SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (SH)
Muhammadiyah Parepare
OLEH:
ADIB ISLAM
215360008
FAKULTAS HUKUM
2021
ii
HALAMAN JUDUL
Oleh
ADIB ISLAM
215360008
Pada
FAKULTAS HUKUM
2021
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya atas nama Aqilah Nim 217360003 mahasiswa Program Studi ilmu Hukum
Fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Parepare, menyatakan bahwa skripsi
dengan judul “ Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Persampahan Terhadap Lingkungan di Kota Parepare” dengan penuh
kesadaran, bahwa skripsi ini adalah betul hasul karya tulis sendiri, bukan
merupakan tiruan atau plagiat dari karya orang lain, kecuali pada bagian tertentu
yang telah dirujuk dan disebutkan dalam catatan kaki dan daftar pustaka. Jika
dikemudian hari terbukti adanya peyimpangan pada penyusunan skripsi maka
tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusun.
26 Dzulhijjah 1443 H
Penyusun
Adib Islam
Nim : 215360008
ii
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Program
Studi S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Parepare
Diajukan oleh:
Adib Islam
215360008
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
26 Dzulhijjah 1443 H
DEWAN PENGUJI
Ketua Panitia :
Sekretaris :
Pembimbing I :
Pembimbing II:
Penguji I :
Penguji II :
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa masih karya tulis ilmiah atau skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,
serta kemampuan yang penulis miliki, karena itu penulis mengharapkan kritik,
saran dan masukan yang membagun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi
ini.
2. Bapak Dr Ibrahim Fattah, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum universitas
Muhammadiyah Parepare.
4. Bapak Wahyu Rasyid, S.H.,M.H. selaku ketua jurusan dan wakil dekan I &
wakil dekan II sekaligus sebagai pembimbing II Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Parepare.
5. Para dosen dan staf Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Parepare yang
tidak sempat saya sebutkan satu persatu.
ii
6. Teristimewa kepada orang tua penulis, terima kasih telah memberikan kasih
sayang, dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
7. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me, I
wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for having no
days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me at all times
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
ABSTRACK........................................................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................
ii
ABSTRACT
ADIB ISLAM, 2021 with the research title " EFFECTIVENESS OF REGIONAL
REGULATION NUMBER 11 OF 2012 CONCERNING WASTE MANAGEMENT
ON THE ENVIRONMENT IN THE CITY OF PAREPARE " Supervisor I Mr.
Asram A.T Jadda, S.Hi., M.Hum and Supervisor II Wahyu Rasyid, S.H,.M.M.
Thesis of the Law Study Program, Faculty of Law, University of Muhammadiyah
Parepare. This study aims to determine the effectiveness of the regional
regulation number 11 of 2012 concerning waste management on the environment
in the city of Parepare and to determine the factors that influence the
effectiveness of the regional regulation number 11 of 2012 concerning the
management of waste to the environment in the city of Parepare. The approach
used in this study is empirical normative and in data collection using the method
of literature study, observation, and interviews. Based on the results of research
on local regulations number 11 of 2012 concerning waste management on the
environment in the city of Parepare has not been running effectively and the
factors that affect the effectiveness of local regulations number 11 of 2012
concerning waste management on the environment in the city of Parepare is the
factor of the capacity of Parepare City Government Apparatus, supervision and
control factors, financing factors, community participation factors, facilities and
infrastructure factors.
5
ABSTRAK
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Lestari Sinta,”Prilaku Pedagang dalam Membuang Sampah Kabupaten Lampung
Tengah”(Skripsi S1 Fatkultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UBL, 2016), hlm.1.
2
Undang-Undang Nomor.36 Tahun 2009 Tentang kesehatan.
3
Undang-Undang Republik IndonesiaNo.18 Tahun 2008,tentangPengelolaan Sampah.
7
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkrsinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan dan penanganan
sampah.4
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap
warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh karena
4
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan.
5
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, (Jakarta: Kementrian Kesehatan RI,
2011), hlm. 4
6
http://www.beritaonline.com/berita/baca/1t54e4bd8e5dc0a/kota-parepare-kota-niaga, diakses 4
Februari 2021.
8
itu, negara dan pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban
untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia
dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia
serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup yang semakin menurun
telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua
pemangku kepentingan terutama yang berkaitan dengan sampah.7
7
Pasal 8 H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
8
Ibid.,hlm.4.
9
melakukan pengelolaan terhadap sampah. Dalam Peraturan Daerah Kota
Parepare Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Persampahan. Diatur
berbagai hal yang berkaitan dengan pengeloaan persampahan. Pengelolaan
sampah tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam mengelola dan
menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan prilaku terhadap sampah
sebelum dibuang, Sehingga keberhasilan pengelolaan sampah secara baik
dan benar akan terasa oleh masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
9
Prianto Agus Ragil,” Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di Kelurahan Jombang
Kota Semarang :Analisis Sosio yuridis Pasal 28 Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah”(Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2011),hlm.3.
