Anda di halaman 1dari 11

NARASI SLIDE PRESENTASI

SLIDE I : COVER
SLIDE 2 : BAB I PENDAHULUAN
SLIDE 3 :
Sebagai latar belakang penelitian ini adalah bahwa Retinopati Diabetik (RD) terdiri
dari dua klasifikasi yakni retinopati diabetik non-proliferatif (NPDR) dan retinopati
diabetik proliferatif (PDR).
World Health Organization (WHO) memprediksikan kenaikan jumlah penyandang
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018, DM di tahun 2013
mencapai 1,5% dan meningkat menjadi 2,0% pada tahun 2018. Tingginya
prevalensi DM ini juga berdampak dengan peningkatan komplikasi, salah satunya
adalah retinopati diabetik.
Menurut International Diabetes Federation pada tahun 2019, retinopati diabetik
merupakan penyebab utama dari kehilangan pandangan pada dewasa usia kerja (20-
65 tahun). Diperkirakan sebanyak 1 dari 3 orang yang terkena DM memiliki
komplikasi retinopati diabetik dan 10% dari penderita DM akan mengalami
kehilangan pandangan yang progresif.

SLIDE 4 :
Pada saat ini injeksi intravitreal anti-VEGF dan laser fotokoagulasi retina
merupakan terapi standar yang digunakan pada RD dan sering dijumpai efek
samping berupa edema macula dan perburukannya.
Interleukin yang paling umum ditemukan pada pasien RD adalah Interleukin-8 (IL-
8), dimana konsentrasi interleukin ini ditemukan meningkat pada vitreus pasien
dengan PDR dan hiperglikemia yang berkepanjangan.
MnSOD merupakan enzim antioksidan mitokondrial yang berperan penting dalam
detoksifikasi radikal bebas superoksida.
Berbagai macam nutraceuticals, phytochemical, vitamin, dan mineral dengan sifat
antioksidan dan atau antiinflamasi, telah terbukti memainkan peran utama pada
onset dan progresifitas RD, salah satunya ginkgo biloba.
Sampai saat ini, belum pernah ada penelitian yang dipublikasikan tentang pengaruh
Ekstrak Ginkgo Biloba sebagai terapi adjuvan terhadap retinopati diabetik non
proliferatif derajat berat paska terapi intravitreal anti-VEGF terhadap perubahan
MnSOD dan IL-8.
SLIDE 5 :
Sebagai pertanyaan penelitian adalah: Apakah terdapat pengaruh ekstrak gingko
biloba terhadap perubahan MnSOD dan IL-8 pada pasien retinopati diabetik non
proliferatif paska terapi intravitreal anti-VEGF ?
SLIDE 6 :
Tujuan Umum penelitian ini adalah:
Menganalisis pengaruh EGB terhadap perubahan MnSOD dan IL-8 pada pasien
retinopati diabetik non-proliferatif paska terapi intravitreal anti-VEGF dan
mengoptimalkan tatalaksana yang sudah ada saat ini dalam hal memperlambat
progresivitas penderita retinopati diabetik non proliferatif paska terapi intravitreal
anti-VEGF.

SLIDE 7 :
Tujuan Khusus penelitian ini adalah:
1. Menganalisis karakteristik klinis dan laboratorik sebelum dan sesudah terapi
intravitreal anti-VEGF dengan EGB (match pairs).
2. Menganalisis perubahan kadar MnSOD plasma, kadar IL-8 plasma dan
perbaikan klinis sebelum dan sesudah terapi intravitreal anti-VEGF dengan
EGB.

SLIDE 8 :
Manfaat Teoritis
1. Dengan mengetahui adanya hubungan marker stres oksidatif MnSOD paska
pemberian EGB, maka kita dapat mengetahui bahwa EGB mempunyai peran
sebagai terapi adjuvan pada penyakit retinopati diabetik non proliferatif derajat
berat sebagai anti oksidan.
2. Dengan mengetahui adanya hubungan marker mediator inflamasi IL-8 paska
pemberian EGB, maka kita dapat mengetahui bahwa EGB mempunyai peran
sebagai terapi adjuvan pada penyakit retinopati diabetik non proliferatif derajat
berat sebagai antiinflamasi.

