NIM: 35.2014.710954
v
dapat berjuang untuk masyarakat dengan segala ilmunya di masa yang
akan datang. Terimakasih untuk segala ilmu dan bimbingan yang telah
diberikan khususnya untuk saya dalam menyelesaikan studi dan tugas
akhir saya di jenjang S1 ini.
4. Dewan penguji sidang skripsi, Ibu Himyatul Hidayah, Ibu Lija Oktya
Artanti dan Bapak Surya Amal, atas segala koreksian dan masukannya.
5. Seluruh dosen farmasi UNIDA Gontor yang telah mendidik dan
memberikan seluruh ilmunya kepada kami mahasiswi, insya Allah
akan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kami di dunia dan di akhirat.
Terimakasih untuk segala dukungan dan masukan untuk kami khususnya
mahasiswi tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas akhir kami.
6. Sahabat-sahabatku sehidup sesyurga, 42 pasukan generasi perang badar
yang telah berjuang bersama melewati 4 tahun penuh kenangan dan
perjuangan ini. Terimakasih atas segala motivasi, do’a dan dukungan
kalian. Kita akan tetap berjihad di lapangan perjuangan kita masing-
masing li ilaa’i kalimatillah. Genggangam tangan kita tak akan pernah
lepas hingga kita semua dapat meraih semua mimpi-mimpi dan
kesuksesan kita kawan.
7. Seluruh pihak RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, atas izin yang
telah diberikan untuk dapat melakukan penelitian di rumah sakit ini.
8. Bapak Joko Prihatin yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian izin dan administrasi penelitian.
9. Ibu Legi selaku penanggungjawab instalasi rekam medik yang telah
banyak membantu dalam penyediaan seluruh berkas dan catatan medik
yang diperlukan oleh peneliti.
10. Seluruh petugas instalasi rekam medik yang telah banyak memberikan
kemudahan dan bantuan selama penelitian berlangsung.
11. Alifia Rimadhani dan Farah Afifah selaku tim peneliti “farmasi Klinis”,
yang telah kompak bekerjasama melakukan penelitian ini sebagai salah
satu usaha dengan satu tujuan, yakni memberikan sedikit kontribusi
vi
melalui ilmu yang kami terima demi peningkatan pengobatan rasional
di rumah sakit.
12. Ibu Wiwik Sriwidati, ibu Nina dan Ummaty Alfadila sebagai fasilitator
yang telah banyak membantu memberi fasilitas selama masa penelitian.
13. Yulisa Raras, Dita Julia dan Juwita Putri sebagai sahabat yang selalu
mendukung, memotivasi dan memberi dukungan serta do’anya selama
ini.
14. Kepada seluruh pihak yang telah membantu atas terselesaikannya skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan dan ilmu yang telah
diberikan. Mudah-mudahan dapat menjadi amalan soleh dan bermanfaat
bagi bangsa, masyarakat dan agama.
Tidak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih sangat jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis menaruh harapan besar untuk seluruh
evaluasi, koreksi, dan penelitian lanjutan dari skripsi ini. Hanya ridho Allah
yang diharapkan sehingga skripsi ini dapat menjadi ilmu dan acuan yang
bermanfaat. Amin
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
Contents
LEMBAR PERSEMBAHAN...................................................................v
ABSTRAK............................................................................................. viii
ABSTRACT............................................................................................. ix
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................3
1.4. Kegunaan Penelitian............................................................................3
1.4.1. Kegunaan Teoritis......................................................................3
1.4.2. Kegunaan Praktis.......................................................................4
xi
2.2.3.2. Indikasi Terapi Insulin..............................................28
2.2.3.3. Jenis-Jenis Sediaan Insulin.......................................29
2.2.3.4. Cara Pemberian Insulin.............................................31
2.2.3.5. Cara Penyimpanan Insulin........................................32
2.2.4. Deskripsi Wilayah Penelitian..................................................33
BAB 5 PENUTUP....................................................................................63
A. Kesimpulan..........................................................................................63
B. Saran ....................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................65
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa..................................8
Tabel 2.2 Diagnosis Diabetes Mellitus.....................................................10
Tabel 4.1 Karakteristik Sosio-Demografi Pasien DM Gestasional di
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten......................................44
Tabel 4.2 Profil Penyakit Penyerta Dan Keluhan Pasien DM
xii
Gestasional di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten..............49
Tabel 4.3 Distribusi penggunaan insulin pada pasien DM Gestasional
di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.................................51
Tabel 4.4 Pola terapi insulin pada penderita DM Gestasional di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten................................................52
Tabel 4.5 Ditribusi penggunaan obat lain pada pasien DM Gestasional
