DISUSUN OLEH :
Supervisor Pembimbing :
MAKASSAR 2021
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Neuropati diabetik adalah hilangnya fungsi sensoris dimulai secara distal
di ekstremitas bawah ditandai dengan nyeri dan morbiditas substansial di mana
manifestasi neuropati yang paling sering adalah polineuropati distal simetris
selain fokal, multifokal dan neuropati autonomik yang biasa juga ditemukan. Di
antara komplikasi diabetes, sekelompok sindrom klinis yang disebabkan oleh
kerusakan pada sistem saraf perifer dan otonom adalah yang paling umum.
Umumnya disebut sebagai bentuk neuropati, sindrom ini disebabkan oleh
kerusakan sistem saraf difus dan fokal dan terjadi pada setengah dari semua
individu dengan diabetes. Neuropati difus lainnya yang sekunder akibat diabetes
dapat terjadi dan termasuk kumpulan neuropati otonom, seperti neuropati otonom
jantung, dismotilitas gastrointestinal dan sistopati diabetik dan impotensi. 4,5
2.2. Epidemiologi
The International Diabetes Federation memperkirakan bahwa 425 juta
orang di seluruh dunia menderita diabetes, menjadikannya epidemi global terbesar
di abad ke-21.5 Indonesia berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara dengan
jumlah penderita terbanyak, sebesar 10,7 juta.7 50% dari jumlah penderita
diabetes akan mengalami komplikasi neuropati perifer diabetik. Polineuropati
distal simetris adalah penyebab utama terjadinya ulserasi pada kaki dan amputasi
ekstremitas bawah di Amerika Serikat. Pasien dengan polineuropati distal simetris
dan sebelum amputasi ekstremitas bawah, mempunyai 50% risiko tinggi untuk
kehilangan kaki kedua dalam jangka waktu 2 tahun kedepan dengan kadar
kelangsungan hidup 5 tahun, lebih rendah n berbanding penderita DM tanpa
komplikasi neuropati diabetik.8 Neuropati diabetik perifer adalah penyebab
tersering neuropati di seluruh dunia, dan diestimasi dapat ditemukan pada 50%
penderita diabetes, di mana 10% hingga 20% mempunyai gejala yang memburuk
sehingga membutuhkan perawatan.9
2
3
2.4. Klasifikasi
Klasifikasi neuropati diabetik15:
1. Menurut perjalanan penyakitnya, ND dibagi menjadi:
- Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala yang muncul sebagai akibat
perubahan biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologik sehingga
masih reversibel.
- Neuropati struktural/klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan
struktural serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponenyang reversible.
- Kematian neuronhingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut
saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini sudah irreversible.
- Kerusakan serabut saraf pada umumnya dimulai dari distal menuju ke
proksimal,sedangkan proses perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh
karena itu lesi distal paling banyak ditemukan, seperti polineuropati simetris
distal.
2. Menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi
Neuropati difus
- Polineuropati sensori-motor simetris distal,
- Neuropati otonom: neuropati sudomotor, neuropati otonom
kardiovaskular, neuropati gastrointestinal, neuropati genitourinaria
- Neuropati lower limb motor simetris proksimal (amiotropi)
Neuropati fokal
- Neuropati kranial
- Radikulopati/pleksopati
- Entrapment neuropathy
2.5. Patogenesis
Proses kejadian ND (Neuropati Diabetik) berawal dari hiperglikernia
berkepanjangan yang berakibat terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol,
sintesis advance glycosilation end products (AGEs), pernbentukan radikal
bebas dan aktivasi protein kinase C(PKC). Aktivasi berbagai jalur tersebut
berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf rnenurun
5
• Neuropati otonom17
Gejala neuropati otonom juga sangat umum pada diabetes dan
dapat mempengaruhi organ gastrointestinal, kardiovaskular, dan
genitourinari. Gejala khas meliputi:
- GI: Ketidaknyamanan perut, disfagia, mual, inkontinensia tinja,
sembelit, diare
- Jantung: Hipotensi, sinus takikardia, denyut jantung variabel,
sinkop
- Kandung kemih: Aliran urin lemah, mengejan untuk berkemih,
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap,
- Kulit: Intoleransi panas, keringat gustatorik, diaforesis ekstrim
- Saraf: Carpal Tunnel Syndrome, radikulopati, lumbosakral, dan
neuropati serviks. Selain itu, saraf kranial 3,4,6, dan 7 mungkin
terpengaruh.
