Anda di halaman 1dari 48

Proposal Tugas Akhir

Pemberian Pengetahuan Tentang Pencegahan Infeksi Lambung Untuk Mengurangi


Frekuensi Kekambuhan Di Rumah Sakit Dr. Soepraoen Malang
Pada Tn S Di Rumah Sakit X

Disusun oleh:
ARVIN WAHYU HARTANTO
NIM. 12.1.062

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS. Dr. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2011/2012

Pemberian Pengetahuan Kepada Klien Tentang Pencegahan Hipertensi


Untuk Mengurangi Frekuensi Kekambuhan di Rumah
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Ahli Madya Keperawatan Pada Prodi Keperawatan
Politeknik Kesehatan RS. Dr. Soepraoen
Malang

Disusun Oleh:

ARVIN WAHYU HARTANTO


NIM. 12.1.062

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS. Dr. SOEPRAOEN
MALANG
2012

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama

: Arvin Wahyu Hartanto

Tempat/tanggal lahir : Malang, 06 Agustus 1994


NIM

: 12.1.062

Alamat

: Jalan klayatan gg 3/ 34 Malang

Menyatakan dan bersumpah bahwa Studi Kasus ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di
perguruan tinggi manapun.
Jika dikemudian hari ternyata saya terbukti melakukan pelanggaran atas pernyataan dan sumpah
tersebut diatas, maka bersedia menerima sanksi akademik dari almamater.

Malang, 13 Desember 2012


Yang Menyatakan

Arvin Wahyu H
NIM 12.1.062

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tidak ada hal yang sulit di dunia ini,


Ketika kita berusaha dan berdoa,
Tuhan akan menyertai kita

Kupersembahkan

Karya

Tulis

yang

Sederhana

ini

kepada :
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk

jalan

serta

keimanan

dalam

setiap

langkahku.
Kedua

orang

tuaku

yang

selalu

mendidik

dan

membimbing aku dari kecil sampai dewasa dan


selalu mendoakan aku.
Seluruh keluargaku yang selalu berada disampingku
disaat aku sedang butuh mereka dan disaat aku
sedang sedih.
Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dalam
suka dan duka.

Teman-temanku angkatan 2011/2012 terima kasih


atas bantuannya.
Almamaterku tercinta Politeknik Kesehatan RS dr.
Soepraoen Malang.

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir dengan judul Pemberian Pengetahuan Kepada


Klien Tentang Pencegahan Hipertensi Untuk Mengurangi Frekuensi
Kekambuhan di Rumah.

Tanggal Persetujuan: 20 Desember 2012


Oleh:
Pembimbing I,

Riki Ristanto, S.Kep., Ners

Pembimbing II,

Tien Aminah, S.Kep,.Ners


Pns II/d Nip 197411292005012004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Mustriwi, S.Kep., Ners


Mayor Ckm (K) NRP. 11960028590773

LEMBARAN PENGESAHAN
Proposal Tugas Akhir dengan judul Pemberian Pengetahuan Kepada
Klien Tentang Pencegahan Hipertensi Untuk Mengurangi Frekuensi
Kekambuhan di Rumah.

Pada tanggal 20 Desember 2012

TIM PENGUJI

Nama
.

Tanda tangan

Ketua

Anggota

: 1. ..

..

2. ...

..

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Mustriwi, S. Kep., Ners


Mayor Ckm (K) NRP. 11960028590773

...

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pemberian Penyuluhan
Keluarga tentang Penyakit Hipertensi sebagai Intervensi Untuk Mengurangi Frekuensi
Kekambuhan pada Tn. A di Rumah Sakit Z sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Kadya Keperawatan di Program Studi Keperawatan Poltekkes Rumkit Tk. II dr.
Soepraoen Malang.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Kolonel Ckm. dr. I Putu Gde Santika, M.Si, selaku Ka Rumkit Tk. II dr. Soepraoen
Malang.
2. Letnan Kolonel Ckm dr. Nirawan Putranto, Sp.M, selaku Direktur Poltekkes RS. dr.
Soepraoen Malang.
3. Mayor Ckm (K), Mustriwi, S.Kep.,Ners, selaku Ka Prodi Keperawatan.
4. Ibu Tien Aminah, S.Kep.,Ners, selaku pembimbing I dalam penelitian ini yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Bapak Riki Ristanto, S.Kep.,Ners, selaku Pembimbing II dalam penelitian ini yang telah
memberikan bimbingan dan saran hingga terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Arif Sudrajat, S.Kep.,Ners, selaku Kepala Ruang Melati yang telah menyediakan
waktu untuk membimbing dalam penyusunan.
7. Para responden yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Keperawatan dan seluruh pihak yang telah membantu
kelancaran penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini, dengan sebaik-baiknya.
Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi
kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, untuk
menyempurnakannya.

