PAPER
Disusun oleh :
KEVIN OWEN
190131084
Supervisor :
dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Non proliferative diabetic retinopati”. Penulisan makalah ini adalah
salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah
ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan
secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
i
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
DAFTAR ISI
ii
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
BAB I
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 EPIDEMIOLOGI
Studi epidemiologi telah dilakukan The Winconsin Epidemiologic Study
of Diabetic Retinopathy (WESDR) mengenai progresifitas retinopati diabetik
melibatkan tingkat ketajaman penglihatan pada populasi besar pasien DM.
WESDR mengidentifikasi seluruh pasien yang menjalani pengobatan pada 11
negara di Southern Wiconsin antara tahun 1979 dan 1980. Sebanyak 1210 pasien
dengan DM tipe 1 dan 1780 pasien dengan DM tipe 2 dimasukkan kedalam
penelitian ini.
Pada populasi pasien tersebut, WESDR melaporkan penemuan klinis yang
penting. Lamanya perjalanan penyakit diabetes secara langsung berhubungan
dengan peningkatan prevalensi retinopati diabetik pada penderita DM tipe 1
maupun DM tipe 2. Setelah 20 tahun menderita DM, sekitar 99% pasien dengan
DM tipe 1 dan 60% pasien dengan DM tipe 2 mengalami beberapa derajat
retinopati. WESDR menjumpai 3,6% pasien usia muda ( < 30 tahun pada saat
pertama didiagnosis, DM tipe 1) dan 1,6% pasien usia tua (usia ≥ 30 tahun pada
saat pertama didiagnosis, DM tipe 2) mengalami kebutaan. Pada kelompok
dengan onset muda sekitar 86% kebutaan terjadi akibat retinopati diabetik. Pada
kelompok dengan onset tua, dimana seluruh jenis penyakit mata sering terjadi, 1/3
kasus kebutaan merupakan akibat dari retinopati diabetik.6,11
2
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
2.1.3 KLASIFIKASI
Ada banyak klasifikasi retinopati diabetik yang dibuat oleh para ahli. Pada
umumnya klasifikasi didasarkan atas beratnya perubahan mikrovaskular retina
dan atau tidak adanya pembentukan pembuluh darah baru di retina.12
Tabel 1. Klasifikasi Retinopati Diabetik 12,13,14
Tahap Deskripsi
Tidak ada Tidak ada tanda-tanda abnormal yang ditemukan pada retina. Penglihatan
retinopati normal.
Makulopati Eksudat dan perdarahan dalam area macula, dan/atau bukti edema retina,
dan/atau bukti iskemia retina. Penglihatan mungkin berkurang;
mengancam penglihatan.
Praproliferatif Bukti oklusi (cotton wool spot). Vena menjadi ireguler dan mungkin
terlihat membentuk lingkaran. Penglihatan normal.
Proliferatif Perubahan oklusi menyebabkan pelepasan substansi vasoproliferatif dari
retina yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah baru di lempeng
optik (NVD) atau di tempat lain pada retina (NVE). Penglihatan normal,
mengancam penglihatan.
Lanjut Perubahan proliferatif dapat menyebabkan perdarahan ke dalam vitreus
atau antara vitreus dan retina. Retina juga dapat tertarik dari epitel
pigmen di bawahnya oleh proliferasi fibrosa yang berkaitan dengan
pertumbuhan pembuluh darah baru. Penglihatan berkurang, sering akut
dengan perdarahan vitreus; mengancam penglihatan.
4
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
5
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
6
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
ROS meningkat melalui autooksidasi glukosa pada jalur poliol dan degradasi
AGE. Akumulasi ROS di jaringan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif
yang menambah kerusakan sel.
Tabel 4. Hipotesis Mengenai Mekanisme Retinopati Diabetik.12
Mekanisme Cara Kerja Terapi
Aldose reduktase Meningkatkan produksi sorbitol, Aldose reduktase
menyebabkan kerusakan sel. inhibitor
Inflamasi Meningkatkan perlekatan leukosit pada Aspirin
endotel kapiler, hipoksia, kebocoran, edema
macula.
Protein Kinase C Mengaktifkan VEGF, diaktifkan oleh DAG Inhibitor terhadap
pada hiperglikemia. PKC b-Isoform
Nitrit Oxide Meningkatkan produksi radikal bebas, Amioguanidin
Synthase meningkatkan VEGF.
Menghambat Menyebabkan hambatan terhadap jalur Belum ada
ekspresi gen metabolisme sel.
Apoptosis sel Penurunan aliran darah ke retina, Belum ada
perisit dan sel meningkatkan hipoksia.
endotel kapiler
retina
VEGF Meningkat pada hipoksia retina, Fotokoagulasi
menimbulkan kebocoran , edema makula, panretinal
neovaskular.