SLIDE 9 :
Manfaat Metodologis

1. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa parameter MnSOD dapat


dijadikan parameter stres oksidatif retinopati diabetik non proliferatif derajat
berat.
2. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa parameter IL-8 dapat
dijadikan parameter stres oksidatif retinopati diabetik non proliferatif derajat
berat.
3. EGB dapat dijadikan terapi adjuvant dalam mekanisme pemberian nutrisi pada
retinopati derajat berat
Manfaat Aplikatif
1. MnSOD diharapkan dapat menjadi marker stres oksidatif pada penilaian
retinopati diabetik non proliferatif derajat berat.
2. IL-8 diharapkan dapat menjadi marker mediator inflamasi pada penilaian
retinopati diabetik non proliferatif derajat berat.
3. Penggunaan EGB diharapkan dapat menjadi terapi adjuvan yang lebih efektif
dan lebih baik pada retinopati diabetik non proliferatif derajat berat.

SLIDE 10 :
ORISINALITAS
Berdasarkan penelusuran secara kepustakaan dan secara daring, peneliti belum
menemukan penelitian tentang pengaruh EGB sebagai terapi adjuvan terhadap
perubahan kadar MnSOD dan IL-8 pada retinopati diabetik non proliferatif derajat
berat paska terapi intravitreal anti-VEGF.

SLIDE 11 :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SLIDE 12 :
Retinopati diabetik diklasifikasikan menurut derajat keparahan berdasarkan
gambaran klinisnya. Pada retinopati diabetik non proliferatif (RDNP), terdapat
perubahan vaskular intraretinal tetapi tidak tampak adanya perkembangan jaringan
fibrovaskuler ekstraretinal.
Tingkatan retinopati diabetik yang paling parah, dimana terjadi akibat
perkembangan progresifitas RDNP, yaitu retinopati diabetik proliferatif (RDP).
RDP didefinisikan oleh adanya neovaskularisasi retina yang dihasilkan dari proses
iskemia yang akibat pengaruh DM dan secara klinis diklasifikasikan sebagai early
RDP atau high risk RDP
Sedangkan RDP merupakan neovaskularisasi retina yang diakibatkan pengaruh DM.

SLIDE 13 :
Epidemiologi
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan pada orang dengan DM pada
usia 20 hingga 74 tahun di Amerika Serikat dengan 12.000 - 24.000 kasus kebutaan
baru per tahun.
Data dari WESDR menunjukkan bahwa 1,07% dan 1,3% orang dengan DM
berkembang menjadi RDP dan edema makular diabetik (EMD) setiap tahun, pada
hampir semua pasien yang lebih tua dari 20 tahun.
Berdasarkan perkiraan populasi DM AS di atas usia 20 pada tahun 2008 dari
14.456.000, diperkirakan 154.679 kasus baru RDP berkembang setiap tahun.

SLIDE 14 :
Berikut ini merupakan Patofisiologi dari Retinopati Diabetik
Mekanisme pasti bagaimana DM dapat menyebabkan DR tidak jelas.
 Growth Hormone
Growth Hormone telah terbukti mempengaruhi perkembangan dan progresifitas
retinopati diabetik. Wanita yang didiagnosis dengan nekrosis hemoragik dari
kelenjar hipofisis, yang disebut sindrom Sheehan, dikaitkan dengan retinopati
diabetik reversibel.
 Platelet & Viskositas Darah
Pasien retinopati diabetik dengan iskemia retina ditemukan memiliki berbagai
kelainan hematologi, termasuk peningkatan agregasi sel darah merah, penurunan
deformabilitas sel darah merah, peningkatan agregasi platelet, dan adhesi.
 Aldose Reductase (AR) & Faktor Vasoproliferatif
Glukosa berlebih pada kapiler retina disebabkan oleh perubahan biokimiawi pada
jalur polyol atau aldose reductase, glukosa dimetabolisme menjadi sorbitol.
Akumulasi sorbitol menyebabkan pericytes kapiler retina kehilangan fungsi
utamanya
 Edema Makula
Perkembangan edema makula disebabkan oleh peningkatan kadar diacylglycerol
selama kelebihan glukosa. Peningkatan kadar diacylglycerol mengaktifkan protein
kinase C, yang mengarah ke kebocoran cairan dan penebalan retina
 Hipoksia
Penutupan kapiler retina menginduksi terjadinya hipoksia (perfusi oksigen rendah).
Selanjutnya, infark lapisan serat saraf membentuk cotton wool spots, Peningkatan
hipoksia menyebabkan kelainan kaliber vena, seperti venous beading, loop, dan
ablasi, yang dapat diamati pada area kapiler nonperfusi. Pengamatan ini
selanjutnya mengarah ke kelainan mikrovaskuler intraretinal yang ditandai dengan
pertumbuhan pembuluh baru dan remodeling pembuluh yang sudah ada sebelumnya
melalui proliferasi sel endotel
 Neovaskularisasi
Iskemia retina persisten menghasilkan faktor provasoproliferatif, merangsang
pembentukan pem. darah baru