di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten................................54
Tabel 4.6 Profil penyakit penyerta dan obat-obatan lain pasien DM
Gestasional di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten..............59
Tabel 4.7 Pengaruh terapi insulin terhadap penurunan kadar glukosa
darah pasien DM Gestasional di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten....................................................................62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah-langkah Diagnostik DM dan Gangguan
Toleransi Glukosa...................................................................9
Gambar 2.2 Lokasi Penyuntikan Insulin...................................................31
Gambar 2.3 Prevalensi kejadian DM di Jawa Tengah..............................34
Gambar 4.1 Prevalensi kejadian DM Gestasional di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.............................................41
Gambar4.2 Populasi dan sampel DM Gestasional di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.............................................43
Gambar 4.3 Distribusi Pekerjaan Pasien DM Gestasional di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.............................................45
Gambar 4.4 Distribusi jenis persalinan pasien DM Gestasional di
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten..................................48
Gambar 4.5 Distribusi penggunaan obat lain pada pasien DM
Gestasional di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten..........55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian........................................71
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro....72
Lampiran 3. Bukti Pembayaran Administrasi Penelitian..........................73
Lampiran 4. Kartu Kontrol Penelitian......................................................74
Lampiran 5.Data Pasien DM Gestasional tahun 2015-2017.....................76
Lampiran 6. Algoritme Penatalaksanaan Diabetes Mellitus.....................78
Lampiran 7. Skema Alur Penelitian..........................................................79
Lampiran 8. Data Collection Sheet...........................................................80
Lampiran 9. Data Karakteristik Pasien DM Gestasional..........................83
Lampiran 10. Data SPSS...........................................................................84
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
ّ ْ َ َ ِ َّ ُ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ٌ َ َ َ ّ ُ
)صيب دواء ادلاء ب ِرأ بِإِذ ِن اللِ (رواه مسلم
ِ ِك دا ٍء دواء فإِذا أ
ِ ل
Demikianlah sabda Rasulullah SAW, yang artinya “Setiap penyakit
ada obatnya. Jika obat menimpa penyakit, maka penyakit hilang dengan
izin Allah SWT” (HR. Muslim). Dengan demikian hendaknya setiap
manusia yang sedang diberi cobaan oleh Allah berupa penyakit meyakini
dan mempercayai bahwa penyakit yang menimpanya pasti memiliki obat
yang dapat menyembuhkannya, karena Allah SWT tidak akan menurunkan
penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW yang berbunyi:
ً َ ُ َ َ َ ْ َ َّ ً َ ُ َ َ ْ َ َ
)ما أنزل اهلل داء إِل أنزل ل ِشفاء (رواه النساء و إبن ماجة
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa setiap penyakit
ada obatnya, demikian pula dengan penyakit diabetes mellitus, beberapa
cara pengobatan telah ditemukan dan sudah sering digunakan (Kaelany,
2005).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Riza et al (2015),
manajemen terapi pada diabetes mellitus gestasional adalah dengan terapi
non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi farmakologi yang diberikan
adalah dengan terapi insulin, sedangkan obat antidiabetes tidak disarankan
3
KAJIAN PUSTAKA
5
6
glibenklamid pada kehamilan. Bukti yang dimiliki masih terbatas dan masih
membutuhkan penelitian serta pemantauan lebih lanjut untuk mendeteksi
kemungkinan efek samping jangka panjang pada bayi (Dyah et al, 2013).
(orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250
ml dan diminum dalam waktu 5 menit, kemudian berpuasa kembali sampai
pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan
glukosa selesai. Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban
glukosa, selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat
dan tidak merokok.
Tabel 2.2 Diagnosis Diabetes Mellitus
Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L)
1 glukosa sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir, atau
Gejala klasik DM + Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/ L) puasa
2
diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam, atau
Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO
3 dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75g glukosa anhidrus yang diarutkan ke dalam air.
(Sumber: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, FKUI, 2015)
2. Terapi Nutrisi
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes yaitu makanan
yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu,
dengan memperhatikan keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat
45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g dan
diet cukup serat sekitar 25g/hari (PERKENI, 2011).
