Anda di halaman 1dari 17

REHABILITASI

MEDIK PADA
TRIGGER FINGER
Risma Rahman – C014211005

Supervisor Pembimbing:
dr. Anshory Sahlan, Sp.KFR (K)
DEFINISI
Stenosis flexor tenosynovitis = TRIGGER FINGER
Stenosing tenovaginosis =
 Sarung pelindung disekitar tendon jari menjadi bengkak atau terbentuk nodul pada tendon akibat inflamasi
sehingga celah selubuh retinaculum menjadi sempit.

 Nyeri
 Kaku
 Keterbatasan mobilitas sendi
 Menurunannya kekuatan otot-otot
tangan
 Akibat gerakan atau aktivitas jari-jari yang berulang dan monoton.

Giugale, J. M., & Fowler, J. R. (2015). Trigger finger: adult and pediatric treatment strategies. Orthopedic Clinics, 46(4), 561-569.
Vasiliadis, A. V., & Itsiopoulos, I. (2017). Trigger finger: an atraumatic medical phenomenon. The Journal of Hand Surgery (Asian-Pacific Volume), 22(02), 188-193.
Fauzi, A. (2015). Trigger Finger. Juke Unila, 5(9), 134-140.
Matthews, A., Smith, K., Read, L., Nicholas, J., & Schmidt, E. (2019). Trigger finger: An overview of the treatment options. Journal of the American Academy of PAs, 32(1), 17-21.
EPIDEMIOLOGI
 Insidensi  28 kasus / 100.000 orang dalam populasi / tahun.
 Wanita >> Pria
 Kebanyakan pada usia 35-60 tahun
 Tangan dominan lebih sering terkena
 Dapat mempengaruhi 1 jari atau ibu jari atau beberapa jari pada waktu yang bersamaan,
 Peningkatan insiden pada kondisi sistemik tertentu  DM & radang sendi.
 Anak-anak << orang dewasa
 Anak-anak  kondisi langka, usia 1-4 tahun, laki-laki = perempuan  90% trigger
thumb.

Giugale, J. M., & Fowler, J. R. (2015). Trigger finger: adult and pediatric treatment strategies. Orthopedic Clinics, 46(4), 561-569.
Vasiliadis, A. V., & Itsiopoulos, I. (2017). Trigger finger: an atraumatic medical phenomenon. The Journal of Hand Surgery (Asian-Pacific Volume),
22(02), 188-193.
Fauzi, A. (2015). Trigger Finger. Juke Unila, 5(9), 134-140.
Matthews, A., Smith, K., Read, L., Nicholas, J., & Schmidt, E. (2019). Trigger finger: An overview of the treatment options. Journal of the American
Academy of PAs, 32(1), 17-21.
Imron, A., Dillah, U. (2013). Auto Stretching dan Transfer Friction lebih baik daripada Paraffin Bath dan Transverse Friction terhadap kemampuan
fungsional tangan pada kasus Trigger Finger. Jurnal Fisioterapi, 13(1), 33-45.
ETIOLOGI
IDIOPATIK  MULTIFAKTORIAL

 Pergerakan jari berulang atau terus menerus


 Trauma lokal pada jari
 Penggunaan tangan yang berlebihan
 Pegangan yang kuat pada sendi MCP dan fleksi pada tangan  seperti hand
held tools.
 Pekerjaan yang membutuhkan cengkraman ekstensif dan fleksi tangan seperti
penggunaan gunting atau alat genggam.

Fauzi, A. (2015). Trigger Finger. Juke Unila, 5(9), 134-140.


Matthews, A., Smith, K., Read, L., Nicholas, J., & Schmidt, E. (2019). Trigger finger: An overview of the treatment options. Journal of the
American Academy of PAs, 32(1), 17-21.
Makkouk, A. H., Oetgen, M. E., Swigart, C. R., & Dodds, S. D. (2008). Trigger finger: etiology, evaluation, and treatment. Current reviews in
musculoskeletal medicine, 1(2), 92–96.
PATOFISIOLOGI

Imron, A., Dillah, U. (2013). Auto Stretching dan Transfer Friction lebih baik daripada Paraffin Bath dan Transverse Friction terhadap kemampuan fungsional tangan pada kasus Trigger
Finger. Jurnal Fisioterapi, 13(1), 33-45.
Singapore General Hospital. Trigger Finger. [Updated 2016 March 1]. In: SingHealth Medical News [Internet]. Available from: https://www.singhealth.com.sg/rhs/news/patient-
care/trigger-fingers
MANIFESTASI KLINIS
● Jari menekuk dan terkunci.
● Secara progresif menimbulkan nyeri yang terlokalisir.
● Kekakuan yang hebat saat pagi hari.
● Kekakuan pada sendi MCP dan PIP sampai tidak dapat melakukan fleksi
dan ekstensi  limitasi fungsi
● Adanya benjolan pada sendi interphalangeal jari-jari  bunyi klik
(clicking sound) saat jari fleksi dan ekstensi.
● Kronis  deformitas

Fauzi, A. (2015). Trigger Finger. Juke Unila, 5(9), 134-140.


