Pembimbing:
Disusun oleh:
Aswan Bagastoro 1102014045
Fitria Rizki 1102014108
Irene Novita 1102014133
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu indera pada manusia yang berfungsi dalam penglihatan.
Lebih dari setengah reseptor sensorik yang ada dalam tubuh manusia terletak di mata.
Reseptor sensorik pada mata terdapat pada retina. Retina merupakan suatu struktur yang
sangat kompleks dan sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai pengolahan
informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan melalui nervus optikus ke
korteks visual.1
Beberapa gangguan dapat terjadi pada retina, salah satunya adalah retinopati.
Retinopati adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. 2 Dalam makalah ini
akan dibahas beberapa macam retinopati yang sering terjadi, antara lain retinopati diabetes,
retinopati hipertensi dan retinopati prematuritas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 RETINA
2.1.1 ANATOMI RETINA
Retina adalah bagian mata yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di segmen
posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi memberikan informasi visual
ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. Retina berkembang dari cawan
optikus eksterna yang mengalami invaginasi mulai dari akhir empat minggu usia janin
(Vaughan & Asbury’s general ophthalmology, 2007).
Retina mendapatkan vaskularisasi dari arteri oftalmika (cabang pertama dari arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan arteri siliaris (berjalan bersama nervus optikus). Arteri
siliaris memberikan vaskularisasi pada lapisan luar dan tengah, termasuk lapisan
pleksiform luar, lapisan fotoreseptor, lapisan inti luar, dan lapisan epitel pigmen.
Gambar 2.1. Anatomi Retina (Sumber: Netter, F., 2006)
2.1.2 HISTOLOGI RETINA
Permukaan luar retina berhubungan dengan koroid, sedangkan permukaan
dalamnya berhubungan dengan badan vitreous. Retina memiliki 10 lapisan, yang terdiri
dari (dari luar ke dalam):
1. epitel pigmen
2.2 DEFINISI
Retinopati diabetic (DR, diabetic retinopathy) adalah penyakit mikrovaskular retina
akibat hiperglikemia kronik pada penderita diabetes mellitus (DM). Retinopati yang
disebabkan oleh diabetes dapat berupa aneurisma, pelebaran vena, perdarahan, dan eksudat
lemak. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kebutaan di negara-negara Barat,
terutama individu produktif adalah(vaughan). Retinopati diabetic merupakan salah satu
penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia, dan merupakan
penyebab utama kebutaan pada pasien berusia 20 – 64 tahun.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi DR terus meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi DM di
seluruh dunia. Data WHO menunjukan bahwa pada tahun 2000, penderita DM di dunia
diperkirakan mencapai 171 juta orang, yang pada tahun 2030 dapat meningkat hingga 366
juta. Tahun 2002, diperkirakan 4.8 % dari 37 juta kebutaan global disebabkan oleh DR.
Gambar 2.3 : Epidemiologi Diabetes Retinopati di Dunia
2.4 ETIOLOGI
Faktor risiko utama terjadinya DR adalah ;
a) Durasi menderita diabetes, Lamanya mengalami diabetes merupakan faktor terkuat
kejadian retinopati. Pervalensi retinopati pada pasien diabetes tipe 1 setelah 10-15
tahun sejak diagnosis ditegakkan antara 20-50%, setelah 15 tahun menjadi 75-95%
dan mencapai 100% setelah 30 tahun. 3 pada diabetes tipe 2 prevalensi retinopati
sekita 20% sejak diagnosis ditegakkan dan meningkat menjadi 60-85% setelah 15
tahun.
b) Kontrol gula darah buruk / derajat hiperglikemia, Berdasarkan penelitian WSDR
ditemukan bahwa pada pasien diabetes dengan retinopati memiliki kadar gula darah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terdiagnosis retinopati Sehingga
kadar gula darah yang tinggi berpengaruh terhadap kejadian retinopati diabetika.
2.5 PATOGENESIS
Hiperglikemia kronik merupakan faktor utama terjadinya retinopati diabetika.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diabetes Control and Complication Trial
(DCCT) menunjukkan bahwa pasien yang mendapat terapi insulin dengan kadar HbA1c
dibawah 7% lebih jarang terjadi retinopati yang progresif dibandingkan dengan yang tidak
mendapat terapi insulin. Beberapa proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia dan
meningkatan produksi sorbitol. Sorbitol adalah senyawa gula dan alkohol yang
tidak dapat melewati membran basalis sehingga tertimbun di sel dan menumpuk di
jaringan lensa, pembuluh darah dan optik. Penumpukan ini menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik yang menimbulkan gangguan morfologi dan
fungsional sel. Konsumsi NADPH selama peningkatan produksi sorbitol
menyebabkan penigkatan stress oksidatif yang akan mengubah aktivitas Na/K-
ATPase, gangguan metabolisme phopathydilinositol, peningkatan produksi
prostaglandin dan perubahan aktivitas protein kinase C isoform.
Glikasi Nonenzimatik
Kadar glukosa yang berlebihan dalam darah akan berikatan dengan asam
amino bebas, serum atau protein menghasilkan Advanced gycosilation end product
(AGE).5 Interaksi antara AGE dan reseptornya menimbulkan inflamasi vaskular dan
reactive oxygen species(ROS) yang berhubungan dengan kejadian retinopati diabetika
proliferatif.