3. Aktifitas fisik
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki
ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan dapat memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging
dan berenang. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani
bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi diabetes
mellitus dapat dikurangi (Goldstein, 2004).
4. Terapi Farmakologi
a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Obat yang biasa digunakan untuk terapi farmakologi diabetes
mellitus antara lain:
1) Pemicu sekresi insulin:
a) Sulfonilurea
Efek utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas, merupakan pilihan utama untuk pasien berat badan normal
atau kurang. Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua,
gangguan faal hati, dan ginjal serta malnutrisi.
13
b) Glinid
Terdiri dari repaglinid dan nateglinid, memiliki cara kerja sama
dengan sulfonilurea, namun lebih ditekankan pada sekresi insulin fase
pertama. Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial
(Suzanna, 2014).
2) Peningkat sensitivitas insulin:
a) Biguanid
Golongan biguanid paling banyak digunakan adalah metformin.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap
kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin, dan menurunkan
produksi glukosa hati. Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita
diabetes gemuk, disertai dislipidemia dan disertai resistensi insulin
b) Tiazolidindion
Tiazolidindion berefek pada penurunan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan
ambilan glukosa perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal
jantung karena meningkatkan resistensi cairan (Suzanna, 2014)
3) Penghambat glukoneogenesis:
Golongan OHO yang bekerja sebagai penghambat glukoneogenesis
adalah Biguanid (Metformin). Selain menurunkan resistensi insulin,
metformin juga mengurangi produksi glukosa hati. Metformin
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan kreatinin serum
> 1,5 mg/dL, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan
hipoksemia seperti pada sepsis. Metformin tidak mempunyai efek samping
hipoglikemia seperti pada golongan sulfonilurea. Metformin mempunyai
efek samping pada saluran cerna (mual) namun bisa diatasi dengan
pemberian sesudah makan (Suzanna, 2014).
14
insulin intensif. Pada terapi insulin ini diberikan kombinasi insulin basal
untuk mengendalikan glukosa darah puasa, dan insulin kerja cepat atau kerja
pendek untuk mengendalikan glukosa darah prandial. Kombinasi insulin
basal dan prandial ini berbentuk basal bolus yang terdiri dari 1 x basal dan
3 x prandial (Suzanna, 2014). Algoritma tatalaksana selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 1.
a. Fisiologis Kehamilan
Toleransi glukosa normal atau sedikit meningkat di awal kehamilan,
dan sensitivitas perifer (otot) terhadap insulin serta produksi glukosa basal
hepatik normal akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron
maternal pada awal kehamilan yang meningkatkan hiperplasia sel β pankreas,
sehingga meningkatkan pelepasan insulin. Respons terhadap resistensi
insulin dijelaskan oleh peningkatan cepat insulin di awal kehamilan.
Peningkatan hubungan fetomaternal pada trimester kedua dan ketiga akan
mengurangi sensitivitas insulin maternal sehingga akan menstimulasi
sel-sel ibu untuk menggunakan energi selain glukosa seperti asam lemak
bebas, glukosa maternal selanjutnya akan ditransfer ke janin. Kadar glukosa
darah fetus dalam kondisi normal sekitar 10-20 % lebih rendah daripada
ibu, sehingga transpor glukosa dari plasenta ke darah janin dapat terjadi
melalui proses difusi sederhana ataupun terfasilitasi. Resistensi insulin
tubuh selama kehamilan meningkat tiga kali lipat dibandingkan keadaan
tidak hamil. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas insulin ditandai
dengan defek post-reseptor yang menurunkan kemampuan insulin untuk
memobilisasi SLC2A4 (GLUT 4) dari dalam sel ke permukaan sel. Hal
ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon yang berkaitan dengan
kehamilan. Meskipun kehamilan dikaitkan dengan penigkatan massa sel β
dan peningkatan kadar insulin, beberapa wanita tidak dapat menigkatkan
produksi insulinnya relatif terhadap peningkatan resistensi insulin sehingga
menjadi hiperglikemik dan menderita DMG (Liong, 2016).
b. Kondisi Patologis Ibu Hamil
Kondisi patologis pada ibu hamil adalah kondisi kelainan atau
penyakit yang dapat terjadi pada ibu hamil. Ibu hamil yang mudah mengalami
kelainan pada kehamilannya memiliki faktor risiko yang tinggi. Selama
kehamilan berlangsung, tubuh mengalami berbagai perubahan yang siftnya
fisiologis, seperti mual dan muntah, sembelit, rasa lelah, kram otot dan
sebagainya. Meskipun kondisi tersebut normal, tetapi bila keadaan tersebut
18
untuk pasien diabetes mellitus gestasional yaitu dengan diet atau MNT
(medical nutrition therapy) dan monitoring kadar glukosa darah atau
SMBG (self monitoring of blood glucose), sedangkan terapi farmakologi
dapat dilakukan dengan pemberian insulin maupun obat hipoglikemik oral
yang aman utuk ibu hamil, seperti gliburid/glibenklamid (sulfonilurea),
metformin (biguanid), dan akarbose (penghambat alfa-glikosidase)
(Niskalawati, 2011).
Terapi untuk diabetes mellitus gestasional diantaranya adalah:
1. Terapi Non Farmakologis
a. Senam Ibu Hamil
Senam hamil adalah senam yang ditujukan khusus untuk ibu hamil.
Manfaat senam hamil di antaranya yaitu untuk melatih otot-otot yang terkait
dalam proses persalinan agar lebih siap dalam menghadapi persalinan.
Otot-otot yang berfungsi dalam proses mengejan saat melahirkan antara
lain otot panggul, otot paha, otot bokong, otot punggung, dan otot perut. Di
dalam senam hamil, ibu diajarkan cara bernafas yang benar selama proses
persalinan, kapan waktu yang tepat untuk menarik nafas dan menghembuskan
nafas. Ibu hamil dilatih untuk mendengarkan dan mematuhi komando dari
instruktur agar selama proses persalinan sudah terbiasa untuk mendengarkan
komando dari penolong persalinan (Wibisono dan Dewi, 2009). Peregangan
atau pemanasan harus dilakukan sebelum berolahraga atau senam hamil
untuk mengatasi ketidaknyamanan (Siti, 2016).
Senam hamil sebaiknya dilakukan pada tingkat yang ringan dan
tidak membahayakan. Senam hamil dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut: Peregangan lengan, peregangan paha luar, mengangkat
paha, jongkok, peregangan paha dalam, peregangan bagian atas tubuh, dan
berlutut menggoyang panggul (Siti, 2016).
22
2. Terapi Farmakologis
a. Terapi Insulin
Terapi insulin dipertimbangkan apabila target glukosa plasma tidak
tercapai pada pemantauan diabetes mellitus gestasional selama 1-2 minggu
(Kaaja dan Ronnemaa, 2008). Adapun pemilihan regimen terapi insulin
pada ibu hamil sebagai berikut: penggunaan insulin manusia lebih disukai
wanita hamil yang menderita diabetes, meskipun beberapa pasien masih
menggunakan insulin hewan dikarenakan ketakutan akan hipoglikemia
sehingga enggan untuk berganti. Insulin babi dapat digunakan, tetapi
insulin sapi paling baik dihindari karena dapat menimbulkan antibodi
insulin yang mudah sekali melintasi plasenta. Ini telah dikaitkan sebagai
penyebab morbiditas bayi, yang mungkin mengganggu fungsi sel β janin
dan mengganggu sekresi insulin neonatus (Peter, 2000).
Regimen terapi insulin berbeda pada setiap individu, tergantung pada
kebutuhan terapi dan kondisi pasien. Macam-macam regimen pemberian
insulin yang dapat diberikan pada penderita DM Gestasional sebagai
berikut:
1. Regimen insulin sekali sehari jarang cukup untuk ibu hamil yang
diabetesnya ditegakkan sebelum kehamilan, tetapi suntikan sekali sehari
insulin dengan masa kerja sedang sebelum sarapan mungkin sangat
efektif pada beberapa wanita yang mengalami diabetes kehamilan
ringan. Pasien seperti ini biasanya dapat menghasilkan insulin yang
cukup pada keadaan puasa sepanjang malam untuk mempertahankan
normoglikemia, sehingga insulin dengan masa kerja sedang (isofan
seperti Humulin I (Lilly) atau Insulatard (Novo-Nordisk) atau humulin
Zn (Lilly)) sudah cukup. Tambahan insulin dengan masa kerja pendek
atau insulin larut seperti Actrapid (Novo-Nordisk) atau Humulin S
(Lilly) boleh ditambahkan kemudian sebagai komponen yang bekerja
cepat untuk mengatasi hiperglikemia pasca-makan. Regimen seperti itu
menurunkan insidensi makrosomia janin pada wanita yang menderita
24
dalam alat suntik. Insulin jernih yang menjadi keruh atau berubah warna,
suspensi insulin yang menggumpal atau yang membeku menunjukkan
bahwa insulin tersebut tidak boleh digunakan dan dikembalikan kepada
farmasi untuk ditukar. Pembekuan insulin dapat dibatasi bila temperatur
distabilkan dengan memasukkannya ke dalam lemari es dan bila
goyangan vial dibatasi.
i) Bentuk pen insulin yang “sekali pakai” seperti Novolet, Flexpen,
Optipen, dan Optiset saat ini sudah banyak didapat dan memberikan
kemudahan praktis dalam pemberian insulin (Sidartawan, 2015).
Desa Tegalyoso.
Selama kurun waktu yang panjang dan setelah melalui berbagai
perubahan ke arah menejemen rumah sakit yang sesuai dengan perkembangan
jaman maka berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1442 A/Menkes/
SK/XII/1997 tertanggal 20 Desember 1997 nama RSUP Tegalyoso diganti
menjadi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro. Nama tersebut diambil dari salah
seorang tokoh pergerakan pada perkumpulan BOEDI OETOMO yang
mengabdi sebagai dokter wilayah Klaten (RSST, 2018).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
35
36
ibu hamil, baik yang memiliki riwayat diabetes sebelum hamil maupun
diabetes yang terdiagnosis pada masa kehamilan.
b. Pasien di rumah sakit adalah pasien DM Gestasional yang tercatat
sebagai pasien rawat inap dan menerima terapi insulin sesuai dengan
resep dokter pada periode Oktober 2014-Oktober 2017.
c. Terapi insulin meliputi jenis insulin dan cara pemberian insulin yang
diresepkan pada pasien DM Gestasional.
d. Rekam medik adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara
lain identitas pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, pengobatan yang
telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
pasien.
e. Karakteristik pasien meliputi usia, pekerjaan, pendidikan, lama
perawatan, usia kehamilan, jenis persalinan serta penyakit penyerta.
f. Pola penggunaan insulin yang dijelaskan meliputi jenis insulin, dosis,
lama penggunaan insulin selama dirawat serta obat-obatan lain yang
diberikan pada setiap pasien berdasarkan catatan rekam medik.
g. Evaluasi dan efektivitas terapi dilihat dari perubahan glukosa darah
yang diukur pada sebelum dan sesudah pemberian insulin pada pasien
diabetes mellitus gestasional.
h. Patokan penyaring dan diagnosis diabetes mellitus yang digunakan
adalah menurut konsensus PERKENI.
2. Perizinan Penelitian
Perizinan penelitian ini dengan cara mengajukan surat izin penelitian
dari Program Studi Farmasi Universitas Darussalam Gontor kepada
Direktur RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan disertakan proposal
penelitian.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mencatat nomor rekam medik
pasien yang menjadi sampel penelitian, untuk mengetahui jumlah pasien
yang terdiagnosa diabetes mellitus gestasional yang mendapatkan terapi
insulin di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
4. Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diambil secara retrospektif yaitu pengambilan
data sekunder yang diperoleh dari pengumpulan data rekam medik pada
pasien yang mengalami DM Gestasional yang menerima terapi insulin.
5. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, dimana peneliti menentukan kriteria inklusi untuk
sampel yang dapat digunakan. Dengan bahan yang diperoleh dari rekam
medik kesehatan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang dibagi atas
kriteria inklusi dan eksklusi. Skema alur penelitian yang akan dilakukan
dapat dilihat pada lampiran 7.
39
40
B. Karakteristik Pasien
a. Karakteristik Sosiodemografi Pasien
Karakteristik sosio-demografi pasien dapat menjadi faktor yang
berpotensi memengaruhi kondisi dan ketepatan terapi pasien. Pasien DM
Gestasional di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten memiliki karakteristik
sosio-demografi beragam mulai dari usia, pekerjaan, riwayat pendidikan,
usia kehamilan, serta lama perawatan yang dijalaninya. Karakteristik
sosiodemografi dari pasien DM Gestasional di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten dapat dilihat pada tabel di bawah.
