Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Proliferative
Diabetic Retinopathy” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada
Rasulullah, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Mata di RS Bhayangkara TK. I Raden Said Sukanto. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
bimbingan yang telah diberikan selama pembuatan referat ini kepada dr. Agah Gadjali, Sp.M; dr. Gartati
Ismail, Sp.M; dr. Henry A. Wibowo. Sp.M; dr. H. Hermansyah, Sp.M; dr. Mustafa K. Shahab, Sp.M
dan dr. Susan Sri Anggraeni, Sp.M.
Dalam menyelesaikan penulisan referat ini, penulis menyadari bahwa tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas
segala kekhilafan, serta dengan tangan terbuka mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
referat ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya,
serta semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu indera pada manusia yang berfungsi dalam penglihatan.
Lebih dari setengah reseptor sensorik yang ada dalam tubuh manusia terletak di mata. Reseptor
sensorik pada mata terdapat pada retina. Retina merupakan suatu struktur yang sangat
kompleks dan sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai pengolahan informasi
penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks
visual.1
Beberapa gangguan dapat terjadi pada retina, salah satunya adalah retinopati.
2
Retinopati adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Dalam makalah ini
akan dibahas beberapa macam retinopati yang sering terjadi, antara lain retinopati diabetes.
Data WHO menunjukan bahwa pada tahun 2000, penderita DM di dunia diperkirakan
mencapai 171 juta orang, yang pada tahun 2030 dapat meningkat hingga 366 juta. Tahun 2002,
diperkirakan 4.8 % dari 37 juta kebutaan global disebabkan oleh DR.6
Penderita DM dapat mengalami berbagai macam komplikasi akibat kelainan vaskular.
Retinopati diabetik terbagi menjadi beberapa stadium, yaitu non proliferatif dan proliferatif,
dimana pada pembahasan referat ini lebih membahas ke Proliferative Diabetic Retinopathy
(PDR) yang merupakan stadium lanjutan dari NPDR yang ditandai dengan ditandai oleh
neovaskularisasi dan perdarahan vitreus.4
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh diabetik retinopati yang dapat dilihat pada
pemeriksaan berupa mikroaneurisma, hard dan soft exudate, dilatasi pembuluh darah, dan
neovaskuarisasi. 2,4
Cara untuk mendeteksi dini dari diabetik retinopati bisa dengan skrining dan
pencegahan dari faktro risiko nya lalu bisa melakukan pemeriksaan penunjang berupa Optical
Coherence Tomography (OCT) dan Fluorescin Angiography (FA), dari pemeriksaan
penunjang bisa melakukan untuk tatalaksana selanjutnya yaitu dengan fotokoagulasi, injeksi
vitreal anti-VEGF dan vitrektomi, yang akan lebih lanjut dibahas pada referat. 4,7
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 RETINA
2.1.1 ANATOMI RETINA
Retina adalah bagian mata yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di segmen
posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi memberikan informasi visual
ditransmisikan melalui nervus optikus ke korteks visual. Retina berkembang dari cawan
optikus eksterna yang mengalami invaginasi mulai dari akhir empat minggu usia janin
(Vaughan & Asbury’s general ophthalmology, 2011).
Bola mata orang dewasa memiliki diameter sekitar 22 mm - 24,2 mm (diameter dari
depan ke belakang). Bola mata anak ketika lahir berdiameter 16,5 mm kemudian mencapai
pertumbuhannya secara maksimal sampai umur 7-8 tahun. Dari ukuran tersebut, retina
menempati dua pertiga sampai tiga perempat bagian posterior dalam bola mata. Total area
retina 1.100 mm2. Retina melapisi bagian posterior mata, dengan pengecualian bagian
nervus optikus, dan memanjang secara sirkumferensial anterior 360 derajat pada ora serrate.
Tebal retina rata-rata 250 µm, paling tebal pada area makula dengan ketebalan 400 µm,
menipis pada fovea dengan ukuran 150 µm, dan lebih tipis lagi pada ora serrata dengan
ketebalan 80 µm (Vaughan & Asburry’s general ophthalmology, 2011).
Retina mendapatkan vaskularisasi dari arteri oftalmika (cabang pertama dari arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan arteri siliaris (berjalan bersama nervus optikus). Arteri
siliaris memberikan vaskularisasi pada lapisan luar dan tengah, termasuk lapisan pleksiform
luar, lapisan fotoreseptor, lapisan inti luar, dan lapisan epitel pigmen.
