BAB 1
PENDAHULUAN
Indera penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan besar
pengaruhnya terhadap proses peningkatan sumber kinerja manusia. Hal ini erat kaitannya
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kualitas hidup, meningkatkan
lensa mata. Jika lensa menjadi keruh, maka penglihatan juga menjadi kabur (Mitha, 2010).
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut sekitar usia diatas 50 tahun, atau
disebut juga katarak.Berikut beberapa faktor penyebab atau etiologi pada katarak
yaitu :Umur, Trauma Mata, Diabetes Militus, Hipertensi, Genetika, Merokok, Alkohol,
dilaporkan berhubungan dengan kejadian katarak, di mana faktor umur merupakan faktor
utama; faktor lainnya adalah diabetes mellitus, pajanan kronis terhadap sinar ultra violet
(sinar matahari), konsumsi alkohol, merokok, derajat sosial eltonomi, status pendidiltan,
penglihatan akibat katarak senilis memiliki beberapa ciri khas yaitu tidak nyeri dan
2
menurun secara perlahan dan progresif. Pasien dengan kekeruhan lensa yang terletak
dibagian sentral akan mengalami penuirunan tajam penglihatan yang lebih cepat
dibandingkan dengan pasien yang mengalami kekeruhan lensa dibagian perifeer, selain itu
pada pasien dengan kekeruhan lensa dibagian perifer akan merasa penglihatannya lebih
baik saat cahaya terang dimana pupil akan berkontraksi. Semakin keruh lensa maka tajam
penglihastan akan samakin berkuirang hingga sampai kepada persepsi cahaya dan proyeksi
Penglihatan yang baik dihasilkan dari kombinasi jaras visual neurologik yang utuh,
mata yang sehat secara struktural, serta mata yang dapat memfokuskan penglihatan dengan
tepat. Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata untuk menilai
kekuatan resolusi mata, dan perlu dilakukan karena tajam penglihatan dapat berubah-ubah
sesuai dengan proses penyakit yang sedang berjalan. Secara garis besar, terdapat tiga
penyebab utama berkurangnya tajam penglihatan yaitu kelainan refraksi, kelainan media
Berdasarkan stadium katarak senilis dibedakan menjadi matur, imatur, insipien, dan
hipermatur. Dimana untuk imatur kekeruhan lensa sebagian, cairan lensa bertambah, iris
terdorong bilik depan mata dangkal, sudut mata sempit,shadow test positif, dan tajam
penglihatan ( visus ) 0,4 – 0,5. Sedangkan untuk matur kekeruhan mata menyeluruh, cairan
lensa normal, iris normal, bilikk depan normal, sudut mata normal, shadow test negatif, dan
Penduduk dunia yang mengalami gangguan penglihatan pada tahun 2010 yaitu
berjumlah 285 juta orang, dengan rincian orang yang menderita kebutaan sebanyak 39 juta
dan orang yang mengalami low vision sebanyak 246 juta. Adapun 65% orang dengan
gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau
lebih.Penyebab kebutaan paling utama adalah katarak dengan presentase 51 % dari seluruh
Prevalensi katarak di Indonesia pada tahun 2013 yaitu berjumlah 1,8 %. Sementara
itu prevalensi katarak di Provinsi Provinsi lampung adalah 1,5. Global Data on Visual
Impairment:2010 mengatakan bahwa 33% dari kasus gangguan penglihatan dan 51% dari
tertinggi di dunia (43%) setelah gangguan refraktif seperti miopia, hiperopia dan
astigmatisme (33%) (Laser Eye Surgery Hub, 2018). Penyakit katarak merupakan kasus
katarak supkapsular posterior dan kortikal memang memiliki hubungan dengan kejadian
pankreas tidak cukup memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar
gula darah, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemia)
Etiologi diabetes mellitus, America Diabetes Acotiation, 2008 yaitu terbagi menjadi
Dm tipe 1 dan Dm tipe 2. Dm tipe 1 :Riwayat keluargaDM, Kelainan pada pankreas yang
dapat berujung pada kerusakan pancreas, Infeksi atau penyakit pada pankreas yang dapat
kadar high density lipoprotein (HDL) dan tingginya kadartrigliserida, Pola hidup yang tidak
Faktor resiko terjadinya katarak antara lain dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Yang dapa diubah Gaya hidup, Obesitas, Tekanan darah tinggi, sedangkan yang tidak dapta
diubah yaitu Usia, Riwayat keluarga, Ras atau latar belakang etnis, Riwayat diabetes pada
kehamilan.