Malang, 13 Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Cover Dalam
Lembar Persetujuan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Studi Kasus
1.5 Batasan Studi Kasus
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi
2.3 Konsep Tindakan Keperawatan pada pasien Hipertensi
BAB 3 METODE STUDI

3.1 Desain Penelitian


3.2 Kerangka Kerja
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4 Subyek Penelitian
3.5 Fokus Penelitian
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.7 Metode Uji Keabsahan Data
3.8 Metode Analisis Data
3.9 Etika penelitian
3.10 Keterbatasan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi


Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian
Gambar 3.4 Kerangka Kerja

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7 . . . . . . . . . . . . . .
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia . .

ABSTRAK
Ida, Arvin.2012 Pemberian Penyuluhan Keluarga tentang Penyakit Hipertensi sebagai Intervensi
Untuk Mengurangi Frekuensi Kekambuhan pada Tn. x di Rumah Tugas Akhir. Program Studi
Keperawatan Poltekkes RS. dr. Soepraoen Malang. Pembimbing I Tien Aminah, SKep.,Ners,
Pembimbing II Nunung Ernawati, SKep.,Ners.
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia dan
jumlahnya meningkat setiap tahunnya. Hipertensi adalah penyakit yang bersifat reversible dan
dapat menyebabkan kematian. Masalah yang dirasakan adalah pusing kepala yang sangat berat
saat kekambuhan terjadi. Untuk mengatasi dan mencegah kekambuhan hipertensi perlu
mendapatkan penyuluan kepada pihak keluarga termasuk pasien.
Desain penelitian ini menggunakan desain studi kasus. Subyek penelitian adalah keluarga dari
Tn.A yang menderita Hipertensi. Kriteria subyek adalah keluarga yang ayahnya menderita
hipertensi dengan frekuensi kekambuhan kurang dari 3 kali sebulan dan didapatkan jumlah
subyek 1 orang, pada bulan Sebtember 2012. Fokus penelitian adalah pemberian penyuluhan dan
frekuensi kekambuhan. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan wawancara mendalam
(indepht interview). Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan content material
analysis
Hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial keluarga yang banyak diberikan oleh keluarga
kepada penderita Hipertensi adalah menghindarkan penderita dari kondisi stress, pola makan
yang seimbang harus selalu diperhatikan, membiasakan penderita hipertensi untuk mengatur pola
hidupnya dengan tidaj=k merokok ataupun meminum minuman alkhohol. Dengan dukungan
seperti diatas maka didapatkan frekuensi kekambuhan yang dialami oleh penderita Hipertensi
adalah frekuensi kekambuhan rendah yaitu sebanyak 3 kali pertahun.
Melihat hasil penelitian ini maka perlu adanya penyuluhan keluarga agar dapat meminimalkan
frekuensi kekambuhan yang dialami penderita Hipertensi.
Kata Kunci : penyuluhan keluarga, frekuensi kekambuhan.

Pemberian Pengetahuan Kepada Klien Tentang Pencegahan Hipertensi Untuk


Mengurangi Frekuensi Kekambuhan di Rumah

1.1

Latar Belakang

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit kronis yang paling banyak dijumpai.
Seseorang dianggap mengidap hipertensi bila secara berulang hasil pemeriksaan tekanan
darahnya melebihi 140/90 mm Hg. Ada dua jenis hipertensi:
Hipertensi primer/esensial di mana tidak ada hal spesifik yang menjadi

penyebabnya. Sekitar 90-95% hipertensi adalah jenis ini.


Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh kelainan atau

penyakit lain, misalnya karena stress, sakit ginjal, preeklamsia, atau apnea (sesak napas saat
tidur).

