PENDAHULUAN
1
hipertensi sekunder disebabkan oleh adanya penyakit lainnya seperti penyakit
ginjal dan penyempitan pembuluh darah terutama pada gangguan ginjal,
tumor tertentu, atau gangguan hormon (Sutanto, 2010).
Kriteria yang digunakan pada penetapan pada kasus hipertensi
merujuk pada kriteria diagnosis Joint National Committe (JNC) VII 2003,
yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Kriteri JNC VII 2003 hanya
berlaku untuk umur lebih dari 18 tahun, maka prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur
lebih dari 18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada
penduduk umur lebih dari 15 tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur
15 samapi 17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan dilaporkan secara garis
besar sebagai tambahan informasi (Riskesdas, 2013).
Pada analisa hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC
VII 2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 % (laki-laki 6,0% dan
perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perrkotaan (5,1%). Dari
data tersebut kesenjangan antara teoritis dan praktik/realita dimana pada
teoritisnya hipertensi hanya ditemukan pada umur lebih dari 18 tahun
sedangkan pada praktiknya hipertensi juga ditemukan pada umur 15-17 tahun
(Riskesda 2013).
Sebanyak 1 miliar orang didunia atau satu dari empat orang dewasa
menderita penyakit hipertensi. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita
hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025. Kurang
lebih 10-30% penduduk dewasa dihampiri semua negara mengalami penyakit
hipertensi dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai
mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila
dikontrol tekanan darahnya (Adib,2011).
Hipertensi adalah faktor resiko utama dari penyakit-penyakit
kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di setiap negara.
Data WHO (2011) menunjukan, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria
dan 26,1 wanita. Angka ini kemungkinan meningkat menjadi 29,2% di tahun
2
2025. Dari 927 juta pengidap hipertensi, 333 berada di negara maju dan 639
sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia.
Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang tiap tahun, hampir 1,5 juta
adalah penduduk wilayah Asia Tenggara. Diperkirakan 1 dari 3 orang dewasa
di Asia Tenggara menderita hipertensi (WHO 2011).
Prevalensi hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi.
Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling
berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah
menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke.
Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu
pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.
Berdasarkan data sensus pasien yang didapatkan penulis dari Instalasi
Rekam Medik RSUD Gunungsitoli Kabupaten Nias, prevalensi penderita
hipertensi diruang rawat inap dr. Juliana zebua RSUD Gunungsitoli
Kabupaten Nias pada tahun 2014 adalah sebagai berikut :
3
Tabel 1.1
Jumlah Penderita Hipertensi Pada Tahun 2014 di Ruang Rawat Inap
dr. Juliana Zebua RSUD Gunungsitoli Kabipaten Nias
Jenis Kelamin
No Bulan Laki-Laki Perempuan
1 Januari 19 24
2 Februari 17 16
3 Maret 14 25
4 April 17 12
5 Mei 11 9
6 Juni 11 9
7 Juli 13 10
8 Agustus 17 15
9 September 15 21
10 Oktober 18 22
11 November 12 11
12 Desember 12 17
Jumlah 176 191
(Sumber : Instalasi Rekam Medik)
4
Tabel 1.2
Sepuluh Penyakit Terbesar Rawat Inap RSUD Gunungsitoli Tahun 2015
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH
1. CKR 647
2. ASFIKSIA 520
3. APP.AKUT 485
4. DEMAM TIFOID 481
5. DYSPEPSIA 464
6. GE 325
7. HIPERTENSI 261
8. CHF 187
9. DIARE 179
10. TBC 146
TOTAL 3.695
Sumber : Instalasi Rekam Medik RSUD Gunungsitoli
5
1.3.2 Tujuan khusus
6
d. Bagi penulis
Hasil karya tulis ini diharapkan menjadi pengalaman yang berharga
bagi penulis khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang
asuhan keperawatan.
7
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Defenisi
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana
menurut WHO tekanan saitolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastoliknya >
90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan atau tekanan
diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun) (Taufan Nugroho, 2011).
Hipertensi yaitu kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg dianggap tinggi tetapi bagi usia 60-70
tahun, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal (I Wayan
Sudarta, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari suatu periode (Wajan Juni Udjianti, 2010).
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah di atas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Dapat disimpulkan bahwa hipertensi itu adalah suatu keadaan dimana
meningkatnya tekanan darah dari keadaan normal (120/80 mmHg) ke tingkat
tekanan darah diatas 140/90 mmHg.
8
- Belakang : aorta desendens, oesophagus,columna
vertebralis
Pelapis jantung terdiri atas :
a. Pericardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh
darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum,
dan pleura yang membungkus paru-paru.
1. Lapisan fibrosa luar pada pericardium tersusun dari
serabut kolagen yang membentuk lapisan jaringan ikat
rapat untuk melindungi jantung.
2. Lapisan serosa dalam yang terdiri dari dua lapisan yaitu
membrane visceral dan parietal.
b. Rongga pericardial adalah ruang potensial antara membran
visceral dan parietal. Ruang ini mengandung cairan
pericardial yang disekresi lapisan serosa untuk melumasi
membran dan mengurangi friksi.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a. Epikardium luar terdiri dari lapisan sel-selmosetial dan
berada diatas jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang
berkontraksi untuk memompa darah. Ketebalan miokardium
bervariasi dari satu ruang jantung keruang lainnya. Serabut
otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi ruang
jantung. Kontraksi miokardium “menekan” darah keluar
ruang menuju arteri besar.
c. Endokardium dalam tersusun dari tiga lapisan endothelial
yang terletak diatas jaringan ikat. Lapisan ini melapisi
jantung, katup, dan menyambung dengan lapisan endoteliel
yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan
meninggalkan jantung.
9
Jantung memiliki empat ruang yaitu atrium kanan dan kiri
atas yang dipisahkan oleh septum intratial dan ventrikel kanan
dan kiri bawah, dipisahkan oleh septum interventikuler.
Pada jantung juga terdapat beberapa katup, yaitu:
a. Katup tricuspid terletak antara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Katup ini memiliki tiga daun katup (kuspis) jaringan
ikat fibrosa irregular yang dilapisi endokardium.
b. Katup bicuspid (mitral) terletak antara atrium kiri dan
ventrikel kiri. Katup ini terletak pada chordate tendineae dan
otot papilasris, fungsinya sama dengan katup tricuspid
c. Katup semilunar aorta dan pulmonary terletak dijalur keluar
ventricular jantung sampai keaorta dan trunkus pulmonar.