PEDF Menghambat neovaskularisasi, menurun Induksi produksi
pada hiperglikemia. PEDF oleh gen
PEDF
GH dan IGF-I Merangsang neovaskularisasi. Hipofisektomi,G
H-receptor
blocker, ocreotide
Efek dari hipoksia retina yaitu arteriovenous shunt.A-V shunt berkaitan dengan
oklusi kapiler dari arterioles dan venules. Inilah yang disebut dengan Intraretinal
microvascular abnormalities (IRMA). Selain itu, dapat ditemukan dot
hemorrhage dan vena yang seperti manik-manik. 16
11
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
12
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
2.1.6 DIAGNOSIS
Deteksi dini retinopati DM di pelayanan kesehatan primer dilakukan
melalui pemeriksaan funduskopi direk dan indirek. Dengan fundus photography
dapat dilakukan dokumentasi kelainan retina.4 Keunggulan pemeriksaan tersebut
adalah mudah dilaksanakan, interpretasi dapat dilakukan oleh dokter umum
terlatih sehingga mampu laksana di pelayanan kesehatan primer. Selanjutnya,
retinopati DM dikelompokkan sesuai dengan standar Early Treatment Diabetic
Retinopathy Study (ETDRS) yang tampak pada Tabel 1. 19
15
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
Stadium Karakteristik
Stadium 0 Tiada perubahan, a:v = 2:3
Stadium I Penyempitan arteriolar yang hampir tidak terdeteksi.
Stadium II Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal:, Copper
wire arteries, Silver wire arteries, Banking sign, Salus sign
Stadium III Stadium II + perdarahan retina dan/atau eksudat
Stadium IV Stadium III + papilledema
Gambar 9. Hasil OCT Normal (A) Edema Macula pada Retinopati DM (B)
17
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
2.1.7 TATALAKSANA
Tatalaksana retinopati DM dilakukan berdasarkan tingkat keparahan
penyakit. Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan hanya perlu dievaluasi
setahun sekali. Penderita retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang
tanpa edema makula yang nyata harus menjalani pemeriksaan rutin setiap 6-12
bulan. Retinopati DM nonproliferatif derajat ringan-sedang dengan edema makula
signifikan merupakan indikasi laser photocoagulation untuk mencegah
perburukan. Setelah dilakukan laser photocoagulation, penderita perlu dievaluasi
setiap 2-4 bulan. Penderita retinopati DM nonproliferatif derajat berat dianjurkan
untuk menjalani panretinal laser photocoagulation, terutama apabila kelainan
berisiko tinggi untuk berkembang menjadi retinopati DM proliferatif. Penderita
harus dievaluasi setiap 3-4 bulan pascatindakan. Panretinal laser photocoagulation
harus segera dilakukan pada penderita retinopati DM proliferatif. Apabila terjadi
retinopati DM proliferatif disertai edema makula signifikan, maka kombinasi
focal dan panretinal laser photocoagulation menjadi terapi pilihan.23
Fotokoagulasi
Perkembangan neovaskuler memegang peranan penting dalam progresi
retinopati diabetik.Komplikasi dari retinopati diabetik proliferatif dapat
meyebabkan kehilangan penglihatan yang berat jika tidak diterapi.Suatu uji klinik
yang dilakukan oleh National Institute of Health di Amerika Serikat jelas
menunjukkan bahwa pengobatan fotokoagulasi dengan sinar laser apabila
dilakukan tepat pada waktunya, sangat efektif untuk pasien dengan retinopati
diabetik proliferatif dan edema makula untuk mencegah hilangnya fungsi
penglihatan akibat perdarahan vitreus dan ablasio retina. Indikasi terapi
18
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
19
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
khusus dimodifikasi untuk penggunaan di okuler via intra vitreal dengan dosis
0,05 mL.
Vitrektomi
Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan
(opacity) vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi aktif.Vitrektomi dapat
juga membantu bagi pasien dengan neovaskularisasi yang ekstensif atau yang
mengalami proliferasi fibrovaskuler. Selain itu, vitrektomi juga diindikasikan bagi
pasien yang mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus setelah fotokoagulasi,
RDP berat, dan perdarahan vitreus yang tidak mengalami perbaikan.1,2,8
Diabetic Retinopathy Vitrectomy Study (DVRS) melakukan clinical trial
pada pasien dengan dengan diabetik retinopati proliferatif berat. DRVS
mengevaluasi keuntungan pada vitrektomi yang cepat (1-6 bulan setelah
perdarahn vitreus) dengan yang terlambat ( setalah 1 tahun) dengan perdarahan
vitreous berat dan kehilangan penglihatan (<5/200). Pasien dengan diabetes tipe 1
secara jelas menunjukan keuntungan vitrektomi awal, tetapi tidak pada tipe 2.
