasi energi 2. Kaji adanya afaktor yang
kurang gerak. Setelah dilakaukan tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
DS selama x24 jam. Pasien bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan sumber
- Ketidaknyamanan atau dispnea saat aktivitas dengan kriteria hasil: energi yang adekuat
beraktivitas a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 4. Monitor pasien akan adanya
- Melaporkan keletihan dan kelemahan disertai peningkatan tekanan darah, nadi, kelelahan fisik dan emosi
secara verbal dan pernafasan secara berlebihan
DO b. Mampu melakuakn aktivitas sehari-hari 5. Monitor respon kardio
- Frekuensi jantung atau tekanan darah (ADLs) secara mandiri faskuler terhadap aktivitas

30
tidak normal sebagai respon c. Keseimbanagn aktivitas dan istirahat (takikardia, disritmia, sesak
terhadap aktivitas nafas, diaporesis, pucat,
Perubahan EKG yang menunjukan perubahan hemodinamik)
aritmia dan iskemia 6. Monitor pola tidur dan adanya
tidur atau istirahat pasien
7. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentivikasi aktivitas
yang mampu dilakuakan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk

31
aktivitas yang di inginkan
11. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktiv beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual.

32
3. Nyeri akut NOC NIC
Berhubungan dengan agen injuri 1. Tingkat kenyamanan 1. Lakuakan pengkajian nyeri
(biologi, kimia, fisik, psikologis), 2. Pengendalian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan 3. Tingkat nyeri termasuk lokasi,
DS : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
- Laporan secara verbal selama....x24 jam. Pasien tidak mengalami frekuensi, kualitas dan
- Melaporkan nyeri dengan isyarat nyeri dengan kriteria hasil : faktor presipitasi
DO : a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonferbal
- Posisi untuk menahan nyeri nyeri, mampu menggunakan teknik non dari ketidak nyamanan
- Tingkahlaku berhati-hati (mata sayu, farmakologi untuk mengurangi nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga
tampak capek, sulit atau gerakan mencari bantuan) untuk mencari dan
kacau, menyeringai) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang menemukan dukungan
- Terfokus pada diri sendiri dengan menggunakan manajemen nyeri 4. Kontrol lingkungan yang
- Fokus menyempit (penurunan c. Mampu mengenali nyeri ( skala, dapat mempengaruhi nyeri
persepsi waktu, kerusakan proses intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan,
berpikir, penuruna interaksi dengan d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri pencahayaan dan kebisingan
orang dan lingkungan) berkurang 5. Kurangi faktor presipitasi
- Tingkahlaku distraksi, contoh : jalan- e. Tanda vital dalam rentang normal nyeri
jalan, menemui orang lain, dan f. Tidak mengalami gangguan tidur 6. Kaji tipe dan sumber nyeri

33
aktivitas berulang-ulang) untuk menentukan intervensi
- Respon autonom (seperti diaphoresis, 7. Ajarkan tentang teknik non
perubahan tekanan darah, perubahan farmakologi : napas dalam,
nafas, nadi dan dilatasi pupil) relaksasi,distraksi, kompres
- Perubahan autonomi dalam tonus otot hangat/dingin
(mungkin dalam rentang dari lemah 8. Berikan analgetik untuk
kekaku) mengurangi nyeri
- Tingkah laku ekspresif 9. Tingkatkan istirihat
(contoh:gelisah, merintih, menangis, 10. Berikan informasi tentang
waspada, iritabel, nafas panjang/ nyeri seperti penyebab nyeri,
berkeluh kesal) berapa lama nyeri akan
- Perubahan dalam nafsu makan dan berkurang dan antisipasi
minum ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh 1. Status nutrisi Nutrion Manajement

34
Berhubungan dengan: 2. Status nutrisi: Intake makanan dan 1. Kaji adanya alergi makanan
Ketidakmampuan untuk memasukkan cairan 2. Kolaborasi ahli gizi untuk
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor 3. Status nutris: Intake nutrien menentukan jumlah kalori
biologis, psikologis atau ekonomi. 4. Kontrol berat badan dan nutrisi yang dibutuhkan
DS : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
- Nyeri abdomen selama ...x24 jam. Ketidak seimbangan 3. Anjurkan pasien untuk
- Muntah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi meningkatkan intake Fe
- Kejang perut dengan kriteria hasil: 4. Anjurkan pasien untuk
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan a. Adanya peningkatan berat badan meningkatkan protein dan
DO : sesuai dengan tujuan vitamin C
- Diare b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 5. Berikan substansi gula
- Kurang napsu makan badan 6. Yakinkan diet yang dimakan
- Bising usus berlebih c. Mampu mengidentifikasi mengandung tinggi serat
- Konjungtiva pucat kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
- Denyut nadi lemah d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 7. Berikan makanan yang
e. Tidak terjadi penuruna badan yang terpilih (sudah
berarti dikonsultasikandengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaiman

35
membuat catatan makanan
harian
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan

36
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,total
protein, HB, dan kadar Ht
12. Monitor makan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva

37
15. Monitor kalori dan intake
nutrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
17. Catat jika lidah bewarna
magenta, scarlet

5. Kurang Pengetahuan NOC : NIC :


Berhubungan dengan : 1. Pengetahuan : Proses penyakit 1. Kaji tingkat pengetahuan
Keterbatasan kognitif, interprestasi 2. Pengetahuan : Perilaku sehat pasien dan keluarga
terhadap informasi yang salah, kurangnya Setelah dilakukan keperawatan selama x24 2. Jelaskan patofisiologi dari
keinginan untuk mencari informasi, tidak jam pasien menunjukan pengetahuan tentang penyakit dan bagaiman hal ini
mengetahui sumber-sumber informasi proses penyakit dengan kriteria hasil: berhubungan dengan anatomi
a. Pasien dan keluarga menyatakan dan fisiologi dengan cara yang
DS : pemahaman tentang penyakit, kondisi, tepat
Menyatakan secara verbal adanya progmosis dan program pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala
masalah b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
DO : prosedur yang dijelaskan secara benar penyakti, dengan cara yang

38
Ketidakakuratan mengikuti intruksi, c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan tepat
perilaku tidak sesuai kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 4. Gambarkan proses penyakit
kesehatan lainnya dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien denga cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
indikasikan

