Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

PENGABDIAN MASYARAKAT

DETEKSI DINI DAN SCREENING RETINOPATI HIPERTENSI DI


PUSKESMAS PALEMBANG

OLEH:

Dr. dr. Ramzi Amin, SpM (K)


dr. Petty Purwanita, SpM (K)
dr. Eka Rahmadini HS
dr. Vidya Hestika

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

T.A 2019
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul : Deteksi Dini dan Screening Retinopati Hipertensi di Puskesmas Palembang


2. Ketua Pelaksana
a. Nama : Dr. dr. Ramzi Amin, SpM(K)
b. NIP : 19741226200801011002
c. Pangkat/Golongan : Penata /III C
d. Jabatan Fungsional : Lektor
e. Fakultas : Kedokteran
f. Jurusan : Kesehatan Mata
g. Keahlian dan gelar akademik :Spesialis Mata (Konsultan)
3. Anggota Pelaksana

No. Nama lengkap NIP/NIM Prodi/Jurusan Dosen/Mahasiswa


& Gelar
1 Dr. dr. Ramzi 197412262008011002 Kesehatan Mata Dosen
Amin, SpM(K)
2 dr. Petty 197305162001122001 Kesehatan Mata Dosen
Purwanita, SpM
(K)
3 dr. Eka 04032781621001 Kesehatan Mata Mahasiswa
Rahmadini HS
4 dr. Vidya 04032781621002 Kesehatan Mata Mahasiswa
Hestika

4. Jangka Waktu Kegiatan : 1 bulan


5. Model Kegiatan : Visitasi
6. Metode Kegiatan : Penyuluhan dan Pemeriksaan Oftalmologis
7. Ipteks yang diintroduksi : Pengetahuan tentang Retinopati Hipertensi
8. Khalayak sasaran : 150 Pasien
9. Sumber biaya yang diperlukan
a. Dana FK UNSRI : Rp. 10.000.000,-

Mengetahui, Palembang, 2 September 2019


Ketua Bagian Kesehatan Mata Ketua Pelaksana

dr. H. E. Iskandar, SpM(K), MARS Dr.dr. Ramzi Amin, SpM(K)


NIP 196006141989011001 NIP 197412262008011002

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii

1. Judul 6
2. Analisa Situasi 6
3. Identifikasi dan Perumusan Masalah 7
4. Kerangka Pemecahan Masalah 8
5. Tinjauan Pustaka 9
6. Tujuan dan Manfaat 12
7. Khalayak Sasaran 12
8. Metode Kegiatan 12
9. Rancangan Evaluasi 13
10. Waktu dan Rencana Jadwal Kegiatan 14
11. Organisasi Pelaksana 14
12. Rencana Biaya 16
13. Daftar Pustaka 17

3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang atas izinnya
proposal kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa Deteksi Dini dan Screening
Retinopati Hipertensi di Puskesmas Palembang dapat diselesaikan dengan baik.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi sering disebut “the
silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak tahu dirinya mengidap
hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau
komplikasi dari hipertensi. Retinopati hipertensi merupakan salah satu komplikasi
hipertensi.

Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi antara 2%-15%. Pada studi epidemiologi


yang dilakukan oleh Framingham Eye Study didapatkan prevalensi rata-rata kurang dari
1%. Di Indonesia sendiri belum ada data mengenai prevalensi retinopati hipertensi ini.
Gangguan penglihatan dan kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
perlu ditangani dengan sungguh-sungguh oleh pemerintah bersama masyarakat. Selain
itu, gangguan penglihatan dan kebutaan dapat mempengaruhi kualitas hidup dan
produktivitas masyarakat indonesia.

Kami menyadari walaupun kegiatan ini penting, tanpa dukungan dan bantuan dana
dari pemerintah khususnya Hibah FK Unsri kegiatan ini tidak akan terlaksana. Terima
kasih di ucapkan kepada Dekan, Ketua UPPM FK Unsri, Ketua Program Studi Kesehatan
Mata dan rekan-rekan dosen serta mahasiswa bagian kesehatan mata yang membantu
dalam kegiatan pengabdian ini. Kami menyadari banyak kekurangan dalam proposal
kegiatan ini. Oleh karena itu mohon maaf dan mohon saran, kritik yang membangun untuk
kesempurnaan pada kegiatan mendatang.

