PENGABDIAN MASYARAKAT
OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
T.A 2019
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
1. Judul 6
2. Analisa Situasi 6
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah 7
4. Kerangka Pemecahan Masalah 8
5. Tinjauan Pustaka 9
6. Tujuan dan Manfaat 12
7. Khalayak Sasaran 12
8. Metode Kegiatan 12
9. Rancangan Evaluasi 13
10. Waktu dan Rencana Jadwal Kegiatan 14
11. Organisasi Pelaksana 14
12. Rencana Biaya 16
13. Daftar Pustaka 17
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang atas izinnya
proposal kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa Deteksi Dini dan Screening
Retinopati Hipertensi di Puskesmas Palembang dapat diselesaikan dengan baik.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi sering disebut “the
silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu dirinya mengidap
hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau
komplikasi dari hipertensi. Retinopati hipertensi merupakan salah satu komplikasi
hipertensi.
Kami menyadari walaupun kegiatan ini penting, tanpa dukungan dan bantuan dana
dari pemerintah khususnya Hibah FK Unsri kegiatan ini tidak akan terlaksana. Terima
kasih di ucapkan kepada Dekan, Ketua UPPM FK Unsri, Ketua Program Studi Kesehatan
Mata dan rekan-rekan dosen serta mahasiswa bagian kesehatan mata yang membantu
dalam kegiatan pengabdian ini. Kami menyadari banyak kekurangan dalam proposal
kegiatan ini. Oleh karena itu mohon maaf dan mohon saran, kritik yang membangun untuk
kesempurnaan pada kegiatan mendatang.
4
ABSTRAK
Hipertensi, dikenal juga sebagai tekanan darah yang meningkat atau tinggi, adalah
kondisi dimana pembuluh darah mempunyai tekanan yang selalu tinggi. Tekanan darah
dibentuk oleh tekanan darah yang menekan dinding pembuluh darah (arteri). Diagnosis
hipertensi atau tekanan darah tinggi ditegakkan bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Laporan Statistik Kesehatan Dunia 2012
menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, didapatkan prevalensi hipertensi di Indonesia
adalah 25,8%.1-6
Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak tahu dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya
sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Retinopati hipertensi
merupakan salah satu komplikasi hipertensi. Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi
antara 2%-15%. Pada studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye Study
didapatkan prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Di Indonesia sendiri belum ada data
mengenai prevalensi retinopati hipertensi ini. Retinopati hipertensi melibatkan dua proses
penyakit. Efek akut hipertensi arterial sistemik adalah hasil vasospasme terhadap perfusi
autoregulasi. Efek kronis hipertensi disebabkan oleh arteriosclerosis dan berisiko untuk
hilangnya fungsi penglihatan pasien akibat oklusi pembuluh darah atau
makroaneurisma.4,7,8
Hipertensi arteriol sistemik mempengaruhi lebih dari 65 juta orang Amerika. Saat ini
hipertensi didefinisikan sebagai beberapa stage: prehipertensi jika tekanan darah sistolik
120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg; hipertensi stage 1 jika sistolik 140-159 mmHg
atau diastolik 90-99 mmHg; dan hipertensi stage 2 jika sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolic
≥ 100 mmHg. Hipertensi sistolik isolasi jika sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic di
bawah 90 mmHg.2-4
Bersama dengan jantung, ginjal dan otak, mata adalah organ target hipertensi
sistemik. Efek hipertensi pada mata dapat dilihat di retina, choroid, dan n. opticus.