DRSV juga menunjukkan keuntungan vitrektomi awal dibandingkan dengan
managemen konvensional pada mata dengan retinopati diabetik proliferatif yang
sangat berat.9
2.1.8 PENCEGAHAN
Rekomendasi pemeriksaan untuk deteksi dini retinopati DM berdasarkan
The American Diabetes Association diantaranya:
1) Orang dewasa dan anak berusia lebih dari 10 tahun yang menderita
DM tipe I harus menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter
spesialis mata dalam waktu lima tahun setelah diagnosis DM
ditegakkan.
2) Penderita DM tipe II harus menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh
dokter spesialis mata segera setelah didiagnosis DM.
3) Pemeriksaan mata penderita DM tipe I dan II harus dilakukan secara
rutin setiap tahun oleh dokter spesialis mata.
20
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
Prinsip utama penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah pencegahan. Hal ini
dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi
perkembangan retinopati diabetik nonproliferatif menjadi proliferatif.
21
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
22
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
2.1.9 KOMPLIKASI
Retinopati diabetik mengakibatkan pertumbuhan abnormal dari pembuluh darah
retina. Komplikasi ini dapat mengakibatkan permasalahan penglihatan yang
serius, 21 diantaranya:
• Perdarahan Vitreous. Pembuluh darah baru dapat mengalami perdarahan
pada suatu substansi yang jernih dan menyerupai jelly, yang mengisi bagian
pusat mata anda. Apabila jumlah perdarahan ini sedikit, hanya akan terlihat
suatu bintik hitam (melayang). Pada beberapa kasus yang lebih berat, darah
dapat mengisi cavitas vitreous dan secara komplit memblok penglihatan kita.
Apabila hanya terjadi perdarahan vitreous biasanya tidak mengakibatkan
hilangnya penglihatan yang permanen. Darah biasanya akan hilang dari mata
dalam beberapa minggu atau bulan. Kecuali retina mengalami kerusakan,
penglihatan akan kembali jelas seperti sebelumnya.21
• Ablasi retina. Pembuluh darah yang abnormal berhubungan dengan retinopati
diabetik akan menstimulai pertumbuhan jaringan parut, yang dapat mendorong
retina menjauh dari bagian belakang mata. Hal ini mengakibatkan bintik-
bintik mengambang dalam penglihatan, kilatan cahaya atau hilangnya
penglihatan yang berat.21
• Glaukoma. Pembuluh darah baru akan tumbuh pada bagian depan mata dan
mengganggu aliran normal cairan dari mata, yang akan mengakibatkan
peningkatan tekanan dalam bola mata (glaukoma). Penekanan ini dapat
merusak saraf yang membawa gambar dari mata ke otak (n. optikus).21
• Kebutaan. Pada akhirnya, retinopati diabetik, glaukoma ataupun keduanya
dapat mengakibatkan hilangnya penglihatan total.21
23
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
2.1.10 PROGNOSIS
Diabetes menyebabkan sekitar 8.000 mata menjadi buta setiap tahun.
Pengobatan retinopati diabetes memerlukan biaya yang sangat besar, namun telah
diperkirakan bahwa ini hanya mewakili seperdelapan dari biaya pembayaran
Jaminan Sosial untuk kehilangan penglihatan. Biaya ini tidak sebanding dengan
biaya dalam hal hilangnya produktivitas dan kualitas hidup.27
The Early Treatment for Diabetic Retinopathy Study menemukan bahwa
operasi laser untuk edema makula mengurangi kejadian hilangnya penglihatan
moderate (dua kali lipat dari sudut visual atau kira-kira 2-line kehilangan
penglihatan) dari 30% menjadi 15% selama periode 3 tahun. Diabetic Retinopathy
Study menemukan bahwa laser panretinal photocoagulation mengurangi risiko
kehilangan penglihatan berat (<5/200) lebih dari 50%. 27
Prognosis baik, meliputi:
• Onset baru eksudat cincin
• Kebocoran yang ringan
• Perfusi perifoveal yang ringan
Prognosis buruk, meliputi:
• Edema yang diffuse, adanya beberapa kebocoran
• Deposisi lipid pada fovea
• Iskemia makula
• Edema macula cystoids
• Visus pre-operatif kurang dari 20/200
24
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
BAB III
KESIMPULAN
25
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
DAFTAR PUSTAKA
26
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
27
PAPER NAMA : KEVIN OWEN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 190131084
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU
28