4
ABSTRAK

Hipertensi, dikenal juga sebagai tekanan darah yang meningkat atau tinggi, adalah
kondisi dimana pembuluh darah mempunyai tekanan yang selalu tinggi. Tekanan darah
dibentuk oleh tekanan darah yang menekan dinding pembuluh darah (arteri). Diagnosis
hipertensi atau tekanan darah tinggi ditegakkan bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Laporan Statistik Kesehatan Dunia 2012
menyebutkan bahwa satu dari tiga orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, didapatkan prevalensi hipertensi di Indonesia
adalah 25,8%.1-6

Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak tahu dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya
sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Retinopati hipertensi
merupakan salah satu komplikasi hipertensi. Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi
antara 2%-15%. Pada studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye Study
didapatkan prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Di Indonesia sendiri belum ada data
mengenai prevalensi retinopati hipertensi ini. Retinopati hipertensi melibatkan dua proses
penyakit. Efek akut hipertensi arterial sistemik adalah hasil vasospasme terhadap perfusi
autoregulasi. Efek kronis hipertensi disebabkan oleh arteriosclerosis dan berisiko untuk
hilangnya fungsi penglihatan pasien akibat oklusi pembuluh darah atau
makroaneurisma.4,7,8

Hipertensi arteriol sistemik mempengaruhi lebih dari 65 juta orang Amerika. Saat ini
hipertensi didefinisikan sebagai beberapa stage: prehipertensi jika tekanan darah sistolik
120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg; hipertensi stage 1 jika sistolik 140-159 mmHg
atau diastolik 90-99 mmHg; dan hipertensi stage 2 jika sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolic
≥ 100 mmHg. Hipertensi sistolik isolasi jika sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic di
bawah 90 mmHg.2-4

Bersama dengan jantung, ginjal dan otak, mata adalah organ target hipertensi
sistemik. Efek hipertensi pada mata dapat dilihat di retina, choroid, dan n. opticus.
Perubahan retina dapat diperiksa dan diklasifikasikan menggunakan oftalmoskopi dan
angiografi. Temuan perubahan vaskular pada segmen posterior oleh oftamologis dapat
membantu menegakkan diagnosis hipertensi dan pasien dapat lebih waspada terhadap
komplikasi penyakit ini.5,6

5
1. Judul : Deteksi Dini dan Screening Retinopati Hipertensi di
Puskesmas Palembang
2. Analisa Situasi :
Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia yang masih sering
ditemukan di pelayanan primer kesehatan. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi sebesar 25,8%. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung lama dan persisten dapat menimbulkan
komplikasi di jantung, ginjal, otak dan mata. Pemeriksaan funduskopi merupakan
pemeriksaan non-invasif yang dapat membantu melihat perkembangan penyakit
pasien apakah sudah terdapat komplikasi ke mata. 2
Pada umumnya pasien dengan retinopati hipertensi grade awal tidak
menunjukkan gejala. Namun jika hipertensi tidak terkontrol dalam waktu lama
gejala yang dikeluhkan pasien dapat fatal. Hipertensi maligna akut dapat
menyebabkan nyeri pada mata, sakit kepala dan tajam penglihatan yang menurun.
Perubahan arteriosklerotik kronis akibat hipertensi tidak akan menyebabkan suatu
gejala tunggal. Komplikasi perubahan arteriosklerotik akibat hipertensi dapat
menimbulkan gejala oklusi vascular atau makroaneurisma. 2,7
Hipertensi mempengaruhi arteriol prekapiler dan kapiler, yang merupakan
lokus anatomi dari autoregulasi dan nonperfusi. Episode hipertensi akut dapat
memproduksi focal intraretinal periarteriolar transudates (FIPTs). FIPTs berada
pada tingkat prekapiler, dan oleh karena itu lebih dalam, lebih kecil, dan kurang
putih disbanding cotton-wool spots, yang menandakan iskemik pada jaringan
kapiler raial superfisial. Hipertensi sistemik yang tidak terkontrol menyebabkan
nonperfusi pada berbagai lapisan retina dan rusaknya saraf serta scotoma. Pada
fase kronik, lesi hipertensi pada retina meliputi mikroaneurisma, Intraretinal
Microvascular Abnormalities (IRMAs), perdarahan blot, “hard eksudat”, venous
beading, pembuluh darah retina baru; dua tanda terakhir merupakan tanda iskemik
retinopati. Hubungan antara perubahan vascular hipertensi dan perubahan penyakit
vascular arteriosklerotik sangat komplek, yang berhubungan dengan durasi
hipertensi, keparahan dyslipidemia, usia, dan riwayat merokok. Oleh sebab itu,
klasifikasi perubahan vascular retina disebabkan hanya oleh hipertensi cukup sulit.
Focal arteriolar narrowing yang sering ditemukan dan arterial venous nicking
berhubungan dengan sklerotik vascular dan mempunyai predictive value untuk
hipertensi.6-10
WHO membuat program Vision 2020 untuk menangani permasalahan
kebutaan dan gangguan penglihatan. Vision 2020 adalah suatu inisiatif global untuk
penanganan kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. Sekitar 80%
gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia dapat dicegah. Untuk itu
peran aktif kita sebagai lini terdepan dalam pelayanan kesehatan sangat penting
untuk mencegah terjadinya avoidable blindness. Puskesmas sebagai ujung tombak
layanan kesehatan masyarakat terdepan dapat menjadi pintu deteksi dini dan
screening awal retinopati diabetik.5

3. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

Hipertensi merupakan masalah yang sering ditemukan pada pelayanan


kesehatan primer. Sampai saat ini pengontrolan hipertensi belum adekuat
meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Hal ini dipengaruhi banyak
faktor, baik dari petugas kesehatan maupun pasien. Pemahaman pasien terhadap
penyakit dan kepatuhan pasien untuk memakai obat sangat penting dalam rangka
mengontrol hipertensi. Pada umumnya kepatuhan pasien rendah bila pasien
merasa tidak ada keluhan akibat penyakitnya. Namun apabila petugas kesehatan
dapat menunjukkan komplikasi yang dapat diderita pasien, seperti ancaman
kebutaan, diharapkan kepatuhan pasien dapat meningkat.

Identifikasi dan penegakan diagnosis retinopati hipertensi membutuhkan


dokter spesialis mata untuk pemeriksaan pasien. Umumnya dokter spesialis mata
tidak banyak bertugas di puskesmas. Sehingga untuk kasus hipertensi yang dapat
diselesaikan di fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, angka retinopati
hipertensi yang sesungguhnya tidak diketahui. Selain itu kesadaran pasien yang
kurang mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara rutin juga
menyebabkan prevalensi retinopati hipertensi tidak diketahui.

7
4. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

Input: Pasien PUSKESMAS

Proses yang dilakukan:

1. Penyuluhan tentang Retinopati hipertensi


2. Screening Retinopati hipertensi

Output:

1. Terdapat penambahan pengetahuan tentang retinopati hipertensi


setelah penyuluhan sesuai dengan tujuan kegiatan
2. Terdapat perubahan sikap positif yang kuat, berniat untuk lebih
memperhatikan tentang penurunan penglihatan pada retinopati
hipertensi dan tatalaksana yang dapat dilakukan

Outcome:

Mengetahui tentang retinopati hipertensi, pencegahan,


komplikasi dan pengobatannya

8
5. TINJAUAN PUSTAKA

5.1. Definisi
Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥

140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment oh High Pressure 7, 2003). Namun

terdapat sedikit perubahan pada JNC 8, antara lain pada pasien berusia 60 tahun ke atas,

target tekanan darah sistolik adalah < 150 mmHg, dan target tekanan darah pada pasien

dewasa dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis menjadi < 140 mmHg. Komplikasi

hipertensi dapat mengenai berbagai organ target seperti jantung, otak, ginjal, mata, dan

arteri perifer. Komplikasi pada mata dapat berupa retinopati, optic neuropati, dan