PKU Yogyakarta Unit 1 terdapat 28 pasien (93%) pada katarak NDM dan 24 pasien
(80% )pada katarak dengan DM mencapai hasil tajam penglihatan yang baik. 6 pasien
(20%) dengan DM dan 2 pasien (7%) pada katarak NDM masih memeiliki nilai tajam
penglihatan yang buruk, hasil tersebut menjukan ada perbedaan yang signifikan terhadap
nilai tajam penglihatan. Ada pun hasil penelitian Subekti dan Martinngsih di RSUD
5
BENDAN Kota Pekalongan hasil analisi variable Diabetes Melitus dengan letak kekeruhan
katarak lensa menujukan bahwa dari 85 sampel, katarak kortikal pada pasien Diabetes
Melitus meliliki nilai OR=0,697; p=0,440 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna
dengan pasien bukan Diabetes Melitus, katarak nuclear pada pasien Diabetes Melitus
memiliki nilai OR= 0,721; p=0,438 yang berarti tidak memiliki perbedaan bermakna
dngan pasien bukan Diabetes Melitus, sedangkan untuk katark subcapsular posterior pada
pasien Diabetes Melitus memiliki nilai OR= 5,294; p=0,026 yang menunjukan ada
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur hasil operasi katarak, yaitu
menggunakan indicator klinis seperti tajam penglihatan, atau menggunakan laporan pasien
operasi menurut WHO, yaitu tajam penglihatan baik (6/6 sampai 6/18) sebanyak lebih dari
sama dengan 85%, tajam penglihatan sedang (6/18 sampai 6/60) sebanyak 5%-15%, dan
tajam penglihatan buruk (kurang dari 6/60) adalah kurang dari 5% (Pararajasegaram, 2002;
Rahayu, 2004).
Berdasarkan faktor yang didapat, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
Perbandingan Stadium Kekeruhan Lensa PraOperasi dan Visual Outcome Pasca Operasi
antara Pasien Katarak dengan Diabetes Mellitus dan Pasien Katarak tanpa Diabetes
masalah sebagai berikut :“ Apakah ada perbandingan antara pasien katarak dengan
diabetes mellitus dan pasien katarak tanpa diabetes melius di Rumah Sakit Pertamina
kekeruhan lensa praoperasi dan visual otcome pasca operasi antara pasien
katarak dengan diabetes mellitus dan pasien katarak senilis tanpa diabetes
Bandar Lampung.
pada katarak senilis dengan diabetes mellitus dan katarak senilis tanpa
Lampung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah
tentang penelitian katarak dengan diabetes mellitus dan katarak tanpa diabetes
diabetes mellitus.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan referensi bagi peneliti
mellitus.
8
sectional.
Bandar Lampung.
operasi antara pasien katarak dengan diabetes mellitus dan pasien katarak tanpa
Pasien katarak dengan diabetes mellitus dan pasien katarak tanpa diabetes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani “Katarrhakies” yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut sebagai bular dimana penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak umumnya merupakan penyakit
pada usia lanjut sekitar usia diatas 50 tahun, atau disebut juga katarak senil (Ilyas,
2010).
menjadi buram yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan total. Penyakit
katarak terutama disebabkan oleh proses degenerasi yang berkaitan dengan usia.
Katarak kini masih menjadi penyakit paling dominan pada mata dan merupakan
penyebab utama dari kebutaan di seluruh dunia. Paling sedikit 50% dari semua
1) Katarak nuclear
besar katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik.Cirri khas dari
mendadak indeks refraksi antara nukleus sklerotik dan korteks lensa dapat
2) Katarak kortikal
katarak yang paling sering terjadi.Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada
pemisahan lamella kortek anterior atau posterior oleh air. Kekeruhan putih
didapatkan pada penderita dengan usia lebih muda disbanding kedua jenis
katarak yang lain. Gejalanya antara lain fotofobia dan penglihatan yang
1. Umur
lanjut. Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh,
2. Trauma Mata
epitel pada lensa.Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
3. Diabetes Militus
diabetes sering terjadi karena kelebihan kadar sorbitol (gula yang terbentuk
4. Hipertensi
5. Genetika
6. Merokok
7. Alkohol
8. Radiasi Ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet pada siang hari cukup tinggi dan paparannya
untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi pemicu katarak.Sebab sinar
gangguan penglihatan ini adalah lambat dan progresif.Hal ini dapat bertimbul
melalui kesukaran membaca tulisan yang halus atau seseorang itu memerlukan
Pasien juga mengalami gangguan silau yang disebabkan oleh matahari atau
lampu kenderaan pada hari malam.Hal ini diakibatkan oleh dispersi cahaya yang
berlaku akibat kekeruhan lensa yang berlaku pada pasien katarak.Pasien juga dapat
seseorang dapat didefinisikan dengan nilai Snellen sebanyak 6/12. Hal ini
1) katarak congenital
yang sudah didapat sejak masih didalam kandungan hingga 1 tahun. Katarak
kelainan lensa. Katarak kongenital ini juga dapat terjadi bersamaan dengan
2012).