39
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
6. Gangguan pola tidur berhubungan NOC NIC
dengan nyeri, ketidaknyamanan 1. Kontrol kecemasan 1. Sleep Enhancement
DS: 2. Tingkat kenyamanan Determinasi efek-efek
Klien mengatakan tidak dapat tidur 3. Pola tidur terkontrol medikasi terhadap pola tidur
dengan nyaman akibat nyeri kepala; Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Jelaskan pentingnya tidur
Klien mengatakan tidak merasa nyaman selama ...x 24 jam gangguan pola tidur yang adekuat
beristirahat diluar lingkungan rumah; teratasi dengan kriteria hasil 3. Fasilitas untuk
klien mengatakan tampak gelisah; klien a. Jumlah jam tidur dalam batas normal mempertahankan aktivitas
sering terbangun; b. Pola tidur, kualitas dalm batas normal sebelum tidur (membaca)
DO: c. Perasaan fresh 4. Ciptakan lingkungan yang
faktor yang mempengaruhi pola tidur : d. Sesudah tidur/istrahat nyaman
proses penyakit, ketidaaknyamanan, e. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang 5. Kolaborasi pemberian obat
lingkungan, serta prosedur invasive. meningkatkan tidur. tidur

7 Ansietas berhubungan dengan stress NOC 1. Kaji dan dokumentasikan


insomnia, gelisah, nyeri, khawatir dan 1. Tingkat ansietas tingkat kecemasan pasien

40
ketakutan 2. Pengendalian diri terhadap ansietas termasuk reaksi fisik
DS : pasien mengatakan cemas dan 3. Konsentrasi 2. Kaji untuk faktor budaya
gelisah 4. Koping (misalnya konflik nilai) yang
DO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan menjadi penyebab ansietas
Pasien terlihat gelisah dan khawatir selama ...x 24 jam Ansietas teratasi dengan 3. Gali bersama pasien tentang
kriteria hasil teknik yang berhasil dan tidak
a. Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan berhasil menurunkan ansietas
meskipun mengalami kecemasan dimasa lalu
b. Menunjukan kemampuan untuk berfokus 4. Reduksi ansietas
pada pengetahuan dan keterampilan yang (NIC) :menentukan
baru kemampuan pengambilan
c. Mengidentifikasi gejala yang merupakan keputusan pasien
indikator ansietas pasien sendiri
d. Mengomunikasikan kebutuhan dan
perasaan negatif secara tepat
e. Memiliki tanda-tanda vital dalam batas
normal

41
42
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 PENGKAJIAN
I. Identitas
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.HZ
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Bawomataluo kec. Fanayama
Agama : Kristen Protestan
No.RM : 362155
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/ Bangsa : Nias/ Indonesia
Informan : Pasien dan keluarga
Tanggal Pengkajian : 14 Desember 2016
B. Identitas Keluarga
Nama : Tn. SZ
Hubungan : Anak

II. Status Kesehatan Sekarang


1. Keluhan Utama : Sesak nafas, sakit kepala

2. Riwayat kesehatan sekarang

Sejak bulan maret yang lalu klien mengeluh sering mengalami

sakit kepala, sesak nafas saat melakukan aktivitas, nyeri ulu hati dan

lelah. Pasien hanya mengonsumsi obat paramex untuk mengatasi

keluhannya. Karena tidak kunjung sembuh sehingga pada tanggal 14

Desember pasien dibawa ke RSUD Gunungsitoli untuk berobat.

Keadaan klien ketika dikaji, klien tampak lemah, klien

mengeluh nyeri pada kepala, pusing serta mengalami sesak nafas.

43
1. Faktor Pencetus : Pasien mengatakan gejala dirasakannya
ketika banyak melakukan aktivitas
2. Timbulnya Keluhan : Mendadak
3. Upaya yang dilakukkan untuk mengatasinya
Sendiri : Membeli obat diwarung (Paramex)
Orang lain : Tidak ada
Diagnosa Medik : Hipertensi great III + CHF

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami : Amandel, pasien mengatakan
tenggorokannya terasa sakit dan pasien mengatakan sudah mengalami
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan tidak pernah dirawat inap di
rumah sakit. Pasien mengatakan pernah berobat ke dokter tapi tidak
tahu apa obat yang diresepkan kepadanya dan juga tidak rutin dalam
mengonsumsi obat yang diberikan.
2. Riwayat alergi : tidak ada
3. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : 3 kali sehari
b. Jenis Makanan : Nasi putih
c. Nafsu Makan : Sedang, alasan : mual
4. Pola Eliminasi

No Sebelum Masuk
Buang Air Besar (BAB) Masuk Rumah
. Rumah Sakit Sakit

1 Frekuensi 1-2 x sehari


1 x sehari
2 Konsistensi Feses Lunak
Lunak
3 Warna Kuning
Kuning
4 Bau Khas
Khas
5 Kesulitan BAB Tidak ada
Tidak ada
6 Upaya Mengatasi Tidak ada
Tidak ada

44
5. Buang Air Kecil

Sebelum Masuk
No. Buang Air Kecil (BAK) Masuk
Rumah Sakit Rumah Sakit

Tidak terkaji,
Frekuensi karna
1. 3-5x/hari terpasang
kateter.
2. Warna Kuning
Kuning
3. Bau Khas
Khas
4. Kesulitan BAK Tidak ada
Tidak ada
5. Upaya Mengatasi Tidak ada
Tidak ada
6, Volume
800 Cc

6. Pola Istirahat dan Tidur


Waktu/jam : 5 jam/hari
Pola tidur : Siang 1 jam ( 14.00 wib-15.00 wib) dan
malam 4 jam (22.00 Wib-02.00 Wib)
Penggunaan obat tidur : Tidak ada
7. Pola aktivitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : Ibu rumah tangga
b. Olahraga/ Jenis Frekuensi : Tidak ada
c. Kesulitan / keluhan dalam hal : Klien mengatakan merasa lelah
dan sesak napas ketika melakukan
aktivitas

45
IV. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan Genogram :

= Klien

= Laki - Laki

= Perempuan

= Meninggal Dunia

= Garis perkawinan

= Garis Keturunan

= Saudara yang mempunyai penyakit yang sama

= Keluarga yang memiliki riwayat hipertensi dan sudah

meninggal.