3
2.1.2 HISTOLOGI RETINA
Permukaan luar retina berhubungan dengan koroid, sedangkan permukaan dalamnya
berhubungan dengan badan vitreous. Retina memiliki 10 lapisan, yang terdiri dari (dari luar
ke dalam):
1. epitel pigmen
2. batang dan kerucut
3. membran limitans eksterna
4. lapisan inti luar
5. lapisan pleksiform luar
6. lapisan inti dalam
7. lapisan pleksiform dalam
8. lapisan sel ganglio
9. lapisan serat saraf
10. membran limitans interna
( Mescher, A.L., 2010)
4
2.1.3 FISIOLOGI RETINA
Retina merupakan suatu struktur yang kompleks. Retina berfungsi sebagai fotoreseptor
dengan tersusun oleh sel batang dan sel kerucut yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan
mengubah rangsangan cahaya menjadi menjadi impuls saraf untuk kemudian dilanjutkan ke
saraf optik ke korteks visual. Fotoreseptor memiliki susunan kerapatan sel kerucut meningkat
di pusat makula (fovea), semakin berkurang ke perifer, dan kerapatan sel batang meningkat di
perifer. Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang
avaskular dan merupkan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang menjadi awal proses
penglihatan.3
Vaskularisasi retina terdiri atas arteri, kapiler, dan vena. Pada arteri terbagi menjadi dua,
yaitu arteri retina sentral dan retina arteriol. Arteri retina sentral merupakan memiliki beberapa
lapisan, yaitu lapisan intima, lapisan internal elastik lamina, lapisan medial, lapisan adventisia.
Retina arterior merupakan cabang dari arteri sentral. Kapiler retina memiliki otot polos, sel
endotel, basemant mebrant, dan perisit. Pembuluh darah vena pada retina terbagi atas venula
kecil, venula besar, dan vena.4
2.2 DEFINISI
Retinopati diabetic (DR, diabetic retinopathy) adalah Retinopati yang disebabkan oleh
diabetes dapat berupa aneurisma, pelebaran vena, perdarahan, dan eksudat lemak. Penyakit ini
merupakan salah satu penyebab kebutaan di negara-negara Barat, terutama individu produktif
adalah (Vaughan & Asbury’s general ophthalmology, 2011). Retinopati diabetic merupakan
salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia, dan
merupakan penyebab utama kebutaan pada pasien berusia 20 – 64 tahun.6
2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi DR terus meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi DM di seluruh
dunia. Data WHO menunjukan bahwa pada tahun 2000, penderita DM di dunia diperkirakan
mencapai 171 juta orang, yang pada tahun 2030 dapat meningkat hingga 366 juta. Tahun 2002,
diperkirakan 4.8 % dari 37 juta kebutaan global disebabkan oleh DR.6
5
Gambar 2.3 : Epidemiologi Diabetes Retinopati di Dunia
Sumber : (Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th Editions)
6
dengan non-proliferative diabetic retinopathy atau NPDR, dan 1,5 % dengan proliferative
diabetic retinopathy atau PDR. Program skrining DR pada penyandang DM di RS Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, menemukan prevalensi DR sebesar 24 %. Penelitian Urban Eye
Health Study pada populasi Jakarta melaporkan prevalensi DR sebesar 58,3 % pada subjek
yang tercatat sebagai penyandang DM.6
2.4 ETIOLOGI
Faktor risiko utama terjadinya DR adalah ;
a) Durasi menderita diabetes, Lamanya mengalami diabetes merupakan faktor terkuat
kejadian retinopati. Pervalensi retinopati pada pasien diabetes tipe 1 setelah 10-15
tahun sejak diagnosis ditegakkan antara 20-50%, setelah 15 tahun menjadi 75-95% dan
mencapai 100% setelah 30 tahun.3 pada diabetes tipe 2 prevalensi retinopati sekita 20%
sejak diagnosis ditegakkan dan meningkat menjadi 60-85% setelah 15 tahun. 6
b) Kontrol gula darah buruk / derajat hiperglikemia, Berdasarkan penelitian WSDR
ditemukan bahwa pada pasien diabetes dengan retinopati memiliki kadar gula darah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terdiagnosis retinopati Sehingga
kadar gula darah yang tinggi berpengaruh terhadap kejadian retinopati diabetika. 6
c)
Hipertensi, Hipertensi merupakan komorbid tersering pasien retinopati dengan
diabetes, 17% pasien retinopati diabetika tipe 1 memiliki hipertensi dan 25% pasien