10
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pokok permasalahan
yang menjadi objek rumusan dalam penelitian ini adalah:
11
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan, pemahaman, dan gambaran mengenai pengelolaan
sampah berdasarkan peraturan daerah.
b) Bagi Masyarakat Luas
Bagi masyarakat luas penulisan ini di maksudkan agar
dapat memberikan pemahaman dan informasi untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan mengenai pengelolaan sampah dalam
mewujudkan kebersihan kota parepare.
c) Bagi Penulis
Penulisan ini diharapkan dapat melatih dan mengasah
penulis dalam mengkaji dan menganalisis teori-teori yang pernah
di dapat di bangku perkuliahan serta penulisan ini menjadi
pengetahuan baru guna menambah wawasan dan cakrawala dalam
pengembangan keilmuan, khususnya mengenai hukum lingkungan.
1.5 Defenisi Operasional
1.5.1 Efektivitas Hukum
10
M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, (Surabaya : Reality Publisher, 2009) hlm. 651.
11
Pasal 1 angka (4) Permendagri No 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
12
Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah
12
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya.13
Menurut Peraturan Daerah Kota Parepare No. 11 tahun 2012,
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan, pengurangan dan
penanganan sampah.14
1.5.5 Kebersihan Lingkungan
1.5.6 Adapun data penelitian yang peneliti cari dan amati yakni data 3 (tiga)
tahun terakhir yaitu data pada tahun 2017 sampai tahun 2019.
1.6 Orisinalitas Penelitian
Sebuah karya haruslah mempehatikan keaslian (orisinalitas) karya
tersebut agar tidak dianggap melakukan plagiat karya orang lain. Orisinalitas
merupakan kriteria utama dan kata kunci dari hasil karya akademik misalnya
dalam penyusunan skripsi, tesis, dan disertasi.Untuk mempermudah peneliti
dalam melakukan penelitian maka, peneliti mengambil contoh sampel dari
penelitian yang pernah dilakukan sebelumya yang mirip dengan penelitian
yang dilakukan peneliti. Adapun penelitian yang di maksud adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rosita Candrakirana mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2015
dengan judul penelitian “ Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Bidang
Pengelolaaan Sampah Sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental
Governance”
13
Pasal 5 Ayat 3 Undang-Undang No. 18 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah
14
Peraturan Daerah Kota Parepare No. 11 tahun 2012, Pengelolaan sampah
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan
13
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Ichwan Syahdiniafi
mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016 dengan judul “ Penegakan Hukum
Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Sampah Di
Indonesia (Analisis Kasus Perusahaan X).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Rosita Candrakirana
memang memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
yaitu penegakan hukum lingkungan dalam bidang pengelolaan sampah
sebagai perwujudan prinsip good environmental governance.Namun, ada
beberapa perbedaan antara penelitian yang pernah diteliti oleh Rosita
Candrakirana dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis salah satunya
yaitu metode yang digunakan dalam penelitian serta lokasi yang dilakukan
dalam penelitian ini.
Metode penelitian yang digunakan oleh Rosita Candrakirana lebih
banyak dilakukan pada Studi kepustakaan sementara peneliti sendiri
mengabungkan antara studi kepustakaan dengan wawancancara pada metode
penelitian ini.Serta, lokasi dan bahan hukum Peraturan Daerah yang
digunakan juga berbeda.Lokasi penelitian oleh Rosita Candrakiran yaitu di
Kota Surakarta dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun
2010 Tentang Pengelolaan sampah. Sementara, peneliti sendiri melakukan
penelitian di Kota Parepare dan menggunakan Peraturan Daerah Kota
Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan pada
bahan hukum.
Penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Ichwan Syahdiniafi
memiliki sedikit kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.Tapi, tidak semunya.Penelitian oleh Mochamad Ichwan Syahdiniafi
meneliti penegakan hukum lingkungan dalam kasus amdal.Sementara,
peneliti sendiri meneliti penegakan hukum lingkungan dalam pengelolaan
sampah.
14
Dalam penelitian ini, sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah
dilakukan penelitian di wilayah Kota Parepare dengan judul Efektivitas
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Persampahan Terhadap Kebersihan Lingkungan Di Kota Parepare. Penelitian
ini ingin mengkaji bagaimana pengaturan hukum pengelolaan sampah di
Kota Parepare.kemudian Penegakan Hukum Lingkungan Bidang Pengelolaan
Sampah Sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental Governance di
Kota Parepare.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Achmad Ali. 1998. Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Jakarta, Yasrif
16
14
2. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang taat
terhadap suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan
seseorang menjadi rusak.
3. Ketaatan yang bersifat internalization, yaitu jika seseorang taat
terhadap suatu aturan benar-benar karena ia merasa aturan itu sesuai
dengan nilai-nilai intrinsic yang dianutnya.
Menurut Soerjono Soekanto mengemukakan empat kesadaran
hukum, yaitu:19
1. Penggamb
2.Melakukan analisis terhadap penilaian-penilaian dan menyusun
penilaian-penilaian tersebut ke dalam tata susunan yang hierarkhis
sifatnya. Dengan cara ini maka akan diperoleh suatu pegangan atau
pedoman, apakah penggunaan suatu sarana menghasilkan sesuatu yang
positif. Artinya, apakah sarana penyembuhannya tidah lebih buruk
daripada penyakitnya;
3.Verifikasi terhadap hipotesis-hipotesis yang diajukan. Artinya, apakah
sarana-sarana yang telah dipilih benar-benar akan menjamin tercapainya
tujuan-tujuan yang dikehendaki atau tidak.
4. Pengukura
19
Soejono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2017) hlm. 25..
20
Ibid.