46
V. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan Lingkungan Rumah : Bersih
b. Polusi : Asap kendaraan

VI. Aspek Psikologi


1. Persepsi individu pada peran dan tanggung jawabnya dalam keluarga,
pekerjaan dan kehidupan sosial:
Klien merasa peran dan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga
tidak dapat terpenuhi dengan baik demikian juga dalam hal pekerjaan
dan kehidupan sosialnya terjadi keterbatasan aktivitas akibat penyakit
yang sedang diderita klien.
2. Struktur keluarga
Hubungan klien dan keluarga dan lingkungannya:
- Klien memiliki hubungan baik dengan anggota keluarga serta
terhadap masyarakat disekitar lingkungan klien.
Hubungan klien dan keluarga selam dirawat di RS:
- Keluarga klien memberikan dukungan dan semangat terhadap klien
dalam menghadapi penyakitnya serta selalu mendampingi klien
selama dirawat dirumah sakit.

VII.Pola koping dan toleransi terhadap stress


1. Faktor yang menimbulkan stress:
Klien mengatakan sering memikirkan gangguan peran dan aktivitasnya
dalam keluarga yang tidak terpenuhi selama klien masih dalam keadaan
sakit. Pasien merasa cemas jika sakit dalam waktu lama.
2. Respon untuk mengatasi stress dengan koping efektif:
Klien mengatakan untuk menghilangkan stress maka klien melakukan
komunikasi dengan anggota keluarga
3. Akibat yang timbul dari koping yang digunakan:

47
Klien mengatakan dengan cara demikian maka setidaknya dapat
mengurangi beban pemikiran yang dialaminya

VIII. Pola keyakinan dan nilai


1. Keyakinan dan pandangan tentang agama dan norma budaya:
Klien percaya bahwa kesembuhannya hanya berasal dari Tuhan
2. Kegiatan ibadah dirumah secara individu atau kelompok
Klien mengatakan kegiatan ibadah berdoa dilakukan secara bersama
dengan anggota keluarga.

IX. Pengkajian Fisik


Kesadaran : Composmentis GCS : E : 4 , V : 5, M : 6
Keadaan Umum : Lemah

Tanda – tanda vital (TTV)


Suhu ( S ) : 370C
Nadi ( HR) : 110 x/menit
T.Darah ( TD ) : 170/100 mmHg
Pernapasan ( RR) : 32 x/menit
Oedem : 4 detik
CRT : 5 detik
O2 : 3 liter
Observasi tingkat nyeri (OPQRST)

Onset Klien mengatakan mulai merasa tidak nyaman sejak 10


tahun yang lalu dan mulai merasakan nyeri serta
meminta bantuan sejak 9 bulan yang lalu.
Provocation Klien mengatakan nyeri semakin bertambah apabila
(Provokasi) klien melakukan aktivitas.

Quality Klien mengatakan nyeri pada kepala seperti ditusuk-


(kualitas) tusuk
Regio Klien mengatakan merasakan nyeri pada daerah kepala,
dan nyeri ulu hati
Skala seviritas nyeri Skala klien 7 (nyeri berat)
Time Klien mengatakan nyeri dirasakan selama 3-4 jam
ketika klien melakukan aktivitas

48
1. Kepala
 Inspeksi
Keadaan kepala & Hygiene rambut :
a. Bentuk kepala : Simetris
b. Kesimetrisan wajah : Simetris
c. Warna rambut : Hitam
d. Mudah rontok /ketebalan : Tidak
 Palpasi
a. Benjolan : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Ada
c. Tekstur rambut : Halus

2. Muka
 Inspeksi
a. Bentuk wajah : Simetris
b. Gerakan wajah : Normal

 Palpasi
a. Nyeri tekan : Tidak ada

3. Mata
 Inspeksi
a. Pelpebra : Tidak ada peradangan
b. Bentuk bola mata : Simetris
c. Kelopak mata : Simetris
d. Conjungtiva : Merah muda
e. Pupil - kanan : 3 mm
- Kiri : 3 mm
f. Penglihatan : Baik
g. Kantung mata : Mata panda

49
4. Hidung & Sinus
 Inspeksi
a. Bentuk hidung : Simetris
b. Secret / cairan : Tidak ada
c. Kesimetrisan lubang hidung : Simetris

 Palpasi
a. Septum hidung : Tidak ada nyeri

5. Telinga
 Inspeksi
a. Posisi telinga : Normal
b. Lubang telinga : Tidak ada sekret
c. Pemakaian alat bantu/tidak : Tidak ada
 Palpasi
a.Nyeri tekan / tidak : Tidak ada

6. Wajah
 Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Lengkap
- Karang gigi / karies : Ada
- Pemakaian gigi palsu : Tidak ada
b. Gusi
-   Merah / meradang / tidak : Tidak
c. Lidah
- Kotor / tidak : Tidak
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : pucat
- Basah / kering / pecah : Kering
- Mulut berbau / tidak : Tidak bau

50
- Kemampuan bicara : Jelas
e. Membran mukosa : Kering
 Palpasi
a. Pipi : Keriput
7. Tenggorokan
 Inspeksi
Nyeri menelan : Tidak ada
 Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada

8. Leher
 Inspeksi
a. Lesi : Tidak ada
b. Kelenjar thyroid : Tidak ada
c. Distensi vena jugularis : Ada

9. Thorax dan pernapasan


 Inspeksi
a. Bentuk dada : Simetris
b. Irama pernafasan : Takipnea
c. Frekuensi pernapasan : 32 x/menit
d. Pengembangan di waktu bernapas :
 Palpasi
a. Massa/benjolan : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Tidak ada
c. Peradangan : Tidak ada
d. Kesimetrisan ekspansi : Simetris
 Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler
b. Suara tambahan : Bronchial
 Perkusi
Suara/bunyi paru-paru : Pekak

51
10. Jantung
 Palpasi
a. Frekuesi jantung (HR) : 110x/menit

 Auskultasi
a. Bunyi jantung
- BJ I : Lub
- BJ II : Dub
- BJ III : Tidak ada
- BJ tambahan : Tidak ada
11. Payudara dan ketiak
 Inspeksi
a. Ukuran (kecil/sedang/besar) : Sedang
b. Kesimetrisan payudara : Simetris
c. Putting susu (keluaran/ulkus/
Pergerakan/pembengkakan) : Tidak ada pembengkakan
 Palpasi
a. Adanya massa : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Tidak ada

12. Abdomen
 Inspeksi
Kulit abdomen : Normal
Gelombang peristaltik : Ada
 Auskultasi
Bising usus : Normal ( 16 x/menit)
Palpasi : Ada nyeri tekan epigastrium