2.6 PATOFISIOLOGI
Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati diabetika terletak pada kapiler retina.
Dinding kapiler terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam yaitu sel perisit, membrana basalis
dan sel endotel, perbandingan jumlah sel perisit dan sel endotel kapiler retina adalah 1 : 1. Sel
perisit berfungsi untuk mempertahankan struktur kapiler, mengatur kontraktibilitas,
mempertahankan fungsi barier, transportasi kapiler dan proliferasi sel endotel; membrana
basalis berfungsi untuk mempertahankan permeabilitas; sel endotel bersama dengan matriks
ekstra sel dari membrana basalis membentuk pertahanan yang bersifat elektif terhadap
beberapa jenis protein dan molekul termasuk fluoroscein yang digunakan untuk diagnosis
kapiler retina. Perubahan histopatologi pada retinopati diabetika dimulai dari penebalan
membrana basalis, dilanjutkan dengan hilangnya sel perisit dan meningkatnya proliferasi sel
endotel, sehimgga perbandingan sel endotel dan sel perisit menjadi 10 : 1,7.
Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana ditemukan
pada retina :
1. Mikroaneurisma, yaitu penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan
bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama
polus posterior. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecil sehingga tidak
terlihat dan dapat terlihat dengan bantuan angiografi fluoresein. Mikroaneurisma
merupakan kelainan diabetes melitus dini pada mata. Hal ini terbenbentuk akibat
hilangnya fungsi perisit. Mikroaneurisma ini dapat pecah dan menyebabkan
kebocoran pembuluh darah ke jaringan retina di sekitarnya.
Gambar 1. Mikroaneurisma
2. Perdarahan retina, dapat berupa titik, garis, maupun bercak yang biasanya
terletak dekat mikroaneurismata di polus posterior. Kelainan ini dapat digunakan
sebagai prognosis penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis
yang lebih buruk dibanding yang kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan
2.7 KLASIFIKASI
Klasifikasi Retinopati Diabetes berdasar ETDRS
Klasifikasi Tanda pada pemeriksaan mata
Derajat 1 Tidak terdapat retinopati DM
Derajat 2 Hanya terdapat mikroaneurisma
Derajat 3 Retinopati DM non-proliferatif derajat
ringan – sedang yang ditandai oleh
mikroaneurisma dan satu atau lebih
tanda :
Venous loops
Perdarahan
Hard exudates
Soft exudates
Intraretinal microvascular
abnormalities
Venous beading
Derajat 4 Retinopati DM non-proliferatid derajat
sedang – berat yang ditandai oleh :
Perdarahan derajat sedang – berat
Mikroaneurisma
IRMA
Derajat 5 Retinopati DM proliferative yang
ditandai oleh neovaskularisasi dan
perdarahan vitreus.
a) Early PDR, Ditandai adanya neovaskularisasi pada papil nervus optic atau daerah
lain di retina tetapi tidak memenuhi kriteria high risk.
b) High Risk PDR, bila memenuhi 1 kriteria berikut ;
NVD mild disertai perdarahan vitreus
NVD moderate – severe (1/4 – 1/3 area diskus) dengan atau tanpa
perdarahan vitreus
NVE moderate ( ½ area diskus) dengan perdarahan vitreus.
Atau ditemukan 3 dari 4 faktor risiko berikut :
pembuluh darah baru
pembuluh darah baru pada atau dekat diskus optikus
moderat-severe extent of new vessel
Perdarahan vitreus atau pre-retina
c) Advance PDR, berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular seperti infark
miokardium, kejadian cerebrovascular, nefropati diabetic, amputasi dan kematian.
Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus optikus atau setiap
adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahan, merupakan dua gambaran
yang paling sering ditemukan pada retinopati proliferatif dengan resiko tinggi.
Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan:
a) Mikroaneurisma
b) Perdarahan retina
c) Eksudate
d) Neovaskularisasi retina
e) Jaringan proliferasi di retina atau badan kaca
Pengobatan dengan mengontrol diabetes melitus baik dengan pengaturan diet
maupun pemberian obat-obatan yang sesuai.
2.8 TATALAKSANA
Tatalaksana utama pasien DR adalah dengan mengontrol factor risiko, yaitu dengan
cara mengatur kadar glukosa darah, tekanan darah, kadar lemak darah, dan menghindari
rokok. Pemeriksaan awal pada mata (skrining DR) merupakan langkah yang sangat
penting, dan perlu diikuti dengan pemeriksaan berkala, sesuai dengan keadaan klinis yang
ditemukan.
Tabel 2. Rekomendasi jadwal pemeriksaan mata untuk pasien dengan diabetes mellitus
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology [ebook]. 17 th Ed.
USA: The McGrawHill Company; 2007.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.
3. Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum
Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7 th ed.
USA: Saunders Elsevier. 2011
5. Joanna M. Tarr, Kirti Kaul, Mohit Chopra, et all. Review Article : Pathophysiology of
Diabetic Retinopathy. Hindawi Publishing Corporation;2013
6. Sitorus R S, Sitompul R, et all. Buku Ajar Ophtalmology. Edisi 1. Jakarta: Badan
penerbit FK UI; 2017
7. American Academy of Ophtalmology. Diabetic Retinopathy. 2017
8.