Oleh:
Mugen Adi Suryo, S.Ked
NIM. 1808436243
Pembimbing :
dr. R. Handoko Pratomo, Sp.M
0
BAB I
PENDAHULUAN
dramatis dalam beberapa dekade kedepaan, mulai dari yang sebelumnya diperkirakan
sebanyak 382 juta penderita DM pada tahun 2013 menjadi 592 juta pada tahun 2035. 1
diperkirakan penderita DM di seluruh dunia akan mencapai 642 juta. 2 Hasil Riskesdas
diagnosis dokter adalah 1,5% dari seluruh penduduk Indonesia tanpa memandang usia
dengan perbandingan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki (1,2% dan
1,8%) dan lebih banyak dijumpai pada penduduk perkotaan dibandingan pedesaan
tersering dari diabetes. Meskipun beberapa penelitian menyatakan bahwa telah terjadi
Serikat akibat kontrol sistemik yang membaik. RD masih tetap merupakan masalah
didunia.2 Prevalensi dari RD bervariasi diantara tiap-tiap penelitian, RD hingga saat ini
terjadi pada hampir 100 juta orang di seluruh dunia dan pada suatu penelitian di
RD juga merupakan penyebab tersering kebutaan diantara orang dewasa antara usia 20-
74 tahun.4-6
1
Selain menyebabkan RD, diabetes dapat memberikan efek buruk pada seluruh
jaringan okuler meliputi lensa. Pasien dengan diabetes dilaporkan memiliki resiko
menderita diabetes hingga 5 kali lipat untuk terjadinya katarak yang lebih dini dimana
pasien-pasien dengan diabetes dilaporkan dapat menderita katarak hingga 20 tahun lebih
cepat dibandingkan orang normal. Selain itu, hingga saat ini katarak masih merupakan
penyebab kebutaan terbanyak didunia, dengan perkiraaan diderita oleh 18 juta orang. 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetic Retinopathy (DR) adalah suatu keadaan yang terjadi pada pasien
diabetik, dimana terjadinya kerusakan sel-sel retina ketika kadar gula darah tidak
diabetic retinopathy (PDR). NPDR merupakan stadium dini dari RD dimana terjadi
2
2.1.2 Epidemiologi
Retinopati diabetik (RD) merupakan komplikasi utama dari DM, dimana masih
merupakan penyebab utama kebutaan pada populasi usia produktif pada sebagian besar
namun diperkirakan sekitar 40% dari seluruh pasien diabetes. Penelitian di Indoensia
oleh Sasangko et al menunjukkan bahwa 41,3% dari pasien diabetes yang tinggal di
Durasi diabetes
Kehamilan
Hipertensi
Nephropathy
2.1.4 Klasifikasi6
klasifikasi dari Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETRDS – the modified
Airlie House classification). Versi klasifikasi yang telah disingkat dapat dilihat pada
Tabel 1, yang telah dikombinasikan dengan guidelines terapi. Selain klasifikasi dari
ETRDS, terdapat kategori deskripsi deskriptif lainnya yang biasanya digunakan secara
3
Diabetic maculopathy
Preproliferative diabetic retinopathy (PPDR)
Proliferative diabetic retinopathy (PDR)
Penyakit mata diabetes tingkat lanjut/advanced diabetic eye lanjut
Tabel 1. Versi singkat dari klasifikasi retinopati diabetik berdasarkan Early Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS).4
4
Kategori/deskripsi Manajemen penyakit
PDR ringan-sedang Tatalaksana yang diberikan
Pembuluh darah baru pada diskus/new dipertimbangkan berdasarkan derajat
vessels on the disc (NVD) atau beratnya tanda, stabilitas, faktor
pembuluh darah lainnya dilain sistemik, dan keadaan personal pasien
tempat/new vessels elsewhere (NVE), seperti kerelaan pasien untuk datang
namun luasnya tidak cukup untuk dalam kontrol ulang. Jika tidak
memenuhi kriteria resiko tinggi ditatalaksana, nilai ulang pasien
hingga maksimal 2 bulan.