42
dua pasien berpendidikan terakhir di jenjang sekolah dasar (SD) dan dua
lainnya SLTP, sedangkan lima pasien lain berada pada Tingkat Pendidikan
Tinggi, tiga diantaranya berpendidikan terakhir di jenjang SLTA, satu pasien
lulusan sarjana S1 dan satu pasien lulusan akademik.
Beberapa orang berpendapat bahwa tingkat pendidikan merupakan
salah satu faktor yang dapat memengaruhi kesehatan pasien. Menurut Dedi
Irawan bahwa tingkat pendidikan juga memiliki pengaruh terhadap kejadian
diabetes mellitus, dimana menurut pendapatnya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan dan kesadarannya
mengenai kesehatan (Irawan, 2010).
d) Lama Perawatan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak delapan
orang pasien rawat inap menjalani perawatan standar selama kurang dari
tujuh hari dengan persentase 89%, sedangkan satu orang pasien lainnya
menjalani perawatan selama lebih dari 7 hari dengan persentase 11%.
Lama perawatan menunjukkan seberapa parah penyakit yang diderita
pasien dan menujukkan seberapa efektif pengobatan yang telah diberikan
rumah sakit dalam pelayanannnya. Pada penelitian yang telah dilakukan
oleh Niskalawati Ardian (2011) disebutkan bahwa standar lama perawatan
untuk pasien diabetes mellitus yang telah ditetapkan oleh DepKes RI adalah
selama tujuh hari.
e) Usia Kehamilan
Diabetes mellitus gestasional pada umumnya terjadi pada usia
kehamilan trimester kedua dan ketiga. Umumnya diakibatkan karena
pada usia kehamilan ini resistensi insulin tubuh meningkat tiga kali
lipat dibandingkan pada keadaan tidak hamil. Pada usia ini pasien juga
sering mengalami beberapa komplikasi kehamilan yang disebabkan oleh
peningkatan beberapa hormon kehamilan.
45
tidak menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik,
namun pada penelitian ini pasien diketahui memiliki kadar gula darah tinggi
di minggu-minggu awal kehamilannya yaitu sebesar 353 mg/dl, meski telah
diberi terapi insulin kadar gula darah akhir setelah pemberian insulin masih
dalam kadar yang tinggi yaitu 264 mg/dl.
b. Karakteristik Pasien dengan Keluhan dan Penyakit Penyerta
Beberapa pasien DM Gestasional memiliki keluhan dan penyakit
penyerta yang telah diderita sebelum memasuki masa kehamilannya maupun
penyakit yang muncul akibat komplikasi selama masa hamil. Keluhan dan
penyakit ini kemungkinan memiliki pengaruh terhadap kondisi dan terapi
pengobatan pasien, karena terapi yang diberikan akan disesuaikan dengan
kondisi dan pengobatan lain yang sedang dijalani pasien untuk menangani
penyakit penyerta lainnya mengingat adanya interaksi dan kontraindikasi
obat yang sangat memengaruhi efektivitas terapi. Berikut profil penyakit
penyerta pasien DM Gestasional di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
48
Tipe Insulin
Berdasarkan Durasi Jenis Insulin Jumlah Persentase
dan Onset Kerja
Insulin Kerja Cepat Novorapid 6 66,67%
Insulin Kerja Panjang Levemir 1 11,11%
Insulin Kerja Campuran Novomix 2 22,22%
Total 9 100%
(Sumber: data sekunder rekam medik RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten).
Tabel 4.4 Pola terapi insulin pada penderita DM Gestasional di RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Persen Persen
Dosis Lama
GD GD penurunan penurunan
Pasien Jenis Insulin pasien penggunaan
awal akhir kadar glukosa kadar glukosa
(unit) (hari)
darah (%) darah/hari (%)
A Novomix 3×10 110 109 0,9 4 0,22
B Novorapid 3×6 208 150 27,88 2 13,94
C Levemir 3×8 247 136 44,94 5 8,99
D Novorapid 3×6 164 128 21,95 6 3,65
E Novorapid 2×6 278 191 31,29 6 5,21
F Novorapid 3×12 191 148 22,51 4 5,62
G Novorapid 3×4 234 150 35,9 8 4,49
H Novomix 3×10 353 264 25,21 3 8,4
I Novorapid 3×6 299 169 43,48 6 7,24
(Sumber: data sekunder rekam medik RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten).