7
2. Arteriosklerosis dan proses menua, pembuluh – pembuluh darah memperburuk
prognosis. 6
3. Hiperlipoproteinemi, diduga mempercepat perjalanan dan progresifitas kelainan
dengan cara mempengaruhi arteriosclerosis dan kelainan hemobiologik. 6
4. Hipertensi arteri, Memperburuk prognosis terutama pada penderita usia tua. 6
5. Hipoglikemia atau trauma dapat menimbulkan perdarahan retina yang mendadak.
6
2.5 PATOGENESIS
Hiperglikemia kronik merupakan faktor utama terjadinya retinopati diabetika.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Diabetes Control and Complication Trial
(DCCT) menunjukkan bahwa pasien yang mendapat terapi insulin dengan kadar HbA1c
dibawah 7% lebih jarang terjadi retinopati yang progresif dibandingkan dengan yang tidak
mendapat terapi insulin.3 Beberapa proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia dan
Glikasi Nonenzimatik
Kadar glukosa yang berlebihan dalam darah akan berikatan dengan asam
amino bebas, serum atau protein menghasilkan Advanced gycosilation end product
(AGE).5 Interaksi antara AGE dan reseptornya menimbulkan inflamasi vaskular dan
8
reactive oxygen species(ROS) yang berhubungan dengan kejadian retinopati diabetika
proliferatif. 2,4
glukosa. 2,4
Sebagai akibat oklusi kapiler , terjadi iskemia retina yang merangsang neovaskularisasi
retina patologik, yang dimediasi oleh factor – factor angiogenik seperti VEGF. Dengan
timbulnya neovaskularisasi, maka terjadi perkembangan penyakit ke bentuk proliferative.
Neovaskularisasi adalah tanda utama dari PDR. PDR dapat menimbulkan komplikasi
perdarahan vitreus, distorsi atau ablasio retina traksional, dan glaucoma neovascular. 2,4
9
2.6 PATOFISIOLOGI
Kelainan dasar dari berbagai bentuk retinopati diabetika terletak pada kapiler retina.
Dinding kapiler terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam yaitu sel perisit, membrana basalis dan
sel endotel, perbandingan jumlah sel perisit dan sel endotel kapiler retina adalah 1 : 1. 3 Sel
perisit berfungsi untuk mempertahankan struktur kapiler, mengatur kontraktibilitas,
mempertahankan fungsi barier, transportasi kapiler dan proliferasi sel endotel; membrana
basalis berfungsi untuk mempertahankan permeabilitas; sel endotel bersama dengan matriks
ekstra sel dari membrana basalis membentuk pertahanan yang bersifat elektif terhadap
beberapa jenis protein dan molekul termasuk fluoroscein yang digunakan untuk diagnosis
3
kapiler retina. Perubahan histopatologi pada retinopati diabetika dimulai dari penebalan
membrana basalis, dilanjutkan dengan hilangnya sel perisit dan meningkatnya proliferasi sel
endotel, sehimgga perbandingan sel endotel dan sel perisit menjadi 10 : 1,7. 2,4
Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana ditemukan
pada retina :
1. Mikroaneurisma, yaitu penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan
bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama
polus posterior. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecil sehingga tidak
terlihat dan dapat terlihat dengan bantuan angiografi fluoresein. Mikroaneurisma
merupakan kelainan diabetes melitus dini pada mata. Hal ini terbenbentuk akibat
hilangnya fungsi perisit. Mikroaneurisma ini dapat pecah dan menyebabkan
10
2. Perdarahan retina, dapat berupa titik, garis, maupun bercak yang biasanya terletak
dekat mikroaneurismata di polus posterior. Kelainan ini dapat digunakan sebagai
prognosis penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis yang lebih
buruk dibanding yang kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas pada
Gambar 2. Perdarahan Retina Dot, Blot, dan Flame Shaped (Kanski JJ, Bowling B.
