Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2017


UNIVERSITAS PATTIMURA

RETINOPATI DIABETIK

Disusun oleh:
1. Sally Neilvinda Poermara (2012-83-008)
2. Danetsye Samallo (2012-83-013)
3. Rahmi R. Kubangun (2012-83-015)

Konsulen
dr. Elna Anakotta, Sp,M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas kasih dan anugerahanya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan

judul Retinopati Diabetik. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat kelulusan

pada kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan Mata di RSUD Dr. M. Haulussy

Ambon.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Elna Anakotta, Sp.M selaku

pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan referat ini, serta

semua pihak yang telah membantu hingga selesainya referat ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini

disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa

yang akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Ambon, Agustus 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................................................................4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 0

ANATOMI ..............................................................................................................0

FISIOLOGI ..............................................................................................................0

RETINOPATI DIABETIK ...................................................................................... 0

1. Definisi .....................................................................................................0

2. Etiologi ....................................................................................................0

3. Faktor Risiko ............................................................................................ 0

4. Patofisiologi .............................................................................................. 0

5. Klasifikasi .................................................................................................0

6. Manifestasi Klinis ....................................................................................0

7. Penegakkan Diagnosis .............................................................................0

8. Penatalaksanaan ....................................................................................... 0

9. Skrining dan Pencegahan .........................................................................0

10. Prognosis .................................................................................................0

BAB III

KESIMPULAN ........................................................................................................0

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 0

3
BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif yang ditandai

dengan meningkatnya gula darah atau hiperglikemia yang disebabkan karena adanya

kelainan pada sekresi insulin, kerja dari insulin maupun keduanya. Diabetes melitus

merupakan penyakit metabolik yang mempunya angka morbiditas dan mortalitas yang

cukup tinggi.1

Berdasarkan data yang didapatkan Internasional of Diabetic Ferderation (IDF)

bahwa prevalensi penderita diabetes melitus pada Tahun 2014 sebesar 8,3% dari

keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi

387 juta kasus. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke tujuh dengan

jumlah penderita diabetes melitus yaitu 8,5 juta setelah Cina, India dan Amerika

Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun

2030 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.2

DM dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi mikrovaskular salah

stunya pada mata, yaitu diabetik retinopati yang dapat berlanjut menjadi kebuataan.

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan terbesar di Amerika Serikat,

dengan jumlah penderita sebanyak 4,1 juta orang. Penelitian epidemiologis di

Amerika, Australia, Eropa dan Asia melaporkan bahwa jumlah penderita retinopati

diabetik akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun 2012 menjadi 154,9 juta pada

tahun 2030 dengan 30% di antaranya terancam kebutaan.2

Berdasarkan data yang didapatkan dari The Diab Care Asia Tahun 2008

dengan melibatkan 1.785 penderita DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder

di Indonesia melaporkan bahwa 42% penderita DM akan mengalami komplikasi

retinopati dan 6,4% diantaranya merupakan retinopati DM proliferatif. Retinopati

4
diabetik merupakan penyulit penyakit diabetes yang paling penting, karena

insidensinya yang cukup tinggi yaitu mencapai 40-50% penderita diabetes dan

prognosisnya yang kurang baik terutama bagi penglihatan.2

Penatalaksanaan serta prognosis retinopati diabetik disesuaikan berdasarkan

pembagiannya yaitu retinopati diabetik non proliferatif dan retinopati diabetik

proliferatf. Dokter umum di pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting

dalam deteksi dini retinopati diabetik, penatalaksanaan awal, menentukan kasus

rujukan ke dokter spesialis mata dan menerimanya kembali. Apabila peranan tersebut

dilaksa-nakan dengan baik, maka risiko kebutaan akan menurun hingga mencapai

lebih dari 90%. 1,2

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI
2. FISIOLOGI
3. DEFINISI
Suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan

pembuluh darah halus yang meliputi arterial pre-kapiler retina, kapiler-kapiler, dan

vena retina. Retinopati diabetik merupakan kelainan retina yang muncul pada seluruh

pasien dengan diabetes mellitus berkepanjangan, sebagai salah satu penyebab

kebutaan yang paling umum. Pasien dengan diabetes melitus (OM) tipe I tidak

mengalami retinopati hingga 3-5 tahun awitan penyakit, sementara penderita OM tipe