Katup semilunar terdiri dari tiga kuspis berbentuk bulan sabit,
yang tepi konveksnya melekat pada bagian dalam pembuluh
darah. Tepi bebasnya memanjang kedalam lumen pembuluh.
b. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada
jaringan dan organ. Arteri terdiri dari :
Lapisan dalam (lapisan yang licin)
Lapisan tengah jaringan elastin ( aorta dan cabang-cabangnya
besar memiliki lapisan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
untuk menghantar darah ke organ)
Arteri yang lebih kecil (memiliki lapisan tengah otot untuk
mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ)
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang
mengangkut darah dari jantung kejaringan aorta dengan diameter
sekitar 25mm dan memiliki banyak sekali cabang yang pada
gilirannya terbagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri
dan arteriol yang berukuran 4mm. Fungsi arteri adalah
mendistribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke
jaringan arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan,yaitu :
10
Tunika Intima : lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel
Tunika media : lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastic dan termasuk otot polos
Tunika Eksterna : lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri.
c. Arteriol
Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos
yang relative tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi.
Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila
kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan / organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis
yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah
jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah
utama. Kapiler merupakan pembuluh darah yang paling halus.
Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-
kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat diginjal, menyerap zat makanan
yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah
arteri dan vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar
endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada
kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-
endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan perukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan. Saluran limfe mengumpulkan, menyaring dan
menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang keluar
melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan
11
pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat didalam
berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.
Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki 3 dinding
yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. Vena
merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian
atau alat-alat tubuh masuk kedalam jantung. Vena yang
ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini
juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang
selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai
katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
2.2.2Fisiologi jantung
a. Serabut purkinje
Serabut ini adalah serabut otot jantung khusus yang mampu
menghantar impuls dengan kecepatan lima langkahkali lipat
12
kecepatan hantaran serabut otot jantung. Hantaran yang cepat
disepanjang system purkinje memungkinkan atrium berkontraksi
bersamaan, kemudian diikuti dengan kontraksi ventrikuler yang
serempak, sehingga terbentuk kerja pemompaan darah yang
terkoordinasi.
b. Nodus Sinoatrial (nodus S-A)
Nodus S-A adalah suatu massa jaringan otot jantung khusus
yang terletak didinding posterior atrium kanan tepat dibawah
pembukaan vena kava superior. Nodus S-A melepaskan impuls
sebanyak 72 kali permenit, frekuensi irama yang lebih cepat
dibandingkan dalam atrium (40 sampai 60 kali permenit), dan
ventrikel (20 kali permenit). Nodus ini dipengaruhi saraf simpatis
dan parasimpatis system saraf otonom yang akan mempercepat atau
memperlambat iramanya. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi
irama, sehingga disebut pemacu jantung.
c. Nodus Antrioventrikular (nodus A-V)
Impuls menjalar disepanjang pita serabut purkinje pada atrium
menuju nodus A-V yang terletak dibawah dinding posterior atrium
kanan. Nodus A-V menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi
darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventikular.
d. Berkas A-V (berkas His)
Berkas A-V adalah sekelompok besarserabut purkinje yang
berasal dari nodus A-Vdan membawa implus disepanjang septum
interventrikular menuju ventrikel. Berkas ini dibagi menjadi
percabangan berkas kanan dan kiri. Percabangan berkas kanan
memanjang disisi dalam ventrikel kanan. Serabut bercabang menjadi
serabut-serabut purkonje kecil yang menyatu dalam serabut otot
jantung untuk memperpanjang implus. Percabangan berkas kiri
memanjang disisi dalam ventrikel kiri dan bercabang kedalam
serabut otot jantung kiri.
13
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi esensial didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa factor diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial sebagai berikut:
1. Genetic: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2. Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50tahun dan wanita pasca
menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3. Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
4. Berat badan : obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi
5. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Hipertensi sekuder didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
Karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal
dan gangguan tiroid. Beberapa kondisi terjadinya hipertensi sekunder
adalah :
1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (ekstrogen)
2. Penyakit parenkim dan vascular ginjal
3. Gangguan endokrin
4. Coarctation aorta
5. Neurogenik
6. Kehamilan
7. Luka bakar
8. Peningkatan volume intravaskuler
9. Merokok
14
2.4 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, tekanan darah tinggi tidak
menimbulkan gejala. Meskipun secara tidak sengaja, beberapa gejala terjadi
bersamaan dan di percaya memiliki hubungan dengan tekanan darah tinggi.
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan hidung, pusing, wajah
kemerahan, dan kelelahan. Sebab, semua itu bisa terjadi pada penderita darah
tinggi maupun seseorang dengan tekanan darah normal.
Biasanya, gejala-gejala yang dialami penderita hipertensi bersifat
menahun, berat, dan tidak bisa diobati. Misalnya, sakit kepala, kelelahan,
mual, muntah, sesak napas, gelisah, dan pandangan menjadi kabur, yang
biasanya terjadi karena kerusakan otak, mata, jantung, dan ginjal. Terkadang,
penderita darah tinggi berat mengalami penurunan kesadaran, bahkan koma
karena pembengkakan otak. Keadaan ini biasa disebut ensefalopati
hipertensif; dan memerlukan penangganan sesegera mungkin (M. Adib,
2011).
2.5 Klasifikasi
1. Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
a) Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya
berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
b)Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti,
seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal (Oktavianus &
Febriana, 2014).
15
2. Klasifikasi menurut WHO
Tabel 2.1
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140 – 180 90 – 105
Hipertensi perbatasan 140 – 160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 140 – 160 <90
Tabel 2.2
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Berdasarkan The Sixth Report Of
The Joint National Commite On Prevention Detektion,Evalution, And
Treatment Of High Blood Preasure, 1997
16
2.6 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh system saraf otonom
dan sirkulasi hormone.
Empat system control yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah antara lain system baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh,
system renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan disinus carotid, tapi juga
dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat
tekanan arteri. System baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri
melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi
parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena
itu, reflex control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptoe turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa control ini gagal pada
hipertensi belum diketahui. Hal ini ditunjukan untuk menaikkan re-setting
sensivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat,
sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompeks yang mengubah aliran balik vena kejantung
dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara
adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan dieresis dan penurunan
tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri
sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi rennin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I, yang kemudian
diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
17
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai aksi
vasokontriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme
control terhadap pelepasan aldosteron.
Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada
aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas system saraf simpatis,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan
pada ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi rennin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab
meningkatnya tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan
darah tinggi, kadar rennin harus diturunkan karena peningkatan arterional
renal mungkin menghambat sekresi rennin. Namun demikian, sebagian besar
orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar rennin normal.
Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi
esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ organ
vital. Hipertensi esensial mengakibatkan Hyperplasia medial (penebalan)
arteriole-arteriole karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan
menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh hal ini menyebabkan
infark miocard, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relative konstan. Jika aliran berubah proses-
proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular dan mengakibatkan
pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan tahanan vascular sebagai
akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak menjadi
mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload
garam dan air.
18
Pathway
Umur, jenis kelamin, gayahidup dan obesitas
HIPERTENSI
Ketidak seimbangan
nutrisi < dari kebutuhan Stres
Curah jantung menurun tekanan perifer tubuh
Meningkat
Penurunan vol. Extracell dan
Perfusi renal Ansietas
Suplai O2 dan nutrien
Tidak maksimal
Iskemik ginjal
Angiotensin II (Vasonkonstriksi)
Sekresi aldosteron
Tekanan intravaskuler
meningkat
Ion exchange di
Tubulus ginjal Tekanan pembuluh darah
meningkat
Reabsorsi Na dan
Air sekresi K dan II
Nyeri Akut
Peningkatan vol.
Cairan Extracell
Gangguan Pola
Peningkatan Tidur
Tekanan darah
19
2.7 Komplikasi
1. Gagal Jantung
Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi
berupa penebalan pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil
rongga jantung untuk memompa, sehingga jantung akan semakin
membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya
gangguan pembuluh darah jantung sendiri (koroner) akan menimbulkan
kekurangan oksigen dari otot jantung dan berakibat rasa nyeri. Apabila
kondisi dibiarkan terus menerus akan menyebabkan kegagalan jantung
untuk memompa dan menimbulkan kematian.
2. Gangguan Penglihatan
Gangguan dari system saraf terjadi pada system retina (mata bagian
dalam) dan system saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-
pembuluh darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi hipertensi, dan
memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah yang akan menyebabkan
gangguan pada organ penglihatan.
3. Gangguan Pada Ginjal
Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari
pembuluh darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai
pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik. Akibat
dari gagalnya system ginjal akan terjadi penumpukan zat yang berbahaya
bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak
(Oktavianus & Febriana, 2014).
20
3. Glukosa : mengukur adanya hiperglikemi, yaitu salah satu penyebab
hipertensi sekunder.
4. Analisa urine : untuk mengetahui adanya darah, protein, glukosa, sebagai
indikasi disfungsi ginjal dan ada diabetes mellitus.
5. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
6. IUP : untuk mengetahui penyebab hipertensi sebagai batu ginjal.
7. Photo dada : menunjukan apakah ada kerusakan pada jantung.
21
Alternatif yang bisa ditempuh :
a. Obat kedua diganti
b. Ditambah obat ketiga jenis lain
4) Step 4
Alternatif pemberian obat :
a. Ditambah obat ketiga dan keempat
b. Re-evaluai dan konsultasi
5) Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi
dan komuniasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
2. Pemeriksaan Non Farmakologis
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan rokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :
a. Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
b. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan
c. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan
22
d. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukai psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang di pakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara
sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
b. Teknik Relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
c. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan paien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut (Oktavianus & Febriana, 2014).
23
BAB III
LANDASAN TEOTERITIS KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan: fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi
peningkatan frekuensi denyut jantung, distrimia, dan takipnea.
2. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit
jantung koroner atau stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak.
Temuan fisik meliputi hal-hal berikut ini.
a. Tekanan darah tinggi (diukur secara serial)
b. Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu.
c. Nadi: meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis;
perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area
seperti arteri popliteal, posterior tibia.
d. Denyut apikal bergeser dan/atau kuat angkat.
e. Denyut jantung: takikardia, distrimia.
f. Bunyi jantung: S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini).
g. Murmur: dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup.
h. Vaskular bruit: terdengar di atas karotis, femoral, atau epigastrium
(arteri stenosis), distensi vena jugular (kongesti vena).
i. Perifer: suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat
(> 2 detik), sianosis, diaforesis, atau flushing (pheochromocytoma).
3. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis
(mungkin mengindikasikan gangguan cerebral). Temuan fisik meliputi
kegelisahan, penyempitan lapang perhatian, menangis, otot wajah tegang
terutama disekitar mata, menarik napas panjang, dan pola bicara cepat.
4. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik: produksi
urine < 50 ml/jam atau oliguri.
24
5. Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolesterol, tinggi
garam, atau tinggi kalori. Selain itu, juga melaporkan mual, muntah,
perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian diuretik. Temuan fisik
meliputi berat badan normal atau obesitas., edema, kongesti vena, distensi
vena jugularis, dan glikosuria (riwayat diabetes melitus).
6. Neurosensori: melaporkan serangan pusing/pening. Sakit kepala berdenyut
di suboksipital, episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi badan.
Gangguan visual (diplopia-pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epitaksis. Temuan fisik: perubahan status mental meliputi
kesadaran, orientasi, isi dan pola pembicaraan, afek yang tidak tepat,
proses pikir dan memori. Respon motorik: penurunan refleks tendon,
tangan menggenggam. Fundus optik: pemeriksaan retina dapat ditemukan
penyempitan atau sklerosis arteri, edema atau papiledema (eksudat atau
hemoragi) tergantung derajat dan lamanya hipertensi.
7. Melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha- claudication (indikasi
arteriosklerosis pada eksremitas bawah), sakit kepala hebat di okspital,
nyeri atau teraba massa di abdomen (pheochromocytoma).
8. Respirasi: mengeluh sesak napas saat beraktivitas, takipne, ortopnea, PND,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi
sianosis, penggunaan otot bantu pernapasan, terdengar suara napas
tambahan (ronkhi, rales, wheezing).
9. Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paresthesia unilateral transient
episodic, penggunaan kontrasepsi oral (Wajan Juni Udjianti, 2011, h. 108-
109).
25
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi, mual
dan muntah.
e. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
g. Ansietas berhubungan dengan stress.