Berbagai studi menunjukkan bahwa hipertensi meningkatkan risiko kematian dan


penyakit. Bila tidak dilakukan penanganan, sekitar 70% pasien hipertensi kronis akan meninggal
karena jantung koroner atau gagal jantung, 15% terkena kerusakan jaringan otak, dan 10%
mengalami gagal ginjal. Untungnya, peningkatan kesadaran dan kontrol atas hipertensi telah
berhasil menekan risikonya hingga 50%.
Hipertensi primer biasanya tidak menimbulkan gejala sampai setelah menahun.
Penemuan hipertensi biasanya terjadi pada saat pemeriksaan rutin atau kunjungan ke dokter.
Beberapa gejala hipertensi primer yang mungkin dirasakan:

Sakit kepala, biasanya di pagi hari sewaktu bangun tidur

Bingung

Bising (bunyi nging) di telinga

Jantung berdebar-debar

Penglihatan kabur

Mimisan

Hematuria (darah dalam urin)

Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi


Hipertensi sekunder menunjukkan gejala yang sama, dengan sedikit perbedaan yaitu tekanan
darah biasanya turun bila pengukuran dilakukan pada posisi berdiri.
Jika tekanan darah seseorang hanya sedikit meningkat (160/100 mm Hg atau kurang),
sering dapat berhasil diobati dengan mengadopsi beberapa perubahan gaya hidup seperti berhenti
merokok, makan seimbang, rendah lemak, diet rendah garam, dengan banyak buah, sayuran dan
biji-bijian, membatasi konsumsi kafein kurang dari lima cangkir kopi atau teh sehari, berolahraga
secara teratur (30 menit sehari latihan aerobik seperti berenang, jogging atau bersepeda) terapi
relaksasi, seperti meditasi dan mengurangi berat badan mereka jika mereka kelebihan berat
badan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam karya tulis yang berjudul Pemberian Pengetahuan Kepada Klien Tentang
Pencegahan Hipertensi Untuk Mengurangi Frekuensi Kekambuhan Saat di Rumah
masalah bisa dirumuskan sebagai mana tersebut di bawah ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana pengkajian pengetahuan kepada klien Tn.X dengan Hipertensi?


Diagnosa apa saja yang muncul pada klien Tn.X dengan Hipertensi?
Bagaimana intervensi keperawatan pada klien Tn.X dengan Hipertensi?
Tindakan keperawatan apa saja yang dilakukan pada Tn.X dengan Hipertensi?
Bagaimana evaluasi keperawatan terhadap Tn.X dengan Hipertensi?
Bagaimana dukungan sosial keluaraga untuk menurunkan frekuensi kekambuhan
Hipertensi pada Tn.X?

1.3

Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Pemberian

Pengetahuan Kepada Klien Tentang Pencegahan Hipertensi Untuk Mengurangi


Frekuensi Kekambuhan Saat di Rumah.

b. Tujuan Khusus
Penelitian yang berjudul Pemberian Pengetahuan Kepada Klien Tentang
Pencegahan Hipertensi Untuk Mengurangi Frekuensi Kekambuhan Saat di Rumah
secara khusus bertujuan untuk mendeskripsikan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana pengkajian pengetahuan kepada klien Tn.X dengan Hipertensi?


Diagnosa apa saja yang muncul pada klien Tn.X dengan Hipertensi?
Bagaimana intervensi keperawatan pada klien Tn.X dengan Hipertensi?
Tindakan keperawatan apa saja yang dilakukan pada Tn.X dengan Hipertensi?
Bagaimana evaluasi keperawatan terhadap Tn.X dengan Hipertensi?
Bagaimana dukungan sosial keluaraga untuk menurunkan frekuensi
kekambuhan Hipertensi pada Tn.X?

Manfaat Penelitian
1. Bagi profesi keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam


mengembangkan asuhan keperawatan pada klien dengan Pemberian Pengetahuan Kepada
Klien Tentang Pencegahan Hipertensi Untuk Mengurangi Frekuensi Kekambuhan Saat di
Rumah

2. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan,


khususnya bagi ilmu keperawatan.
3. Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran dalam
memberikan dukungan sosial keluarga kepada klien Hipertensi.
Batasan Studi Kasus
Studi kasus ini memiliki masalah umum yang sangatluas dan kompleks. Agar
pembahasan lebih terarah, studi kasus ini hanya membahas Pemberian Pengetahuan
Kepada

Klien

Tentang

Pencegahan

Hipertensi

Kekambuhan Saat di Rumah

BAB II

Untuk

Mengurangi

Frekuensi

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep dasar Hipertensi

2.1.1

Pengertian
Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitanya dengan tekanan

sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada ateri bila jantung berkontraksi,
sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan ateri pada
saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil pengukuran
tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolik
(Corwin, 2005).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13 . 50 tahun dan tekanan
darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Dan harus
dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk
lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi
dari 140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi
maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer atau esensial (hampir
90% dari semua kasus) dan hipertensi sekunder, terjadi sebagai akibat dari

kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki .

2.1.2

Jenis

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial


dan hipertensi sekunder (Setiawati dan Bustami, dalam farmakologi dan
terapi. 2005)
a. Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik,
adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90%
kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan
hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan
resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor,
terdiri dari factor genetic dan lingkungan. Factor keturunan bersifat
poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler
dari keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa
sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan
reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi
insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan,
stress psikis, dan obesitas.

b. Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8 % dari

seluruh penderita hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh


penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi
endokrin), obat, dan lain-lain.
Hipertensi renal dapat berupa:
1) Hipertensi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga menyebabkan
hipoperfusi ginjal.

Table 2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan

Tekanan darah sistol

Tekanan darah diastol

Darah

(mmHg)
< 120
120-139
140-159
>160

(mmHg)
Dan < 80
Atau 80-89
Atau 90-99
Atau >100

Normal
Prehipertensi
Hipertensi stadium 1
Hipertensi stadium 2

WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working


Group) mengelompokkan hipertensi (table 2. 2) ke dalam klasifikasi
optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan
hipertensi berat.

Table 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Katagori

Tekanan darah sistol

Tekanan darah diastol

Optimal

(mmHg)
< 20

(mmHg)
< 80

Normal

< 130

< 85

Normal Tinggi
Tingkat 1 (hipertensi ringan)

130 139
140 159

85 89
90 99

Sub group: perbatasan


Tingkat 2 (hipertensi sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat)
Hipertensi sistol terisolasi

140 149
160 179
180
140

90 94
100 109
110
< 90

Sub group: perbatasan

140- 149

< 90

Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan


pedoman penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman
Negara maju dan Negara tetangga. Dan klasifikasi hipertensi ditentukan
berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan merujuk
hasil JNC 7 dan WHO (table 2. 3).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang


mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
5. Faktor-faktor resiko hipertensi
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,


umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stres, obesitas dan nutrisi.
a. Faktor genetik
Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan factor genetic,
dimana banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan
hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga sebagai
pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
terkena hipertensi. Gen yang berperan pada patofisologi penyakit
hipertensi adalah :
1) Gen simetrik yang mengandung promoter gen 11-hidrokilase
dan gen urutan selanjutnya untuk member kode pada gen
aldosteron sintase, sehingga menghasilakan produksi ektopik
aldosteron.
2) Saluran natrium endotel yang sensitive terhadap amilorid yang
terdapat pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini
mengakibatkan aktivitas aldosteron, menekan aktivitas rennin
plasma dan hipokalemia.
3) Kerusakan gen 11-hidrokilase dehidrogenase menyebabkan
sirkulasi konsentrasi kortisol normal untuk mengaktifkan
c. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun


wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun (Anggaraini. 2009).
d. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada
yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin
yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar
(Anggaraini. 2009).

e. Obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi


tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita,
f. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam)
perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Karena itu
disarankan untuk mengurangi konsumsi natrium/sodium. Sumber
natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur),
penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium
karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok
teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam

dan MSG (Anggaraini, 2009).


g. Merokok
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis
di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di
mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap tembakau
yang disebarkan ke udara bebas (asap samping), misalnya karbon
h. Kurangnya aktifitas fisik (olah raga)
Ketidak aktifan fisik meningkatkan resiko penyakit jantung koroner
(CHD) yang setara dengan hiperlipidemia atau merokok, dan seseorang
yang tidak aktif secara fisik memiliki resiko 30-50% lebih besar untuk
mengalami hipertensi. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan
kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang
teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C,
menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya
frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen
miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia Price,
2005).
i. Penyakit lain penyebab hipertensi adalah :
1) Kolesterol tinggi
Kadar kolesterol sejenis lemak dalam darah yang tinggi akan
meninggkatkan pembentukan plak dalam arteri (aterosklerosis)

sehingga menyebabkan arteri menyempit dan sulit


mengembang. Perubahan ini dapat meningkatkan tekanan darah
(Sheps,2005. Dalam Viosta, 2008).
2) Diabetes
Terlalu banyak gula dalam darah akan merusak organ dan
jaringan sehingga terjadi aterosklerosis, penyakit ginjal dan
penyakit arteria koronaria semua penyakit ini mempengaruhi
tekanan darah (Sheps,2005. Dalam Viosta, 2008).
dan kadang . kadang disertai kelainan lain seperti xantomatosis
dan pankreatitis (Sjaifoellah,2000. Dalam Viosta, 2008).
6. Tanda Dan Gejala Klinis
Menurut Sylvia Anderson (2005) gejala hipertensi sebagai berikut:
a. Sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk.
b. Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing.
c. Dada berdebar-debar.
d. Lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.
Gejala hipertensi yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,
mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2001).