Pada penelitian ini, nilai glukosa darah yang didapatkan hanya nilai
glukosa darah sewaktu dan glukosa darah 2 JPP sebelum dan sesudah terapi
insulin. Nilai glukosa darah puasa tidak didapatkan karena beberapa data
yang tercantum di rekam medik hanya nilai glukosa darah awal, sehingga
tidak diketahui kadar glukosa darah puasa setelah pemberian insulin.
Pengecekan glukosa darah puasa tidak dilakukan pada beberapa pasien.
Terapi insulin pada sembilan pasien DM Gestasional di RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro diberikan dalam tiga jenis insulin, yaitu insulin kerja
cepat (novorapid) yang diberikan pada enam pasien dengan dosis pasien/
unit 2×6, 3×4, 3×6 dan 3×12. Jenis insulin ini digunakan bersamaan waktu
makan dengan unit per pasien yang bervariasi menyesuaikan kondisi
pasien. Selain itu juga diresepkan insulin kerja panjang (levemir) yang
diberikan pada satu pasien dengan dosis 3×8 yang ditujukan untuk menjaga
kadar glukosa darah tetap terkendali selama periode puasa atau tidur. Dua
pasien pada penelitian ini diberikan insulin campuran (novomix) dengan
dosis 3×10 dimana produk ini biasanya digunakan dua kali sehari sebelum
makan. Namun, pada penelitian ini setiap pasien menerima insulin tiga kali
sehari, hal ini dapat dikarenakan waktu makan pasien tiga kali dalam sehari
52
yang tepat agar tidak menyebabkan resistensi pada antibiotika itu sendiri.
Obat-obatan lainnya yang juga banyak diterima pasien adalah analgetik
antipiretik, dan jenis analgetik yang diresepkan pada penelitian ini adalah
asam mefenamat. Menurut Briggs (2001) yang dikutip oleh Muhammad
Fikri (2016), asam mefenamat tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan anak-
anak di bawah umur 14 tahun karena asam mefenamat termasuk dalam
kategori C. Menurut FDA obat-obat pada kategori ini menunjukkan adanya
efek buruk pada janin hewan coba, tetapi belum ada data pengujian pada
manusia. Penggunaan pada manusia hanya dilakukan bila manfaatnya lebih
besar daripada risikonya. Pada kehamilan trimester ketiga dan menjelang
kelahiran masuk dalam kategori faktor risiko D, yaitu obat-obatan yang
terbukti berisiko pada janin melalui uji klinik, penggunaan pada manusia
hanya dilakukan bila manfaat lebih besar daripada risikonya (Fransiska,
2012).
Ibu hamil seringkali memerlukan vitamin dan mineral untuk
mencukupi kebutuhan tubuh dan janin selama masa kehamilannya. Vitamin
dan mineral juga diberikan pada pasien DM Gestasional di rumah sakit
ini. Penggunaan vitamin haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh, karena
bila penggunaan vitamin berlebihan dapat menimbulkan gejala keracunan.
Sebaliknya bila kekurangan vitamin dapat mengakibatkan gejala defisiensi.
Asupan vitamin yang berlebihan salah satunya dapat disebabkan oleh
penggunaan vitamin dalam jumlah besar, baik untuk pencegahan maupun
pengobatan penyakit yang tidak jelas berhubungan dengan defisiensi
penyakit (Maria, 2009)
Vitamin yang diresepkan pada penelitian ini adalah asam folat dan
vitamin A. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maria (2009), asam
folat digunakan untuk pembentukan sel-sel darah, untuk sintesis DNA,
serta untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Defisiensi asam folat akan
menghambat sintesis DNA yang berakibat anemia megaloblastik di dalam
sum-sum tulang. Sedangkan penggunaan vitamin A adalah untuk menjaga
55
Ceftriaxon
Nyeri jahitan luka operasi Ketorolac
1
Keluhan ketuban pecah Cefadroxyl
Asam Mefenamat
Cefadroxyl
2 -
Asam Mefenamat
Ceftriaxon
Ketorolac
Polihidramnion
3 Cefadroxyl
Nyeri jahitan luka operasi
Asam Mefenamat
Vitamin A
Cefadroxyl
Asam Mefenamat
Preklamsia Metformin
4
BDP Ketorolac
Dexametason
Cefotaxim
Cefadroxyl
Asam Mefenamat
BDP Ceftriaxon
5
Fetal distring Ketorolac
Vitamin A
Metronidazol
Riwayat Maag
Preklamsia Cefadroxyl
7 BAB nyeri Asam Mefenamat
Hipertensi Metildopa
Multigravida
Premaston
8 Abortus imminens
Asam Folat
Hamil preterm
9 Nifedipin
Multigravida
(Sumber: data sekunder rekam medik RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten).