26
3.3 Intervensi keperawatan
27
- Perubahan warna kulit e. AGD dalam batas normal kelelahan
- Variasi pada hasil pemeriksaan f. Tidak ada distensi vena leher 8. Monitor toleransi aktivitas
tekanan darah g. Warna kulit normal pasien
9. Monitor adanya dispnea,
fatigue, takipnea, dan
ortopneu
10. Anjurkan untuk menurunkan
stress
11. Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
12. Auskultasi tekanan darah
pada kedua lengan dan
bandingkan
13. Monitor vital sign sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
14. Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
15. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
28
16. Monitor pola pernapasan
abnormal
17. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
18. Monitor sianosis perifer
19. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
20. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
21. Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian Oksigen
22. Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
23. kelola pemberian obat anti
aritmia,inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan
29
kontraktilitas jantung
24. Kelola pemberian antikogulan
untuk mencegah trombus
perifer
25. Minimalkan stress
lingkunagan
2. Intoleransi aktivitas NOC NIC
berhubungan dengan tirah baring atau 1. Perawatan diri : aktivitas kehidupan 1. Observasi adanya pembatasan
imobilisasi, kelemahan umum, ketidak sehari-hari klien dalam melakukan
seimbang, antara suplai dengan 2. Toleransi aktivitas aktivitas
kebutuhan oksigen, gaya hidup yang 3. Konservasi energi 2. Kaji adanya afaktor yang
kurang gerak. Setelah dilakaukan tindakan keperawatan menyebabkan kelelahan
DS selama x24 jam. Pasien bertoleransi terhadap 3. Monitor nutrisi dan sumber
- Ketidaknyamanan atau dispnea saat aktivitas dengan kriteria hasil: energi yang adekuat
beraktivitas a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa 4. Monitor pasien akan adanya
- Melaporkan keletihan dan kelemahan disertai peningkatan tekanan darah, nadi, kelelahan fisik dan emosi
secara verbal dan pernafasan secara berlebihan
DO b. Mampu melakuakn aktivitas sehari-hari 5. Monitor respon kardio
- Frekuensi jantung atau tekanan darah (ADLs) secara mandiri faskuler terhadap aktivitas
30
tidak normal sebagai respon c. Keseimbanagn aktivitas dan istirahat (takikardia, disritmia, sesak
terhadap aktivitas nafas, diaporesis, pucat,
Perubahan EKG yang menunjukan perubahan hemodinamik)
aritmia dan iskemia 6. Monitor pola tidur dan adanya
tidur atau istirahat pasien
7. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentivikasi aktivitas
yang mampu dilakuakan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
31
aktivitas yang di inginkan
11. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktiv beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
32
3. Nyeri akut NOC NIC
Berhubungan dengan agen injuri 1. Tingkat kenyamanan 1. Lakuakan pengkajian nyeri
(biologi, kimia, fisik, psikologis), 2. Pengendalian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan 3. Tingkat nyeri termasuk lokasi,
DS : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
- Laporan secara verbal selama....x24 jam. Pasien tidak mengalami frekuensi, kualitas dan
- Melaporkan nyeri dengan isyarat nyeri dengan kriteria hasil : faktor presipitasi
DO : a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 2. Observasi reaksi nonferbal
- Posisi untuk menahan nyeri nyeri, mampu menggunakan teknik non dari ketidak nyamanan
- Tingkahlaku berhati-hati (mata sayu, farmakologi untuk mengurangi nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga
tampak capek, sulit atau gerakan mencari bantuan) untuk mencari dan
kacau, menyeringai) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang menemukan dukungan
- Terfokus pada diri sendiri dengan menggunakan manajemen nyeri 4. Kontrol lingkungan yang
- Fokus menyempit (penurunan c. Mampu mengenali nyeri ( skala, dapat mempengaruhi nyeri
persepsi waktu, kerusakan proses intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan,
berpikir, penuruna interaksi dengan d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri pencahayaan dan kebisingan
orang dan lingkungan) berkurang 5. Kurangi faktor presipitasi
- Tingkahlaku distraksi, contoh : jalan- e. Tanda vital dalam rentang normal nyeri
jalan, menemui orang lain, dan f. Tidak mengalami gangguan tidur 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
33
aktivitas berulang-ulang) untuk menentukan intervensi
- Respon autonom (seperti diaphoresis, 7. Ajarkan tentang teknik non
perubahan tekanan darah, perubahan farmakologi : napas dalam,
nafas, nadi dan dilatasi pupil) relaksasi,distraksi, kompres
- Perubahan autonomi dalam tonus otot hangat/dingin
(mungkin dalam rentang dari lemah 8. Berikan analgetik untuk
kekaku) mengurangi nyeri
- Tingkah laku ekspresif 9. Tingkatkan istirihat
(contoh:gelisah, merintih, menangis, 10. Berikan informasi tentang
waspada, iritabel, nafas panjang/ nyeri seperti penyebab nyeri,
berkeluh kesal) berapa lama nyeri akan
- Perubahan dalam nafsu makan dan berkurang dan antisipasi
minum ketidaknyamanan dari
prosedur
11. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh 1. Status nutrisi Nutrion Manajement
34
Berhubungan dengan: 2. Status nutrisi: Intake makanan dan 1. Kaji adanya alergi makanan
Ketidakmampuan untuk memasukkan cairan 2. Kolaborasi ahli gizi untuk
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor 3. Status nutris: Intake nutrien menentukan jumlah kalori
biologis, psikologis atau ekonomi. 4. Kontrol berat badan dan nutrisi yang dibutuhkan
DS : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
- Nyeri abdomen selama ...x24 jam. Ketidak seimbangan 3. Anjurkan pasien untuk
- Muntah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi meningkatkan intake Fe
- Kejang perut dengan kriteria hasil: 4. Anjurkan pasien untuk
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan a. Adanya peningkatan berat badan meningkatkan protein dan
DO : sesuai dengan tujuan vitamin C
- Diare b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 5. Berikan substansi gula
- Kurang napsu makan badan 6. Yakinkan diet yang dimakan
- Bising usus berlebih c. Mampu mengidentifikasi mengandung tinggi serat
- Konjungtiva pucat kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
- Denyut nadi lemah d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 7. Berikan makanan yang
e. Tidak terjadi penuruna badan yang terpilih (sudah
berarti dikonsultasikandengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaiman
35
membuat catatan makanan
harian
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan.
