RETINOPATI DIABETIK
Disusun oleh:
1. Sally Neilvinda Poermara (2012-83-008)
2. Danetsye Samallo (2012-83-013)
3. Rahmi R. Kubangun (2012-83-015)
Konsulen
dr. Elna Anakotta, Sp,M
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kasih dan anugerahanya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan
judul Retinopati Diabetik. Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat kelulusan
pada kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan Mata di RSUD Dr. M. Haulussy
Ambon.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Elna Anakotta, Sp.M selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan referat ini, serta
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................4
BAB II
ANATOMI ..............................................................................................................0
FISIOLOGI ..............................................................................................................0
1. Definisi .....................................................................................................0
2. Etiologi ....................................................................................................0
4. Patofisiologi .............................................................................................. 0
5. Klasifikasi .................................................................................................0
8. Penatalaksanaan ....................................................................................... 0
BAB III
KESIMPULAN ........................................................................................................0
3
BAB I
PENDAHULUAN
dengan meningkatnya gula darah atau hiperglikemia yang disebabkan karena adanya
kelainan pada sekresi insulin, kerja dari insulin maupun keduanya. Diabetes melitus
merupakan penyakit metabolik yang mempunya angka morbiditas dan mortalitas yang
cukup tinggi.1
bahwa prevalensi penderita diabetes melitus pada Tahun 2014 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi
387 juta kasus. Indonesia merupakan negara yang menempati urutan ke tujuh dengan
jumlah penderita diabetes melitus yaitu 8,5 juta setelah Cina, India dan Amerika
Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun
stunya pada mata, yaitu diabetik retinopati yang dapat berlanjut menjadi kebuataan.
Amerika, Australia, Eropa dan Asia melaporkan bahwa jumlah penderita retinopati
diabetik akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun 2012 menjadi 154,9 juta pada
Berdasarkan data yang didapatkan dari The Diab Care Asia Tahun 2008
dengan melibatkan 1.785 penderita DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder
4
diabetik merupakan penyulit penyakit diabetes yang paling penting, karena
insidensinya yang cukup tinggi yaitu mencapai 40-50% penderita diabetes dan
rujukan ke dokter spesialis mata dan menerimanya kembali. Apabila peranan tersebut
dilaksa-nakan dengan baik, maka risiko kebutaan akan menurun hingga mencapai
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI
2. FISIOLOGI
3. DEFINISI
Suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan
pembuluh darah halus yang meliputi arterial pre-kapiler retina, kapiler-kapiler, dan
vena retina. Retinopati diabetik merupakan kelainan retina yang muncul pada seluruh
kebutaan yang paling umum. Pasien dengan diabetes melitus (OM) tipe I tidak
mengalami retinopati hingga 3-5 tahun awitan penyakit, sementara penderita OM tipe
4. ETIOLOGI
Menurut America Academy of Opthalmology, penyeba pasti dari penyakit
retinopatik diabetik masih belum jelas atau idiopatik. Namun diyakini bahwa
perubahan biokimia dan fisiologi karena terpajan dengan hiperglikemia yang lama,
6
5. FAKTOR RISIKO3
1. Lamanya pasien menderita diabetes. Setelah 10 tahun. 60% pasien mengalami
pasien OM tipe 2 dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Peningkatan HbA1c
4. Hipertensi;
5. Nefropati;
penghambat ACE)
6. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi diabetik retinopati disesuaikan berdasarkan klasifikasinya, yaitu :
Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai. Merupakan cerminan klinis dari
tapi telah diteliti adanya perubahan endotel vaskuler ( penebalan membran basalis
dan hilangnya pericyte ) dan gangguan hemodinamik (pada sel darah merah dan
lapisan retina (intraretinal), terikat ke kutub posterior dan tidak melebihi membran
kecil menonjol seperti titik-titik, vena retina mengalami dilatasi dan berkelok-
lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat saraf
7
yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak
terletak di lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi
vertikal.4
kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik pada dinding retina (cotton
wool spot, infark pada lapisan serabut saraf). Hal ini menimbulkan area non
perfusi yang luas dan kebocoran darah atau plasma melalui endotel yang rusak.
Ciri khas dari stadium ini adalah cotton wool spot, blot haemorrage, Intraretinal
manik.4,7 Bila satu dari keempatnya dijumpai ada kecendrungan untuk menjadi
beresiko untuk menjadi Proliferatif dalam satu tahun.7 Edema makula pada
retina-darah bagian dalam pada endotel kapiler retina sehingga terjadi kebocoran
cairan dan konstituen plasma ke dalam retina dan sekitarnya. Edema ini dapat
bersifat fokal dan difus. Edema ini tampak sebagai retina yang menebal dan
eksudat kuning kaya lemak bentuk bundar disekitar mikroaneurisma dan paling
8
Retinopati diabetik non proliferatif dapat mempengaruhi fungsi penglihatan
a. Perubahan sedikit demi sedikit dari pada penutupan kapiler intraretinal yang
Merupakan penyulit mata yang paling parah pada Diabetes Melitus. Pada jenis
dan di tepi posterior zona perifer disamping itu neovaskularisasi iris atau rubeosis
iridis juga dapat terjadi. Pembuluh-pembuluh baru yang rapuh berproliferasi dan
menjadi meninggi apabila korpus vitreum mulai berkontraksi menjauhi retina dan
darah keluar dari pembuluh tersebut maka akan terjadi perdarahan massif dan
akibat traksi progresif atau apabila terjadi robekan retina, terjadi ablasio retina
atau burnet-out.4
9
7. KLASIFIKASI3,9
retina).