2.7. Diagnosis
A. Tanda dan Gejala
• Leeds Assessment of Neuropathic Symptoms and Signs (LANSS)
merupakan instrument dalam menilai nyeri neuropatik dan telah
divalidasi diberbagai negara dengan sensitivitas 82-91 % dan
spesifitas 80-94%. Instrumen ini mampu mendeteksi komponen
nyeri neuropatik menggunakan pemeriksaan sensitivitas. Terdapat
instrument lain yang juga dapat mendeteksi gejala nyeri neuropatik
seperti Douleur Neuropathique en 4 Questions (DN4),
Neuropathic Pain Questionnare (NPQ), Kuesioner nyeri McGill,19
10
B. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Elektromiografi (EMG)
Pemeriksaan elektrodiagnostik terdiri dari KHS dan
elektromiografi (EMG), yang standar untuk pemeriksaan neuropati
akibat kerusakan serabut saraf besar. EMG dapat membedakan
antara polineuropati dengan miopati, neuripati, pleksopati, ataupun
poliradikulopati. Pemeriksaan elektrodiagnostik meningkatkan
ketajaman distribusi disfungsi saraf, membedakan keterlibatan
motor dan sensorik, tingkat keparahan, serta dapat menilai
gangguan saraf berdasarkan aksonopati maupun mielinopati.
Elektrodiagnostik juga dapat dilakukan berulang dengan tujuan
evaluasi atau menilai progresifitas penyakit19.
• Nerve conduction study (NCS)
Konsensus Toronto , merekomendasikan penggunaan NCS
abnormal dengan gejala atau tanda untuk mendiagnosis neuropati
diabetik perifer. Temuan elektrofisiologis yang khas pada
neuropati diabetik perifer adalah pengurangan amplitudo potensial
11
2.8. Tatalaksana
2.8.1. Medikamentosa15
Sejauh ini, selain kendali glikemik yang ketat, belum ada
bukti kuat suatu terapi dapat memperbaiki atau mencegah neuropati
diabetik. Namun demikian, untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya
komplikasi kronik DM termasuk neuropati, saat ini sedang diteliti
penggunaan obat-obat yang berperan pada proses timbulnya komplikasi
kronik diabetes, yaitu :
- Golongan aldose reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat
penimbunan sorbitol dan fruktosa
- PenghambatACE
- Neurotropin (Nerve growth factor ,Brain-derived neurotrophic factor)
- Alpha Lipoic Acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan
radikal hidroksil, superoksida dan peroksil serta membentuk kembali
glutation.
- Penghambat Protein Kinase C
- Gangliosides,merupakan komponen utama membrane sel
12
2.8.2. Rehabilitasi
Modalitas terapi untuk mengobati neuropati diabetik bervariasi
dari latihan untuk mencegah penyakit hingga penggunaan kemajuan
teknologi seperti rTMS dan CCTS untuk mempromosikan perubahan
kortikal dalam modulasi nyeri tersebut. Singkatnya, rehabilitasi fisik pada
neuropati perifer diabetik melibatkan latihan aerobik karena manfaat
neurovaskularnya, lebih dari latihan penguatan, TENS dan rTMS.20.
o Latihan Aerobik
Dengan latihan aerobik selama 10 minggu dengan 17
pasien neuropati diabetik, Kluding et al. mendapatkan penurunan
intensitas nyeri yang signifikan yang diukur dengan skala analog
visual (VAS) dan penurunan gejala neuropatik, selain peningkatan
serabut saraf intraepidermal dengan biopsi kulit.20 Randomized
controlled trial menetapkan bahwa latihan aerobik meningkatkan
kebugaran fisik, kontrol glikemik, dan sensitivitas insulin pada
penderita diabetes. Olahraga direkomendasikan sebagai cara bagi
penderita diabetes untuk meningkatkan kontrol glikemik dan
meminimalkan komplikasi diabetes. Pelatihan aerobik termasuk
treadmill, ikut kelas aerobic, berenang, dan sepeda statis. Sesi
latihan harus dimulai dengan peregangan singkat dan/atau
pemanasan 5 menit dan selesaikan dengan pendinginan 5-10 menit.