7. Komplikasi Hipertensi

hipertensi yang tidak mendapat perawatan dan sudah berlangsung


dalam waktu yang lama akan menimbulkan komplikasi. Berikut ini
komplikasi dari hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2000):
a. Stroke
Stroke dapat terjadi perdarahan di otak, atau akiban embolus
yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke depat terjadi pada hipertensi kronik apabila ateri-ateri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya
berkurang. Ateri-ateri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah dan kehilangan elastisitas sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anuerisma.
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
8. Penatalaksanaan
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan
pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal
biasanya adalah merubah gaya hidup penderita (Lim. 2009):
a. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurutnkan berat badannya sampai batas ideal.
b. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang


dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya
(disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup)
dan mengurangi alkohol.
c. Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial
tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya
terkendali. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan kemampuan
untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik yang teratur
adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar LDL_C,
menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas, berkurangnya
frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi oksigen
miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin (Sylvia
Price, 2005).
d. Berhenti merokok karena merokok dapat merusak jantung dan
sirkulasi darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan
obat yang menurutnkan tekanan darah tinggi dengan segara.
Beberapa obat bisa menurutnkan tekanan darah dengan cepat dan
sebagian besar diberikan secara intravena:
a) Diazoxide
b) Nitroprusside

c) Nitroglycerin
d) Labetalol
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang
sangat cepat dan bisa diberikan per-oral, tetapi obat ini bisa
menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi
secara ketat.
9. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
Pemeriksaan labrotorium rutin yang dilakukan sebelum memulai
terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi sebagai tambahan dapat dilakukan
pemeriksaan lain seperti kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat,
kolesterol/LDL, TSH, EKG dan CT-Scan, foto rontgen, dan glukosa.
B. Senam Jantung Sehat
1. Olahraga Senam Jantung Sehat
Jantung manusia bekerja keras setiap hari. Ia harus memompa
darah ke seluruh tubuh selama 24 jam nonstop. Ketika pembuluh darah
tersumbat oleh kolesterol atau lemak, kerja jantung makin berat. Darah
mudah yakni rumus 200 yaitu 200 dikurangi umur. Itulah nadi maksimal
yang boleh dilakukan sewaktu melaksanakan latihan.

2. Program Olahraga Jantung Sehat

Dalam buku Petunjuk Senam Jantung Sehat (Seri I, 2003)


dinyatakan, bahwa program olahraga jantung sehat dalam pelaksanaan
latihannya haruslah disusun berdasarkan beberapa komponen, yaitu
sebagai berikut:
a. Umur
Dalam pelaksanaan latihan Senam Jantung Sehat harus dilakukan
pengelompokkan menurut umur. Hal ini dikarenakan kemampuan
individual dari masing-masing tingkatan umur tidaklah sama.
b. Jenis Kelamin
Program latihan untuk pria dan wanita haruslah berbeda.
c. Kapasitas Aerobik
Program latihan disesuaikan dengan kemampuan aerobic
perorangan. Adalah wajib mengukur kemampuan aerobic sebelum
melakukan program latihan.
d. Dosis Latihan
Olah karena kemampuan setiap orang tidak sama, maka dosis
perorangan harus sesuai dengan kemampuannya, serta diberikan
pada daerah aman, artinya tidak membahayakan, tetapi tetap
memberi manfaat.

3) Butir 3 : Lari 3,2 km dalam waktu 20 menit.