Perubahan retina dapat diperiksa dan diklasifikasikan menggunakan oftalmoskopi dan
angiografi. Temuan perubahan vaskular pada segmen posterior oleh oftamologis dapat
membantu menegakkan diagnosis hipertensi dan pasien dapat lebih waspada terhadap
komplikasi penyakit ini.5,6
5
1. Judul : Deteksi Dini dan Screening Retinopati Hipertensi di
Puskesmas Palembang
2. Analisa Situasi :
Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia yang masih sering
ditemukan di pelayanan primer kesehatan. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi sebesar 25,8%. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung lama dan persisten dapat menimbulkan
komplikasi di jantung, ginjal, otak dan mata. Pemeriksaan funduskopi merupakan
pemeriksaan non-invasif yang dapat membantu melihat perkembangan penyakit
pasien apakah sudah terdapat komplikasi ke mata. 2
Pada umumnya pasien dengan retinopati hipertensi grade awal tidak
menunjukkan gejala. Namun jika hipertensi tidak terkontrol dalam waktu lama
gejala yang dikeluhkan pasien dapat fatal. Hipertensi maligna akut dapat
menyebabkan nyeri pada mata, sakit kepala dan tajam penglihatan yang menurun.
Perubahan arteriosklerotik kronis akibat hipertensi tidak akan menyebabkan suatu
gejala tunggal. Komplikasi perubahan arteriosklerotik akibat hipertensi dapat
menimbulkan gejala oklusi vascular atau makroaneurisma. 2,7
Hipertensi mempengaruhi arteriol prekapiler dan kapiler, yang merupakan
lokus anatomi dari autoregulasi dan nonperfusi. Episode hipertensi akut dapat
memproduksi focal intraretinal periarteriolar transudates (FIPTs). FIPTs berada
pada tingkat prekapiler, dan oleh karena itu lebih dalam, lebih kecil, dan kurang
putih disbanding cotton-wool spots, yang menandakan iskemik pada jaringan
kapiler raial superfisial. Hipertensi sistemik yang tidak terkontrol menyebabkan
nonperfusi pada berbagai lapisan retina dan rusaknya saraf serta scotoma. Pada
fase kronik, lesi hipertensi pada retina meliputi mikroaneurisma, Intraretinal
Microvascular Abnormalities (IRMAs), perdarahan blot, “hard eksudat”, venous
beading, pembuluh darah retina baru; dua tanda terakhir merupakan tanda iskemik
retinopati. Hubungan antara perubahan vascular hipertensi dan perubahan penyakit
vascular arteriosklerotik sangat komplek, yang berhubungan dengan durasi
hipertensi, keparahan dyslipidemia, usia, dan riwayat merokok. Oleh sebab itu,
klasifikasi perubahan vascular retina disebabkan hanya oleh hipertensi cukup sulit.
Focal arteriolar narrowing yang sering ditemukan dan arterial venous nicking
berhubungan dengan sklerotik vascular dan mempunyai predictive value untuk
hipertensi.6-10
WHO membuat program Vision 2020 untuk menangani permasalahan
kebutaan dan gangguan penglihatan. Vision 2020 adalah suatu inisiatif global untuk
penanganan kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Sekitar 80%
gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia dapat dicegah. Untuk itu
peran aktif kita sebagai lini terdepan dalam pelayanan kesehatan sangat penting
untuk mencegah terjadinya avoidable blindness. Puskesmas sebagai ujung tombak
layanan kesehatan masyarakat terdepan dapat menjadi pintu deteksi dini dan
screening awal retinopati diabetik.5
7
4. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Output:
Outcome:
8
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1. Definisi
Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Joint National Committee on
terdapat sedikit perubahan pada JNC 8, antara lain pada pasien berusia 60 tahun ke atas,
target tekanan darah sistolik adalah < 150 mmHg, dan target tekanan darah pada pasien
dewasa dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis menjadi < 140 mmHg. Komplikasi
hipertensi dapat mengenai berbagai organ target seperti jantung, otak, ginjal, mata, dan
arteri perifer. Komplikasi pada mata dapat berupa retinopati, optic neuropati, dan
choroidopati.1-6
Retina adalah lapisan yang terletak di belakang bola mata. Lapisan ini mengubah