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
36
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,total
protein, HB, dan kadar Ht
12. Monitor makan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
37
15. Monitor kalori dan intake
nutrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
17. Catat jika lidah bewarna
magenta, scarlet
38
Ketidakakuratan mengikuti intruksi, c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan tepat
perilaku tidak sesuai kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 4. Gambarkan proses penyakit
kesehatan lainnya dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien denga cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
indikasikan
39
10. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
6. Gangguan pola tidur berhubungan NOC NIC
dengan nyeri, ketidaknyamanan 1. Kontrol kecemasan 1. Sleep Enhancement
DS: 2. Tingkat kenyamanan Determinasi efek-efek
Klien mengatakan tidak dapat tidur 3. Pola tidur terkontrol medikasi terhadap pola tidur
dengan nyaman akibat nyeri kepala; Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Jelaskan pentingnya tidur
Klien mengatakan tidak merasa nyaman selama ...x 24 jam gangguan pola tidur yang adekuat
beristirahat diluar lingkungan rumah; teratasi dengan kriteria hasil 3. Fasilitas untuk
klien mengatakan tampak gelisah; klien a. Jumlah jam tidur dalam batas normal mempertahankan aktivitas
sering terbangun; b. Pola tidur, kualitas dalm batas normal sebelum tidur (membaca)
DO: c. Perasaan fresh 4. Ciptakan lingkungan yang
faktor yang mempengaruhi pola tidur : d. Sesudah tidur/istrahat nyaman
proses penyakit, ketidaaknyamanan, e. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang 5. Kolaborasi pemberian obat
lingkungan, serta prosedur invasive. meningkatkan tidur. tidur
40
ketakutan 2. Pengendalian diri terhadap ansietas termasuk reaksi fisik
DS : pasien mengatakan cemas dan 3. Konsentrasi 2. Kaji untuk faktor budaya
gelisah 4. Koping (misalnya konflik nilai) yang
DO : Setelah dilakukan tindakan keperawatan menjadi penyebab ansietas
Pasien terlihat gelisah dan khawatir selama ...x 24 jam Ansietas teratasi dengan 3. Gali bersama pasien tentang
kriteria hasil teknik yang berhasil dan tidak
a. Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan berhasil menurunkan ansietas
meskipun mengalami kecemasan dimasa lalu
b. Menunjukan kemampuan untuk berfokus 4. Reduksi ansietas
pada pengetahuan dan keterampilan yang (NIC) :menentukan
baru kemampuan pengambilan
c. Mengidentifikasi gejala yang merupakan keputusan pasien
indikator ansietas pasien sendiri
d. Mengomunikasikan kebutuhan dan
perasaan negatif secara tepat
e. Memiliki tanda-tanda vital dalam batas
normal
41
42
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 PENGKAJIAN
I. Identitas
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.HZ
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ds. Bawomataluo kec. Fanayama
Agama : Kristen Protestan
No.RM : 362155
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/ Bangsa : Nias/ Indonesia
Informan : Pasien dan keluarga
Tanggal Pengkajian : 14 Desember 2016
B. Identitas Keluarga
Nama : Tn. SZ
Hubungan : Anak
sakit kepala, sesak nafas saat melakukan aktivitas, nyeri ulu hati dan
43
1. Faktor Pencetus : Pasien mengatakan gejala dirasakannya
ketika banyak melakukan aktivitas
2. Timbulnya Keluhan : Mendadak
3. Upaya yang dilakukkan untuk mengatasinya
Sendiri : Membeli obat diwarung (Paramex)
Orang lain : Tidak ada
Diagnosa Medik : Hipertensi great III + CHF
No Sebelum Masuk
Buang Air Besar (BAB) Masuk Rumah
. Rumah Sakit Sakit
44
5. Buang Air Kecil
Sebelum Masuk
No. Buang Air Kecil (BAK) Masuk
Rumah Sakit Rumah Sakit
Tidak terkaji,
Frekuensi karna
1. 3-5x/hari terpasang
kateter.
2. Warna Kuning
Kuning
3. Bau Khas
Khas
4. Kesulitan BAK Tidak ada
Tidak ada
5. Upaya Mengatasi Tidak ada
Tidak ada
6, Volume
800 Cc
45
IV. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan Genogram :
= Klien
= Laki - Laki
= Perempuan
= Meninggal Dunia
= Garis perkawinan
= Garis Keturunan
meninggal.
46
V. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan Lingkungan Rumah : Bersih
b. Polusi : Asap kendaraan
47
Klien mengatakan dengan cara demikian maka setidaknya dapat
mengurangi beban pemikiran yang dialaminya
48
1. Kepala
Inspeksi
Keadaan kepala & Hygiene rambut :
a. Bentuk kepala : Simetris
b. Kesimetrisan wajah : Simetris
c. Warna rambut : Hitam
d. Mudah rontok /ketebalan : Tidak
Palpasi
a. Benjolan : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Ada
c. Tekstur rambut : Halus
2. Muka
Inspeksi
a. Bentuk wajah : Simetris
b. Gerakan wajah : Normal
Palpasi
a. Nyeri tekan : Tidak ada
3. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Tidak ada peradangan
b. Bentuk bola mata : Simetris
c. Kelopak mata : Simetris
d. Conjungtiva : Merah muda
e. Pupil - kanan : 3 mm
- Kiri : 3 mm
f. Penglihatan : Baik
g. Kantung mata : Mata panda
49
4. Hidung & Sinus
Inspeksi
a. Bentuk hidung : Simetris
b. Secret / cairan : Tidak ada
c. Kesimetrisan lubang hidung : Simetris
Palpasi
a. Septum hidung : Tidak ada nyeri
5. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : Normal
b. Lubang telinga : Tidak ada sekret
c. Pemakaian alat bantu/tidak : Tidak ada
Palpasi
a.Nyeri tekan / tidak : Tidak ada
6. Wajah
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : Lengkap
- Karang gigi / karies : Ada
- Pemakaian gigi palsu : Tidak ada
b. Gusi
- Merah / meradang / tidak : Tidak
c. Lidah
- Kotor / tidak : Tidak
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : pucat
- Basah / kering / pecah : Kering
- Mulut berbau / tidak : Tidak bau
50
- Kemampuan bicara : Jelas
e. Membran mukosa : Kering
Palpasi
a. Pipi : Keriput
7. Tenggorokan
Inspeksi
Nyeri menelan : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
8. Leher
Inspeksi
a. Lesi : Tidak ada
b. Kelenjar thyroid : Tidak ada
c. Distensi vena jugularis : Ada
51
10. Jantung
Palpasi
a. Frekuesi jantung (HR) : 110x/menit
Auskultasi
a. Bunyi jantung
- BJ I : Lub
- BJ II : Dub
- BJ III : Tidak ada
- BJ tambahan : Tidak ada
11. Payudara dan ketiak
Inspeksi
a. Ukuran (kecil/sedang/besar) : Sedang
b. Kesimetrisan payudara : Simetris
c. Putting susu (keluaran/ulkus/
Pergerakan/pembengkakan) : Tidak ada pembengkakan
Palpasi
a. Adanya massa : Tidak ada
b. Nyeri tekan : Tidak ada
12. Abdomen
Inspeksi
Kulit abdomen : Normal
Gelombang peristaltik : Ada
Auskultasi
Bising usus : Normal ( 16 x/menit)
Palpasi : Ada nyeri tekan epigastrium
52
14. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Akral : Dingin
Oedem : Ada (4 Detik)
b. Ekremitas bawah
Akral : Dingin
Oedem : Ada (4 Detik)
X. DATA PENUNJANG
53
4. Inj. Omeprazole 2x 1gr / iv
5. Inj. Keterolac 3x30 mg / iv
6. Amlodipin 1x10 mg
7. Valsartan 1x80 mg
8. Alprazolam 0,5 mg 1x1
Analisa Data
RR : 32 x/i
T : 370 C
penurunan curah jantung
O2 : 3 liter
CRT : 5 detik
Oedem : 4 detik
Jumlah urine 800 cc
Distensi vena jugularis
2 Ds : Peningkatan Nyeri
- Klien mengatakan volume cairan exrasel
nyeri pada bagian
kepala seperti ditusuk- Tekanan
tusuk Intravaskuler
- Klien mengatakan mulai Meningkat
meminta bantuan
54
sejak 9 bulan yang Tekanan
lalu pembuluh darah
-Klien mengatakan nyeri meningkat
semakin bertambah
apabila klien Nyeri
melakukan aktivitas.