15
5.Identifikasi terhadap faktor-faktor yang akan dapat menetralisir efek-
efek yang buruk dari peraturan-peraturan yang diberlakukan;
6.Pelembagaan peraturan-peraturan di dalam masyarakat sehingga tujuan
pembaharuan berhasil dicapai.
Ketaatan hukum itu memiliki hubungan erat dengan kesadaran
hukum menurut Soerjono Soekanto bahwa:21
16
kecenderungan yang kuat mengartikan penegakan hukum sebagai
pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. Perlu dicatat, bahwa pendapat-
pendapat yang agak sempit tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan,
apabila pelaksanaan perundang-undangan atau keputusan-keputusan hakim
tersebut malahan menganggu kedamaian di dalam pergaulan hidup.
17
terdapat dalam Pasal 28 huruf h ayat (1) yang berbunyi “setiap orang
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan” dan Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat” pada pasal
28 dikatakan setiap warga negara berhak akan lingkungan yang baik
dan sehat, penegakan hukum lingkungan merupakan instrumen untuk
menciptakan lingkungan yang baik dan sehat25.
25
Suwari Akhmaddhian ,” Peran Pemerintah Daerah Dalam Mewujudkan Hutan Konservasi
Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 199 tentang Kehutanan (Studi di Kabupaten
Kuningan)”, Jurnal Dinamika Hukum Vol.13, No 3 (September 2013), 446-556.
26
Salim HS, Hukum Lingkungan Di Indonesia, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014) hlm.
18
Permasalahan utama dalam lingkungan hidup yang
teridentifikasi ada 5 (lima) antara lain27:
a) Perundang-undangan,
b) Penentuan standar,
c) Pemberian izin,
d) Penerapan,
e) Penegakan hukum.
Menurut Mertokusumo, kalau dalam penegakan hukum,
yang diperhatikan hanya kepastian hukum, maka unsur-unsur lainnya
dikorbankan. Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah
kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan. Oleh
karena itu dalam penegakan hukum lingkungan ketiga unsur tersebut
yaitu kepastian, kemanfaatan, dan keadilan harus
27
Nana Sudiana dan Hasmana Soewandita, “Pola Konservasi Sumber Daya Air di Daerah Aliran
Sungai Siak”, Jurnal Alami Vol. 12, No.1,(2007).Hlm 44-51.
28
Salim HS, Hukum Pertambangan Di Indonesia, (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2014) hlm.
53
19
dikompromikan.Artinya ketiganya harus mendapat perhatian secara
proposional seimbang dalam penanganannya, meskipun di dalam
praktek tidak selalu mudah melakukannya.29
29
Mertokusumo, Konservasi Sumber Daya. Jakarta, Rajawali pers, hlm. 12
30
Kartono, “Penegakan Hukum Lingkungan Administratif Dalam UndangUndang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol.09 No. 3, ( 2009): 247-257.
31
Soerjono Soekanto ,Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Rajawali
Press, 1983) hlm. 15
20
c) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung proses penegakan
hukum.
d) Faktor masyara-kat, yakni lingkungan social di mana
hukum tersebut berlaku atau diterapkan; berhubungan dengan
kesadaran dan kepatuhan hukum yang merefleksi dalam perilaku
masyarakat.
e) Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
32
Waluyo, loc.cit
21
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sedangkan menurut Pasal 1 angka (5) Pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematis,menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangandan penanganan sampah. Sehingga
pengelolaan pada kawasan perkotaan, dewasa ini dihadapkan kepada
berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan-
permasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbunan sampah,
kepedulian masyarakat (human behaviour) yang masih sangat rendah
serta masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah (final
disposal)33.
Agustus 2020.
22
pengelolaan sampah dengan berwawasan lingkungan sehingga perlu
dikaji mengenai efektifitas sanksi dalam penegakan hukum dalam
pengelolaan sampah.
23
kewenangan kepada pemerintah daerah. Dalam Pasal 12 Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 bahwa kewenangan kepada pemerintah
daerah (pemerintah konkuren) untuk menjalankan urusan
pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar
salah satunya adalah lingkungan hidup.
24
tanggungjawab negara melalui pemerintah dan pemerintah daerah.
Dimana dibutuhkan partisipasi masyakat untuk melakukan
pengelolaannya. Selain itu diperkuat dengan Pasal 63 Undang-Undang
Pengelolaan dan Perlindugan Lingkungan Hidup yang mengatur
mengenai kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dimana berdasarkan
asas tata kelola pemerintahan yang baik; dan asas otonomi daerah
dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan sampah.
35
Pasal 19 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
25
Dalam Pasal 20 ayat (2) diatur mengenai pemerintah dan
pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut:36
36
Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah.
37
Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah.
26
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi,
dan jumlah sampah.
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media
lingkungan secara aman.
2.2.3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaam
Sampah
38
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah.
27
2. Ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor
sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.
4. Kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan
Pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah.
5. Kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-
undang ini dan pengertian limbah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah dan pemerintah daerah
memegang peranan penting dalam melaksanakan UU No. 18 Tahun
2008. Sebagai pelaksanaannya, Pemerintah menetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (PP No.
81 Tahun 2012). Peraturan Pemerintah ini dibentuk dengan tujuan
untuk melindungi kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan,
menekan terjadinya kecelakaan dan bencana yang terkait dengan
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga, serta mendukung pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.Tujuan tersebut tercantum di dalam Penjelasan peraturan
pemerintah tersebut.PP No. 81 Tahun 2012 juga memberikan landasan
bagi penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di
daerah.Dengan lahirnya PP No. 81 Tahun 2012, maka pemerintah
daerah berkewajiban untuk segera membentuk peraturan daerah terkait
dengan pengelolaan sampah.39
Sebelum lahirnya PP No. 81 Tahun 2012, Menteri Dalam
Negeri mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33
Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah (Permendagri No.