SLIDE 15 :
 Peranan Manganese Superoxide Dismutase (MnSOD)
Enzim MnSOD sebagai antioksidan endogen dapat menangkap dan menguraikan
radikal bebas di dalam sel menjadi zat yang kurang reaktif.
ekpresi berlebihan dari MnSOD merupakan mekanisme pencegahan terhadap
peningkatan stres oksidatif yang diinduksi oleh glukosa. Sehingga disimpulkan
bahwa MnSOD memiliki peran protektif pada patogenesis retinopati diabetik.
 Peranan Interleukin-8
Interleukin yang paling sering ditemukan pada pasien retinopati diabetik adalah IL-
6 and IL-8, dimana konsentrasi interleukin ini ditemukan meningkat pada vitreus
pasien dengan PDR dan hiperglikemia yang berkepanjangan.

SLIDE 16 :
Berikut merupakan terapi pada Retinopati Diabetik
1. Injeksi Intravitreal Anti-VEGF
terdapat tiga agen anti-VEGF yang dapat berguna untuk DR antara lain
bevacizumab, ranibizumab, dan aflibercept.
Efek samping meliputi peningkatan tekanan intraokular sementara, floaters, uveitis.
Komplikasi meliputi cedera trauma intraocular, endoftalmitis, dan tractional retinal
detachment
2. Pars plana Vitrectomy
prosedur bedah mikro untuk menghilangkan vitreous gel biasanya untuk mencapai
akses ke retina yang patologis. PPV merupakan metode utama untuk mengobati
komplikasi yang parah dari RDP seperti severe persistent vitreous hemorrhages dan
tractional retinal detachment
3. Terapi Farmakologi
Terapi anti inflamasi pada retinopati diabetic berupa; kortikosteroid dengan
mekanisme Proinflammatory transcription factors blockade
Kemudian, VEGF inhibitor dengan mekanisme Blocking VEGF-mediated
inflammation, permeabilitas vaskular, dan angiogenesis
Pemberian NSAID, Vitamin C dan E (sebagai antioksidan), Blocking Renin-
Angiotensin-System (RAS), TNF-a
4. Nutrisi dan Suplemen
very low-calorie diets (VLCD), yang telah terbukti efektif pada berat badan dan
kontrol glikemik pada pasien DM. nutraceuticals, phytochemical, vitamin, dan
mineral dengan sifat antioksidan dan atau antiinflamasi, telah terbukti memainkan
peran utama pada onset dan progresifitas retinopati diabetik.
5. Optical Coherence Tomography (OCT)\
OCT dapat memberikan informasi penting yang melengkapi pemeriksaan klinis dan
angiografi fluorescein untuk temuan tertentu dalam retinopati diabetik
6. Ginkgo Biloba
Ginkgo Biloba dibuat dalam bentuk ekstrak (EGB) dengan dua kelompok
komponen utama adalah flavonoid dan terpenoid. Flavonoid mempunyai efek
sebagai antioksidna, menurunkan jumlah radikal bebas dengan cara menurunkan
sel-sel membran lipid peroksidase sehingga dapat melindungi sel. Selain itu, EGB
berperan sebagai neuroprotektif dan antiinflamasi.
Sebuah hasil penelitian menyatakan, mengkonsumsi EGB secara oral selama enam
bulan dapat secara signifikan meningkatkan tajam penglihatan warna pada pasien
retinopati diabetik tahap awal

SLIDE 17 :
Berikut merupakan kerangka teori penelitian ini
1. Kondisi hiperglikemia menyebabkan kegagalan autoregulasi kapiler darah,
penebalan membran basal kapiler, apoptosis perisit, dan terjadinya sumbatan
sirkulasi darah sehingga hipoksia jaringan retina.
2. Hiperglikemia akan menyebabkan Akumulasi G3P, mengaktifkan jalur
AGEs yang membuat perisit kapiler retina kehilangan fungsi autoregulasi
dari kapiler retina menyebabkan mikroaneurisma.
3. hiperglikemia menyebabkan inflamasi sehingga membuat kerusakan endotel
dan mempengaruhi aksi glial.

4. Agen yang dapat digunakan sebagai penanda stres oksidatif adalah MnSOD.
5. EGB akan menghambat aksi glial melalui pencegahan mekanisme ROS
salah satunya MnSOD dan proses inflamasi sitokin seperti IL-8. Selain itu,
EGB juga menghambat proses angiogenesis yang dapat menyebabkan
hipoksia dan gangguan permeabilitas vaskular yang akan mempengaruhi
BRB sehingga derajat progresifitas dari retinopati diabetik dapat dicegah

SLIDE 18 :
Berikut merupakan Kerangka konsep pada penelitian ini. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah Ekstra Ginkgo Biloba, dengan variabel terikat berupa MnSOD
dan Il-8.