II sering mengalami retinopati pada saat diagnosis.3

4. ETIOLOGI
Menurut America Academy of Opthalmology, penyeba pasti dari penyakit

retinopatik diabetik masih belum jelas atau idiopatik. Namun diyakini bahwa

perubahan biokimia dan fisiologi karena terpajan dengan hiperglikemia yang lama,

sehingga terjadi gangguan endotel vaskuler. Kelainan hematologik dan biokimia

berhubungan dengan prevalensi dan tingkat keparahan retinopati.4

Perubahan pembuluh darah ada retinopati diabetic, yaitu :5

a. Peningkatan adhesi platelet

b. Peningkatan agregasi eritrosit

c. Serum lipid yang abnormal

d. Fibrinolisis yang tidak sempurna

e. Abnormalnya kadar hormon pertumbuhan

f. Tidak seimbangnya vascular endothelial growth factor (VEGF)

6
5. FAKTOR RISIKO3
1. Lamanya pasien menderita diabetes. Setelah 10 tahun. 60% pasien mengalami

retinopati. dan setelah 15 tahun, 80% pasien mengalami retinopati.

2. Beratnya hiperglikemia. Pasien OM tipe 1 lebih banyak mendapat keuntungan dari

pasien OM tipe 2 dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Peningkatan HbA1c

merupakan faktor risiko kejadian penyakit proliferatif

3. Peningkatan kadar lipid serum.

4. Hipertensi;

5. Nefropati;

6. Lain-lain (merokok, usia, jenis diabetes. Inaktivitas fisik, dan penggunaan

penghambat ACE)

6. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi diabetik retinopati disesuaikan berdasarkan klasifikasinya, yaitu :

1. Retinopati diabetik non proliferatif

Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai. Merupakan cerminan klinis dari

hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh yang terkena.4,6 Disebabkan oleh

penyumbatan dan kebocoran kapiler, mekanisme perubahannya tidak diketahui

tapi telah diteliti adanya perubahan endotel vaskuler ( penebalan membran basalis

dan hilangnya pericyte ) dan gangguan hemodinamik (pada sel darah merah dan

agregasi platelet).7 Disini perubahan mikrovaskular pada retina terbatas pada

lapisan retina (intraretinal), terikat ke kutub posterior dan tidak melebihi membran

internal.5 Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma

multiple yang dibentuk oleh kapiler-kapiler yang membentuk kantung-kantung

kecil menonjol seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-

kelok, bercak perdarahan intraretinal.4,5 Perdarahan dapat terjadi pada semua

lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf

7
yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak

terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi

vertikal.4

-Retinopati Diabetik Preproliferatif dan Edema Makula

Merupakan stadium yang paling berat dari Retinopati Diabetik Non

Proliferatif.4,8 Pada keadaan ini terdapat penyumbatan kapiler mikrovaskuler dan

kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik pada dinding retina (cotton

wool spot, infark pada lapisan serabut saraf). Hal ini menimbulkan area non

perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang rusak.

Ciri khas dari stadium ini adalah cotton wool spot, blot haemorrage, Intraretinal