33 Tahun 2010) yang menjadi landasan bagi pemerintah daerah dalam
pengelolaan sampah. Pasal 2 Permendagri No. 33 Tahun 2010
39
Dissa, Hekap, latar belakang uu no 18 tahun 2008. Scholar.unand.ac.id, diakses pada 23 Agustus
2020
28
menyebutkan bahwa Pemerintah daerah menyusun rencana
pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana
strategis dan rencana kerja tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah,
yang sekurang-kurangnya memuat ; (1) target pengurangan sampah;
(2) target penyediaan sarana dan prasana pengurangan dan penanganan
sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan tempat pembuangan
akhir; (3) pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan
partisipasi masyarakat; (4) kebutuhan penyediaan pembiayaan yang
ditanggung oleh pemerintah daerah dan masyarakat; dan (5) rencana
pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan
dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan
penanganan akhir sampah.40
Kewenangan Pemerintah Daerah untuk membuat suatu
peraturan daerah juga diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 23 Tahun 2014).
Pasal 17 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Daerah
berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
40
Pasal 2 Permendagri No. 33 Tahun 2010 Pedoman Pengelolaan Sampah
29
2.3. Gambaran Umum Sampah
2.3.1. Pengertian Sampah
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah, “sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat.” Kemudian dalam Ayat (5) Pengelolaan sampah dimaksud
adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
41
Apriadi. Menghindari, Mengolah dan menyingkirkan Sampah. Jakarta, Abdi Tandur, 2010.
Hlm. 89
42
Ibid.
30
segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau
gangguan kelestarian.”
Dalam kamus lingkungan dinyatakan bahwa pengertian
sampah adalah, “bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi
atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau
materi berkelebihan atau buangan.”43
31
berupa sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan
kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
5. Sampah Pertanian
Sampah yang dihasilkan dari tanaman dari binatang daerah
pertanian misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau
sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun
bahan pembasmi serangga tanaman.
32
2.4. Gambaran Umum Kebersihan Lingkungan
45
http://www.turorialto.com/pendidikan/1136-pengertian-kebersihan-lingkungan.html. Diakses
tanggal 23 Agustus 2020
46
http://juaria-blogspotcom.blogspotcom/2011/05/kebersihan-menurut-ajaran-islam.html.
Diakses tanggal 23 Agustus 2020
47
Asy-Syerkh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, terjemah Fathul Muin, hal. 23
33
Kebersihan merupakan upaya manusia untuk memelihara
diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan noda dalam
rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan
nyaman. Menurut agama, kebersihan merupakan sebagian dari
iman. Oleh karena itu kebersihan sangat berarti dan sangat
bermanfaat bagi semua orang. Ini semua sesuai dengan hadits
Nabi Muhammad SAW. Kebersihan akan lebih menjamin
kebersihan seseorang dan menyehatkan, serta kebersihan tidaklah
sama dengan kemewahan. Kebersihan adalah usaha manusia
supaya lingkungan tetap sehat terawat secara berkelanjutan.
Semakin banyak kotoran yang menumpuk maka semakin tidak
baik pula untuk dilihat dan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit atau wabah penyakit di sekitarnya. Dalam hal ini umat
beragama dan masyarakat sekitar mutlak diperlukan dalam
menciptakan lingkungan masyarakat yang bersih dan sehat.
Kondisi bersih sangatlah mendukung kenyamanan dan
ketentraman, sebaliknya apabila tempat yang kotor akan
menjadikan kondisi yang suram.48
1. Kebersihan rohani
Ajaran kebersihan mendasar adalah menyangkut kebersihan
rohani
2. Kebersihan badan
48
https://text-id.123dok.com/document/9ynlprdpq-kebersihan-lingkungan-tinjauan-
pustaka.html. Diakses 24 Agustus 2020
49
Arba”in Nawawi (Imam Nawawi), 2007) hlm. 51
34
Kebersihan badan dan jasmani merupakan hal yang tidak
terpisahkan dengan kebersihan rohani, karena setiap ibadah
harus dilakukan dalam keadaan bersih badan.
3. Kebersihan tempat
Ajaran kebersihan juga menyangkut kebersihan tempat
melaksanakan ibadah atau sarana peribadatan. Mesjid
sebagai tempat suci, dimana kaum Muslimin melakukan
ibadah harus dipelihara kesucian dan kebersihannya karena
ibadah shalat tidak sah jika dikerjakan ditempat yang tidak
bersih atau kotor.
4. Kebersihan pakaian
Kebersihan pakaian sangat penting, karena pakaian melekat
pada badan yang berfungsi menutup aurat, melindungi
badan dari kotoran dan penyakit serta memperindah badan,
maka ajaran Islam menyatukan antara kebersihan badan dan
kebersihan pakaian.