cahaya menjadi sinyal saraf yang kemudian dikirim ke otak untuk interpretasi. Ketika
tekanan darah terlalu tinggi, dinding pembuluh darah retina dapat menebal. Hal ini dapat
sampai ke retina. Pada beberapa kasus, retina menjadi edem. Seiring berjalannya waktu,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina,
sehingga membatasi fungsi retina, dan memberikan tekanan pada nervus opticus,
5.2 Epidemiologi
Laporan Statistik Kesehatan Dunia 2012 menyebutkan bahwa satu dari tiga orang
dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
didapatkan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 25,8%. Prevalensi retinopati
hipertensi bervariasi antara 2%-15%. Pada studi epidemiologi yang dilakukan oleh
Framingham Eye Study didapatkan prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Di Indonesia
sendiri belum ada data mengenai prevalensi retinopati hipertensi ini. 2,10
5.3 Patofisiologi
9
Arteriol merespon peningkatan tekanan luminal dengan vasokonstriksi untuk
Perdarahan retina terjadi ketika pembuluh darah yang nekrotik perdarahan ke nerve
fiber layer (perdarahan flame shaped) atau inner retina (perdarahan dot blot). Cotton wool
spot disebabkan oleh iskemik pada nerve fiber layer yang disebabkan nekrosis fibrin dan
penyempitan lumen. Iskemik pada nerve fiber menyebabkan penurunan aliran axoplasmic,
edema nervus, dan terutama opasifikasi yang fluffy. Eksudat terjadi belakangan,
mengelilingi area perdarahan, sebagai hasil akumulasi lipid. Papilledema disebabkan oleh
kebocoran dan iskemik arteriol yang memperdarahi diskus optikus yang mengalami
nekrosis fibrin. Iskemia menyebabkan edem papil dan batas yang tidak tegas, sementara
kondisi ini telah berkembang secara progresif. Kemungkinan tanda dan gejala meliputi:
penurunan visus, pecahnya pembuluh darah, dan pandangan ganda yang disertai sakit
kepala. Anamnesis harus difokuskan pada riwayat penyakit hipertensi, gejala hiperetensi,
ditanyakan tentang keparahan dan durasi hipertensi, tentang riwayat pemakaian obat dan
kepatuhan. Gejala hipertensi yang harus ditanyakan antara lain, sakit kepala, nyeri bola
mata, penurunan visus, deficit neurologis fokal, nyeri dada, sesak nafas, sesak saat
aktivitas, sesak nocturnal paroksismal, dan palpitasi. Pasien juga harus ditanyakan
tentang komplikasi hipertensi, yaitu riwayat stroke dan transient ischemic attack, riwayat
penyakit pembuluh darah perifer atau coroner, dan riwayat serangan jantung. 12
10
Tanda yang sering ditemukan adalah penyempitan arteriolar fokal dan arterial
5.5. Diagnosis
Diagnosis retinopati hipertensi berdasarkan pada gejala klinis yang ditemukan pada
pemeriksaan funduskopi dengan pupil yang didilatasi dan adanya riwayat hipertensi. 11-13
5.6. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk hipertensi meliputi diet tinggi garam, obesitas, merokok, alcohol,
riwayat keluarga, stress, dan latar belakang etnis. Risiko utama untuk retinopati hipertensi
arteriosklerotik adalah durasi peningkatan tekanan darah. Risiko utama untuk hipertensi
11
6. TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan
Tujuan Umum : mendeteksi Retinopati Hipertensi pada pasien hipertensi
Tujuan Khusus :
1. Melakukan skrining retinopati hipertensi pada pasien di Puskesmas
2. Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien terhadap retinopati
hipertensi
3. Memberikan penyuluhan tentang retinopati hipertensi
B. Manfaat
1. Secara teori
a. Mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu kesehatan mata
b. Dapat menjadi data dasar yang berguna bagi kegiatan pengabdian dan penelitian
yang akan datang.
2. Secara Praktik
a. Bagi masyarakat : secara kognitif mendapat tambahan ilmu tentang retinopati
hipertensi, gejala, komplikasi dan tatalaksananya
3. Tersosialisasinya ke masyarakat kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh para
dosen Unsri
7. KHALAYAK SASARAN
Seluruh penderita dengan diagnosis hipertensi yang berobat ke Puskesmas
Dempo, Merdeka, dan Pembina Palembang.