Imron, A., Dillah, U. (2013). Auto Stretching dan Transfer Friction lebih baik daripada Paraffin Bath dan Transverse Friction terhadap kemampuan
fungsional tangan pada kasus Trigger Finger. Jurnal Fisioterapi, 13(1), 33-45.
Delisa, Frontera W.R.Physical medicine and rehabilitation;Principels and Practice.5TH Ed.,Vol1.J.B.Lippincott,2010,p928
DIAGNOSIS
● Diagnosis  berdasarkan gejala klinis.
● Perlu diketahui riwayat trauma dan keadaan komorbid pasien.
● Fase akut  triggering tidak terlihat  perlu dibedakan dengan adanya infeksi atau trauma
 bila diinjeksi lidokain ke selubung fleksor dan nyeri berkurang serta jari dapat digerakkan secara aktif
maupun pasif  diagnosis : Trigger finger.
● Pemeriksaan fisis : ditemukan adanya nodul pada MCP, krepitasi, kesulitan untuk mengekstensikan jari-jari
setelah fleksi.
● Trigger thumb pada anak, maka akan menunjukkan 1 atau 2 gejala berikut:
i) Trigger thumb dalam fleksi pada sendi interphalangeal (IP)
ii) Teraba nodul yang disebut Notta’s node di daerah kepala metacarpal
iii) Ketidak nyamanan dengan ekstensi ibu jari secara paksa.

Giugale, J. M., & Fowler, J. R. (2015). Trigger finger: adult and pediatric treatment strategies. Orthopedic Clinics, 46(4), 561-569.
Vasiliadis, A. V., & Itsiopoulos, I. (2017). Trigger finger: an atraumatic medical phenomenon. The Journal of Hand Surgery (Asian-Pacific Volume), 22(02), 188-
193.
DIAGNOSIS
● Pemeriksaan radiologis: tidak diperlukan pada pasien yang tidak memiliki riwayat inflamasi dan trauma.
● USG dan MRI  membantu gejala yang tidak khas  dapat ditemukan penebalan pada selubung
retinaculum dan tendon fleksor.
● USG  mengukur penebalan selubung yang terkena dibandingkan dengan selubung yang tidak terpengaruh
pada tangan yang sama.
● Klasifikasi menurut Green:
Grade I: Pretriggering  Nyeri, riwayat catching tanpa bukti pada pemeriksaan fisik, nyeri pada pulley A1.
Grade II: Active  terdapat catching, tetapi pasien dapat mengekstensikan jari secara aktif.
Grade III: Passive  terdapat locking, memerlukan pasif ekstensi (III A), atau tidak dapat fleksi aktif (III B).
Grade IV: Contracture  terdapat kontraktur fleksi pada sendi proximal interphalangeal (PIP).

Fauzi, A. (2015). Trigger Finger. Juke Unila, 5(9), 134-140.


Matthews, A., Smith, K., Read, L., Nicholas, J., & Schmidt, E. (2019). Trigger finger: An overview of the treatment options. Journal of the American Academy of
PAs, 32(1), 17-21
Wolfe SW, Pederson WC, Hotchkiss RN, et al. Green’s Operative Hand Surgery. 7th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2016
DIAGNOSIS BANDING
Dupuytren contracture Calcific peritendinitis
Lesi nodular tanpa rasa sakit. Nyeri yang signifikan dan eritema yang sangat
parah sehingga dapat merangsang infeksi.
Ditemukan kalsifikasi halus pada radiografi.
Diabetic cheiroarthropathy
Kemampuan terbatas untuk sepenuhnya
memperpanjang metacarpophalangeal joint
dan interphalangeal joint. Infectious tenosynovitis
Ditandai dengan nyeri hebat, eritema dan
Metacarpophalangeal joint sprain pembengkakan di sepanjang sumbu panjang tendon
atau sendi jari yang terkena, terutama setelah luka
Suspek jika pasien memiliki riwayat tusukan atau gigitan.
trauma dan tidak ada pemicu (triggering).

Nyeri sendi, nyeri tekan, bengkak, atau kaku yang berlangsung selama 6
minggu atau lebih. Biasanya poliartikular, mengenai sendi kecil secara simetris
Rheumatoid arthritis dan bilateral. Deformitas Boutonniere dan Swan-neck pada sendi
interphalangeal distal dan sendi interphalangeal proksimal mungkin ada.