Microvasculer Abnormal (IRMA), dan rangkaian vena yang seperti manik-

manik.4,7 Bila satu dari keempatnya dijumpai ada kecendrungan untuk menjadi

progresif (Retinopati Diabetik Proliferatif), dan bila keempatnya dijumpai maka

beresiko untuk menjadi Proliferatif dalam satu tahun.7 Edema makula pada

retinopati diabetik non proliferatif merupakan penyebab tersering timbulnya

gangguan penglihatan. Edema ini terutama disebabkan oleh rusaknya sawar

retina-darah bagian dalam pada endotel kapiler retina sehingga terjadi kebocoran

cairan dan konstituen plasma ke dalam retina dan sekitarnya. Edema ini dapat

bersifat fokal dan difus. Edema ini tampak sebagai retina yang menebal dan

keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intraretina sehingga terbentuk zona

eksudat kuning kaya lemak bentuk bundar disekitar mikroaneurisma dan paling

sering berpusat dibagian temporal makula.4,6

8
Retinopati diabetik non proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan

melalui dua mekanisme yaitu :5

a. Perubahan sedikit demi sedikit dari pada penutupan kapiler intraretinal yang

menyebabkan iskemik makular.

b. Peningkatan permeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema macular.

2. Retinopati Diabetik Proliferatif

Merupakan penyulit mata yang paling parah pada Diabetes Melitus. Pada jenis

ini iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan pembuluh-

pembuluh halus ( neovaskularisasi ) yang sering terletak pada permukaan diskus

dan di tepi posterior zona perifer disamping itu neovaskularisasi iris atau rubeosis

iridis juga dapat terjadi. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berproliferasi dan

menjadi meninggi apabila korpus vitreum mulai berkontraksi menjauhi retina dan

darah keluar dari pembuluh tersebut maka akan terjadi perdarahan massif dan

dapat timbul penurunan penglihatan mendadak.4 Disamping itu jaringan

neovaskularisasi yang meninggi ini dapat mengalami fibrosis dan membentuk

pita-pita fibrovaskular rapat yang menarik retina dan menimbulkan kontaksi

terus-menerus pada korpus vitreum. Ini dapat menyebabkan pelepasan retina

akibat traksi progresif atau apabila terjadi robekan retina, terjadi ablasio retina

regmatogenosa. Pelepasan retina dapat didahului atau ditutupi oleh perdarahan

korpus vitreum. Apabila kontraksi korpus vitreum telah sempurna dimata

tersebut, maka retinopati proliferatif cenderung masuk ke stadium involusional

atau burnet-out.4

9
7. KLASIFIKASI3,9

a. Retinopati nonproliferatif ringan (mikroaneurisma).

b. Retinopati nonproliferatif sedang (penyumbang pada beberapa pembuluh darah

retina).

c. Retinopati nonproliferatif berat (lebih banyak pembuluh darah tersumbat dan

merangsang pembuluh darah baru).

d. Retinopati proliferatif (stadium lanjut).

Klasifikasi retinopati diabetik menurut Bagian Mata Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo.

a. Derajat I. Terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus

okuli.

b. Derajat II. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau

tanpa eksudat lemak pada fundus okuli.

c. Derajat III. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak terdapat

neovaskularisasi dan proliferasi pada fundus okuli.

Jika gambaran fundus mata kiri tidak sama beratnya dengan mata kanan maka

digolongkan pada derajat yang lebih berat.

Gambar 1. Mikroaneurisma pada retinopati diabetik nonproliferatif9

10
Gambar 2. Retinopati diabetik nonproliferatif berat9

Gambar 3. Retinopati diabetik proliferatif (terlihat adanya iskemik persisten yang

terjadi akibat pelepasan vascular endothelial growth factor sehingga merangsang

terjadinya neovaskularisasi)9

8. MANIFESTASI KLINIS3
Perubahan dini atau apa yang disebut nonproliferative diabetic retinopathy

(NPDR), tidak memberikan keluhan gangguan penglihatan. Perubahan dini yang

reversible dan tidak mengakibatkan gangguan penglihatan sentral dinamakan

retinopati simpleks atau background retinopathy. Bila pembuluh darah rusak dan

bocor dan masuknya lipid ke makula, macula akan edem dan penglihatan menurun.

11
Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana

ditemukan pada retina:

1. Mikroaneurismata, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena

dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah

terutama polus posterior. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecilnya

sehingga tidak terlihat sedang dengan bantuan angiografi fluorescein lebih muda

dipertunjukkan adanya mikroaneurismata ini. Mikroaneurismata merupakan

kelainan diabetes mellitus dini pada mata.

2. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat

mikroaneurisma di polus posterior. Bentuk perdarahan ini merupakan prognosis

penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis lebih buruk

dibanding kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas pada

mikroaneurisma, atau karena pecahnya kapiler.

3. Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya irregular dan berkelok-kelok,

bentuk ini seakan-akan dapat memberikan perdarahan tapi hal ini tidaklah

demikian. Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi dan kadang-kadang disertai

kelainan endotel dan eksudasi plasma.

4. Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus

yaitu irregular, kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat pungtata membesar

dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Pada

mulanya tampak pada gambaran angiografi fluoresein sebagai kebocoran

fluoresein di luar pembuluh darah. Kelainan ini terutama terdiri atas bahan-bahan

lipid dan terutama banyak ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.

5. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.

Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus

12
dan berwarna putih. Biasanya terletak di bagian tepi daerah nonirigasi dan

dihubungkan dengan iskemia retina.

6. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan.

Neovaskularisasi terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Tampak

sebagai pembuluh darah yang berkelok-kelok, dalam kelompok-kelompok, dan

bentuknya irregular. Hal ini merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati

diabetes. Mula-mula terletak di dalam jaringan retina, kemudian berkembang ke

daerah preretinal, ke badan kaca. Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini

dapat menimbulkan perdarahan retina, perdarahan subhialoid (preretinal), maupun

perdarahan badan kaca. Proliferasi preretinal dari suatu neovaskularisasi biasanya

diikuti proliferasi jaringan ganglia dan perdarahan.

7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula

sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan pasien.

8. Hiperlipidemia suatu keadaan yang sangat jarang, tanda ini akan segera hilang bila

diberikan pengobatan.

9. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis pada retinopati diabetik nonproliferatif ringan, sedang dan

berat, yaitu :3,9

Ringan : Hanya ada mikroaneurisma


Sedang : adanya temuan patologis lain selain mikroaneurisma namun lebih ringan
dibandingkan/tidak memenuhi kriteria retinopati diabetik non-proliferatif berat.
Berat : salah satu dari kriteria berikut tanpa adanya tanda retinopati diabetik
proliferatif
1. Adanya perdarahan intraretina berat dan mikroaneurisma pada masing-masing 4
kuadran.
2. Adanya beading vena pada dua kuadran atau lebih.

13
3. Intraretinal mikrovascular abnormalities (IRMA) sedang pada 1 atau lebih
kuadran.

Penegakkan diagnosis pada retinopati diabetik proliferatif yaitu :


1. Adanya neovaskularisasi
2. Adanya perdarahan vitreus atau perdarahan praretina

10. PENATALAKSANAAN
Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema

makula adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemuk lainnya.

Terapi Laser argon fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara

klinis menunjukkan edema bermakna dapat memperkecil resiko penurunan

penglihatan dan meningkatka fungsi penglihatan. Sedangkan mata dengan edema

makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna maka biasanya hanya dipantau

secara ketat tanpa terapi laser.4 Untuk retinopati diabetik proliferatif biasanya

diindikasikan pengobatan dengan fotokoagulasi panretina laser argon, yang secara

bermakna menurunkan kemungkinan perdarahan massif korpus vitreum dan

pelepasan retina dengan cara menimbulkan regresi dan pada sebagian kasus dapat

menghilangkan pembuluh-pembuluh baru tersebut, Kemungkinan fotokoagulasi

panretina laser argon ini bekerja dengan mengurangi stimulus angiogenik dari retina

yang mengalami iskemik. Tekniknya berupa pembentukan luka-luka bakar laser

dalam jumlah sampai ribuan yang tersebar berjarak teratur diseluruh retina, tidak

mengenai bagian sentral yang dibatasi oleh diskus dan pembuluh vascular temporal

utama.4,10 Untuk penatalaksanaan konservatif penglihatan monokular yang disebabkan