Para anggota yang telah menyelesaikan program butir (2)


serta usianya di bawah 30 tahun, dapat meningkatkan
program latihan butir (3) yaitu lari 3,2 km dalam waktu 16 .
20 menit.
Dengan demikian, setiap orang yang ingin berolahraga Jantung
Sehat dapat melakukan programnya sesuai dengan umur dan
kemampuannya.
Di samping itu harus menguasai teknik-teknik dasar Senam
Jantung Sehat, seperti:
1) Menghitung denyut nadi secara tepat dan terampil
2) Mengusai teknik peregangan/pemanasan/pendinginan
3) Menguasai senam kelentukan yang benar
4) Menguasai teknik jalan, jogging atau lari dengan benar sesuai
program latihan yang dipilih atau peruntukkannya
5) Mengetahui dosis/takaran latihan bagi dirinya secara tepat
6) Mengetahui kapan olahraga harus dihentikan
7) Mampu mengenali dan mengatasi bahaya/kegawatan
(SJS seri 1, 2003).
Senam Jantung Sehat yang telah dilakukan diharapkan akan
mempunyai nilai tambah dalam bentuk pengetahuan sehingga
menghasilkan sikap yang baik, seperti:

a. Tidak merokok
b. Menjaga keseimbangan tinggi dan berat badan
Bagi anggota yang lebih muda, gerakan jalan di tempat dapat
ditingkatkan menjadi lari di tempat atau mengangkat kaki lebih tinggi,
misalnya untuk usia 30 tahun ke bawah atau usia 40 tahun tetap berlatih.
Untuk anggota yang lebih tua, usia 50 tahun ke atas, gerakan jalan di
tempat cukup memacu jantung agar mencapai sasaran. Tinggi kaki
disesuaikan dengan hasil latihan, bisa lebih rendah atau lebih tinggi.
Gerakan yang dilakukan pada setiap persendian, hendaklah diikuti
dengan benar dan sungguh-sungguh agar hasil kerja otot memmberikan
efek optimal, serta mampu mengoreksi sikap dan gerak yang salah.
Akhirnya akan mampu meningkatkan kecepatan gerak sehingga tercapai
gerakan yang berkualitas. Pada akhir gerakan Senam Jantung Sehat,
sengaja ada pemcuan denyut jantung dengan menambah beban latihan,
agar dosis latihan/denyut jantung latihan tercapai.
Intensitas latihan Senam Jantung Sehat berbeda tiap seri, seperti:
1. Seri II
a. Latihan peregangan / pemanasan :
1) Ketukan musik 115 ketukan / menit
2) Lamanya 3 menit 40 detik
b. Latihan Inti :

1) Ketukan musik 130 ketukan / menit


2) Lamanya 6 menit 22 detik
c. Latihan pendinginan / penenangan.
1) Ketukan musik 110 ketukan / menit
2) Lamanya 2 menit 21 detik
4. Petunjuk Pelaksanaan Senam Jantung Sehat
Sedangkan prinsip dasar pelaksanaan gerak dari Senam Jantung
Sehat baik itu seri I. II, III, IV maupun V adalah melalui tahapan latihan
sebagai berikut:
a. Sikap Sempurna
Sikap sempurna adalah berdiri tegak, kedua tumit rapat, ujung jari
terbuka selebar kepalan tangan 5 (lima) titik, mulai dari telinga, bahu,
pinggul, lutut dan mata kaki merupakan satu garis lurus, tegak lurus
dengan lantai. Pandangan lurus ke depan dan kedua lengan lurus di
samping badan, telapak tangan menghadap ke dalam, jari-jari tangan
rapat di samping badan serta tangan tidak dikepal. Siap untuk
olahraga.
b. Berdoa
Berdoa dilakukan menurut agama dan kepercayaannya masingmasing,
semoga olahraga yang segera dilakukan memberi manfaat
kekuatan dan kesehatan lahir dan batin. Pusatkan pikiran dan perasaan

dalam suasana gembira. Setelah aba-aba gberdoa mulaih tundukkan


kepala dan setelah aba-aba h berdoa selesaih kepala kembali tegak.
c. Gerakan III
- Saling menekan kedua telapak tangan
- Menarik jari-jari kedua tangan
d. Gerakan IV
- Memutar badan ke kanan
- Memutar badan ke kiri
e. Gerakan V
- Menarik kedua bahu
- Merentangkan kedua lengan kesamping
f. Gerkan VI
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
g. Gerkan VII
- Memutar badan dan kaki ke kanan
- Memutar badan dan kaki ke kiri
h. Gerakan VIII
- Membungkukkan badan

i. Gerakan IX

- Melangkahkan kaki serong kanan


- Melangkahkan kaki serong kiri
j. Gerkan X
- Mengangkat kaki kanan
- Mengangkat kaki kiri
- Mengangkat kedua lengan ke atas dan kaki kanan/kiri kebelakang
h. Gerakan VIII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan
l. Gerakan IX
- Memutar badan ke samping kanan dan kiri
- Membungkuk badan serong ke kanan dan ke kiri
m. Gerkan X
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan
n. Gerakan XI
- Mengangkat lutut kanan dan kiri
- Mengayun kaki ke kanan dan ke kiri
o. Gerakan XII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan

p. Gerakan XIII

- Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri


- Mengayun kedua lengan ke samping kanan dan kiri belakang
q. Gerakan XIV
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu rentangkan
5. Pengaruh senam jantung terhadap kardiovaskular
Olah raga meningkatkan jumlah darah yang di pompa setiap
menitnya oleh jantung khususnya ventrikel kiri. Dengan peningkatan
jumlah darah yang dipompa berarti jumlah oksigen yang beredar ke
seluruh tubuh juga meningkat. Seluruh sel, jaringan dan sistem dalam
tubuh membutuhkan zat-zat gizi dan oksigen untuk pertumbuhan
fungsinya. Adapun zat-zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan tersebut
berada dalam darah. Sehingga apabila zat-zat gizi dan oksigen dan jumlah
darah yang dibutuhkan oleh sel, jaringan, dan sistem tubuh meningkat,
maka pertumbuhan dan fungsinya akan meningkat. Hal ini menyebabkan
sel, jaringan ,dan sistem tubuh kita dapat dipertahankan dalam kondisi
yang optimal (Werdani.2005).
Jumlah darah yang di pompa jantung bergantung pada jumlah
darah vena yang kembali ke jantung (venous return). Jantung akan
memompa darah bila ada darah vena yang kembali ke jantung. Selama
aktivitas, terjadi kontraksi otot, difusi oksigen-karbondioksida di paru dan
kontriksi vena, yang kesemuanya mengakibatkan peningkatan jumlah

darah vena yang kembali ke jantung.


Perubahan kardiovaskuler selama olahraga diantaranya terjadi
(Sherwood, 2001):
berolahraga ke permukaan tubuh, sehingga panas dapat disalurkan ke
lingkungan luar.
h. Aliran darah ke saluran pencernaan, ginjal, dan organ lain menurun :
terjadi akibat vasokontriksi arteriol yang diinduksikan oleh saraf
simpatis secara umum.
i. Resistensi perifer total menurun : terjadi karena resistensi di otot-otot
rangka, jantung, dan kulit menurun dengan tingkat yang lebih besar
daripada peningkatan resistensi di organ-organ lain.
j. Tekanan darah arteri rata-rata meningkat (sedang) : terjadi karena
curah jantung meningkat lebih besar daripada penurunan resistensi
perifer total.
Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi menjadi dua
yakni adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian
tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan. Adaptasi kronik merupakan
hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik.
Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal
ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian dari alat atau
organ tubuh berbantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban,

lamanya, cara melakukan, dan jumlah organ yang terlibat selama kerja
fisik. (Syah, 2009. http://rosy46nelli.wordpress.com/2009/12/08/adaptasifisiologiovertrainingkardiovaskular/).
Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah
menghantar darah ke jaringan yang aktif termasuk oksigen dan nutrien dan
mengangkat produk metabolik dari jaringan tersebut ke alat ekskresi.
maksimal tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung
yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia. (frekuensi
maksimal denyut jantung = 220 . usia dengan standar deviasi } 10
denyut).
Respons terhadap latihan fisik yang melibatkan kontraksi otot
mengakibatkan peningkatan isi sekuncup. Selain itu terjadi penurunan
netto resistensi perifer total akibat vasodilatasi dalam otot-otot yang
berolahraga. Akibatnya tekanan darah sistolik hanya meningkat secara
sedang, sementara tekanan diastolik biasanya tidak berubah atau turun
(Sherwood, 2001).
Terjadinya peningkatan mencolok alir balik vena, walaupun
peningkatan ini bukan merupakan penyebab utama peningkatan curah
jantung. Aliran balik vena meningkat akibat peningkatan aktivitas otot
dam pompa thoraks; akibat mobilisasi darah visera; akibat peningkatan
tekanan darah yang disaluran melalui arteriol yang melebar ke vena; akibat

vasokontriksi yang diperantarai oleh saraf andrenergik, yang menurunkan


volume darah dalam vena. Jumlah darah yang dimobilisasi dari pembuluhpembuluh
otot tetap berdilatasi dalam periode singkat. Namun tekanan
darah akan segera kembali ke tingkat latihan pra latihan fisik. Kecepatan
denyut jantung kembali ke normal lambat (Ganong, 2001).
Perbedaan antara kelompok yang beraktivitas dan tidak beraktivitas
adalah pada sistem transport oksigen dan jumlah darah yang dipompa
jantung (stroke volume). Sistem transport oksigen dan jumlah darah yang

Skema 2. 2.