-Klien mengatakan nyeri
dirasakan selama 3-4
jam
Do :
-Klien tampak lemah
-nyeri ditusuk-tusuk
-nyeri pada daerah
kepala
-Nyeri Skala klien 7
(nyeri berat)
Do :
- Klien tampak lemah
- Adanya pemasangan
kateter foley
- Klien terlihat dibantu
keluarga dalam
melakukan ADL
- Ekstremitas oedema
4 Ds : Tekanan intravaskuler Gangguan pola tidur
55
- Pasien mengatakan meningkat
sulit tidur
- Pasien mengatakan
sering terbangun saat Tekanan
Do : meningkat
5 jam / hari
Gangguan pola tidur
- Kantong mata
terlihat seperti mata
panda
- TTV
TD :170/100 mmhg
HR : 110x/i
RR : 32x/i
T : 370C
5 Ds : Hipertensi Ansietas
Pasien mengatakan
sering memikirkan Kurang Informasi
gangguan peran dan
aktivitasnya dalam Kurang pengetahuan
Do :
Pasien mengekspresikan
kekhawatiran akibat
perubahan dalam
peristiwa hidup
56
4.2 Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hilangnya elastisitas
jaringan ikat kuat, aterosklerosis, penurunan relaksasi otot polos
pembuluh darah ditandai dengan Klien mengatakan merasa lelah dan
sesak napas ketika melakukan aktivitas, Klien tampak lemah, TTV:
TD :170/100mmHg, HR : 110 x/i, RR : 32 x/i, T : 37 0 C, O2 : 3 liter,
CRT : 5 detik, Oedem : 4 detik dan Jumlah urine 800 cc
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler otak
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala seperti
ditusuk-tusuk, klien mengatakan mulai meminta bantuan sejak 9 bulan
yang lalu, klien mengatakan nyeri semakin bertambah apabila klien
melakukan aktivitas, klien mengatakan nyeri dirasakan selama 3-4 jam,
klien tampak lemah, nyeri ditusuk-tusuk, nyeri pada daerah kepala, nyeri
Skala klien 7 (nyeri berat)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidaksimbangan antara suplai O2 ditandai dengan klien mengatakan
lelah, sakit kepala dan sesak ketika melakukan aktivitas, klien tampak
lemah, adanya pemasangan kateter foley, klien terlihat dibantu keluarga
dalam melakukan ADL, Ekstremitas oedem
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ketidaknyamanan
ditandai dengan, pasien mengatakan sulit tidur, pasien mengatakan
sering terbangun saat tidur, klien tampak gelisah, jumlah tidur pasien 5
jam / hari, kantong mata terlihat seperti mata panda, TD :170/100
mmhg, HR : 110x/i, RR : 32x/i, T: 370C
5. Ansietas berhubungan dengan stress ditandai dengan pasien
mengatakan sering memikirkan gangguan peran dan aktivitasnya dalam
keluarga yang tidak terpenuhi selama klien masih dalam keadaan sakit,
pasien mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa
hidup
57
4.3 Intervensi Keperawatan
58
e. penurunan distensi vena jugularis 8. Monitor toleransi aktivitas
f. Turgor kulit normal pasien
9. Monitor adanya dispnea,
fatigue, takipnea, dan
ortopneu
10. Anjurkan untuk menurunkan
stress
11. Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
12. Auskultasi tekanan darah pada
kedua lengan dan bandingkan
13. Monitor vital sign sebelum,
selama, dan setelah aktivitas.
14. Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
15. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
16. Monitor pola pernapasan
abnormal
59
17. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
18. Monitor sianosis perifer
19. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
20. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
21. Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian Oksigen
22. Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
23. kelola pemberian obat anti
aritmia,inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
24. Kelola pemberian antikogulan
60
untuk mencegah trombus
perifer
25. Minimalkan stress
lingkunagan
2. Nyeri akut berhubungan dengan NOC NIC
peningkatan tekanan vaskuler otak 1. Tingkat kenyamanan 1. Lakuakan pengkajian nyeri
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri 2. Pengendalian nyeri secara komprehensif termasuk
pada bagian kepala seperti ditusuk-tusuk, 3. Tingkat nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
klien mengatakan mulai meminta Setelah dilakuakn tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan faktor
bantuan sejak 9 bulan yang lalu, klien selama 3 x 24 jam. Pasien tidak mengalami presipitasi
mengatakan nyeri semakin bertambah nyeri dengan kriteria hasil : 2. Observasi reaksi nonferbal
apabila klien melakukan aktivitas, klien a. Skala nyeri berkurang dari ketidak nyamanan
mengatakan nyeri dirasakan selama 3-4 b. Mampu mengontrol nyeri 3. Bantu pasien dan keluarga
jam, klien tampak lemah, nyeri ditusuk- c. Melaporkan bahwa nyeri berkurang untuk mencari dan
tusuk, nyeri pada daerah kepala, nyeri dengan menggunakan manajemen nyeri menemukan dukungan
Skala klien 7 (nyeri berat) d. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, 4. Kontrol lingkungan yang
frekuensi dan tanda nyeri) dapat mempengaruhi nyeri
e. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang pencahayaan dan kebisingan
61
f. Tanda vital dalam rentang normal 5. Kurangi faktor presipitasi
(TD : 120/80, RR : 20x/i , HR : 80x/i, T : nyeri
36,6 0c). 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
g. Tidak mengalami gangguan tidur untuk menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi : napas dalam,
relaksasi,distraksi, kompres
hangat/dingin
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirihat
10.Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11.Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
62
analgesik pertama kali
63
tidur atau istirahat pasien
7. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi
yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentivikasi aktivitas
yang mampu dilakuakan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang di inginkan
11. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
64
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
15. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktiv beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual.