choroidopati.1-6

Retina adalah lapisan yang terletak di belakang bola mata. Lapisan ini mengubah

cahaya menjadi sinyal saraf yang kemudian dikirim ke otak untuk interpretasi. Ketika

tekanan darah terlalu tinggi, dinding pembuluh darah retina dapat menebal. Hal ini dapat

menyebabkan pembuluh darah menjadi menyempit, yang kemudian menghambat darah

sampai ke retina. Pada beberapa kasus, retina menjadi edem. Seiring berjalannya waktu,

tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina,

sehingga membatasi fungsi retina, dan memberikan tekanan pada nervus opticus,

menyebabkan gangguan penglihatan. Kondisi ini disebut retinopati hipertensi. 11-13

5.2 Epidemiologi

Laporan Statistik Kesehatan Dunia 2012 menyebutkan bahwa satu dari tiga orang
dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
didapatkan prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 25,8%. Prevalensi retinopati
hipertensi bervariasi antara 2%-15%. Pada studi epidemiologi yang dilakukan oleh
Framingham Eye Study didapatkan prevalensi rata-rata kurang dari 1%. Di Indonesia
sendiri belum ada data mengenai prevalensi retinopati hipertensi ini. 2,10

5.3 Patofisiologi
9
Arteriol merespon peningkatan tekanan luminal dengan vasokonstriksi untuk

mengurangi aliran darah. Kondisi patologi berkembang ketika peningkatan tekanan

menyebabkan kerusakan endotel. Degenerasi otot polos arteriolar menyebabkan

kerusakan endothelium sehingga terjadi kebocoran plasma ke dinding pembuluh darah.

Pembekuan plasma di dalam dinding pembuluh darah menyebabkan penebalan dinding

dan penyempitan lumen. Proses ini disebut nekrosis fibrin. 7,12

Perdarahan retina terjadi ketika pembuluh darah yang nekrotik perdarahan ke nerve

fiber layer (perdarahan flame shaped) atau inner retina (perdarahan dot blot). Cotton wool

spot disebabkan oleh iskemik pada nerve fiber layer yang disebabkan nekrosis fibrin dan

penyempitan lumen. Iskemik pada nerve fiber menyebabkan penurunan aliran axoplasmic,

edema nervus, dan terutama opasifikasi yang fluffy. Eksudat terjadi belakangan,

mengelilingi area perdarahan, sebagai hasil akumulasi lipid. Papilledema disebabkan oleh

kebocoran dan iskemik arteriol yang memperdarahi diskus optikus yang mengalami

nekrosis fibrin. Iskemia menyebabkan edem papil dan batas yang tidak tegas, sementara

kebocoran menyebabkan perdarahan dan edem papil. 7,12

5.4. Gejala dan Tanda Retinopati Hipertensi


Pasien dengan retinopati hipertensi umumnya tidak menunjukkan gejala sampai

kondisi ini telah berkembang secara progresif. Kemungkinan tanda dan gejala meliputi:

penurunan visus, pecahnya pembuluh darah, dan pandangan ganda yang disertai sakit

kepala. Anamnesis harus difokuskan pada riwayat penyakit hipertensi, gejala hiperetensi,

dan komplikasinya. Untuk mengukur keparahan penyakit hipertensi, pasien harus

ditanyakan tentang keparahan dan durasi hipertensi, tentang riwayat pemakaian obat dan

kepatuhan. Gejala hipertensi yang harus ditanyakan antara lain, sakit kepala, nyeri bola

mata, penurunan visus, deficit neurologis fokal, nyeri dada, sesak nafas, sesak saat

aktivitas, sesak nocturnal paroksismal, dan palpitasi. Pasien juga harus ditanyakan

tentang komplikasi hipertensi, yaitu riwayat stroke dan transient ischemic attack, riwayat

penyakit pembuluh darah perifer atau coroner, dan riwayat serangan jantung. 12

10
Tanda yang sering ditemukan adalah penyempitan arteriolar fokal dan arterial

venous nicking yang disebabkan sclerosis vascular. Klasifikasi retinopati arterilosklerotik

adalah Modified Scheie Classification pada “Retinopati Hipertensi”, yaitu: 7,12


Grade 0: tidak ada perubahan
Grade 1: penyempitan arteri yang baru terdeteksi
Grade 2: penyempitan arterial yang nyata dengan irregularitas fokal
Grade 3: grade 2 ditambah perdarahan retina dan/atau eksudat
Grade 4: grade 3 ditambah edem papil