PDR resiko tinggi Tatalaksana yang disarankan – sesuai
Terdapat NVD lebih dari fotografi pustaka
standart ETDRS 10A (lebih kurang ½ Sebaiknya dilakukan secepat mungkin,
area diskus) dan pada hari yang sama bila pasien
NVD apapun dengan pendarahan yang simptomatik masih memiliki
vitreous tampilan retina yang bagus
NVE lebih besar dari ½ daerah diskus
dengan pendarahan vitreous
2.1.5 Patogenesis8
microvascular abnormalities (IRMA), eksudat lemak dari pembuluh darah yang rusak,
kapiler non perfusi disertai dengan infark neuronal yang ditandai dengan cotton-wool
5
Gambar 1. Lesi patologik dari retinopati diabetik. Gambaran ilustrasi dari retina normal
dibandingkan dengan NPDR dengan diabetic macular edema (DME). Retina yang normal
meliputi terdapatnya pembuluh darah retina yang sehat, elemen-elemen sel glia meliputi sel
Muller, elemen neuronal meliputi fotoreseptor, dan resting microglia. Sawar darah retina
bagian dalam dan luar tampak intak. Sebaliknya, pada retina dengan RD menunjukkan
vaskuler (cotton wool spots dan eksudat), disfungsi glia meliputi pembengkakan sel Muller,
choriokapilaris. Terdapat disfungsi sawar darah retina yang menyebabkan penumpukan cairan
pada retina yang ditandai dengan penebalan lapisan retina, kista dan cairan subreina.
Gambar 2. Fotografi fundus disertai gambar OCT dari retina orang sehat yang normal
6
Beberapa proses patologik vaskuler retina pada RD memiliki dampak langsung
pada penglihatan. Pada NPDR, terjadi nonperfusi yang terus berlanjut pada vascular
menyebabkan okulasi atau degenerasi dari kapiler-kapiler. Adanya kapiler lokal yang
oksigenasi dan menyebabkan neuron retina pada daerah tersebut menjadi iskemia.
progresif dan dampaknya yaitu iskemiaa menyebabkan progresi terhadap PDR, dimana
mula-mula diinduksi oleh hipoksia dan ekspresi dari proangiogenic growth factors,
dimana menstimulasi terbentuknya pembuluh darah baru pada retina yang menjulur
penglihatan yang berat ketika terjadi pendarahan vitreous atau ablasio retina traksional.
Proses patologik utama lainnya yaitu diabetic macular edema (DME), dimaana
menyebabkan edema makula dan pembengkakan oleh karena neuropil, dimana sering
2.1.6 Diagnosis
Andalan utama untuk diagnosis DR hingga saat ini adalah pemeriksaan oftalmik
lengkap dan pemeriksaan retina yang didilatasi oleh dokter spelis mata atau dokter
bedah retina. Pada tahap awal DR, pasien biasanya asimptomatik. Pada tahap yang lebih
lanjut dari penyakit, pasien dapat mengeluhkan beberapa gejala seperti floaters,
progressif.9
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan oftalmologi lengkap.
Pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang, assessing color and contrast vision,
7
tekanan intraokular, pemeriksaan pupil dan funduskopi. Pemeriksaan penunjang yang
1. Mikroaneurisma
Biasanya merupakan tanda paling awal dari DR. mikroaneurisma merupakan
yang dapat timbul sebagai akibat dari filatasi fokal dari dinding kapiler
inner capilary plexus (inner nuclear layer), sering berdekatan dengan daerah
8
Mikroaneurisma – histopatologi. Gambar 3(A). Dua lengkungan kapiler yang
endotel
2. Pendarahan retina
Pendarahan retina dapat berasal dari lapisan jaringan saraf retina, intraretina.
superfisial sedangkan intraretina berasal dari ujung vena dari kapiler dan
berada pada lapisan tengah dari retina dengan gambaran bintik noda
9
Gambar 9. Eksudat yang cukup luas – beberapa berhubungan dengan
mikroaneurisma
4. Diabetic macular edema (DME)
Makulopati diabetik merupakan penyebab tersering dari gangguan penglihatan
pada pasien diabetik, terutama diabetes tipe 2. Edema retina difus disebabkan
kebocoran kapiler yang luas dan edema lokal disebabkan perembesan fokal dari
akumulasi dari debris neuronal dalam lapisan jaringan saraf. CWS disebabkan
oleh disrupsi yang menyebabkan iskemik dari akson saraf. Ketika CWS
sembuh, debris tersebut kemudian dikeluarkan dari tubuh dengan autolysis dan
10
Gambar 11. Gambaran klinis cotton wool spots
6. Perubahan vena
Anomali vena yang dijumpai pada iskemia meliputi gambaran dilitasi yang luas,
(Gambar 12). Luasnya dari daerah retina dengan gambaran perubahan vena
Gambar 12. Perubahan vena (A) melengkung (B) berbentuk seperti untaian
retina hingga ke venula, sehingga melangkaui pertukaran arteri dan vena pada
11
Gambar 13. IRMA. (A) histologi menunjukkan adanya shunting pada
Edukasi pasien. Edukasi pasien penting, terkait pasien untuk patuh terhadap
progresi dari retinopati diabetik pada diabetes tipe 2 dan peresepan sebaiknya
12
2.1.7.2 Tatalaksana khusus
Laser fotokoagulasi
Laser fotokoagulasi dilakukan pada edema makula. Terdapat jenis berupa grid
atau bevacizumab.