13. Genitalia dan Anus


 Inspeksi : Terpasang Kateter
a. Kebersihan : Bersih
b. Secret : Tidak ada

52
14. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Akral : Dingin
Oedem : Ada (4 Detik)
b. Ekremitas bawah
Akral : Dingin
Oedem : Ada (4 Detik)

X. DATA PENUNJANG

HEMATOLOGI HASIL NILAI NORMAL


Darah lengkap
Hemoglobin 12,0 g/dl 12.0 “ 16.0 g/dL
Hematokrit 35,3 % 36 “48 %
Leukosit 4,40 ribu/pl 4,5 “10,0 ribu/pL
Trombosit 91 ribu/pl 150 “ 400 ribu/pL
Eritrosit 3,95 juta/pl 4 “ 5 juta/pL
McV 89 fl 80 “ 97fL
McH 31 pg 26,5 “33,5 pg
McHc 34 g/dl 31,5 “35,0 g/dL
Hitung jenis
Basofil 0% 0 “2 %
Eosinofil 1% 2 “4 %
Neutrosit 67 % 45 “70 %
Limfosit 24 % 20 “ 45 %
Monosit 8% 2“8%
Kimia klinik
Glikosa darah sewaktu 101 mg/dl 70 “ 115 mg/dL
Lemak
Cholestrol 368 mg/dl 150mg/dl-200 mg/dl
Trigliserida 675 mg/dl <150 mg/dl
Cholestrol HDL 40 mg/dl >55 mg/dl
Cholestrol LDL 256 mg/dl 50 mg/dl-150
Faal ginjal
Ureum 108 mg/dl 20 mg/dl-40 mg/dl
Kreatinin 1,5 mg/dl 0,6 mg/dl-1,4

XI. Terapi Obat


1. Threway
2. Injeksi Cefotaxime 2x 1gr / iv
3. Inj. Furosemid 2x 1amp / iv

53
4. Inj. Omeprazole 2x 1gr / iv
5. Inj. Keterolac 3x30 mg / iv
6. Amlodipin 1x10 mg
7. Valsartan 1x80 mg
8. Alprazolam 0,5 mg 1x1

Analisa Data

No Data Etiologi Problem


(penyebab) (masalah)
1 Ds : Hilangnya penurunan curah
- Klien mengatakan elastisitas jantung
merasa lelah dan jaringan ikat,
sesak napas ketika asterosklerosis,penurunan
melakukan aktivitas, relasasi otot polos
Do : pembuluh darah.
- Klien tampak lemah
- TTV:
TD :170/100mmHg Vasokontriksi

HR : 110 x/i pembuluh darah

RR : 32 x/i
T : 370 C
penurunan curah jantung
O2 : 3 liter
CRT : 5 detik
Oedem : 4 detik
Jumlah urine 800 cc
Distensi vena jugularis

2 Ds : Peningkatan Nyeri
- Klien mengatakan volume cairan exrasel
nyeri pada bagian
kepala seperti ditusuk- Tekanan
tusuk Intravaskuler
- Klien mengatakan mulai Meningkat
meminta bantuan

54
sejak 9 bulan yang Tekanan
lalu pembuluh darah
-Klien mengatakan nyeri meningkat
semakin bertambah
apabila klien Nyeri
melakukan aktivitas.
-Klien mengatakan nyeri
dirasakan selama 3-4
jam
Do :
-Klien tampak lemah
-nyeri ditusuk-tusuk
-nyeri pada daerah
kepala
-Nyeri Skala klien 7
(nyeri berat)

3 Ds : tekanan perifer Intoleransi aktivitas


meningkat
- klien mengatakan
lelah, sakit kepala
suplai oksigen dan
dan sesak ketika nutrien tidak maksimal
melakukan aktivitas
Intoleransi aktivitas

Do :
- Klien tampak lemah
- Adanya pemasangan
kateter foley
- Klien terlihat dibantu
keluarga dalam
melakukan ADL
- Ekstremitas oedema
4 Ds : Tekanan intravaskuler Gangguan pola tidur

55
- Pasien mengatakan meningkat
sulit tidur
- Pasien mengatakan
sering terbangun saat Tekanan

tidur pembuluh darah

Do : meningkat

- Klien tampak gelisah


- Jumlah tidur pasien Nyeri

5 jam / hari
Gangguan pola tidur
- Kantong mata
terlihat seperti mata
panda
- TTV
TD :170/100 mmhg
HR : 110x/i
RR : 32x/i
T : 370C
5 Ds : Hipertensi Ansietas
Pasien mengatakan
sering memikirkan Kurang Informasi
gangguan peran dan
aktivitasnya dalam Kurang pengetahuan

keluarga yang tidak


terpenuhi selama klien Stres

masih dalam keadaan


sakit Ansietas

Do :
Pasien mengekspresikan
kekhawatiran akibat
perubahan dalam
peristiwa hidup

56
4.2 Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hilangnya elastisitas
jaringan ikat kuat, aterosklerosis, penurunan relaksasi otot polos
pembuluh darah ditandai dengan Klien mengatakan merasa lelah dan
sesak napas ketika melakukan aktivitas, Klien tampak lemah, TTV:
TD :170/100mmHg, HR : 110 x/i, RR : 32 x/i, T : 37 0 C, O2 : 3 liter,
CRT : 5 detik, Oedem : 4 detik dan Jumlah urine 800 cc
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler otak
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala seperti
ditusuk-tusuk, klien mengatakan mulai meminta bantuan sejak 9 bulan
yang lalu, klien mengatakan nyeri semakin bertambah apabila klien
melakukan aktivitas, klien mengatakan nyeri dirasakan selama 3-4 jam,
klien tampak lemah, nyeri ditusuk-tusuk, nyeri pada daerah kepala, nyeri
Skala klien 7 (nyeri berat)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidaksimbangan antara suplai O2 ditandai dengan klien mengatakan
lelah, sakit kepala dan sesak ketika melakukan aktivitas, klien tampak
lemah, adanya pemasangan kateter foley, klien terlihat dibantu keluarga
dalam melakukan ADL, Ekstremitas oedem
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ketidaknyamanan
ditandai dengan, pasien mengatakan sulit tidur, pasien mengatakan
sering terbangun saat tidur, klien tampak gelisah, jumlah tidur pasien 5
jam / hari, kantong mata terlihat seperti mata panda, TD :170/100
mmhg, HR : 110x/i, RR : 32x/i, T: 370C
5. Ansietas berhubungan dengan stress ditandai dengan pasien
mengatakan sering memikirkan gangguan peran dan aktivitasnya dalam
keluarga yang tidak terpenuhi selama klien masih dalam keadaan sakit,
pasien mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa
hidup