2) Katarak juvenile
anak yang didapat setelah lahir (1 tahun) hingga umur dibawah 20 tahun.
Katarak juvenil terjadi sangat jarang dan biasanya terjadi akibat adanya
didapatkan serat lensa yang lembek dan seperti bubur, sering disebut sebagai
soft cataract. Katarak juvenil ini sering dianggap sebagai manifestasi dari
3) Katarak presenilis
serat lensa yang akan terus bertambah. Pertumbuhan serat lensa yang baru
ini akan menyebabkan adanya pergeseran dan penekanan serat lensa yang
4) Katarak senilis
lensa, terjadi pada orang dengan usia diatas 40 tahun. Hal ini ditandai
nukleus. Secara klinis proses penuaan ini sebenarya sudah terjadi sejak
Jenis kelainan katarak ini sudah terlihat sejak lahir dan bersifat
terdapat serat – serat lensa yang keruh berbatas tegas dengan bagian tengah
dari derajat kekeruhan lensa dan seberapa banyak kekeruhan lensa menutupi
Katarak tipe ini terjadi ketika lensa belum sepenuhnya terlepas dari
Katarak nuklear terbentuk pada usia gestasi 3 bulan. Katarak tipe ini
5) Katarak sutural
membatasi lensa menjadi batas depan dan belakang yang terbentuk dari
pertemuan serat – serat lensa primer pada tepi lensa. Katarak tipe sutural
19
1) Katarak komplikata
timbul pada usia yang lebih muda dan mengenai kedua mata (Ilyas, 2012).
Kekeruhan ini akan hilang setelah terjadi rehidrasi dan kadar gula
normalkembali
2) Pasien diabetes mellitus juvenil dan tua tidak terkontrol akan terlihat
pasien nondiabetes.
20
2) Katarak sekunder
fako. Terlihat adanya penebalan kapsul posterior akibat prolifeasi sel – sel
radang pada sisa – sisa korteks yang tertinggal (James et all, 2012).
3) Katarak trauma
gambaran kapan trauma tersebut terjadi. Perforasi pada trauma lensa akan
(Ilyas, 2012).
jangka panjang. Katarak timbul karena ada ikatan kovalen antara steroid dan
2012).
resiko terkena katarak. Selain itu kadar radiasi yang ada pada lingkungan
21
mata terpapar langsung dengan sinar UVB maka resiko terkena katarak
Lensa dibentuk oleh protein kristalin dan mempunyai jalur protein membran
membenarkan lensa untuk mengabsorbsi radiasi dalam jangka masa yang panjang
untuk menghindari kerusakkan yang diakibatkan oleh radiasi pada lensa. Namun,
upaya ini akan menurun seiring dengan usia oleh karena stres oksidatif dan
penurunan kemampuan metabolisme glukosa yang dialami oleh lensa. Hal ini akan
Apabila kadar glukosa dalam lensa meninggi, jaluran poliol akan teraktivasi
lebih banyak daripada jaluran glikolitik, lalu akan menyebabkan akumulasi dari zat
sorbitol dalam lensa. Sorbitol pula akan dimetabolisme menjadi fruktosa oleh enzim
poliol dehidrogenase dan reaksi ini dikatalisir oleh enzim aldose reduktase. Namun,
glukosa. Ini bermakna bahwa akumulasi sorbitol dalam lensa akan terjadi sebelum
zat ini dapat dimetabolisme. Hal ini, bersamaan dengan karakteristik permeabilitas
yang rendah dari lensa terhadap sorbitol akan mengakibatkan penumpukkan sorbitol
22
di dalam lensa. Dalam hal inilah berperan penting dalam pembentukkan katarak
Kadar oksigen yang meninggi dalam mata juga mempunyai peranan dalam
formasi katarak. Contohnya, pemaparan lensa terhadap kadar oksigen yang tinggi
lensa yang menambah dan pembentukkan katarak nuklear (Levin, L.et al., 2011).