Triamcinolone intravitreal
Triamcinolon merupakan steroid dengan paruh waktu panjang yang berguna
tangential.
Terapi laser untuk retinopati proliferatif
Merupakan pilih utama terapi PDR, yang dikombinasi dengan pengobatan
13
yang dilakukan panretinal photocoagulation (PRP) terjadi penurunan resiko
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat keduanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau
sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenintal mata. Terdapat
beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab terbentuknya katarak lebih cepat,
seperti:
Diabetes
Radang mata
Trauma mata
Riwayat keluarga dengan katarak
Pemakaian steroid lama (oral) atau tertentu lainnya
Merokok
Pembedahan mata lainnya
Terpajan banyak sinar ultra violet (matahari)
14
Katarak yang timbul sebagai komplikasi (sekunder) dari penyakit okuler primer lainnya
sebagai contoh: katarak pada uveitik anterior kronik, katarak pada miopia berat, katarak
d. Katarak traumatika
Katarak yang paling sering dijumpai bersifat unilateral pada orang muda, dapat
disebabkan oleh trauma tembus, trauma tumpul, trauma listrik, radiasi infrared, radiasi
ion.
Katarak senilis didefinisikan sebagai katarak yang terjadi pada orang berusia >50 tahun,
tidak berhubungan dengan adanya riwayat trauma mekanik, kimia, atau radiasi.
Semakin menjadi progresif, lebih berat, dan semakin sering dijumpai pada orang usia
1. Katarak Insipien
2. Katarak imatur
3. Katarak matur
4. Katarak hipermatur
Tabel 2 Perbedaan stadium katarak.10
15
Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit
diabetes melitus.10 Diabetes berhubungan dengan 2 tipe katarak yaitu katarak senilis
yang timbul lebih dini dan memiliki progesitifitas lebih cepat dan true diabetic
cataract.12
Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis, dan hiperglikemia nyata, pada lensa
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa yang berkerut. Bila
dehidrasi lama akana terjadi kekeruhan lensa, kekerihan akan hilang bila terjadi
pada kedua amta dalam 48 jam, bentuk dapat berupa snow flake atau berupa
Pada mata terlihat meningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada
pasien diabetes. Jarang ditemukan “true diabetic” katarak. Pada lensa akan terlihat
Diperlukan pemeriksaan tes urin dan pengukuran kadar gula darah puasa.10
2.2.6 Diagnosis
Adanya opasifitas pada lensa dapat timbul tanpa menyebabkan gejala apapun pada
pasien, dan terkadang dapat dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Beberapa gejala-
16
a. Glare (silau), merupakan gangguan visual yang paling awal pada katarak. Pasien
akan merasakan silau akibat intoleransi cahaya seperti sinar matahari, lampu
kendaraan bermotor.
b. Uniocular polyopia, atau penglihatan ganda. Merupakan salah satu gejala yang
awal dirasakan. Hal ini disebabkan pembiasan cahaya oleh lensa yang tidak
c. Coloured halos (halo berwarna), pasien dapat merasakan adanya lingkaran yang
terutama pada katarak senilis dapat terjadi secara bertahap dan tidak nyeri.
Dalam menelusuri tanda pada pasien, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah: 12
a. Menguji ketajaman penglihatan. Hal ini tergantung pada lokasi dan maturitas
katarak. Tajam penglihatan berkisar antara 6/9 hingga dengan pin hole.
b. Pemeriksaan degan pencahayaan, dapat terlihat variasi dari warna lensa diarea
c. Iris shadow test, ketika cahaya diberikan ke pupil akan tampak bayangan bulan
sabit pada batas pupil dan iris yang berasal dari opasitas lensa yang keabu-
abuan. Jika lensa transaparan atau benar-benar buram, maka Iris shadow tidak
akan terbentuk.
yang berwarna kuning kemerahan tanpa adanya opasitas di bagian tengah. Pada
17
lensa katarak parsial akan tampak bayangan hitam diantara cahaya merah
didaerah katarak. Pada katarak yang penuh tidak ditemukan adanya cahaya
merah.