Clinical ophthalmology, 7th Edition, 2011)
plasma.2,4
11
Gambar 3. Hard Eksudat (Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology, 7th Edition,
2011)
5. Soft exudate, yang sering disebut cotton wool patches yang merupakan iskemia
retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning
bersifat difus dan berwarna putih. Biasanya terletak di bagian tepi daerah non irigasi
7. Edema retina, dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula
8. Hiperlipidemia, suatu keadaan yang sangat jarang, tanda ini akan segera hilang
12
2.7 KLASIFIKASI
Klasifikasi Retinopati Diabetes berdasar ETDRS
Klasifikasi Tanda pada pemeriksaan mata
Derajat 1 Tidak terdapat retinopati DM
Derajat 2 Hanya terdapat mikroaneurisma
Derajat 3 Retinopati DM non-proliferatif derajat
ringan – sedang yang ditandai oleh
mikroaneurisma dan satu atau lebih
tanda :
Venous loops
Perdarahan
Hard exudates
Soft exudates
Intraretinal microvascular
abnormalities
Venous beading
Derajat 4 Retinopati DM non-proliferatid
derajat sedang – berat yang ditandai
oleh :
Perdarahan derajat sedang – berat
Mikroaneurisma
IRMA
Derajat 5 Retinopati DM proliferative yang
ditandai oleh neovaskularisasi dan
perdarahan vitreus.
13
tajam penglihatan secara perlahan. Kelainan ini merupakan komplikasi mata yang
paling parah pada diabetes melitus. Iskemia retina yang progresif akan merangsang
pembentukan pembuluh darah baruyang menyebabkan kebocoran protein serum dan
fluoresens dalam jumlah besar.4
a) Early PDR, Ditandai adanya neovaskularisasi pada papil nervus optic atau daerah
lain di retina tetapi tidak memenuhi kriteria high risk. 4
b) High Risk PDR, bila memenuhi 1 kriteria berikut 4 ;
NVD mild disertai perdarahan vitreus.
NVD moderate – severe (1/4 – 1/3 area diskus) dengan atau tanpa
perdarahan vitreus.
14
NVE moderate ( ½ area diskus) dengan perdarahan vitreus.
Atau ditemukan 3 dari 4 faktor risiko berikut :
pembuluh darah baru.
pembuluh darah baru pada atau dekat diskus optikus.
moderat-severe extent of new vessel.
Perdarahan vitreus atau pre-retina.
c) Advance PDR, berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular seperti infark
miokardium, kejadian cerebrovascular, nefropati diabetic, amputasi dan kematian. 4
Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus optikus atau setiap
adanya pembuluh darah baru yang disertai perdarahan, merupakan dua gambaran
yang paling sering ditemukan pada retinopati proliferatif dengan resiko tinggi. 4
Pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan2:
a) Mikroaneurisma
b) Perdarahan retina
c) Eksudate
d) Neovaskularisasi retina
e) Jaringan proliferasi di retina atau badan kacaPengobatan dengan
mengontrol diabetes melitus baik dengan pengaturan diet maupun
pemberian obat-obatan yang sesuai.3
Fotokoagulasi
16
a. Scatter (panretinal) photocoagulation = PRP, dilakukan pada kasus dengan
kemunduran visus yang cepat atau retinopati diabetik resiko tinggi dan untuk
menghilangkan neovaskular dan mencegah neovaskularisasi progresif nantinya
pada saraf optikus dan pada permukaan retina atau pada sudut bilik anterior
dengan cara menyinari 1.000-2.000 sinar laser ke daerah retina yang jauh dari
macula untuk menyusutkan neovaskular.
b. Focal photocoagulation, ditujukan pada mikroaneurisma atau lesi mikrovaskular
di tengah cincin hard exudates yang terletak 500-3000 µm dari tengah fovea.
Teknik ini mengalami bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan edema
macula.
c. Grid photocoagulation, suatu teknik penggunaan sinar laser dimana pembakaran
dengan bentuk kisi-kisi diarahkan pada daerah edema yang difus. Terapi edema
macula sering dilakukan dengan menggunakan kombinasi focal dan grid
photocoagulation.
Gambar. Laser Fotokoagulasi (diambil dari google foto pada tanggal 28 April 2019 pukul
20.00 wib)
17
vaskular oleh karena peningkatan kematian sel endotel. Untuk pengunaan okuler,
avastin diberikan via intra vitreal injeksi ke dalam vitreus melewati pars plana
dengan dosis 0,1 mL.Lucentis merupakan versi modifikasi dari avastin
yang khusus dimodifikasi untuk penggunaan di okuler via intra vitreal dengan
dosis 0,05 mL.4,7
Vitrektomi
Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan (opacity)
vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi aktif.Vitrektomi dapat juga
membantu bagi pasien dengan neovaskularisasi yang ekstensif atau yang
mengalami proliferasi fibrovaskuler. Selain itu, vitrektomi juga diindikasikan
bagi pasien yang mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus setelah
fotokoagulasi, RDP berat, dan perdarahan vitreus yang tidak mengalami
perbaikan.