57
4.3 Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi


O
1. Penurunan curah jantung berhubungan NOC: NIC :
dengan hilangnya elastisitas jaringan ikat 1. Efektivitas pompa jantung 1. Evaluasi adanya nyeri dada
kuat, aterosklerosis, penurunan relaksasi 2. Status sirkulasi 2. Catat adanya disritmia jantung
otot polos pembuluh darah ditandai 3. Status tanda vital 3. Catat adanya tanda dan gejala
dengan Klien mengatakan merasa lelah 4. Perfusi jaringan perifer penurunan curah jantung
dan sesak napas ketika melakukan Setelah dilakukan asuhan selama 3 x 24 jam 4. Monitor status pernafasan
aktivitas, Klien tampak lemah, TTV: TD penurunan curah jantung klien teratasi yang menandakan gagal
:170/100mmHg, HR : 110 x/i, RR : 32 sebagian dengan kriteria hasil: jantung
x/i, T : 370 C, O2 : 3 liter, CRT : 5 a. Tanda vital dalam rentang normal 5. Monitor keseimbangan cairan
detik, Oedem : 4 detik dan Jumlah urine (TD : 120/80, RR : 20x/i , HR : 80x/i, T : 6. Monitor respon pasien
800 cc, distensi vena jugularis. 36,6 0c) terhadap efek pengobatan
b. Dapat mentoleransi aktivitas dalam antiaritmia
kegiatan mandiri 7. Atur periode latihan dan
c. Edema perifer berkurang istrahat untuk menghindari
d. Tidak ada penurunan kesadaran kelelahan

58
e. penurunan distensi vena jugularis 8. Monitor toleransi aktivitas
f. Turgor kulit normal pasien
9. Monitor adanya dispnea,
fatigue, takipnea, dan
ortopneu
10. Anjurkan untuk menurunkan
stress
11. Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
12. Auskultasi tekanan darah pada
kedua lengan dan bandingkan
13. Monitor vital sign sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
14. Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
15. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
16. Monitor pola pernapasan
abnormal

59
17. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
18. Monitor sianosis perifer
19. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
20. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
21. Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian Oksigen
22. Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
23. kelola pemberian obat anti
aritmia,inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
24. Kelola pemberian antikogulan

60
untuk mencegah trombus
perifer
25. Minimalkan stress
lingkunagan
2. Nyeri akut berhubungan dengan NOC NIC
peningkatan tekanan vaskuler otak 1. Tingkat kenyamanan 1. Lakuakan pengkajian nyeri
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri 2. Pengendalian nyeri secara komprehensif termasuk
pada bagian kepala seperti ditusuk-tusuk, 3. Tingkat nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
klien mengatakan mulai meminta Setelah dilakuakn tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan faktor
bantuan sejak 9 bulan yang lalu, klien selama 3 x 24 jam. Pasien tidak mengalami presipitasi
mengatakan nyeri semakin bertambah nyeri dengan kriteria hasil : 2. Observasi reaksi nonferbal
apabila klien melakukan aktivitas, klien a. Skala nyeri berkurang dari ketidak nyamanan
mengatakan nyeri dirasakan selama 3-4 b. Mampu mengontrol nyeri 3. Bantu pasien dan keluarga
jam, klien tampak lemah, nyeri ditusuk- c. Melaporkan bahwa nyeri berkurang untuk mencari dan
tusuk, nyeri pada daerah kepala, nyeri dengan menggunakan manajemen nyeri menemukan dukungan
Skala klien 7 (nyeri berat) d. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, 4. Kontrol lingkungan yang
frekuensi dan tanda nyeri) dapat mempengaruhi nyeri
e. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang pencahayaan dan kebisingan

61
f. Tanda vital dalam rentang normal 5. Kurangi faktor presipitasi
(TD : 120/80, RR : 20x/i , HR : 80x/i, T : nyeri
36,6 0c). 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
g. Tidak mengalami gangguan tidur untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi : napas dalam,
relaksasi,distraksi, kompres
hangat/dingin
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirihat
10.Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11.Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian

62
analgesik pertama kali

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan NOC NIC


kelemahan umum, ketidaksimbangan 1. Perawatan diri : aktivitas kehidupan 1. Observasi adanya pembatasan
antara suplai O2 ditandai dengan klien sehari-hari klien dalam melakukan
mengatakan lelah, sakit kepala dan sesak 2. Toleransi aktivitas aktivitas
ketika melakukan aktivitas, klien tampak 3. Konservasi energi 2. Kaji adanya afaktor yang
lemah, adanya pemasangan kateter foley, Setelah dilakaukan tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
klien terlihat dibantu keluarga dalam selama 3 x 24 jam. Pasien bertoleransi 3. Monitor nutrisi dan sumber
melakukan ADL, Ekstremitas oedem terhadap aktivitas dengan kriteria hasil: energi yang adekuat
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 4. Monitor pasien akan adanya
disertai peningkatan tekanan darah, nadi, kelelahan fisik dan emosi
dan pernafasan dalam keadaan normal secara berlebihan
(TD : 120/80, RR : 20x/i , HR : 80x/i, T : 5. Monitor respon kardio
36,6 0c) faskuler terhadap aktivitas
b. Mampu melakuakn aktivitas sehari-hari (takikardia, disritmia, sesak
(ADLs) secara mandiri nafas, diaporesis, pucat,
c. Keseimbanagn aktivitas dan istirahat perubahan hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan adanya

63
tidur atau istirahat pasien
7. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentivikasi aktivitas
yang mampu dilakuakan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang di inginkan
11. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek

64
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktiv beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
4 Gangguan pola tidur berhubungan NOC NIC
dengan nyeri ketidaknyamanan ditandai 1. Kontrol kecemasan 1. Sleep Enhancement
dengan, pasien mengatakan sulit tidur, 2. Tingkat kenyamanan Determinasi efek-efek
pasien mengatakan sering terbangun saat 3. Pola tidur terkontrol medikasi terhadap pola tidur