Dilakukan sekitar 30 menit sehari, 3 – 5 hari dalam semimggu.
Randomized controlled trial oleh Dixit et al juga menemukan
bahwa latihan aerobik memiliki efek positif mempengaruhi
kecepatan konduksi saraf. 21
o Pelatihan Keseimbangan
Kelemahan di bagian distal tubuh terjadi di akhir kondisi
DPN. Seiring dengan peningkatan keparahan DPN, tanda Romberg
positif dan ataksia dapat ditemukan karena kelemahan pada fleksor
plantar pergelangan kaki dan dorsifleksor. Ketidakstabilan pada
otot ini menyebabkan kesulitan dalam menjaga keseimbangan dan
akhirnya mempengaruhi gaya berjalan. DPN mempengaruhi statis
sekaligus dinamis keseimbangan. Berbagai faktor yang
mempengaruhi keseimbangan dalam populasi ini adalah hasil dari
14
b. Rehabilitasi sensoris. Foot drop dan wrist drop dapat dicegah dengan
posisi orthosis yang tepat. Jika penurunan kaki telah terjadi, menggunakan
orthosis pergelangan kaki dapat mengkompensasi kelemahan dorsofleksi.
Orthosis pergelangan kaki dapat dibentuk dari plastik atau logam. brace
tegak dengan stop anterior-posterior, yang biasanya melekat pada sepatu.
Pada pasien diabetes, pertimbangan sensasi dan sirkulasi harus diberikan
sehingga orthosis kaki polipropilen yang disesuaikan dengan kebutuhan
direkomendasikan. Jika dorsofleksi tidak dikoreksi, pasien mencoba untuk
mengkompensasi dengan stepage gait, sehingga mengembangkan pola
gaya berjalan yang buruk dan peningkatan pengeluaran energi. Tergantung
pada tingkat keparahan kasus, alat bantu mobilitas yang sesuai, seperti
tongkat, alat bantu jalan, two-wheeled walkers, kruk, dan kursi roda dapat
diresepkan. Tongkat, alat bantu jalan, dan kruk memberikan basis
dukungan yang lebih luas dan memberikan masukan sensorik melalui
ekstremitas atas, dan tongkat dapat berguna dalam menjelajahi
lingkungan. Artopati neuropatik, sendi Charcot, dapat terjadi karena
hilangnya sensasi keseluruhan termasuk sensasi sendi dan trauma
berulang. Pada pasien seperti itu, sepatu cetakan khusus diresepkan. Pada
18
dan batang otak, dan arus frekuensi tinggi akan menghasilkan efek melalui
reseptor δ. Mima et al. telah mengamati bahwa TENS frekuensi tinggi
juga menurunkan amplitud potensial yang membangkitkan motor,
menunjukkan penurunan rangsangan eksitabilitas korti-kospinal dan
korteks motorik. 20
Onesti et al. menggunakan deep stimulation coil (H-coil), dalam lima sesi
perawatan. Hasilnya adalah penurunan nyeri yang terkait dengan
penurunan penanda nyeri fisiologis, refleks H. 20
e. Edukasi
Pasien memainkan peran penting dalam meminimalkan risiko
mengembangkan neuropati perifer diabetik dan dalam mencegah
kemungkinan konsekuensinya. Beberapa tindakan pencegahan penting
meliputi menjaga kadar gula darah tetap terkendali, kenakan sepatu yang
pas untuk menghindari luka dan periksa kaki setiap hari. Jika ada luka,
kemerahan, lecet, atau bengkak, segera temui ahli bedah kaki dan
pergelangan kaki.20
2.9 Prognosis
Prognosis untuk neuropati diabetik sangat tergantung pada seberapa baik
kondisi yang mendasari diabetes ditangani. Mengobati diabetes dapat
menghentikan perkembangan dan memperbaiki gejala neuropati, tetapi
pemulihannya lambat. Sensasi nyeri neuropati diabetik dapat menjadi cukup parah
untuk menyebabkan depresi pada beberapa pasien. Beberapa neuropati berakibat
fatal. Kematian lebih tinggi pada orang dengan neuropati otonom kardiovaskular.