Pemeriksaan ini untuk melihat morfologi dari opasitas seperti lokasi, ukuran,
2.2.7 Tatalaksana
Tatalaksana utama untuk pengobatan katarak pada saat ini adalah dengan
beberapa tindakan non-bedah yang mungkin dapat membantu hingga pembedahan dapat
dilakukan
progresi dari katarak dan terkadang pada stadium dini bahkan dapat
18
kacamata hitam pada pasien dengan opasitas sental, dan pemberian obat-obatan
sikloplegik.
2.2.7.2 Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan bila sudah megganggu aktivitas. Perbaikan visual pada
b. Indikasi medis
Indikasi medis untuk dilakukan operasi katarak adalah jika terjadi komplikasi
seperti glaukoma, fakolitik, uveitis, dislokasi lensa ke bilik mata depan dan
katarak yang sudah sangat padat yang dapat menghalangi gambaran fundus,
c. Kosmetik
(ICCE)
cara membuang lensa beserta kapsul secara keseluruhan. Prosedur ini harus
dilakukan pada zonula yang lemah dan sudah mengalami degenerasi, sehingga
(ECCE).
19
Pada teknik ini sebagian epitel kapsul anterior, nukleus dan korteks dibuang
namun kapsul posterior di tinggalkan. Tekhnik ini adalah operasi pilihan untuk
saat ini karena dapat digunakan pada semua usia kecuali jika ada kontraindikasi
(subluksasi lensa).
a. Prosedur konvensional
katarak dengan membuang nukleus dan kotreks lensa melalui lubang yang dibuat
di kapsul anterior. Proses ini akan meninggalkan kapsul sebagai tempat untuk
Prosedur ini merupakan pengembangan dari teknik EKEK namun dengan lebar
isrisan yang lebih kecil (7-8 mm). Dengan irisan yang kecil tersebut maka tidak
EKEK konvensional. Metode ini dapat mengeluarkan nukleus lensa dengan cara
utuh atau dihancurkan terlebih dahulu. Teknik ini tidak membutuhkan peralatan
yang mahal, dilakukan dengan anestesi topikal dan dapat digunakan pada nukleus
yang padat.
c. Fakoemulsifikasi
korteks lensa melalui insisi kecil. Kemudian dilakukan pemaasangan IOL ruang
20
Kelebihan teknik ini adalah penyembuhan luka yang lebih cepat, perbaikan
2.2.8 Komplikasi
komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra ocular lens, IOL).
operasi katarak dapat menyebabkan perburukan pada retinopati pasien. Mata dengan
NPDR mild hingga moderate memiliki resiko yaang rendah, namun pada pasien dengan
NPDR severe dan PDR memiliki resiko menjadi penyakit yang progresif dengan cepat.
Pada pasien dengan edema makula (clinical significant macular oedema/CSMO) yang
signifikan secara klinis pada saat pembedahan cenderung memberat sedangkan pada
pasien dengan edema makula yang telah ditangani cenderung untuk terjadi rekurensi.
dimana CSMO tidak ditatalaksana dengan baik sebelum operasi. Resiko tersebut akan
semakin meningkat dengan adanya manipulasi yang berlebihan, vitreous loss, atau
inflmmasi post-operatif yang berat. Selain itu, pada pasien diabetes cenderung untuk
sebaiknya mencapai dan mempertahankan kontrol retinopati dan makulopati yang baik
setidaknya 3 bulan sebelum operasi. Selain itu, pasien juga harus tidak memiliki tanda-
21
operasi, phacoemulsifikasi berhubungan dengan hasil penglihatan yang lebih baik,
inflammasi yang lebih sedikit dan berhubungan dengan menurunnya perlunya untuk
penelitian menunjukkan progresi cepat dari retinopati banyak terjadi pada tindakan
adekuat pada retina pada pasien dengan terdiagnosa atau terduga NPDR atau DR berat.
Pada kasus ini, pasien sebaiknya dilakukan pan-retinal photocoagulation (PRP) baik
selama prosedur atau dalam waktu singkat setelah periode operasi. Ketika melakukan
PRP dengan oftalmoskop indirek, klinisi sebaiknya mengisi ruang anterior dengan
hasil akhir visual. Steroid intravitreal dapat meningkatkan tekanan intraokuler dan agen
sebagai tambahan dari pemberian steroid topikal, terutama pada pasien dengan DME
yang sudah ada sebelum operasi. Banyak penelitian telah menunjukkan dengan
macular edema.13,15
Tabel 3. Rekomendasi menurunkan komplikasi katarak pada pasien diabetes 14
22
RAHASIA
PEKANBARU
IDENTITAS PASIEN
Keluhan Utama :
23
Penglihatan kabur perlahan-lahan pada kedua mata sejak 2 tahun yang lalu.
Tidak disertai mata merah, mula-mula tampak seperti melihat helai-helai rambut halus.
Pasien juga mengeluhkan pandangan terasa sedikit berbintik-bintik hitam dan berasap.
Pasien juga mengeluhkan mata sedikit berair. Penglihatan kabur dirasakan semakin
lama semakin memberat, keluhan terkadang disertai dengan nyeri pada mata dan nyeri
kepala, silau bila melihat cahaya disangkal, belekan disangkal, mual dan muntah
disangkal.
Pasien juga mengeluhkan sering haus, sering buang air kecil, dan sering makan
banyak tetapi tidak naik berat badan. Pasien sebelumnya mempunyai riwayat penyakit
kencing manis yang sudah di diagnosis sejak 20 tahun yang lalu. Pasien mengaku tidak
rutin minum obat dan kontrol ulang sesekali. Keluhan mata pasien dirasakan semakin
memberat 2 minggu SMRS, sehingga pasien pergi berobat ke Dokter spesialis mata di
RS Kerinci, dan diberikan obat. Namun karena keluhan tidak berkurang pasien
kemudian datang kembali ke PBEC 1 hari SMRS dan kemudian di rujuk RSUD Arifin
Riwayat diabetes mellitus (+) tipe 2 sejak 20 tahun SMRS, tidak rutin berobat
Riwayat pengobatan :
24
Pasien mengkonsumsi obat diabetes melitus tipe 2 glibenclamid dan metformin, kontrol
ulang sesekali
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan keluhan pasien sekarang
DM pada keluarga (-)
Hipertensi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit rigan
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Vital sign : TD : 130/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Nafas : 15x/menit
Suhu : 36,50C
STATUS OPTHALMOLOGI
OD OS
20/200 Visus tanpa 20/200
koreksi
Tidak dapat dikoreksi Visus dengan Tidak dapat dikoreksi
koreksi
Orthophoria Posisi bola mata Orthophoria
Gerakan bola
mata
mata
Tenang Palpebra Tenang
25
Jernih Kornea Jernih
Keruh, iris shadow test (-) Lensa Keruh, iris shadow test (-)
Funduskopi
Reflek (+) Refleks fundus Reflek (+)
Keruh Vitreus Keruh
Sulit dinilai Papil Sulit dinilai
Sulit dinilai Retina Sulit dinilai
Sulit dinilai Makula Sulit dinilai
RESUME :
Ny. T usia 59 tahun, penglihatan kabur pada kedua mata sejak 2 tahun yang lalu
yang semakin memberat. Penglihatan berbintik-bintik hitam, berasap dan seperti adanya
helai rambut. Keluhan disertai dengan nyeri pada mata, mata berair, dan kepala terasa
nyeri. Pemeriksaan opthalmologi, pada mata kanan didapatkan visus 20/200 dan kiri
didapatkan visus 20/200, lensa keruh, pada pemeriksaan funduskopi didapatkan vitreous
tampak keruh.
Diagnosis Kerja:
26
Optical coherence tomography (OCT), Fundus Fluorescence angiography (FFA), Foto
Tatalaksana
Phacoemulsification + IOL ODS
Laser photocoagulation
Konsul IPD untuk kontrol gula darah
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad kosmetikum : bonam
Daftar Pustaka
27
9. Bhavsar AR, Atebara NH, Drouilhet JH. Diabetic retinopathy [Medscape]. 2019
May, 22. Accessed from: https://emedicine.medscape.com/article/1225122-
overview. Last Accessed: 2020 January, 22
10. Ilyas S, Yulianti S. Ilmu penyakit amta fifth edition. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2015
11. Gupta VB, Rajagopala M, Ravinshankar B. Etiopathogenesis of cataract: an
appraisal. Indian J Ophthalmol. 2014;62(2):103-10
12. Khurana A. Comprehensive Ophthalmology fourth ed. India: New Age
International; 2007
13. Rice J. Cataract and diabetic retinopathy. Community Eye Health. 2011;24(75):9
14. Peterson SR, Silva PA, Murtha TJ, Sun JK. Cataract surgery in patient with
diabetes: management strategies. Semim Ophthalmol. 2018; 33(1):75-82
15. Goldman DA, Trattler WB. Cataract surgery and diabetic retinopathy.
Ophthalmology. 2010;117(4):850
28