a. Derajat I. Terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus
okuli.
b. Derajat II. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau
Jika gambaran fundus mata kiri tidak sama beratnya dengan mata kanan maka
10
Gambar 2. Retinopati diabetik nonproliferatif berat9
terjadinya neovaskularisasi)9
8. MANIFESTASI KLINIS3
Perubahan dini atau apa yang disebut nonproliferative diabetic retinopathy
retinopati simpleks atau background retinopathy. Bila pembuluh darah rusak dan
bocor dan masuknya lipid ke makula, macula akan edem dan penglihatan menurun.
11
Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana
dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah
sehingga tidak terlihat sedang dengan bantuan angiografi fluorescein lebih muda
2. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat
bentuk ini seakan-akan dapat memberikan perdarahan tapi hal ini tidaklah
demikian. Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi dan kadang-kadang disertai
dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Pada
fluoresein di luar pembuluh darah. Kelainan ini terutama terdiri atas bahan-bahan
5. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus
12
dan berwarna putih. Biasanya terletak di bagian tepi daerah nonirigasi dan
bentuknya irregular. Hal ini merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati
7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula
8. Hiperlipidemia suatu keadaan yang sangat jarang, tanda ini akan segera hilang bila
diberikan pengobatan.
9. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Penegakkan diagnosis pada retinopati diabetik nonproliferatif ringan, sedang dan
13
3. Intraretinal mikrovascular abnormalities (IRMA) sedang pada 1 atau lebih
kuadran.
10. PENATALAKSANAAN
Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema
Terapi Laser argon fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara
makula diabetik yang secara klinis tidak bermakna maka biasanya hanya dipantau
secara ketat tanpa terapi laser.4 Untuk retinopati diabetik proliferatif biasanya
pelepasan retina dengan cara menimbulkan regresi dan pada sebagian kasus dapat
panretina laser argon ini bekerja dengan mengurangi stimulus angiogenik dari retina
dalam jumlah sampai ribuan yang tersebar berjarak teratur diseluruh retina, tidak
mengenai bagian sentral yang dibatasi oleh diskus dan pembuluh vascular temporal
oleh perdarahan korpus vitreum diabetes pada pasien binokular adalah dengan
membiarkan terjadinya resolusi spontan dalam beberapa bulan. Disamping itu peran
14
bedah vitreo retina untuk retinopati diabetik proliferatif masih tetap berkembang,
berikut:3
1. Tanpa edema makula: setiap 4-6 bulan tanpa memerlukan pemeriksaan fundus
2. Dengan edema makula: setiap 2-4 bulan, dengan pemeriksaan penunjang FFA
dan/atau OCT.
e. Pada retinopati diabetik proliferatif dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani
l. Penderita Diabetes Melitus tipe l: 3-5 tahun setelah diagnosis Diabetes Melitus tipe
2. Penderita Diabetes Melitus tipe 2: pada saat diagnosis Diabtes Melitus tipe 2
3. Sebelum kehamilan (Diabetes Melitus tipe l dan Diabetes Melitus tipe 2): skrining
dikerjakan sebelum konsepsi dan pada awal trimester satu, dengan follow-up:
15
a. Tanpa retinopati atau dengan retinopati diabetik nonproliferatif sedang: setiap 3-
12 bulan.
b. Retinopati diabetik nonproliferatif berat atau lebih buruk: setiap 1-3 bulan.
2. Pada pasien Diabetes melitus dengan hipertensi, dilakukan kontrol tekanan darah.
12. PROGNOSIS
Pada mata yang mengalami edema makular dan iskemik yang bermakna akan
memiliki prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, daripada mata
dengan edema dan perfusi yang relatif baik.4
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Septadina I. Perubahan anatomi bola mata pada penderita diabetes melitus. MKS.
2015;2(47).
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI,
2014.
4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika, 2000.
5. Basic and Clinical science course, Retina and Vitreous, Section 12, American
6. Nema HV. Text book of ophthalmology. Edition 4. New delhi: Medical Publishers,
200.
7. Freeman WR. Practical atlas of retinal disease and therapy. Edition 2. Hongkong:
Lippincott-Raven, 1998.
8. Langston D. Manual of ocular diagnosis and therapy. Edition 4. United state: Deborah
10. Elkington AR, Khaw PT. Petunjuk penting kelainan mata. Jakarta: EGC, 1995.
18