oleh perdarahan korpus vitreum diabetes pada pasien binokular adalah dengan

membiarkan terjadinya resolusi spontan dalam beberapa bulan. Disamping itu peran

14
bedah vitreo retina untuk retinopati diabetik proliferatif masih tetap berkembang,

sebagai cara untuk mempertahankan atau memulihkan penglihatan yang baik.4

Follow-up dikerjakan sesuai dengan indikasi sebagai

berikut:3

a. Retinopati diabetik nonproliferatif ringan: setiap 6-12 bulan;

b. Retinopati diabetik nonproliferatif sedang:

1. Tanpa edema makula: setiap 4-6 bulan tanpa memerlukan pemeriksaan fundus

fluorescein angiography (FFA) atau ocular coherence tomography (OCT).

2. Dengan edema makula: setiap 2-4 bulan, dengan pemeriksaan penunjang FFA

dan/atau OCT.

c. Retinopati diabetik nonproliferatif berat:

1. Tanpa edema makula: Setiap 4 bulan, pemeriksaan FFA diindikasikan.

2. Dengan edema makula: setiap 2-4 bulan.

d. Retinopati diabetik proliferatif dengan atau tanpa CSME (clinically significant

makula edema) : setiap 2-3 bulan.

e. Pada retinopati diabetik proliferatif dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani

dengan terapi laser, maka dikerjakan pemeriksaan setiap 6 bulan.

11. SKRINING DAN PENCEGAHAN


Skrining diperuntukkan bagi:3

l. Penderita Diabetes Melitus tipe l: 3-5 tahun setelah diagnosis Diabetes Melitus tipe

l, dan dilanjutkan dengan follow-up setiap tahun.

2. Penderita Diabetes Melitus tipe 2: pada saat diagnosis Diabtes Melitus tipe 2

ditegakkan dan dilanjutkan dengan follow-up setiap tahun.

3. Sebelum kehamilan (Diabetes Melitus tipe l dan Diabetes Melitus tipe 2): skrining

dikerjakan sebelum konsepsi dan pada awal trimester satu, dengan follow-up:

15
a. Tanpa retinopati atau dengan retinopati diabetik nonproliferatif sedang: setiap 3-

12 bulan.

b. Retinopati diabetik nonproliferatif berat atau lebih buruk: setiap 1-3 bulan.

Pencegahan retinopati terutama dikerjakan dengan:3,7,8

l. Melakukan kontrol ketat terhadap gula darah;

2. Pada pasien Diabetes melitus dengan hipertensi, dilakukan kontrol tekanan darah.

12. PROGNOSIS
Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang bermakna akan
memiliki prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, daripada mata
dengan edema dan perfusi yang relatif baik.4

16
BAB III
KESIMPULAN

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Septadina I. Perubahan anatomi bola mata pada penderita diabetes melitus. MKS.

2015;2(47).

2. Pangan V, Sumual H, Rares L. Kecenderungan penderita retinopati diabetik. J E-Clin

ECl. 2014 Jul;2(2).

3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI,

2014.

4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta: Widya

Medika, 2000.

5. Basic and Clinical science course, Retina and Vitreous, Section 12, American

Academy of ophthalmology. United state, 1997.

6. Nema HV. Text book of ophthalmology. Edition 4. New delhi: Medical Publishers,

200.

7. Freeman WR. Practical atlas of retinal disease and therapy. Edition 2. Hongkong:

Lippincott-Raven, 1998.

8. Langston D. Manual of ocular diagnosis and therapy. Edition 4. United state: Deborah

Pavan Langston, 1996.

9. Olver J, Cassidy L, Jutley G, Crawley L. Ophthalmology at a glance. Edition 2. USA :

Blackwell Science Ltd, 2014.

10. Elkington AR, Khaw PT. Petunjuk penting kelainan mata. Jakarta: EGC, 1995.

18

Anda mungkin juga menyukai