4 Gangguan pola tidur berhubungan NOC NIC
dengan nyeri ketidaknyamanan ditandai 1. Kontrol kecemasan 1. Sleep Enhancement
dengan, pasien mengatakan sulit tidur, 2. Tingkat kenyamanan Determinasi efek-efek
pasien mengatakan sering terbangun saat 3. Pola tidur terkontrol medikasi terhadap pola tidur
65
tidur, klien tampak gelisah, jumlah tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Jelaskan pentingnya tidur
pasien 5 jam / hari, kantong mata terlihat selama 3 x 24 jam gangguan pola tidur yang adekuat
seperti mata panda, TD :170/100 teratasi dengan kriteria hasil 3. Fasilitas untuk
mmhg, HR : 110x/i, RR : 32x/i, T: a. Jumlah jam tidur dalam batas normal mempertahankan aktivitas
370C ( 7-8 jam/hari) sebelum tidur (membaca)
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal 4. Ciptakan lingkungan yang
c. Perasaan fresh Sesudah tidur/istrahat nyaman
d. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang 5. Kolaborasi pemberian obat
meningkatkan tidur. tidur
5. Ansietas berhubungan dengan stres NOC 1. Kaji dan dokumentasikan
ditandai dengan pasien mengatakan 1. Tingkat ansietas tingkat kecemasan pasien
sering memikirkan gangguan peran dan 2. Pengendalian diri terhadap ansietas termasuk reaksi fisik
aktivitasnya dalam keluarga yang tidak 3. Konsentrasi 2. Kaji untuk faktor budaya
terpenuhi selama klien masih dalam 4. Koping (misalnya konflik nilai) yang
keadaan sakit, pasien mengekspresikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan menjadi penyebab ansietas
kekhawatiran akibat perubahan dalam selama 3 x 24 jam Ansietas teratasi dengan 3. Gali bersama pasien tentang
peristiwa hidup kriteria hasil teknik yang berhasil dan tidak
a. Meneruskan aktivitas yang dibutuhkan berhasil menurunkan ansietas
meskipun mengalami kecemasan dimasa lalu
66
b. Menunjukan kemampuan untuk berfokus 4. Reduksi ansietas
pada pengetahuan dan keterampilan yang (NIC) :menentukan
baru kemampuan pengambilan
c. Mengidentifikasi gejala yang merupakan keputusan pasien
indikator ansietas pasien sendiri
d. Mengomunikasikan kebutuhan dan
perasaan negatif secara tepat
Memiliki tanda-tanda vital dalam batas
normal (TD : 120/80, RR : 20x/i , HR :
80x/i, T : 36,6 0c)
67
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
(Rabu, 14 Desember 2016)
68
Skala nyeri 7
Volume urin 800 cc
A : Masalah belum teratasi
- Tanda-tanda vital masih tidak
berada dalam batas normal
P : Rencana tindakan dilanjutkan
2 09.10 Wib Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan masih
merasakan nyeri kepala
10.00 Wib Mengobservasi reaksi nonferbal dari O : Klien kelihatan lemah
ketidaknyamanan Klien kelihatan meringis
Skala nyeri 8
11.00 Wib Pemberian injeksi ketorolac 30 mg /1amp/8 Oedem ekstremitas
jam, iv - TTV :
TD : 170/100
HR : 110 x/i
RR : 32 x/i
T : 370 C
A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan
3 12.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan masih belum
bisa melakukan aktivitas dengan
13.30 Wib Mengobservasi adanya pembatasan klien baik
dalam melakukan aktivitas O : Klien kelihatan memakai kateter
Klien kelihatan dibantu oleh
69
15.00 Wib Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan keluarga
kelelahan TD : 170/100
HR : 110 x/i
15.50 Wib Memantau keadaan pasien RR : 32 x/i
T : 370 C
17.00 Wib Menginjeksi Furosemid 20 mg /1amp/8 jam,iv A : Masalah belum teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan
19.00 wib ketorolac 30 mg /1 ampul/8 jam, iv
4 18.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan tidak bisa tidur
O : Klien tampak lemah
20.00 Wib Menjelaskan pentingnya tidur yang Kantong mata seperti mata panda
adekuat TD : 170/100
HR : 110 x/i
21.00 Wib RR : 32 x/i
Menciptakan lingkungan yang nyaman
T : 370 C
dan memberikan obat oral alprazolam A : Masalah belum teratasi
0,5 mg 1x1 P : Rencana tindakan dilanjutkan
5 21. 10 Wib Membantu pasien dalam spritual S : Klien mengatakan tidak cemas
lagi
21.15 Wib Memberikan informasi tentang gejala O : Klien terlihat lebih baik
ansietas A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
70
21.20 Wib Membuat rencana penyuluhan dengan
mendukung dan memberi pijian
terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
71
T : 370 C
Oedem ekstremitas
Skala nyeri 4
A : Masalah sebagian teratasi
- Tanda-tanda vital masih tidak
berada dalam batas normal
P : Rencana tindakan dilanjutkan
2 09.11 Wib Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan masih sedikit
merasakan nyeri kepala
10.00 Wib Mengobservasi reaksi nonferbal dari O : Klien kelihatan lemah
ketidaknyamanan Skala nyeri 4
Oedem ekstremitas
11.00 Wib Pemberian injeksi ketorolac 30 mg/ ml 1 - TTV :
amp/iv TD : 160/100 mmHg
HR : 105 x/i
RR : 30 x/i
T : 370 C
A : Masalah sebagian teratasi
P : Rencana tindakan dilanjutkan
3 12.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan masih belum
bisa melakukan aktivitas dengan
13.30 Wib Mengobservasi adanya pembatasan klien baik
dalam melakukan aktivitas O : Klien kelihatan memakai kateter
Klien kelihatan dibantu oleh
72
15.00 Wib Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan keluarga
kelelahan TD : 160/100
HR : 105 x/i
15.50 Wib Memantau keadaan pasien RR : 30 x/i
T : 370 C
17.00 Wib Menginjeksi Furosemid 20 mg /1amp /8 jam A : Masalah belum teratasi
iv P : Rencana tindakan dilanjutkan
19.00 Wib ketorolac 30 mg /1 amp/ 8 jam, iv