5.5. Diagnosis
Diagnosis retinopati hipertensi berdasarkan pada gejala klinis yang ditemukan pada

pemeriksaan funduskopi dengan pupil yang didilatasi dan adanya riwayat hipertensi. 11-13
5.6. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk hipertensi meliputi diet tinggi garam, obesitas, merokok, alcohol,

riwayat keluarga, stress, dan latar belakang etnis. Risiko utama untuk retinopati hipertensi

arteriosklerotik adalah durasi peningkatan tekanan darah. Risiko utama untuk hipertensi

maligna adalah tingginya peningkatan tekanan darah di atas normal. 11-13

11
6. TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan
Tujuan Umum : mendeteksi Retinopati Hipertensi pada pasien hipertensi
Tujuan Khusus :
1. Melakukan skrining retinopati hipertensi pada pasien di Puskesmas
2. Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien terhadap retinopati
hipertensi
3. Memberikan penyuluhan tentang retinopati hipertensi
B. Manfaat
1. Secara teori
a. Mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu kesehatan mata
b. Dapat menjadi data dasar yang berguna bagi kegiatan pengabdian dan penelitian
yang akan datang.
2. Secara Praktik
a. Bagi masyarakat : secara kognitif mendapat tambahan ilmu tentang retinopati
hipertensi, gejala, komplikasi dan tatalaksananya
3. Tersosialisasinya ke masyarakat kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh para
dosen Unsri

7. KHALAYAK SASARAN
Seluruh penderita dengan diagnosis hipertensi yang berobat ke Puskesmas
Dempo, Merdeka, dan Pembina Palembang.

8. METODE KEGIATAN
a. Penyuluhan tentang retinopati hipertensi
b. Skrining retinopati hipertensi

12
9. RANCANGAN EVALUASI

1. Aspek kognitif
a. Dapat penyebutkan pengertian retinopati hipertensi
b. Mengetahui tanda dan gejala retinopati hipertensi
c. Mengetahui komplikasi retinopati hipertensi
d. Mengetahui tatalaksana retinopati hipertensi
2. Aspek afektif
a. Menyatakan mau dan senang karena mengikuti kegiatan penyuluhan dan
skrining retinopati hipertensi
b. Menyatakan mau dan senang mendapatkan informasi tentang retinopati
hipertensi
c. Menyadari pentingnya komplikasi retinopati hipertensi
3. Aspek psikomotor/tindakan
a. Mampu berdiskusi perihal retinopati hipertensi
b. Memperhatikan dan aktif bertanya selama kegiatan penyuluhan.

13
10. WAKTU DAN RENCANA JADWAL KEGIATAN

No Uraian Bulan keterangan


Kegiatan
Septem Oktober Desember
ber

1. Membuat √ Kunjungan
Proposal 1.
Identifikasi
2. Menunggu √
masalah
hasil seleksi
kunjungan
3. Penanda √
2. kontrak
tanganan
dengan
kontrak dan
pihak
pencairan
puskesma
dana
s
4. Pelaksanaa √
n kegiatan 3.
pelaksana
5. Monitoring √ an
dan kegiatan
evaluasi kunjungan
kegiatan
4.
6. Lokarkarya √ penyeraha
ekspose n laporan
hasil kegiatan
kegiatan

7. Penyerahan √
laporan
akhir

8. Publikasi √
hasil
kegiatan

14
11. ORGANISASI PELAKSANA

1. Ketua Pelaksana
a. Nama : Dr. dr. Ramzi Amin, SpM(K)
b. Tempat/tanggal lahir : Palembang, 26 Desember 1974
c. NIP : 19741226200801011002
d. Pangkat/Golongan : Penata muda/III C
e. Jabatan fungsional : Lektor
f. Pendidikan : Spesialis Mata
g. Bidang keahlian : Ilmu Kesehatan Mata
h. Program studi : Kesehatan Mata
i. Fakultas : Kedokteran
j. Alamat : Kompleks Kenten Permai Blok F1 no 8
Palembang