8. METODE KEGIATAN
a. Penyuluhan tentang retinopati hipertensi
b. Skrining retinopati hipertensi
12
9. RANCANGAN EVALUASI
1. Aspek kognitif
a. Dapat penyebutkan pengertian retinopati hipertensi
b. Mengetahui tanda dan gejala retinopati hipertensi
c. Mengetahui komplikasi retinopati hipertensi
d. Mengetahui tatalaksana retinopati hipertensi
2. Aspek afektif
a. Menyatakan mau dan senang karena mengikuti kegiatan penyuluhan dan
skrining retinopati hipertensi
b. Menyatakan mau dan senang mendapatkan informasi tentang retinopati
hipertensi
c. Menyadari pentingnya komplikasi retinopati hipertensi
3. Aspek psikomotor/tindakan
a. Mampu berdiskusi perihal retinopati hipertensi
b. Memperhatikan dan aktif bertanya selama kegiatan penyuluhan.
13
10. WAKTU DAN RENCANA JADWAL KEGIATAN
1. Membuat √ Kunjungan
Proposal 1.
Identifikasi
2. Menunggu √
masalah
hasil seleksi
kunjungan
3. Penanda √
2. kontrak
tanganan
dengan
kontrak dan
pihak
pencairan
puskesma
dana
s
4. Pelaksanaa √
n kegiatan 3.
pelaksana
5. Monitoring √ an
dan kegiatan
evaluasi kunjungan
kegiatan
4.
6. Lokarkarya √ penyeraha
ekspose n laporan
hasil kegiatan
kegiatan
7. Penyerahan √
laporan
akhir
8. Publikasi √
hasil
kegiatan
14
11. ORGANISASI PELAKSANA
1. Ketua Pelaksana
a. Nama : Dr. dr. Ramzi Amin, SpM(K)
b. Tempat/tanggal lahir : Palembang, 26 Desember 1974
c. NIP : 19741226200801011002
d. Pangkat/Golongan : Penata muda/III C
e. Jabatan fungsional : Lektor
f. Pendidikan : Spesialis Mata
g. Bidang keahlian : Ilmu Kesehatan Mata
h. Program studi : Kesehatan Mata
i. Fakultas : Kedokteran
j. Alamat : Kompleks Kenten Permai Blok F1 no 8
Palembang
2. Anggota
a. Nama : dr. Petty Purwanita, SpM(K)
b. Tempat/tanggal lahir : Sei Gerong, 26 Februari 1981
c. NIM : 197305162001122001
d. Program studi : Kesehatan Mata
e. Fakultas : Kedokteran
f. Alamat : Jalan Ogan 1155 RT 39 RW 12. Bukit Besar.
Palembang
15
Jenis Kegiatan Yang diperlukan Rincian Biaya
A. SEBELUM 1. ATK, Fotokopi, 300.000 500.000
(pembuatan transportasi
Proposal) kunjungan
pendahuluan
B. Kegiatan 1. Snack peserta 150 orang x 4.500.000
Inti/Penyuluhan dan tim 30.000
2. Obat-obatan
dan peralatan 750.000 750.000
untuk skrining
RD
3. Sewa kamera & 500.000 500.000
LCD
4. Konsumsi dan 3.000.000 3.000.000
Transportasi tim
C. SESUDAH 1. ATK 200.000
KEGIATAN 2. 7 eksemplar 7x50.000 350.000
(pembuatan fotokopi dan jilid
laporan) 3. Transportasi
200.000
SELURUH DANA YANG DIBUTUHKAN A+B+C 10.000.000
16
DAFTAR PUSTAKA
2. InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hipertensi. 2014.
10. Jeganathan SE, Cheung N, et al. Prevalence and Risk Factors of Retinopathy in an
Asian Population Without Diabetes. Arch Ophthalmol. 2010.
doi:10.1001/archophthalmol.2009.330.
17
18