Tingkat kematian keseluruhan selama periode hingga 10 tahun adalah 27% pada
pasien dengan DM dan terdeteksi neuropati otonom kardiovaskular, dibandingkan
dengan 5% angka kematian pada mereka yang tidak memiliki bukti neuropati
otonom kardiovaskular. Morbiditas dihasilkan dari ulserasi kaki dan amputasi
ekstremitas bawah.22
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
12. Andersen ST, Witte DR, Dalsgaard EM, Andersen H, Nowroth P, Fleming
T, et al. Risk factors for incident diabetic polyneuropathy in a cohort with
screen-detected type 2 diabetes followed for 13 years: ADDITION-
Denmark. Diabetes Care. 2018; 41:10681075.
13. Fakkel TM, Cakici N, Coert JH, Verhagen AP, Bramer WM, Neck JWV.
Risk factors for developing diabetic periperhal neuropathy: a meta
analysis.SN Comprehensive Clinical Medicine. 2020; 2: 1853-1864.
14. Ponirakis G, Petropoulos IN, Alam U, Ferdousi M, Asghar O, Marshall A
et al. Hypertension contributes to neuropathy in patients with type 1
diabetes. American Journal of Hypertension. 2019 Aug; 32(8): 796-802.
15. Subekti, I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.6. Interna Publishing.
2014;2395-9.
16. Bodman MA, Varacallo M. Peripheral Diabetic Neuropathy. [Updated
2021 Apr 19]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-.
17. Quan D. What are the signs and symptoms of diabetic thoracic
radiculoneuropathy. [Updated 2020 Jan 17]. Available from
https://www.medscape.com/answers/1170337-4971/what-are-the-signs-
and-symptoms-of-diabetic-thoracic-radiculoneuropathy
18. Yang Z, Zhang Y, Chen R, Huang Y, Ji L, Sun F, Hong T, Zhan S. Simple
tests to screen for diabetic peripheral neuropathy. Cochrane Database of
Systematic Reviews 2018, Issue 7.
19. Aninditha T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017; 668-9.
20. de Souza JB, Carqueja CL, Baptista AF. Physical rehabilitation to treat
neuropathic pain. Rev Dor Sao Paulo. 2016; 17(1): 85-90.
21. Majeedkutty NA, Jabbar MA, Sreenivasulu S. Physical therapy for
diabetic neuropathy: A narrative review. 2019; 30(1): 112-125.
22. Diabetic Neuropathy. National Institute of Neurological Disorders and
Stroke. 2019.
23
23. Mirtha LT, Ariono M, Putra SM. The effect of foot exercise on diabetic
patients with foot ulcer: an evidence-based case report. Journal of Diabetes
and Metabolic disorders. 2018. Available from:
https://www.heraldopenaccess.us/openaccess/the-effect-of-foot-
exerciseon-diabetic-patients-with-foot-ulcer-an-evidence-based-case-
report
24. Chang, C.F., Chang C.C., Hwang, S.L., & Chen, M.Y. (2015). Effects of
buerger exercise combined health-promoting program on peripheral
neurovasculopathy among community residents at high risk for diabetic
foot ulceration. Worldviews on EvidenceBased Nursing, 12 (3), 145–53.
25. Shah, SJ. Rehabilitation in Diabetic Neuropathy. Geriatrics and
Rehabilitation, Southern Arizona VA Health Care System. 99-103.
24