4 18.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan tidak bisa tidur
O : Klien tampak lemah
20.00 Wib Menjelaskan pentingnya tidur yang Kantong mata seperti mata panda
adekuat TD : 160/100 mmHg
HR : 105 x/i
21.00 Wib RR : 30 x/i
Menciptakan lingkungan yang nyaman
T : 370 C
dan memberikan obat oral alprazolam A : Masalah belum teratasi
0,5 mg 1x1 P : Rencana tindakan dilanjutkan
73
FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN
(Jumat, 16 Desember 2016)
2 09.12 Wib Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan tidak ada nyeri
O : Klien kelihatan membaik
10.00 Wib Mengobservasi reaksi nonferbal dari - TTV :
74
ketidaknyamanan TD : 150/100 mmHg
11.00 Wib HR : 100 x/i
Pemberian injeksi ketorolac 30 mg / 1 amp/8 RR : 26 x/i
jam, iv T : 370 C
Skala nyeri 3
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
3 12.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan sudah bisa
duduk sendiri
13.30 Wib Mengobservasi adanya pembatasan klien O : Klien kelihatan memakai kateter
dalam melakukan aktivitas Klien terlihat bisa duduk sendiri
- TTV :
15.00 Wib Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan TD : 150/100 mmHg
kelelahan HR : 100 x/i
RR : 26 x/i
15.50 Wib Memantau keadaan pasien T : 370 C
A : Masalah belum teratasi
17.00 Wib Menginjeksi Furosemid 20 mg /1amp /8 jam, P : Rencana tindakan dilanjutkan
iv
19.00 Wib ketorolac 3x /30 mg / iv
4 18.00 Wib Menganjurkan pasien untuk makan S : Klien mengatakan sudah bisa tidur
O : Klien tampak membaik
75
20.00 Wib Menjelaskan pentingnya tidur yang - TTV :
adekuat TD : 150/100 mmHg
HR : 100 x/i
21.00 Wib Menciptakan lingkungan yang nyaman RR : 26 x/i
T : 370 C
dan memberikan obat oral alprazolam
A : Masalah teratasi
0,5 mg 1x1
P : Rencana tindakan dihentikan
76
BAB V
PEMBAHASAN
1. Riwayat Keperawatan
Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011) bahwa
penderita hipertensi akan mengalami keringat yang banyak (diaforesis),
suhu kulit dingin, sianosis, dan flushing (pheochromocytoma). Sedangkan
pada kasus, penulis tidak menemukan klien berkeringat yang banyak
(diaforesis), suhu kulit dingin, sianosis, dan flushing
(pheochromocytoma)..
2. Riwayat Perubahan Kepribadian
Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011) bahwa
penderita hipertensi akan mengalami depresi, rasa marah kronis (mungkin
mengindikasikan gangguan cerebral), penyempitan lapang perhatian,
menangis,otot wajah tegang terutama disekitar mata, menarik napas
panjang, dan pola bicara cepat. Namun pada kasus, penulis menemukan
bahwa klien mengalami kecemasan (ansietas) namun tidak mengakibatkan
gangguan kepribadian yang kronis dan masih dapat ditangani.
77
3. Neurosensori
Secara teoritis Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011)
bahwa penderita hipertensi akan mengalami episode mati-rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi badan. Gangguan visual (diplopia-pandangan
ganda atau pandangan kabur) dan episode epitaksis. Temuan fisik :
perubahan status mental meliputi kesadaran,orientasi,isi dan pola
pembicaraan, afek yang ridak tepat, proses pikir dan memori. Fundus optik
: pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri,
edema atau papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat dan
lamanya hipertensi. Namun, pada pengkajian ditinjauan kasus penulis
menemukan klien tidak mengalami hal tersebut diatas kecuali adanya
edema.
4. Sirkulasi
Secara teoritis menurut Wajan Juni Udjianti (2011) bahwa
penderita hipertensi akan mengalami sianosis,serta adanya suara napas
tambahan. Namun pada pengkajian ditinjau kasus penulis mendapatkan
tidak mendapatkan sianosis,serta adanya suara napas tambahan kecuali
klien mengalami sesak napas saat beraktivitas atau tanpa adanya aktivitas
yang berarti, takipnea.
78
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi, mual
dan muntah.
e. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.
g. Ansietas berhubungan dengan stress.
Perbedaan atau kesenjangan antara diagnosa keperawatan yang muncul
pada tinjauan kasus dan landasan teoritis terjadi karna ketika dikaji oleh
penulis, tidak menemukan diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi, mual
dan muntah.
2. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi
79
5.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada
tujuan dan kriteria evaluasi yang telah ditentukan yang terdapat pada kasus 5
diagnosa keperawatan. Adapun 2 diagnosa yang belum teratasi yaitu
Penurunan Curah Jantung dan Intoleransi Aktivitas, dan 3 diagnosa yang
telah teratasi yaitu Nyeri Akut, Gangguan Pola Tidur dan Ansietas.
80
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
81
Pada tahap implementasi keperawatan, penulis tidak semua
melaksanakan implementasi ini karna adanya keterbatasan dari waktu,
biaya serta sarana dan prasarana yang terdapat di rumah sakit.
6.2 Saran
3. bagi penulis
82
DAFTAR PUSTAKA
Adib M. 2011 PENGETAHUAN PRAKTIS RAGAM PENYAKIT MEMATIKAN
YANG PALING SERING MENYERANG KITA. Cetakan pertama.
Jogjakarta : Buku Biru
Http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3547.pdf
http://repository.unand.ac.id/17830/1/AFDAL.pdf
http://riskesdas.ac.id/2013.pdf
Sjamsuhidajat, de jong. BUKU AJAR ILMU BEDAH, Edisi 3, Jakarta: EGC 2016
83
Sutanto. 2010. CEGAH DAN TANGKAL PENYAKIT MODERN HIPERTENSI,
STROKE, JANTUNG, KOLESTROL, DAN DIABETES, Edisi I. Yogyakarta :
Andi
84
85