5. Kebersihan lingkungan
Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup,
menghindarkan pencemaran dari limbah atau sampah. Agama
Islam menghendaki dari umatnya kebersihan yang
menyeluruh. Dengan kebersihan yang menyeluruh itu
diharapkan akan terwujud kehidupan manusia, individu dan
masyarakat yang selamat, sehat, bahagia dan sejahtera lahir
dan batin.
35
36
2.5. Kerangka Pikir
UUD 1945
UU No 18 Tahun 2008
UU No 32 Tahun 2009
UU No 23 Tahun 2014
Perda Kota Parepare No.11 Tahun 2012
37
BAB III
METODE PENELITIAN
36
2008 tentang pengelolaan sampah. Serta Peraturan Daerah yang
dibentuk Oleh
37
beberapa daerah baik tingkat Kabupaten maupun kota seperti Peraturan
Daerah Kota Parepare Nomor 11 tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Persampahan. Serta buku-buku, hasil penelitian, artikel yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan hidup dan hasil penemuan ilmiah.
3.4.3. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan yaitu bahan hukum yang
akan memberikan penjelasan atau memberikan pemahaman pada bahan
hukum primer, bahan hukum yang dimaksud yaitu penelitian lapangan dari
hasil wawancara dengan responden yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4.3. Bahan Hukum Tersier (Penunjang).
Bahan hukum yang dimaksud adalah bahan hukum sebagai
penunjang dari bahan hukum sebelumnya baik bahan hukum primer maupun
bahan hukum sekunder seperti bahan dari internet, kamus, kamus hukum,
dan kamus besar Bahasa Indonesia.
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah setelah semua data yang
digunakan dalam penyusunan penelitian ini terkumpul (data kepustakaan maupun
data lapangan), maka dilakukan analisis data. Analisis data yang diperoleh baik
melalui studi kepustakaan maupun wawancara akan diuraikan dan dijelaskan
mengenai keadaan yang sebenarnya dan apa yang terjadi didalamnya.
38
BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kota Parepare
4.1.1 Kondisi Geografis
Kota Parepare merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang
memiliki posisi strategis karena terletak pada jalur perlintasan transportasi darat
maupun laut, baik arah Utara – Selatan maupun Timur – Barat, dengan luas 99,33 km2
yang secara geografis terletak antara 3o57’ 39” - 4o 04’ 49” Lintang Selatan dan 119o
36’ 24” - 119o 43’ 40” Bujur Timur. Terdiri atas 4 (empat) kecamatan dan 22 (dua
puluh dua) kelurahan, yang secara administrasi memiliki batasbatas wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru, dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Wilayah Kota Parepare apabila ditinjau dari aspek topografinya terdiri dari
daerah datar sampai bergelombang, dengan klasifikasi kurang lebih 80% luas
daerahnya merupakan daerah perbukitan dan sisanya daerah datar dengan ketinggian
25 – 500 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan dataran tinggi bergelombang
dan berbukit (88,96%) dengan fungsi dominan untuk lahan perkebunan (18,56%),
kehutanan (43,04%), dan daerah permukiman (1,57%), serta sebagaian kecil
merupakan dataran rendah yang rata hingga landai (11,04%) dengan fungsi
permukiman (2,80%), pertanian (9,40%) dan perikanan (0,24%). Kota Parepare
sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian atau perbukitan terutama pada
wilayah Kecamatan Bacukiki dengan ketinggian >500 meter dpl. Khusus untuk
Kecamatan Ujung dan Kecamatan Soreang, berada pada ketinggian 0-500 m dpl.
Dengan kondisi seperti ini memperlihatkan bahwa morfologi Kota Parepare terbagi
atas morfologi rendah dan tinggi (perbukitan/pegunungan).
39
Luas wilayah Kota Parepare tercatat 99,33km2; meliputi 4 kecamatan
(Kecamatan Bacukiki, Bacukiki Barat, Ujung, dan Soreang) dan 22 kelurahan. Luas
wilayah setiap kecamatan di Kota Parepare dapat dilihat pada Tabel 4.1.50
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Persentase menurut Kecamatan di Kota Parepare.
No Kecamatan Luas ( Km2) Persentase (%)
1 Bacukiki 66,70 67,15
2 Bacukiki Barat 13,00 13,09
3 Ujung 11,30 11,38
4 Soreang 8,33 8,39
Total 99,33 100
Kecamatan Bacukiki merupakan kecamatan terluas dengan luas sekitar 66,70
km2 atau 67,15% luas Kota Parepare. Dibawah ini memperlihatkan wilayah Kota
Parepare dirinci tiap kecamatan.51
1. Kecamatan Bacukiki Barat mewilayahi 6 Kelurahan
a. Kelurahan Lumpue
b. Kelurahan Sumpang Minangae
c. Kelurahan Cappa Galung
d. Kelurahan Tiro Sompe
e. Kelurahan Kampung Baru
f. Kelurahan Bumi Harapan
2. Kecamatan Bacukiki mewilayahi 4 Kelurahan
a. Kelurahan Watang Bacukiki
b. Kelurahan Lemoe
c. Kelurahan Lompo’e
d. Kelurahan Galung Maloang
3. Kecamatan Ujung mewilayahi 5 Kelurahan
a. Kelurahan Labukkang
b. Kelurahan Ujung Sabbang
c. Kelurahan Ujung Bulu
d. Kelurahan Mallusetasi
e. Kelurahan Lapadde
4. Kecamatan Soreang mewilayahi 7 Kelurahan
a. Kelurahan Lakessi
50
Ibid.