Matthews, A., Smith, K., Read, L., Nicholas, J., & Schmidt, E. (2019). Trigger finger: An overview of the treatment options. Journal of the
American Academy of PAs, 32(1), 17-21.
PENATALAKSANAAN
Terapi Non-Invasif
Terapi Bedah

Terapi Pada Anak

Rehabilitasi Medik pada Trigger Finger


TERAPI NON-INVASIF

01 02 03 04 05
Modifikasi Terapi Injeksi
Terapi Es Splinting
Aktivitas NSAID Kortikosteroid

Giugale, J. M., & Fowler, J. R. (2015). Trigger finger: adult and pediatric treatment strategies. Orthopedic Clinics, 46(4), 561-569.
Vasiliadis, A. V., & Itsiopoulos, I. (2017). Trigger finger: an atraumatic medical phenomenon. The Journal of Hand Surgery (Asian-Pacific
Volume), 22(02), 188-193.
Fauzi, A. (2015). Trigger Finger. Juke Unila, 5(9), 134-140.
7. Weiss, L.D., Weiss, J.M., Pobre, T. (2010). Oxford American Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. Oxford University Press. USA,
p 118.
Splinting

(A)MCP blocking splint. (B) DIP blocking splint

Colbourn J, Heath N, Manary S, et al. Effectiveness of splinting for the treatment of trigger finger. J
Hand Ther 2008;21:336–43.
Injeksi Kortikosteroid

(A) Palmar injection technique; (B) Midaxial technique.

Colbourn J, Heath N, Manary S, et al. Effectiveness of splinting for the treatment of trigger finger. J
Hand Ther 2008;21:336–43.
Weiss, L.D., Weiss, J.M., Pobre, T. (2010). Oxford American Handbook of Physical Medicine and
Rehabilitation. Oxford University Press. USA, p 118.
TERAPI BEDAH

● Indikasi pembedahan yaitu kegagalan terapi konservatif untuk mengatasi nyeri dan gejala yang timbul
● beberapa data penelitian menyebutkan sebaiknya dilakukan setelah terapi injeksi steroid gagal
● Open release dari pulley A-1 dengan anestesi lokal, sehingga hilangnya trigger dapat dilihat intraoperative
sebelum penutupan luka
● pulley A-1 harus dilepas keseluruhan untuk menghilangkan seluruh gejala trigger finger.
● Beberapa pasien mengeluh nyeri pada palmar atau kekakuan pada jari. Nyeri akibat insisi pada umumnya
akan hilang setelah beberapa waktu dan terkadang diperlukan pemijatan di atas luka.
● Pada beberapa pasien memerlukan terapi okupasi.

Fauzi, A. (2015). Trigger Finger. Juke Unila, 5(9), 134-140.


TERAPI PADA ANAK

● Dapat sembuh secara spontan tanpa pengobatan di bawah usia 1 tahun.


● Meskipun pelepasan melalui pembedahan adalah pengobatan pilihan, pembedahan harus
ditunda sampai usia 1 tahun (untuk jangka waktu ini, bidai/splint adalah pilihan
pengobatan yang sesuai), untuk menyeimbangkan risiko anestesi dan juga mencapai
hasil yang lebih baik dan komplikasi yang lebih sedikit.
REHABILITASI MEDIK PADA TRIGGER FINGER

01 02 03 04
Paraffin Transverse Auto
ESWT Bath Friction Stretching

Imron, A., Dillah, U. (2013). Auto Stretching dan Transfer Friction lebih baik daripada Paraffin Bath dan Transverse Friction terhadap kemampuan
fungsional tangan pada kasus Trigger Finger. Jurnal Fisioterapi, 13(1), 33-45
Masduchi RH, Andriati, Pawana A, dkk. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto. 2020
Perdosri. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta: PB Perdosri; 2013
Cifu DX. Braddom’s Physical Medicine & Rehabilitation 5 th edition. Philadelphia: Elsevier. 2015
PROGNOSIS

● Dengan pengobatan, prognosisnya baik.


● Sebagian besar pasien merespons injeksi kortikosteroid.
● Beberapa kasus sembuh secara spontan ketika kondisi primer diobati.
● Namun, bahkan dengan injeksi steroid, pemulihan penuh bisa memakan waktu berbulan-bulan.
● Penderita diabetes cenderung memiliki respons yang paling tidak menguntungkan terhadap kortikosteroid
dan seringkali memerlukan pembedahan.
● Pembedahan untuk melepaskan jari pelatuk berhasil dan merupakan pilihan yang masuk akal bagi pasien
yang gagal mendapat suntikan steroid

Jeanmonod R, Harberger S, Waseem M. Trigger Finger. [Updated 2021 Jul 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459310/

Anda mungkin juga menyukai