SLIDE 19 :
Hipotesis Mayor pada penelitian ini adalah terjadi pengaruh EGB sebagai terapi
adjuvan terhadap kadar MnSOD dan IL-8 pada penderita retinopati diabetik non
proliferatif derajat berat sesudah paska injeksi intravitreal anti-VEGF.
SLIDE 20 :
Hipotesis Minor pada penelitian ini adalah:
1. Tidak ada perbedaan karakteristik klinis dan laboratorik pada kelompok
kontrol dan perlakuan sebelum dan sesudah terapi intravitreal anti-VEGF
dengan EGB (match pairs).
2. Terdapat peningkatan kadar MnSOD plasma, penurunan kadar IL-8 plasma,
dan perbaikan tanda klinis sesudah terapi intravitreal anti-VEGF dengan
EGB.

SLIDE 21 :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SLIDE 22 :
Rancangan penelitian adalah Randomized controlled trial dengan double blind.
Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yang mendapat
intravitreal anti-VEGF dengan EGB dan kelompok kontrol yang mendapat
intravitreal anti-VEGF dengan plasebo.

Tempat dan Waktu Penelitian


1. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit USU dan Laboratorium Terpadu FK USU.
2. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan Komite Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran USU.
3. Penelitian dimulai dari Februari 2024 hingga jumlah sampel terpenuhi

Populasi target : semua penderita retinopati diabetik non proliferatif yang berobat
ke Rumah Sakit USU.
Populasi terjangkau : semua penderita retinopati diabetik non proliferatif derajat
berat yang berobat ke Rumah Sakit USU dan memenuhi kriteria inklusi.

SLIDE 23 :
Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah
 Penderita DM yang ditemukan satu dari kriteria 4:2:1 yaitu pada
pemeriksaan funduskopi dijumpai tanda-tanda severe intraretinal
hemorrhage dan microaneurysms pada 4 kuadran, venous beading pada dua
atau lebih kuadran, moderate IRMA (Intraretinal Microvascular
Abnormality) pada satu kuadran atau lebih.
 Penderita DM yang telah terdiagnosa > 5 tahun
 Penderita DM dengan usia diatas 20 tahun
 Pada pemeriksaan OCT dijumpai cotton wool spot, hard exudate, perdarahan

SLIDE 24 :
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
 Pasien DM yang sedang hamil
 Penyakit komorbid penyerta
 Riwayat trauma
 Peningkatan Tekanan Intra Okular
 DM sekunder
 Mengundurkan diri saat penelitian
Kriteria Drop Out pada peneltian ini adalah:
 Penderita meninggal dunia karena penyakit yang lain
 Penderita yang tidak datang kontrol sesuai jadwal
 Penderita mengundurkan diri dari kelanjutan penelitian
 Penderita yang memerlukan intervensi lebih lanjut

SLIDE 25 :
Ukuran Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus analitis
komparatif numerik. Perkiraan besarnya sampel dengan menggunakan rumus :

Z (1-ᵅ)= Deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
Z (1-ᵦ)= = Deviat baku alpha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282
Pa = Nilai antisipasi dari proporsi populasi = 0.75
Po = Nilai tes dari proporsi populasi = 0,55 (Haghighi, 2014)
Maka sampel minimal sebanyak 35 orang per kelompok.

SLIDE 26 :
Berikut merupakan Identifikasi Variabel Penelitian:
Variabel Tergantung: Konsentrasi kadar MnSOD dan kadar IL-8
Variabel Bebas: Ekstra Ginkgo Biloba
Variabel Confounding: Riwayat keluarga dan penggunaan obat tetes mata yang rutin
digunakan pasien

SLIDE 27 :
Prosedur Penelitian ini adalah
• Pemeriksaan Tekanan Intra Okuli
• Pemeriksaan Segmen Anterior
• Pemeriksaan Segmen Posterior
• Pemeriksaan dengan STRATUS OCT Carl Zeiss®
• Pengambilan Cairan Vitreus dan Injeksi Intravitreal Anti-VEGF
• Cara Tindakan Laser Fotokoagulasi
• Pengukuran kadar MnSOD
• Pengukuran Kadar IL-8
SLIDE 28 :
Secara skematis bagan rancangan penelitian adalah sebagai berikut:

SLIDE 29 :
Pengolahan data

SLIDE 30 :
Lembar Penjelasan

SLIDE 31 :
Informed Consent

SLIDE 32
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai