NEFROPATI DIABETIK
Oleh :
Narisha Amelia Putri, S.Ked
2006112019
Preseptor :
dr. Cut Meina Mulyanti, Sp.PD
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan
kesempatan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini dengan judul
"NEFROPATI DIABETIK". Penyusunan referat ini merupakan pemenuhan syarat
untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF/Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Aceh Utara.
Seiring rasa syukur atas terselesaikannya refarat ini, dengan rasa hormat dan
rendah hati saya sampaikan terimakasih kepada:
1. Pembimbing, dr.Cut Meina Mulyanti, Sp.PD atas arahan dan bimbingannya
dalam penyusunan referat ini.
2. Sahabat-sahabat kepaniteraan klinik senior di Bagian/SMF/ Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Aceh Utara, yang telah membantu dalam bentuk motivasi dan
dukungan semangat.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kekurangan, saya menyadari bahwa
dalam penyusunan referat ini masih jauh dari sempurna. Saya sangat mengharapkan
banyak kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan referat ini. Semoga
referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1............................................................................................................................1
BAB 2............................................................................................................................3
2.1 Definisi............................................................................................................3
2.2 Epidemiologi...................................................................................................3
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko.............................................................................4
2.4 Klasifikasi.......................................................................................................5
2.5 Patogenesis......................................................................................................7
2.6 Penegakan Diagnosis......................................................................................9
1. Anamnesis.......................................................................................................9
2. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................9
3. Pemeriksaan Penunjang................................................................................10
2.7 Penatalaksanaan............................................................................................12
2.8 Prognosis dan Komplikasi............................................................................15
BAB 3..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Nefropati diabetik adalah suatu kelainan atau sindrom klinis yang ditandai
dengan adanya microalbumin urine persistent (>30 mg per hari), disertai dengan
peningkatan tekanan darah yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunnya filtrasi
glomerulus (1,2). Nefropati diabetik merupakan penyebab utama end stage kidney
disease (penyakit ginjal stadium akhir). Penyakit ini dianggap sebagai komplikasi
mikrovaskular dan terjadi pada diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2
(3,4).
Perjalanan nefropati diabetik awalnya adalah mikroalbuminuria atau ekskresi
albumin urin yang cukup meningkat (30-300mg/g kreatinin). Mikroalbuminuria yang
tidak diobati kemudian dapat meningkat secara bertahap, mencapai peningkatan
albuminurik (makroalbuminuria) yang parah selama 5 sampai 15 tahun. Laju filtrasi
glomerulus kemudian mulai menurun dan gagal ginjal stadium akhir tercapai tanpa
pengobatan dalam 5 sampai 7 tahun (5). Insiden rata-rata nefropati diabetik tinggi
(3% per tahun) selama 10 hingga 20 tahun pertama setelah onset diabetes dan
dibutuhkan waktu 15 tahun untuk mempengaruhi pembuluh darah kecil di organ
seperti ginjal, mata, dan saraf (6).
Nefropati diabetik adalah komplikasi diabetes melitus pada ginjal yang dapat
berakhir sebagai gagal ginjal. Penyakit ginjal (nefropati) merupakan penyebab utama
kematian dan kecacatan pada DM. Sekitar 50% gagal ginjal tahap akhir di Amerika
Serikat disebabkan nefropati diabetik. Hampir 60% penderita hipertensi dan diabetes
di Asia menderita nefropati diabetic (7).
Untuk mencegah terjadinya pemberatan kejadian perlu dilakukan tindakan
screening. Screening untuk nefropati diabetik harus dilakukan setelah lima tahun
terdiagnosis diabetes melitus tipe 1 atau lebih cepat jika terjadi kontrol gula darah
yang buruk. Pasien diabetes melitus tipe 2 sebaiknya melakukan screening saat
didiagnosis sebagai DM tipe 2 dan setiap tahunnya.
1
2
Hal ini dikarenakan adanya kesulitan dalam menentukan kapan onset DM tipe
2 (1,8). Terdapat 3 usaha umum dalam strategi pengelolaan pencegahan nefropati
diabetik yaitu, pengendalian konsentrasi glukosa, tekanan darah, dan pengendalian
lipid. Usaha pengelolaan dari faktor risiko nefropati diabetik yang baik sudah jelas
dapat menunda timbulnya gagal ginjal terminal (7).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Nefropati diabetik adalah suatu kelainan atau sindrom klinis yang ditandai
dengan adanya microalbumin urine persistent (>30 mg per hari), disertai dengan
peningkatan tekanan darah yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunnya filtrasi
glomerulus dan pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal tahap akhir (1,2). Nefropati
diabetik dapat ditetapkan setelah minimal dilakukan dua kali pemeriksaan dalam
kurun waktu tiga sampai 6 bulan. Penyakit ini meningkatkan angka kematian
terutama karena pengaruh kardiovaskular (1).
2.2 Epidemiologi
Penyakit ginjal telah secara jelas dikenal sebagai komplikasi umum dari
diabetes mellitus (DM), dengan sebanyak 50% pasien DM dengan durasi lebih dari
20 tahun mengalami komplikasi ini (9). Nefropati diabetik jarang berkembang
sebelum durasi 10 tahun dari DM tipe 1. Insiden puncak (3%/tahun) biasanya
ditemukan pada orang yang pernah menderita diabetes selama 10-20 tahun. Usia rata-
rata pasien yang mencapai penyakit ginjal stadium akhir adalah sekitar 60
tahun. Meskipun secara umum, kejadian penyakit ginjal diabetik lebih tinggi pada
lansia yang telah memiliki diabetes tipe 2 untuk generasi yang lebih lama (3,9).
Tingkat keparahan dan kejadian nefropati diabetik terutama besar pada orang
kulit hitam (frekuensinya 3 hingga 6 kali lipat lebih tinggi daripada orang kulit putih),
orang Amerika Meksiko, dan orang Indian Pima dengan DM tipe 2. Frekuensi
kondisi yang relatif tinggi pada populasi yang berbeda secara genetik ini
menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi, seperti pola makan, kontrol hiperglikemia
yang buruk, hipertensi, dan obesitas, memiliki peran utama dalam perkembangan
nefropati diabetik. Ini juga menunjukkan ba hwa pengelompokan keluarga mungkin
terjadi pada populasi ini (2,9).
3
4
Penyebab pasti nefropati diabetik masih belum diketahui hingga saat ini,
tetapi beberapa teori mengatakan 30 hingga 40 persen pasien dengan diabetes melitus
(DM) akan berlanjut menderita nefropati diabetik, dikarenakan DM dapat
menyebabkan terjadinya gangguan mikrovaskular (4). Hiperglikemia merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya nefropati diabetik. Hiperglikemi dapat
menyebabkan hiperfiltrasi, lesi ginjal dan metabolik glukosa yang tidak normal
seperti peningkatan jalur poliol, proses glikasi protein, dan aktivasi enzim protein
kinase C (1). Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan produksi advanced
glycosilation product (AGEs) yang dapat mengubah protein struktur dan disfungsi
vaskuler, lesi glomerulus, proteinuria dan dapat berakhir dengan gagal ginjal (7).
Hipertensi sistemik menyebabkan hiperfiltrasi dan abnormalitas hemodinamik
mengakibatkan kerusakan pada glomerulus. Kekuatan hemodinamik intraglomerular
yang abnormal mengubah pertumbuhan dan fungsi glomerulus, mesangial dan sel-sel
epitel dengan meningkatkan tekanan fisik dan mekanis, mengakibatkan terjadinya
peningkatan pembentukan matriks mesangial dan penebalan pada membran basalis
yang merupakan ciri khas nefropati diabetik (7). Kadar lipid yang tinggi juga
merupakan salah satu faktor resiko terbesar terjadinya nefropati diabetik karena dapat
menyebabkan atesklerosis. Aterosklerosis ini akan mengenai arteri renalis sehingga
menghambat LFG dan meningkatkan resiko nefropati diabetik (7,10).
Faktor risiko lain seperti jenis kelamin laki-laki, obesitas, peradangan kronis,
resistensi terhadap insulin, hipovitaminosis D, dislipidemia dan beberapa lokus
genetik dan polimorfisme pada gen tertentu (11). Hormone sekx memiliki dampak
yang besar terhadap sistem metabolisme. Penurunan kadar testosterone pada pria
dapat memperburuk perkembangan nefropati diabetik, dikarenakan testosterone pada
pria dapat mempengaruhi system metabolism dan perkembangan. Rendahnya kadar
testosterone mempengaruhi kerja insulin, sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa
dalam darah ginjal (12).
5
2.4 Klasifikasi
2.5 Patogenesis
1. Jalur metabolisme
Hiperfiltrasi merupakan tahap awal dari laju kerusakan ginjal dari mekanisme
patogenik. Glomerulus akan berubah fungsi dan menjadi hiperfiltrasi, sehingga
lambat laun nefron akan menjadi sklerosis. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan
glikasi nonenzimatik asam amino dan protein. Awalnya secara non-enzimatis glukosa
akan berikatan dengan asam amino menjadi AGE’s (advance glycosilation end-
products). AGE’s sebagai perantara kegiatan seluler yaitu ekspresi adhesi molekul
berperan dalam penarikan sel-sel mononuklear, dan terjadi pada hipertrofi sel. Maka
dengan peningkatan AGE’s akan menimbulkan kerusakan pada glomerulus ginjal
(1,15).
2. Jalur hemodinamik:
Peningkatan kadar glukosa darah dapat menimbulkan kelainan pada sel
endotel pembuluh darah, dengan diawali peningkatan hormon vasoaktif seperti
angiotensin II, yang berperan dalam perjalanan nefropati diabetik. Angiotensin II
berperan baik secara hemodinamik maupun nonhemodinamik. Peranan tersebut
antara lain merangsang vasokontriksi sistemik, meningkatkan tahanan kapiler arteriol
glomerulus, pengurangan luas permukaan filtrasi, stimulasi protein matriks ekstra
selular, serta stimulasi chemokines yang bersifat fibrogenik (1,15).
Terjadi tiga perubahan histologis pada glomerulus. Pertama, ekspansi
mesangial secara langsung diinduksi oleh hiperglikemia melalui peningkatan
produksi matriks atau glikasi protein matriks. Kedua, terjadi penebalan membran
basal glomerulus. Ketiga, sklerosis glomerulus yang disebabkan oleh hipertensi
intraglomerular (disebabkan oleh dilatasi arteri aferen renalis atau dari cedera iskemik
akibat penyempitan pembuluh darah yang mensuplai glomerulus) (9,14).
Pembuluh darah ginjal mengalami aterosklerosis, dikarenakan hiperlipidemia
bersamaan dan arteriosklerosis hipertensi. Selain perubahan hemodinamik ginjal,
pasien dengan nefropati diabetik umumnya mengalami hipertensi sistemik. Hipertensi
merupakan faktor yang merugikan pada semua penyakit ginjal progresif dan terutama
terlihat pada nefropati diabetik. Efek merusak dari hipertensi kemungkinan besar
8
diarahkan pada pembuluh darah dan mikrovaskular. Hipertensi yang terkait dengan
obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes menyebabkan peningkatan tekanan darah
(4,9).
Obesitas sentral menginduksi hipertensi pada awalnya dengan meningkatkan
reabsorpsi tubulus ginjal dari natrium yang menyebabkan pergeseran hipertensi dari
natriuresis tekanan ginjal melalui berbagai mekanisme, termasuk aktivasi sistem saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, serta kompresi fisik ginjal.
Hipertensi, bersama dengan peningkatan tekanan kapiler intraglomerular dan kelainan
metabolik (misalnya, dislipidemia, hiperglikemia) kemungkinan berinteraksi untuk
mempercepat cedera ginjal (1,15).
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Gambar 2. 2 Hasil Pemeriksaan Biopsi Ginjal nefropati diabetik. Ekspansi matriks mesangial
difus, peningkatan hiperselularitas mesangial, dan membran basal glomerulus menonjol pada
nefropati diabetik. Membran basal tebal seragam tanpa endapan yang jelas
2.7 Penatalaksanaan
lemak jenuh sementara mengonsumsi minyak nabati dan minyak yang mengandung
asam lemak kaya omega dalam jumlah sedang (18,21).
Diet rendah protein (0,6 sampai 0,7 g/kg/hari) perlu diintegrasikan ke dalam
perawatan keseluruhan dari insufisiensi ginjal dengan intervensi diet yang
disesuaikan untuk menghindari malnutrisi. Diet rendah garam tanpa makanan asin
dan acar sangat dianjurkan. Asupan natrium yang dibatasi memungkinkan kontrol
tekanan darah yang lebih baik pada pasien tersebut. Asupan garam yang tinggi dan
ekskresi protein urin dikaitkan dengan penurunan bersihan kreatinin tahunan (10).
Kalium adalah elektrolit penting yang terlibat dalam kontraksi dan relaksasi
otot. Selama defisit fungsi ginjal, ekskresi kalium berkurang yang menyebabkan
penumpukan di jaringan tubuh (20). Asupan kalium khusus dari makanan seperti biji-
bijian, kentang, jagung, kedelai, kacang-kacangan, tomat, pisang, melon, kiwi dll
harus dibatasi. Seperti kalium, ekskresi fosfor juga berkurang selama kerusakan ginjal
kronis yang menyebabkan peningkatan kadar fosfor darah. Karena fosfat berada
dalam keseimbangan homeostatis dengan kadar kalsium otot rangka,
ketidakseimbangan menyebabkan hilangnya kalsium secara signifikan dan penyakit
tulang yang melemahkan. Singkatnya, asupan karbohidrat dan protein yang
berlebihan dikelola dengan target energi 1.600 kkal per hari di mana 60 persen
berasal dari karbohidrat dan 40 persen dari protein (10,18,20,21)
2. Kontrol gula darah ketat
Pengendalian intensif terhadap kadar gula darah menghasilkan penurunan
risiko relatif 39% untuk perkembangan mikroalbuminuria dan pengurangan risiko
relatif 56% untuk proteinuria nyata. Kontrol glikemik intensif juga dikaitkan dengan
penurunan komplikasi mikrovaskuler lainnya, yaitu retinopati dan neuropati (1,9)
3. Kontrol tekanan darah
Kontrol tekanan darah menunjukkan manfaat kardiovaskular dari penurunan
tekanan darah sistolik hingga <140 mm Hg dikarenakan adanya hubungan kejadian
hipertensi dengan perkembangan mikroalbuminuria, proteinuria yang jelas, dan
15
penurunan fungsi ginjal, dengan tekanan darah yang lebih tinggi terkait dengan hasil
yang lebih buruk secara terus menerus (1,4).
Nefropati diabetik adalah suatu kelainan atau sindrom klinis yang ditandai
dengan adanya microalbumin urine persistent (>30 mg per hari), disertai dengan
peningkatan tekanan darah yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunnya filtrasi
glomerulus dan pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal tahap akhir. Nefropati
diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular dari diabetes militus.
Penyakit ini meningkatkn angka kematian.
Nefropati diabetik merupakan penyebab paling utama dari Gagal Ginjal
Stadium Akhir. Sekitar 20-40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati
diabetik. Didapatkannya albuminuria persisten pada kisaran 30-299 mg/24 jam
merupakan tanda dini nefropati diabetik pada DM tipe 2. Pasien yang disertai dengan
albuminuria persisten pada kadar 30-299 mg/24 jam dan berubah menjadi
albuminuria persisten pada kadar ≥300 mg/24 jam sering berlanjut menjadi gagal
ginjal kronik stadium akhir.
Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan kadar albumin >30
mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3- 6 bulan,
tanpa penyebab albuminuria lainnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20