penyakit katarak adalah usia yang lanjut, trauma mata, indeks massa tubuh yang
Katarak senilis adalah katarak pada pasien yang berumur lebih dari
50 tahun yang tidak diakibatkan oleh trauma mekanik, kimiawi atau radiasi
adalah agregasi protein dalam lensa, kerusakkan sel-sel serat membran dan
migrasi abnormal sel epitel lensa mata. (Gupta, V., et al., 2014).
2. Trauma mata
trauma tumpul yang mengenai bola mata, atau katarak perforasi yang
muncul dari adanya trauma paada lensa yang disebabkan oleh perforasi
kornea dan sklera oleh benda tajam yang terbuat dari logam, kayu, atau
kaca. Lensa menjadi putih setelah adanya benda asing karena lubang pada
23
kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan juga humor vitreus masuk
Indeks massa tubuh yang tinggi atau dengan lebih spesifik lagi,
katarak. Oleh itu, kausalitas katarak akibat obesitas masih tidak dapat
4. Hipertensi
al., 2014).
5. Diabetes mellitus
stres oksidatif, stress osmotic dan glikasi tanpa enzim pada lensa mata.
stadium kekeruhanlensa.
3. Polypia
5. Sensitif terhadap cahaya, yang dikeluhkan pasien adalah rasa silau ketika
melihatcahaya
7. Sering bergantikacamata
1. Pemeriksaan rutin
1) PemeriksaanvisusdengankartuSnellenatauchartprojector dengan
1. Bukan Pembedahan
simptomatik.
Penatalaksanaan farmakologi:
2. Antioksidan
Katarak.
2010).
2. Pembedahan
katarak, di mana lensa akan diangkat dan digantikan oleh lensa palsu, lensa
donor atau kaca mata afakia. Berikut merupakan indikasi dan kontraindikasi
pembedahan katarak.
Indikasi :
pasien.
Kontra indikasi:
etal., 2011).
1. Pharmacoemulsification
1) Katarak insipiens
2) Katarak immatur
Pada katarak immatur kekeruhan terlihat menebal namun belum rata pada
keseluruhan lensa, masih terdapat bagian jernih diantaranya.Selain itu mulai terlihat
dapat mempengaruhi status refraksi seseorang. Selain itu kecembungan lensa yang
3) Katarak matur
terjadinya pengeluaran air yang akan keluar bersama dengan hasil disintegrasi lensa
melalui kapsul. Lensa akan berukuran normal kembali. Pada stadium ini akan
terlihat lensa berwarna sangat putih secara menyeluruh karena adanya deposit
4) Katarak hipermatur
Bila degenerasi masih berlanjut maka korteks lensa dapat mencair dan
keluar melalui kapsul lensa. Hal ini dapat mengakibatkan pengeriputan lensa dan
Morgagni) serta iris bergetar (tremulans). Selain itu massa lensa yang keluar dapat
setiap individu, ketajaman penglihatan seseorang berfokus terhadap objek yang di lihat,
objek tersebut di teruskan keretina setelahitu otak yang menejemahkan. Visus adalah
pengukuran tersebut biasanya dilakukan dalam klinik agar menghasilkan suatu nilai yang
31
gambarnya secara fokus pada fovea, fovea berada dalam macula dengan memiliki densitas
yang tertinggi terhadap fotoreseptor kerucut agar memiliki resolusi tinggi dan penglihatan
fungsi penglihatan baik ataupun buruk, dan merupakan nilai kebaikan dari sudut terkecil
yang tampak pada benda dan masih dapat di bedakan (Gabriel, 1996).Visus adalah
kemampuan dari sistem penglihatan agar mampu membekan berbagai bentuk (Anderson,
2007).Kemampuan penglihatan optimal hanya dapat di capai jika terdapat suatu jalur saraf
visual yang utuh, struktur dan fungsi mata yang sehat serta kemampuan dalam fokus mata
dan jika penglihatan masih kurang maka visus dapat diukur dengan kemampuan melihat
jumlah jari misalnya hitung jari ataupun proyeksi sinar. Besarnya kemampuan mata dalam
membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan melihat benda terkecil dalam
Katru Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan
1. Jika hasil ketajaman penglihatan seseorang pada nilai 6/6 maka pada jarak enam
2. Jika hasil ketajaman penglihatan pasien menjukan nilai 6/30, maka pasien tersebut
hanya mampu membaca angka 30 yang ditunjukan huruf pada baris dengan jarak
enam meter.