51
Ibid.
40
b. Kelurahan Watang Soreang
c. KelurahanUjung Baru
d. Kelurahan Ujung Lare
e. Kelurahan Bukit Indah
f. Kelurahan Bukit Harapan
g. Kelurahan Kampung Pisang
52
Ibid.
41
4.1.2 Kondisi Geologi
Formasi geologi yang terdapat Kota Parepare sebagai pembentuk struktur batuan
diwilayah Kota Parepare antara lain endapan alluvial, batu gamping koral dan batuan
vulkanik seperti tuff, breksi, konglomerat dan lava. Sedangkan struktur tanah dan batuan
di wilayah Kota Parepare meliputi struktur batuan (geologi) yang terdiri dari struktur
batuan gunung api kering (Qv) dan batuan gunung api bersipat menengah dan basah
(Tnv) dan struktur batuan Tnv yang terletak di daerah sebelah selatan wilayah Kota
Parepare, sedangkan kondisi fisiografi secara garis besarnya dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yakni daratan rendah dan perbukitan, dengan urainnya ;
1) Dataran Rendah
Adapun bentuk dataran rendah di wilayah Kota Parepare terdapat dua (2)
jenis, yakni alluvial dan martin, Untuk jenis alluvial terbentuk dari deposit alluvium
berbahan halus yang berasal bagian hulu sungai dan daerah sekitarnya, sungai
utama dan anak sungainya beserta aliran permukaan mendeposisikan bahan-bahan
suspensi, debu, pasir, kerikil dan kerakal sehingga terbentuk dataran alluvial luas
yang berumur subresen yang dijumpai dalam bentuk lahan tanggul sungai, alur-alur
draenase. Proses-proses erosi, deposisi dan sedimentasi serta pergerakan air dapat
membentuk lahan baru dengan bentuk wilayah datar, sedangkan kelompok martin
adalah bentuk daratan pantai yang terbentuk karena danya proses agradasi yakni
proses pengendapan material yang diangkut dari sungai, sehingga terjadinya
penambahan daratan. Disamping itu adanya proses lain seperti pengangkatan
daratan atau penurunan air laut, namun kedua proses ini terjadi secara terpisah
sehingga dapat membentuk teras martin, sedangkan bentuk martin yang terdapat di
Kota Parepare berupa daratan pasang surut, endapan delta dan beting pasir.
2) Perbukitan
Kelompok perbukitan adalah batuan basal yang tergolong batuan vulkanik
dengan proses endogen dan eksogen yang dapat mengubah bentuk asli morfologi
volkan menjadi perbukitan, yaitu melalui proses-proses pengangktan, erosi, gradasi,
deposisi dan gerakan massa, sehingga terbentuklah perbukitan dengan amplitudo
kurang dari 200 meter dila dibandingkan dengan daerah sekitarnya dan membentuk
bukit-bukit kecil dengan pola acak. Bentuk-bentuk lahan yang termasuk dalam
kelompok perbukitan di Kota Parepare adalah pola acak berlereng (8-15 %),
42
berlereng (15-25 %), berlereng 925-40 %) lebih dari 40 %. Sedangkan jenis tanah
yang terdapat di Kota Parepare meliputi : Tanah inceptisol adalah jenis tanah yang
mulai memperlihatkan perkembangan horizon genetic, sehingga tanah ini lebih tua
dari pada tanah entisol. Tanah Inceptisol berkembang pada rejim temperature yang
panas maka inceptisol tersebut dikategorikan sebagai sub ordo Tropeps dan grup
Dystropepts. Ordo Alfisol adalah jenis tanah yang dicirikan dengan horizon argilik,
penetapan ordo alfisol ini masih bersifat sementara karena salah satu persyaratan
utama yaitu kejenuhan basa harus lebih dari 35% pada horizon lapisan bawah. Ordo
Ultisol adalah jenis tanah yang termasuk ordo ultisol adalah tanah-tanah yang telah
mengalami perkembangan yang lebih lanjut yang dapat disebabkan oleh proses
pencucian yang sangat intensif. Tanah ini dicirikan oleh adanya horizon argilik dan
kejenuhan basa kurang dari 35% pada horizon bawah.
53
Sukaji Sarbi. Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Parepare (Parepare : Unasman Polman
Sulawesi Barat)
54
Ibid.
43
jumlah penduduk yang tinggal di kota tersebut, dan masih banyak masyarakat yang
membuang sampah sembarangan baik itu di darat maupun di lautan dan banyak
dijumpai rumah tangga yang tidak melakukan penanganan sampah, secara garis besar
hal ini diduga oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat
yang meliputi ketidak tahuan masyarakat, faktor kebiasaan dan sikap masyarakat
sendiri yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
4.2. Efektivitas Pelaksanaan Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Persampahan Terhadap Lingkungan Kebersihan Di Kota Parepare
Secara formal penentuan tugas pokok dan fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kota
Parepare tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare Nomor
11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Persampahan, di mana hal tersebut tertuang dalam
Bab 4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Bagian Kesatu Pasal 10 ayat 1 bahwa
Pemerintah Daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang
dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan Dinas Lingkungan Hidup
Kota Parepare. Penanganan sampah di Kota Parepare berada di bawah tanggung jawab
Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare.