Diabetic Retinopathy Vitrectomy Study (DVRS) melakukan clinical trial
pada pasien dengan dengan diabetik retinopati proliferatif berat. DRVS
mengevaluasi keuntungan pada vitrektomi yang cepat (1-6 bulan setelah
perdarahn vitreus) dengan yang terlambat ( setalah 1 tahun) dengan perdarahan
vitreous berat dan kehilangan penglihatan (<5/200). Pasien dengan diabetes tipe
1 secara jelas menunjukan keuntungan vitrektomi awal, tetapi tidak pada tipe
2.DRSV juga menunjukkan keuntungan vitrektomi awal dibandingkan dengan
managemen konvensional pada mata dengan retinopati diabetik proliferatif yang
sangat berat.4,7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
18
Gambar. Gambar NVD pada OCT (diambil dari
https://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/tutorials/diabetic-retinopathy-med-students/Pre-
opTesting.htm pada tanggal 27 April 2019 pukul 20.00 wib)
19
Perdarahan berupa noda dan titik bisa dibedakan dari mikroaneurisma karena
mereka tampak hipofluoresen.
Area yang tidak mendapat perfusi tampak sebagai daerah gelap homogen yang
dikelilingi pembuluh darah yang mengalami oklusi.
IRMA (Intra Retinal Microvascular Abnormality) tampak sebagai pembuluh darah
yang tidak bocor, biasanya ditemukan pada batas luar retina yang tidak mendapat
perfusi.
KOMPLIKASI
Bila tidak segera diobati, pembuluh darah baru yang tumbuh secara tidak normal di retina dapat
menyebabkan gangguan penglihatan yang serius, bahkan kebutaan. Beberapa komplikasi
retinopati diabetik yang mungkin terjadi, antara lain:1,5
1. Rubeosis iridis progresif
Penyakit ini merupakan komplikasi segmen anterior paling sering. Neovaskularisasi
pada iris (rubeosis iridis) merupakan suatu respon terhadap adanya hipoksia dan
iskemia retina akibat berbagai penyakit, baik pada mata maupun di luar mata yang
paling sering adalah retinopati diabetik.
20
2. Glaukoma neovaskular
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sudut tertutup sekunder yang terjadi akibat
pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada permukaan iris dan jaringan anyaman
trabekula yang menimbulkan gangguan aliran aquous dan dapat meningkatkan tekanan
intra okuler.
4. Ablasio retina
Merupakan keadaan dimana terlepasnya lapisan neurosensori retina dari lapisan pigmen
epithelium.Ablasio retina tidak menimbulkan nyeri, tetapi bisa menyebabkan gambaran
bentuk-bentuk ireguler yang melayang-layang atau kilatan cahaya, serta menyebabkan
penglihatan menjadi kabur.
PROGNOSIS
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prognosis:1,3,4
Faktor prognostik yang menguntungkan
Eksudat yang sirkuler.
Kebocoran yang jelas/berbatas tegas.
Perfusi sekitar fovea yang baik.
Faktor prognostik yang tidak menguntungkan
Edema yang difus / kebocoran yang multiple.
Deposisi lipid pada fovea.
Iskemia macular.
Edema macular kistoid.
Visus preoperatif kurang dari 20/200.
Hipertensi.
21
BAB III
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology [ebook]. 18th Ed.
USA: The McGrawHill Company; 2011.
2. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.
3. Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum
Vaughan dan Asbury ed. 18. Jakarta: EGC. 2011; 185-93
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7th ed.
USA: Saunders Elsevier; 2011
5. Joanna M. Tarr, Kirti Kaul, Mohit Chopra, et all. Review Article : Pathophysiology of
Diabetic Retinopathy. Hindawi Publishing Corporation;2013
6. Sitorus R S, Sitompul R, et all. Buku Ajar Ophtalmology. Edisi 1. Jakarta: Badan
penerbit FK UI; 2017
7. American Academy of Ophtalmology. Diabetic Retinopathy; 2017
23