65
tidur, klien tampak gelisah, jumlah tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Jelaskan pentingnya tidur
pasien 5 jam / hari, kantong mata terlihat selama 3 x 24 jam gangguan pola tidur yang adekuat
seperti mata panda, TD :170/100 teratasi dengan kriteria hasil 3. Fasilitas untuk
mmhg, HR : 110x/i, RR : 32x/i, T: a. Jumlah jam tidur dalam batas normal mempertahankan aktivitas
370C ( 7-8 jam/hari) sebelum tidur (membaca)
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal 4. Ciptakan lingkungan yang
c. Perasaan fresh Sesudah tidur/istrahat nyaman
d. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang 5. Kolaborasi pemberian obat
meningkatkan tidur. tidur
5. Ansietas berhubungan dengan stres NOC 1. Kaji dan dokumentasikan
ditandai dengan pasien mengatakan 1. Tingkat ansietas tingkat kecemasan pasien
sering memikirkan gangguan peran dan 2. Pengendalian diri terhadap ansietas termasuk reaksi fisik
aktivitasnya dalam keluarga yang tidak 3. Konsentrasi 2. Kaji untuk faktor budaya
terpenuhi selama klien masih dalam 4. Koping (misalnya konflik nilai) yang
keadaan sakit, pasien mengekspresikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan menjadi penyebab ansietas
kekhawatiran akibat perubahan dalam selama 3 x 24 jam Ansietas teratasi dengan 3. Gali bersama pasien tentang
peristiwa hidup kriteria hasil teknik yang berhasil dan tidak
a. Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan berhasil menurunkan ansietas
meskipun mengalami kecemasan dimasa lalu

66
b. Menunjukan kemampuan untuk berfokus 4. Reduksi ansietas
pada pengetahuan dan keterampilan yang (NIC) :menentukan
baru kemampuan pengambilan
c. Mengidentifikasi gejala yang merupakan keputusan pasien
indikator ansietas pasien sendiri
d. Mengomunikasikan kebutuhan dan
perasaan negatif secara tepat
Memiliki tanda-tanda vital dalam batas
normal (TD : 120/80, RR : 20x/i , HR :
80x/i, T : 36,6 0c)

67
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
(Rabu, 14 Desember 2016)

No. TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA


Dx / WAKTU TANGAN
1 07.00 wib Menginjeksi amlodipin 1x /10 mg S :- Klien mengatakan, sakit kepala,
08.30 Wib Mengukur tanda-tanda vital sesak napas, dan nyeri ulu hati.
O:
08.35 Wib Menghitung volume urine - Klien tampak lemah
- Tampak adanya pemasangan
08.40 Wib Mengkaji oedema, CRT, skala nyeri O2 pada klien
- Jumlah O2 : 3 Liter
09.00 Wib Menginjeksi Furosemide 20 mg/1amp/8 jam, - TTV :
iv TD : 170/100
HR : 110 x/i
RR : 32 x/i
T : 370 C
CRT : 5 detik
Oedem ekstremitas bawah

68
Skala nyeri 7
Volume urin 800 cc
A : Masalah belum teratasi
- Tanda-tanda vital masih tidak
berada dalam batas normal
P : Rencana tindakan dilanjutkan
2 09.10 Wib Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan masih
merasakan nyeri kepala
10.00 Wib Mengobservasi reaksi nonferbal dari O : Klien kelihatan lemah
ketidaknyamanan Klien kelihatan meringis
Skala nyeri 8
11.00 Wib Pemberian injeksi ketorolac 30 mg /1amp/8 Oedem ekstremitas
jam, iv - TTV :
TD : 170/100
HR : 110 x/i
RR : 32 x/i
T : 370 C
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan

3 12.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan masih belum
bisa melakukan aktivitas dengan
13.30 Wib Mengobservasi adanya pembatasan klien baik
dalam melakukan aktivitas O : Klien kelihatan memakai kateter
Klien kelihatan dibantu oleh

69
15.00 Wib Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan keluarga
kelelahan TD : 170/100
HR : 110 x/i
15.50 Wib Memantau keadaan pasien RR : 32 x/i
T : 370 C
17.00 Wib Menginjeksi Furosemid 20 mg /1amp/8 jam,iv A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan
19.00 wib ketorolac 30 mg /1 ampul/8 jam, iv

4 18.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan tidak bisa tidur
O : Klien tampak lemah
20.00 Wib Menjelaskan pentingnya tidur yang Kantong mata seperti mata panda
adekuat TD : 170/100
HR : 110 x/i
21.00 Wib RR : 32 x/i
Menciptakan lingkungan yang nyaman
T : 370 C
dan memberikan obat oral alprazolam A : Masalah belum teratasi
0,5 mg 1x1 P : Rencana tindakan dilanjutkan

5 21. 10 Wib Membantu pasien dalam spritual S : Klien mengatakan tidak cemas
lagi
21.15 Wib Memberikan informasi tentang gejala O : Klien terlihat lebih baik
ansietas A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

70
21.20 Wib Membuat rencana penyuluhan dengan
mendukung dan memberi pijian
terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari

FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN


(Kamis, 15 Desember 2016)

No. TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA


Dx / WAKTU TANGAN
1 07.00 wib Memberikan obat oral, amlodipin 1x 1 /10 S :- Klien mengatakan, sakit kepala,
mg sesak napas, dan nyeri ulu hati.
O:
08.30 Wib Mengukur tanda-tanda vital - Klien tampak lemah
- Tampak adanya pemasangan
08.35 Wib Menghitung volume urine O2 pada klien
- Jumlah O2 : 3 Liter
08.40 Wib Mengkaji oedema, CRT, skala nyeri - TTV :
TD : 160/100
09.00 Wib Menginjeksi Furosemide 20 mg /1amp/8 jam / HR : 105 x/i
iv RR : 30 x/i

71
T : 370 C
Oedem ekstremitas
Skala nyeri 4
A : Masalah sebagian teratasi
- Tanda-tanda vital masih tidak
berada dalam batas normal
P : Rencana tindakan dilanjutkan
2 09.11 Wib Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan masih sedikit
merasakan nyeri kepala
10.00 Wib Mengobservasi reaksi nonferbal dari O : Klien kelihatan lemah
ketidaknyamanan Skala nyeri 4
Oedem ekstremitas
11.00 Wib Pemberian injeksi ketorolac 30 mg/ ml 1 - TTV :
amp/iv TD : 160/100 mmHg
HR : 105 x/i
RR : 30 x/i
T : 370 C
A : Masalah sebagian teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan

3 12.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan masih belum
bisa melakukan aktivitas dengan
13.30 Wib Mengobservasi adanya pembatasan klien baik
dalam melakukan aktivitas O : Klien kelihatan memakai kateter
Klien kelihatan dibantu oleh