Hasil Wawancara dengan Muhammad Iqbal sebagai Staff Analis Realisasi Anggaran Dinas Lingkungan Hidup
55
Berdasarkan Tabel 1 di atas, maka jumlah tenaga pekerja harian yang bertugas
langsung di lapangan dalam melakukan penanganan persampahan dan kebersihan
sebanyak 404 Orang yang meliputi: sopir dan operator alat berat, pengangkut sampah,
pembersih / penyapu jalan, pekerja selokan, pembabat rumput, petugas TPA / IPLT,
pemangkas pohon, pekerja taman TRS (Tonrangeng River Side), penjaga malam,
pembersih monumen Habibie-Ainun, pembersih Pare Beach, pembersih Lapangan A.
Makkasau dan pembersih taman.
Berdasarkan data sumber daya manusia pada tabel 1 bahwa jumlah pekerja harian
yang bertugas sebagai pengangkut sampah adalah 107 orang. Dari 107 orang tersebut
kemudian akan dibagi ke 2 mobil pengangkut sampah yaitu drump truk dan mobil pick up
yang dimana pada mobil drump truk ditugaskan hanya 3 orang sedangkan pada mobil pick
up ditugaskan hanya 2 orang.
Sampah bukan hanya menjadi masalah nasional akan tetapi juga telah
menjadi masalah daerah. Pengelolaan sampah yang tidak komprehensif dan
tidak mempertimbangkan aspek masyarakat dan lingkungan seringkali
memunculkan permasalahan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
Sistem yang kurang tepat, metode dan teknik pengelolaan sampah yang belum
berwawasan lingkungan, seringkali berdampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan.
Oleh karena jumlah dan volume sampah yang besar serta jenisnya yang
beranekaragam, maka jika tidak dikelola dengan benar, sampah perkotaan akan
menimbulkan dampak negatif berupa permasalahan lingkungan yang
kompleks, seperti pencemaran air, tanah dan udara, berkembang biaknya vektor
penyakit, terganggunya ketertiban, kebersihan dan keindahan lingkungan.
1) Asas Tanggung Jawab, yakni bahwa pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab
terhadap pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak masyarakat terhadap
lingkungan yang baik dan sehat.
2) Asas berkelanjutan, yakni bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan
menggunakan metode dan teknik yang ramah lingkungan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan baik
pada generasi masa kini maupun generasi yang akan datang.
3) Asas manfaat, yakni bahwa pengelolaan sampah perlu menggunakan pendekatan
yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
4) Asas keadilan, yakni bahwa dalam pengelolaan sampah, pemerintah daerah
memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan dunia usaha untuk
berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah.
5) Asas kesadaran, yakni bahwa dalam pengelolaan sampah, pemerintah daerah
mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian dan kesadaran untuk
mengurangi dan menangani sampah yang dihasilkannya.
6) Asas kebersamaan, yakni bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7) Asas keselamatan, yakni bahwa pengelolaan sampah harus menjamin keselamatan
manusia.
47
8) Asas keamanan, yakni bahwa pengelolaan sampah harus menjamin dan melindungi
masyarakat dari berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan dalam pengelolaan
sampah.
9) Asas nilai ekonomi, yakni bahwa sampah merupakan sumber daya yang mempunyai
nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah.
Kebijakan pengeloaan persampahan di Kota Parepare yang berkaitan dengan
aspek teknis pengelolaan persampahan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Daerah Kota Parepare Nomor 11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Persampahan
dapat dilihat dalam tabel 6 berikut :56
56
Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan
48
lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sehubungan
dengan itu, maka substansi Perda tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi.
49
pengelolaan sampah di Kota Parepare, dibutuhkan realisasi dari Perda Kota
Parepare Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan yang
mengatur secara lebih teknis mengenai ketentuan pengelolaan sampah sesuai
kondisi lokal di Kota Parepare dan berdasarkan ketentuan di tingkat nasional.
57
Wawancara dengan Andi Sinrang Pegawai pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare pada 12 tanggal Mei
2021
50
pengaturan yang dimuat mengakomodasi berbagai hal yang bersifat
administratif dan teknis dalam pelaksanaan pengelolaan sampah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di Indonesia serta
dilengkapi dengan muatan lokal yang spesifik untuk Kota Parepare.
1. Sampah Permukiman. Sampah ini berasal dari rumah tangga. Sampah ini
berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun
kegiatan rumah tangga lain.
2. Sampah Pasar. Sampah ini berasal dari kegiatan pasar, yang kebanyakan
merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan.
3. Sampah Penginapan. Sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau
penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas,
makanan. sampah dapur dan lain-lain.
4. Sampah Rumah Sakit. Sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit
baik termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya
sampah yang dibuang di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah
sampah jenis non B3.