2. Anggota
a. Nama : dr. Petty Purwanita, SpM(K)
b. Tempat/tanggal lahir : Sei Gerong, 26 Februari 1981
c. NIM : 197305162001122001
d. Program studi : Kesehatan Mata
e. Fakultas : Kedokteran
f. Alamat : Jalan Ogan 1155 RT 39 RW 12. Bukit Besar.
Palembang

a. Nama : dr. Eka Rahmadini HS


b. Tempat/tanggal lahir : Pangkalpinang, 10 Mei 1986
c. NIM : 04032781621001
d. Program studi : Kesehatan Mata
e. Fakultas : Kedokteran
f. Alamat : Jalan Madang Dalam II Lorong Damai II No.
1509 A Rt.002 Rw.001 Kel. Pahlawan
Kec. Kemuning Palembang

a. Nama : dr. Vidya Hestika


b. Tempat/tanggal lahir : Sungai Penuh, 3 September 1986
c. NIM : 04032781621002
d. Program studi : Kesehatan Mata
e. Fakultas : Kedokteran
f. Alamat : Jalan Mayor Mahidin No.88A Rt. 002 Rw. 001
Kel. Pahlawan Kec. Kemuning Palembang

12. RENCANA BIAYA

15
Jenis Kegiatan Yang diperlukan Rincian Biaya
A. SEBELUM 1. ATK, Fotokopi, 300.000 500.000
(pembuatan transportasi
Proposal) kunjungan
pendahuluan
B. Kegiatan 1. Snack peserta 150 orang x 4.500.000
Inti/Penyuluhan dan tim 30.000
2. Obat-obatan
dan peralatan 750.000 750.000
untuk skrining
RD
3. Sewa kamera & 500.000 500.000
LCD
4. Konsumsi dan 3.000.000 3.000.000
Transportasi tim
C. SESUDAH 1. ATK 200.000
KEGIATAN 2. 7 eksemplar 7x50.000 350.000
(pembuatan fotokopi dan jilid
laporan) 3. Transportasi
200.000
SELURUH DANA YANG DIBUTUHKAN A+B+C 10.000.000

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Alexander, MR. Hypertension. https://emedicine.medscape.com/article/241381-


overview. Last updated: 22 Februari 2019.

2. InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Hipertensi. 2014.

3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana


Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi Pertama. 2015.

4. Muhadi. JNC 8: Evidence Based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa.


Divisi Kardiologi Departeman Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo. Jakarta. Indonesia. CDK-236/vol. 43, no.1.
2016.

5. World Health Organization. Hypertension. https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/hypertension. Last updated: 16 Mei 2019.

6. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan RI.


Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Bakti Husada.
2010.

7. American Academy of Ophthalmology Staff. Other Retinal Vascular Disease. In


Retina and Vitreous. United State of America: American Academy of Ophthalmology
Section 12. 2018-2019.

8. Grosso A, Veglio F, et al. Hypertensive Retinopathy Revisited: some answers, more


questions. British Journal of Ophthalmology. Vol 89 Issue 12.
http://dx.doi.org/10.1136/bjo.2005.072546

9. Klein R, Moss SE. Blood Pressure, Hypertension, and Retinopathy in a Population.


Transactions of The American Ophthalmological Society. 1993.

10. Jeganathan SE, Cheung N, et al. Prevalence and Risk Factors of Retinopathy in an
Asian Population Without Diabetes. Arch Ophthalmol. 2010.
doi:10.1001/archophthalmol.2009.330.

11. Oh KT. Ophthalmologic Manifestations of Hypertension.


https://emedicine.medscape.com/article/1201779-overview. Last updated: 20
September 2018.

12. Kim JE, et al. Hypertensive Retinopathy. American Academy of Ophthalmology.


https://eyewiki.aao.org/Hypertensive_retinopathy. Last updated: 11 Juni 2019.

13. Kim, Steven. Making Sense of Hypertensive Retinopathy. Unicef.


https://www.healthline.com/health/hypertensive-retinopathy. 2016.

17
18

Anda mungkin juga menyukai