59
E. Keterbatasan Penelitian
1. Perubahan berat badan pasien selama masa kehamilan pada penelitian ini
tidak dievaluasi karena tidak semua pasien DM Gestasional melakukan
pengukuran berat badan sebelum dan selama masa kehamilan.
2. Pada penelitian ini juga tidak dilakukan evaluasi terhadap ketepatan
dosis insulin karena dosis insulin bersifat individual sehingga perlu
diketahui riwayat pengobatan pasien sebelumnya dan riwayat dosis
yang digunakan.
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Data karakteristik sosiodemografi pasien DM Gestasional di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Oktober 2014-Oktober 2017
menunjukkan bahwa lebih dari setengah pasien DM Gestasional
berada pada usia di atas 30 tahun, 66,67% pasien DM Gestasional tidak
bekerja, 55,56% pasien memiliki riwayat pendidikan tinggi, 88,89%
pasien dirawat selama kurang dari 7 hari, 77,78% pasien mengalami
DM Gestasional pada usia kehamilan trimester 3 dan 55,56% pasien
melahirkan dengan jenis persalinan secara sectio caesaria. Pasien DM
Gestasional di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten memiliki beberapa
catatan keluhan dan penyakit penyerta yaitu nyeri jahitan luka operasi,
polihidramnion, preklamsia, abortus imminens, hipertensi, multigravida,
serta BDP dengan persentase masing-masing 9%.
2. Pola terapi insulin yang diberikan di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten periode Oktober 2014-Oktober 2017 berbeda pada setiap
pasien dengan menggunakan 3 jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat
(Novorapid) dengan dosis pasien/unit 2×6, 3×4, 3×6 dan 3×12, insulin
kerja panjang (Levemir) dengan dosis pasien/unit 3×8 dan insulin kerja
campuran (Novomix) dengan dosis pasien/unit 3×10.
3. Efektivitas terapi insulin telah dievaluasi berdasarkan penurunan kadar
glukosa darah sebelum dan setelah pemberian insulin. Secara statistika
dapat disimpulkan bahwa terapi insulin pada pasien DM Gestasional
dapat menurunkan kadar glukosa darah pasien secara signifikan.
61
62
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan
perubahan berat badan pasien selama masa kehamilan dengan perubahan
kadar glukosa darah.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan DM
Gestasional dengan komplikasi-komplikasi lain yang ditimbulkan.
3. Pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan data primer sebagai
sumber data dengan melakukan wawancara atau pengisian kuesioner
oleh responden untuk mendapatkan data yang lebih lengkap dan akurat.
63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
76
Lampiran 6.6.Algoritme
Lampiran AlgoritmePenatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
GHS
GHS +
MONOTERAPI
GHS +
KOMBINASI 2
CATATAN: GHS +
1. GHS= gaya hidup OHO
sehat KOMBINASI
2. Dinyatakan gagal bila
terapi selama 2-3 Jalur pilihan alternatif bila :
2 OHO +
bulan pada tiap tahap - Tidak terdapat insulin
tidak mencapai target BASAL
- Diabetisbetul-betul
terapi HbA1C <7% menolak insulin
3. Bila tidak ada INSULIN
- Kendali glukosa belum
pemeriksaan HbA1C
optimal
dapat digunakan
pemeriksaan glukosa
darah rata2 hasil
pemeriksaan
beberapa kali glukosa GHS + INSULIN
darah sehari yang
dikonversikan ke KOMBINASI 3 INTENSIF*
HbA1C menurut
kriteria ADA, 2010 OHO
77
Proposal
Penelitian
Program Studi
Farmasi
Observasi
Pengumpulan
Data
Analisis Data
Penulisan Laporan
Hasil Penelitian
68
78
Nama Pasien :
Umur Pasien :
Berat Badan :
Usia Kehamilan :
B. Data Laboratorium
Tgl. Pengukuran Kadar Normal
2. Profil Lipid :
a. LDL :
b. HDL :
c. Trigliserid :
3. Albumin :
4. Lain – lain :
69
79
80
E. Penyakit Penyerta
1.
2.
3.
4.
5.
81