72
15.00 Wib Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan keluarga
kelelahan TD : 160/100
HR : 105 x/i
15.50 Wib Memantau keadaan pasien RR : 30 x/i
T : 370 C
17.00 Wib Menginjeksi Furosemid 20 mg /1amp /8 jam A : Masalah belum teratasi
iv P : Rencana tindakan dilanjutkan
19.00 Wib ketorolac 30 mg /1 amp/ 8 jam, iv

4 18.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan tidak bisa tidur
O : Klien tampak lemah
20.00 Wib Menjelaskan pentingnya tidur yang Kantong mata seperti mata panda
adekuat TD : 160/100 mmHg
HR : 105 x/i
21.00 Wib RR : 30 x/i
Menciptakan lingkungan yang nyaman
T : 370 C
dan memberikan obat oral alprazolam A : Masalah belum teratasi
0,5 mg 1x1 P : Rencana tindakan dilanjutkan

73
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
(Jumat, 16 Desember 2016)

No. TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA


Dx / WAKTU TANGAN
1 07.00 wib Memberikan obat oral, amlodipin 1x /10 mg S :- Klien mengatakan sesak napas
08.30 Wib berkurang.
O:
08.35 Wib Mengukur tanda-tanda vital - TTV :
TD : 150/100 mmHg
08.40 Wib Menghitung volume urine HR : 100 x/i
RR : 26 x/i
08.50 Wib Mengkaji oedema, CRT, skala nyeri T : 370 C
Oedem ekstremitas 2 detik
09.00 wib Menginjeksi Furosemid 20 mg /1amp /8 jam, Volume urin 800 cc
iv A : Masalah sebagian teratasi
- Tanda-tanda vital masih tidak
berada dalam batas normal
P : Rencana tindakan dilanjutkan

2 09.12 Wib Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan tidak ada nyeri
O : Klien kelihatan membaik
10.00 Wib Mengobservasi reaksi nonferbal dari - TTV :

74
ketidaknyamanan TD : 150/100 mmHg
11.00 Wib HR : 100 x/i
Pemberian injeksi ketorolac 30 mg / 1 amp/8 RR : 26 x/i
jam, iv T : 370 C
Skala nyeri 3
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan

3 12.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan sudah bisa
duduk sendiri
13.30 Wib Mengobservasi adanya pembatasan klien O : Klien kelihatan memakai kateter
dalam melakukan aktivitas Klien terlihat bisa duduk sendiri
- TTV :
15.00 Wib Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan TD : 150/100 mmHg
kelelahan HR : 100 x/i
RR : 26 x/i
15.50 Wib Memantau keadaan pasien T : 370 C
A : Masalah belum teratasi
17.00 Wib Menginjeksi Furosemid 20 mg /1amp /8 jam, P : Rencana tindakan dilanjutkan
iv
19.00 Wib ketorolac 3x /30 mg / iv

4 18.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan sudah bisa tidur
O : Klien tampak membaik

75
20.00 Wib Menjelaskan pentingnya tidur yang - TTV :
adekuat TD : 150/100 mmHg
HR : 100 x/i
21.00 Wib Menciptakan lingkungan yang nyaman RR : 26 x/i
T : 370 C
dan memberikan obat oral alprazolam
A : Masalah teratasi
0,5 mg 1x1
P : Rencana tindakan dihentikan

76
BAB V
PEMBAHASAN

Setelah melakukan penerapan Asuhan Keperawatan Pada Ny. H Dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Hipertensi Di Ruang dr. Juliana Zebua RSUD
Gunungsitoli Kabupaten Nias yang dimulai sejak tanggal 14 Desember 2016
hingga 16 Desember 2016, penulis menemukan adanya beberapa kesenjangan
yang terjadi antara teoritis dengan kasus.
Pada pembahasan BAB V ini meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Rencana Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.

5.1 Tahap Pengkajian


Pada tahap pengkajian, penulis menemukan beberapa kesenjangan
antara teoritis dan tinjauan kasus yaitu :

1. Riwayat Keperawatan
Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011) bahwa
penderita hipertensi akan mengalami keringat yang banyak (diaforesis),
suhu kulit dingin, sianosis, dan flushing (pheochromocytoma). Sedangkan
pada kasus, penulis tidak menemukan klien berkeringat yang banyak
(diaforesis), suhu kulit dingin, sianosis, dan flushing
(pheochromocytoma)..
2. Riwayat Perubahan Kepribadian
Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011) bahwa
penderita hipertensi akan mengalami depresi, rasa marah kronis (mungkin
mengindikasikan gangguan cerebral), penyempitan lapang perhatian,
menangis,otot wajah tegang terutama disekitar mata, menarik napas
panjang, dan pola bicara cepat. Namun pada kasus, penulis menemukan
bahwa klien mengalami kecemasan (ansietas) namun tidak mengakibatkan
gangguan kepribadian yang kronis dan masih dapat ditangani.

77
3. Neurosensori
Secara teoritis Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011)
bahwa penderita hipertensi akan mengalami episode mati-rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi badan. Gangguan visual (diplopia-pandangan
ganda atau pandangan kabur) dan episode epitaksis. Temuan fisik :
perubahan status mental meliputi kesadaran,orientasi,isi dan pola
pembicaraan, afek yang ridak tepat, proses pikir dan memori. Fundus optik
: pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri,
edema atau papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat dan
lamanya hipertensi. Namun, pada pengkajian ditinjauan kasus penulis
menemukan klien tidak mengalami hal tersebut diatas kecuali adanya
edema.
4. Sirkulasi
Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011) bahwa
penderita hipertensi akan mengalami sianosis,serta adanya suara napas
tambahan. Namun pada pengkajian ditinjau kasus penulis mendapatkan
tidak mendapatkan sianosis,serta adanya suara napas tambahan kecuali
klien mengalami sesak napas saat beraktivitas atau tanpa adanya aktivitas
yang berarti, takipnea.

5.2 Diagnosa Keperawatan


Pada tahap diagnosa keperawatan antara tinjauan teoritis dan tinjauan
kasus ditemukan adanya kesenjangan. Dimana, tidak semua diagnosa
keperawatan yang ada pada teoritis ditemukan pada tinjauan kasus.
Secara teoritis terdapat 7 diagnosa keperawatan yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemi miocard, hipertrofi/rigiditas ventrikel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular otak

78
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi, mual
dan muntah.
e. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
g. Ansietas berhubungan dengan stress.
Perbedaan atau kesenjangan antara diagnosa keperawatan yang muncul
pada tinjauan kasus dan landasan teoritis terjadi karna ketika dikaji oleh
penulis, tidak menemukan diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi, mual
dan muntah.
2. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi

5.3 Rencana Keperawatan


Dalam tahap ini penulis memasukkan semua rencan keperawatan
berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul ditinjauan kasus. Rencana keperawatan
berpedoman pada NIC & NOC.