3. Apabila hasil ketajaman penglihatan pasien menunjukan nilai 6/50, hal ini berarti
pasien hanya mampu membaca huruf pada baris yang ditunjukkan pada angka
4. Apabila hasil ketajamn penglihatan pasien menunjukan nilai 6/60, makai a hanya
mampu melihat jarak enam meter, akan tetapi jika pada orang normal huruf tersebut
5. Jika pasien tidak mampu mengenal huruf yang terbesar pada kartu Snellen maka
akan dilakukan uji hitung jari. Jika pada orang normal jari dapat dilihat secara
6. Jika pada jarak meter pasien hanya mampu melihat atau menghitung jumlah jari
nilai 3/60.
7. Jika pasien hanya mampu melihat dan menghitung jari pada jarak 1 meter maka
8. Ketajaman penglihatan pasien dinyatakan lebih buruk dari 1/60 apabila pasien diuji
dengan menggunakan uji lambaian tangan. Pda jarak 300 meter seseorang
lambaian tangan namun, jika kemampuan penglihatan hanya mampu melihat pada
adalah 1/300.
9. Jika pasien hanya mampu melihat sinar saja dan tidak mampu melihat lambaian
tangan, maka ketajaman penglihatan bernilai 1/~. Sedangkan pada orang dengan
kemampuan melihat secara normal, kemampuan melihat sinarpun pada jarak yang
tidak terhingga.
10. Seseorang dinyatakan buta total, jika fungsi penglihatan sudah tidak mampu melihat
dan mengenal adanya sinar dan ketajaman penglihatan bernilai 0 (nol) (Ilyas, 2009).
lain usia, kesehatan mata dan tubuh serta latar belakang pasien. Bertambahnya usia
Sedangkan jenis kelamin bukan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
penurunan ketajaman penglihatan (Xu, 2005). Tingginya kejadian low vision atau
visual impairment disebabkan anatara lain katarak, kelainan reftaksi yang tidak di
Atrophy, dan trauma hal ini sesuai dengan penilitian di Sumatra, Indonesia (Saw,
34
2003). Menurut Riordan-Eva (2007) jika kelainan rekfraksi adalah kelainan mata
yang herediter.
disebabkan oleh stres pada fungsi tunggal dari mata. Stres terjadi pada otot
kecil dan jarak penglihatan dekat serta dalam waktu yang lama, dan pada retina
stres juga dapat terjadi jika kontras yang berlebihan dalam lapang penglihatan
persepsi.
35
sehingga agak kesulitan melihat pada jarak yang dekat. Hal seperti ini bisa
mengakibatkan kelelahan pada otot mata dan otot penggerak bola mata sehingga
bisa berakibat daya kerja seseorang pada penglihatannya akan semakin menurun
(Sobotta, 1989).
intensitas cahaya yang rendah titik jauh bergerak menjauh maka kecepatan dan
(Suma’mur, 1989).
5). Penyakit
mengenai pembuluh darah kecil sehingga sering terjadi kerusakan luas pada
beberapa jaringan termasuk mata. Pada penderita diabetes melitus yang sudah
36
tidak dapat ditentukan dengan tepat keadaanya karena kekeruhan lensa didepan
1. Faktor preoperasi
1. Operator
2. Alat
3. Tehnik operasi
4. Lama operasi
37
5. Pengukuran IOL
6. Implantasi IOL
1. Perawatan
hifema, infeksi mata bagian luar, endoftalmitis, ablasio retina Cystoid Macular
Edema (CME).