51
8. Sampah Sarana Pendidikan. Jenis sampah dari sarana pendidikan
terdiri dari berbagai macam jenis sampah antara lain plastik, organik,
kertas dan lain-lain.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Parepare saat
ini sangat rendah. Hanya beberapa lokasi pemukiman melakukan sebatas
pengumpulan sampah dari rumah. Lokasi-lokasi ini adalah bekas dari
pembinaan program pengelolaan sampah oleh DLH. Selebihnya tidak ada
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah baik dalam kategori
pengumpulan, pemilahan, pengangkutan maupun penyapu jalan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Andi Sinrang mengatakan: 58
“kami selaku pedagang di pasar belum pernah diajar, diajak oleh dinas
untuk mengelolah sampah dengan baik, bahkan truk sampah biasanya
tidak diangkut secara rutin sehingga sampah disekitaran pasar
menumpuk”59
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masih ada masyarakat yang
belum mengetahui tentang peran serta masyarakat dalam hal pengelolaan persampahan
sebagai mana yang ada di sebutkan dalam Pasal 36 Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor
11 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan. Ini menjadi perhatian penting bagi
Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare dalam memberikan informasi kepada masyarakat
58
Wawancara dengan Andi Sinrang Pegawai pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Parepare pada tanggal 12 Mei
2021
59
Wawancara dengan Nur Indah pedagang di Pasar Lakessi Kota Parepare pada tanggal 14 Mei 2021
52
sebagaimana yang diamanatkan dalam Perda tentang Pengelolaan Persampahan Kota
Parepare.
53
4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan Peraturan Daerah No.
11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Persampahan terhadap Lingkungan
Kebersihan di Kota Parepare
Persoalan sampah bukan hanya menjadi persoalan kota-kota besar yang ada di
Indonesia seperti Jakarta tapi sudah menjadi persoalan bagi kota yang ada dibeberapa
daerah di Indonesia termasuk Kota Parepare. Ada beberapa factor yang menyebabkan
persoalan persampahan di Kota Parepare.
52
2. Untuk memastikan pemanfaatan sumber daya manusia yang
efektif dan pengembangan sumber daya manusia secara
maksimum.
3. Untuk memastikan penyatuan tujuan individu dengan
tujuan institusional.
4. Untuk mencapai dan mempertahankan semangat kerja yang
tinggi di antara pegawai.
5. Untuk meningkatkan kepuasan kerja dan aktualisasi diri
pegawai secara penuh.
6. Untuk mengembangkan dan mempertahankan kualitas kerja.
“dalam hal SDM di DLH Kota Parepare sudah memenuhi dari segi
kuantitas hanya saja masih butuh bimtek guna meningkatkan kemampuan
dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup khusus
penyelesaian persoalan persampahan yang ada di Kota Parepare ditambah
lagi ada beberapa posisi yang tempati oleh seseorang yang tidak sesuai
dengan bidangnya”.
Dari hasil wawancara tersebut peneliti berkesimpulan bahwa masih
ada SDM di DLH Kota Parepare yang menempati suatu posisi dibidang tertentu
tidak sesuai dengan keilmuannya sehingga dalam pelaksanaan Perda Nomor 11
Tahun 2021 tentang Pengelolaan Persampahan tidak berjalan dengan efektif.
53
4.3.2 Faktor Pengawasan dan Pengendalian
54
yang dilaksanakan oleh bidang-bidang yang ada di DLH diawasi
oleh bidang pengawasan guna meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Sedangkan bidang pengendalian di DLH melakukan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya pencegahan dan pemulihan ketika
terjadi pencemaran ataupun kerusakan lingkungan.
60
Pasal 7 huruf c Perda No. 11 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Persampahan
55
b. Memeriksa instalasi, timbulan sampah dan/atau alat
transportasi;
56
“sudah ada penganggaran dari Pemda namun dalam hal pendistribusian
dana di setiap program masih sangat minim disebabkan oleh banyak
kegiatan-kegiatan di DLH untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat”
Pada Pasal 40 ayat (1) menyebutkan;
“pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaran pengelolaan
sampah”
Pada Pasal 40 ayat (2) menyebutkan;
“pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”
57
Berdasarkan hasil penelitian, pemerintah melalui DLH
memiliki kegiatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
terkait pengelolaan sampah. Sampah organik dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, antara lain pupuk organik. Sampah
plastik dapat didaur ulang menjadi berbagai produk turunan yang
mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat. Sampah- sampah
kerdus dan besi dapat digunakan ulang dan diproduksi ulang
menjadi berbagai produk daur-ulang yang menarik. Bahkan TPA
Sampah dapat memanfaatkan gas metan yang terkandung di
dalamnya menjadi energi untuk memasak dan energi listrik
58
b. Aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan,
pemilahan, pengangkutan dan pengelolaan sampah.
a. Sosialisasi;
b. Mobilisasi;
59
diangkut secara rutin. Berdasarkan hasil wawancara dengan Andi
Sinrang mengatakan:
60
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penilitian, Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
Berdasarkan hasil Penelitian yang penulis lakukan baik secara normative
maupun empiris, penulis memberikan saran
1. Perlunya komitmen untuk Perda Kota Parepare Nomor 11
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan
2. Perlunya koordinasi antara pemerintah, LSM, masyarakat.
3. Perlunya tindakan langsung oleh pemerintah terhadap para pelanggar
PERDA No. 11 tahun 2012 Tentang Pengelolaan Persampahan. Guna
memberikan efek jera terhadap pelanggar.
61
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
MAJALAH/JURNAL/DUKOMEN/SKRIPSI/TESIS/DESERTASI
63
Nopyandri.“Penerapan Prinsip Good Environmental Governance dalam Perda
Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jurnal Ilmu
Hukum, Volume 2 No.1 Tahun 2011.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
WEB/INTERNET
Dissa, Hekap, latar belakang uu no 18 tahun 2008. Scholar.unand.ac.id,
64
Badan Pusat Statistik, https://www.bps.go.id,
65
LAMPIRA
N
66
67
68
69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
70