5.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pelaksanaan merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Implementasi
keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan.
Implementasi secara teoritis tidak dicantumkan namun pada kasus
implementasi keperawatan terealisasi langsung pada pasien dan pasien
tersebut cukup kooperatif

79
5.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada
tujuan dan kriteria evaluasi yang telah ditentukan yang terdapat pada kasus 5
diagnosa keperawatan. Adapun 2 diagnosa yang belum teratasi yaitu
Penurunan Curah Jantung dan Intoleransi Aktivitas, dan 3 diagnosa yang
telah teratasi yaitu Nyeri Akut, Gangguan Pola Tidur dan Ansietas.

80
BAB VI

PENUTUP

Setelah melakukan Asuhan keperawatan pada Ny.HZ dengn gangguan


sistem kardiovaskuler Diruang dr. Juliana zebua RSUD Gunungsitoli Kabupaten
Nias, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang bermanfaat
untuk pembaca.

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Tahap pengkajian

Didalam tahap pengkajian penulis memperoleh data dari proses


anamnesa klien dan keluarga klien, melakukan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan data valid, laboratorium dan catatan perawatan. Tetapi
ditemukan adanya perbedaan antara teoritis dengan kasus pada pengkajian
seperti riwayat keperawatan, riwayat perubahan kepribadian,
Neurosensori, sirkulasi

6.1.2 Tahap diagnosa

Dalam perumusan diagnosa keperawatan, penulis menemukan 5


diagnosa keperawatan dimana 3 di antaranya terdapat pada diagnosa
teoritis, dan 2 diagnosa keperawatan yang penulis temukan berdasarkan
hasil pengkajian pada kasus. Adapun diagnosa yang penulis rumuskan
pada kasus adalah sesuai dengan data yang mendukung dri proses
pengkajian.

6.1.3 Tahap intervensi

Pada tahap intervensi keperawatan penulis merencanakan semua


perencanaan yang ada pada teoritis yang berpedoman pada NIC dan NOC

6.1.4 Tahap implementasi

81
Pada tahap implementasi keperawatan, penulis tidak semua
melaksanakan implementasi ini karna adanya keterbatasan dari waktu,
biaya serta sarana dan prasarana yang terdapat di rumah sakit.

6.1.5 tahap evaluasi

Pada tahap evaluasi di temukan bahwa dari 5 diagnosa


keperawatan pada kasus yang dapat teratasi adalah sebanyak 3 diagnosa
yaitu nyeri akut, gangguan pola tidur dan cemas sedangkan 2 diagnosa
keperawatan lainnya hanya dapat teratasi sebagian yaitu masalah
penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas sehingga selanjutnya
perawatan di lanjutkan oleh perawat di ruangan.

6.2 Saran

1. bagi perawat dan profesi

Di harapkan dapat menjadi acuan untuk menjalankan pelayanan


kesehatan dengan cara memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan sehingga meningkatkan kepuasan klien
terhadap asuhan keperawatan yang telah di berikan.

2. bagi institusi pendidikan

Di harapkan dapat menjadi sumber informasi dan sumber bacaan


di perpustakaan di UPT akademi keperawatan gunungsitoli pemerintah
kabupaten Nias.

3. bagi penulis

Di harapkan dapat bermanfaat bagi penulis sebagai penambah


pengetahuan dan menjadi bahan informasi bagi penulis dalam
meningkatkan asuhan keperawatan

82
DAFTAR PUSTAKA
Adib M. 2011 PENGETAHUAN PRAKTIS RAGAM PENYAKIT MEMATIKAN
YANG PALING SERING MENYERANG KITA. Cetakan pertama.
Jogjakarta : Buku Biru

Http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3547.pdf

http://repository.unand.ac.id/17830/1/AFDAL.pdf

http://riskesdas.ac.id/2013.pdf

Jackson Marilynn & jacksoon lee. 2011. SERI PANDUAN PRAKTIS


KEPERAWATAN KLINIs. Jakarta : EMS

Mansjoer Arif, Dkk. 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. EDISI 3. JILID 2.


CETAKAN KEDELAPAN. Jakarta : Media Aesculapius

Nugroho taufan. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS, ANAK,


BEDAH, DAN PENYAKIT DALAM. Yogyakarta : Nuha Medika

Oktavianus dan Febriana. 2014. ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM


KARDIOVASKULER DEWASA. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Padila. 2013. Asuhan keperawatan Penyakit dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Priharjo Robert. 2006. PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN. Jakarta : EGC

Rekam Medic RSUD Gunungsitoli Pemerintah Kabupaten Nias 2014

Rendy M. Clevo, Margareth TH. ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PENYAKIT DALAM, cetakan I, Yogyakarta :Nuha medika, 2012

Setiadi. ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA, Cetakan Pertama, yogyakarta:


Graha Ilmu, 2007

Sitorus Ronald H. 2008. GEJALA PENYAKIT DAN PENCEGAHANNYA.


Bandung : Yrama Wiidya.

Sjamsuhidajat, de jong. BUKU AJAR ILMU BEDAH, Edisi 3, Jakarta: EGC 2016

Slone Ethel. 2004. ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PEMULA. Cetakan


Pertama. Jakarta : EGC

Sudarta Wayan. 2013. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGUAN


SISTEM CARDIOVASKULER. Cetakan pertama. Yogyakarta : Gosyen
Publishing

83
Sutanto. 2010. CEGAH DAN TANGKAL PENYAKIT MODERN HIPERTENSI,
STROKE, JANTUNG, KOLESTROL, DAN DIABETES, Edisi I. Yogyakarta :
Andi

Tamher Sayuti & Heryati. 2008. PATOLOGI UNTUK MAHASISWA


KEPERAWATAN. Jakarta: Tim

Udjianti Wajan. 2010. KEPERAWATAN KARDIOVASKULER. Cetakan kedua.


Jakarta: Salemba Medika

Wikilson M.Judith & Nancy. 2011. BUKU SAKU DIAGNOSIS KEPERAWATAN.


Edisi 9. Jakarta : EGC.

84
85

Anda mungkin juga menyukai