Menurut Purnaningrum (2014) visus buruk pada pasien pasca operasi katarak
4. Kelainan mata lain yang disebabkan oleh diabetes melitus antara lain abrasi
Health Organization), yaitu tajam penglihatan baik (6/6 sampai 6/18) sebanyak
lebih dari sama dengan 85%, tajam penglihatan sedang (6/18 sampai 6/60)
sebanyak 5%-15%, dan tajam penglihatan buruk (kurang dari 6/60) adalah
2.3.1 Definisi
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
melitus mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan
polifagi disertai dengan kadargula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah puasa
yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi
akibat dari sejumlah faktor di mana di dapat defisiensi insulin absolut atau relatif
2.3.2 Etiologi
penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat.DM tak tergantung insulin ditandai
dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin.Pada
awalnya kelihatan terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsive insulin pada membran sel. Akibatnya,
besar gangguan toleransi glukosa dan DM yang pada akhirnya terjadi pada pasien-
berat badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan
yang muncul terbagi atas 2 yaitu gejala khas dan gejala tidak khas.Gejala khas dari
DM yaitu poliuria, polifagia, polidipsia dan berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas.Sedangkan gejala tidak khas DM yaitu lemas, kesemutan, luka yang sulit
sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritusvulvae pada wanita
(Purnamasari, 2014).
diantaranya:
1. Poliuria
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan
2. Polidipsia
3. Polifagia
glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011). Peyusutan berat badan
1. Fisiologi Insulin
Insulin adalah Hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas yang
kadar insulin cukup dan sensitif, insulin akan ditangkap oleh reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel otot yang bertujuan untuk memasukan
glukosa kedalam sel yang seakan di pergunakan sebagai tenaga/ energi oleh
sel sehingga kadar glukosa dalam darah normal. Sedangkan pada kondisi
dengan diabetes yaitu jumlah insulin yang kurang atau dalam keadaan
insulin yang tidak baik (resistensi insulin) menyebabkan insulin dan reseptor
42
2006).
penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa hari sampai
diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan
insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi
1) Gaya hidup
minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang dapat memicu
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu
3) Obesitas
penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalam Fathmi (2012), obesitas dapat
banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap
kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah sentral atau
(tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume aliran
darah.
I. Usia
diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling
terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi
jika memiliki ayah penderita DM. Apabila kedua orangtua menderita DM,
maka akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi
(Sahlasaida, 2015).
dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Diagnosis DM
dapat ditegakkan apabila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200
(Ilyas, 2012).
bertambah. Pada kondisi normal, glukosa yang masuk ke dalam lensa akan
mengalami proses metabolisme glukosa dan diubah menjadi fruktosa. Namun pada
kondisi hiperglikemi, jalur metabolisme sorbitol akan lebih aktif bekerja. Jalur
sorbitol ini glukosa akan dirubah menjadi sorbitol oleh enzim aldose redustase (AR)
(Pollreiz, 2010).
47
jauh lebih cepat dibandingkan dengan perubahannya menuju fruktosa. Bila kondisi
ini terjadi maka akan terjadi penumpukan sorbitol di dalam lensa (Pollreiz, 2010).
hiperosmolaritas dalam lensa dimana jaringan lensa akan menarik air menuju lensa.
penarikanairdiluarkapsullensakedalamlensasehinggamenyebabkan rusaknya
Katarak
Operasi Katarak
Tidak Diteliti
Diteliti
Visual Outcome
Katarak
Stadium Kekeruhan
2.7 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
sectional, penelitian cross sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu
waktu, satu kali dan tidak dilakukan pemeriksaan ulang. Bertujuan untuk
operasi antara pasien katarak dengan diabetes mellitus dan pasien katarak tanpa
Lampung.(Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar
Lampung.
3.3.1. Populasi
dan pasien katarak tanpa diabetes mellitus di Rumah Sakit Pertamina Bintang
2.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi dalam
penelitan yaitu
3). Retinopati
52
4). Glaoukoma
5). Trauma
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep penelitian
independen yaitu stadium kekeruhan dan visual outcome, dan variabel dependen
3.6.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien
katarak dengan diabetes mellitus dan pasien katarak tanpa diabetes mellitus di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Husada Bandar Lampung yang sudah
3.6.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatandata rekam medis
pasien.
Lampung.
Lampung untuk mengambil data dari rekam medik pasien katarak dengan diabetes
mellitus dan katarak tanpa diabetes mellitus yang sesuai dengan kriteria
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini, diolah dan dianalisis dengan
versi 22.0.
adalah:
1. Editing
Pada tahap ini, penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh
2. Coding
Setelah melakukan data, penulis memberikan kode tertentu pada tiap data
3. Proccesing
4. Cleaning
whitney. Untuk mengetahui apakah ada perbandingan atau tidak antara stadium
kekeruhan visual outcome pada psien katarak senilis dengan diabetes mellitus dan
Pengolahan data
Analisis data
Penyusunan Laporan