Adaptasi Tekanan Darah Terhadap Olahraga Senam Jantung Sehat

Olah raga senam jantung sehat


Pe kebutuhan energi oleh sel, jaringan & organ tubuh

Pe aktivitas penafasan
Pe

Pe
aktivitas

Pe aktifitas otot rangka


Pe volume sekuncup

saraf

Efek

simpatik
aliran

pengisapan

balik venadenyut
Kecepatan
jantung me

Kontrol metabolik
lokal

Pe resistensi perifer
total
Pe curah jantung
otot rangka dan otot
jantung

Tekanan darah arteri mesedang

Fase istirahatPe Curah jantung dan Pe resistensi perifer total Pe aktifitas otot rangka
Pe aktivitas pernafasan

Pe Simpatis dan efrinefrin


Pe aktivitas saraf parasimpatis
Kecepatan denyut jantung me, volume sekuncup me, dan
vasodilatasi arteriol dan vena

Fase istirahat
Kontrol metabolik
lokal
Pe aktivitas penafasan Pe aktifitas otot rangka

Kecepatan denyut jantung me, volume sekuncup me, dan


vasodilatasi arteriol dan vena
15 mnggu berturut-turut terhadap tekanan darah meningkat 36%
dibandingkan dengan senam, teratur . 8 mnggu berturut-turut. Dari hasil
penelitian disimpulkan efek frekuensi senam 2x/mnggu terhadap
penurunan tekanan darah tidak berbeda dengan efek frekuensi senam
<2x/mnggu. Efek keteraturan senam 9-15 minggu berturut-turut terhadap
penurunan tekanan darah lebih besar dibandingkan dengan efek frekuensi
senam 2x/mnggu. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertahankan
keteraturan senam untuk mendapatkan hasil penurunan tekanan darah yang
lebih baik. Manfaat penurunan tekanan darah pada frekuensi senam
2x/mnggu didapatkan bila dilakukan selama 9-15 mnggu berturut-turut.
Walaupun senam sudah dilakukan secra teratur sampai dengan 15 minggu
berturut-turut bila dilakukan dengan frekuensi < 2x/mnggu tidak
didapatkan penurunan tekanan darah.

3. Penelitian dilakukan oleh Dita Anggara Kusuma dengan judul gPengaruh


Aktivitas Fisik Submaksimal selama 30 Menit terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Orang Sehath. Subjek penelitian ini adalah 50 lakilaki
yang berumur antara 15-35 tahun. Metode penelitian yang digunakan

adalah penelitian eksperimental dimana subjek akan diberi beban kerja


pada kapasitas submaksimal selama 30 menit dan diukur perubahan
tekanan darahnya tiap 3 menit. Penelitian dilakukan terhadap 50 subjek
yang berusia 15-35 tahun dan sehat berdasarkan kriteria PAR-Q (physical
Activity Readiness Questionnare). Didapat hasil data yang diperoleh
kemudian dianalisis menggunakan program SPSS dengan metode one-way
ANOVA. Analisa hasil probabilitas, nilai F hitung sistolik adalah 1.040

BAB 3
METODE STUDI
3.1

Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan ..

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus.
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan..

Subyek penelitian: Ny. L dengan Diagnosa


Medis Tonsil.

Fokus penelitian: pemberian kompres hangat


dalam mengurang odem

Metode pengumpulan data: wawancara


mendalam dan observasi

Penyusunan asuhan keperawatan

Pengkajian

Diagnosa keperawatan

Intervensi keperawatan

Implementasi keperawatan

Evalusi keperawatan

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Uraikan tempat dan waktu pengambilan kasus dilaksanakan.
3.4 Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan . (lihat pustaka)
Subyek dalam penelitian ini adalah Ny. L dengan disgnosa medis tonsil di RS. M
3.5 Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan ..
Fokus penelitian dalam studi kasus ini adalah pemberian kompres hangat dalam mengurangi
odem pada tonsil.
3.6 Metode Pengumpulan Data
1. Proses Pengumpulan Data
Uraikan tentang:
- Jelaskan birokrasi perijinan
- Cara mengumpulkan data
- Tindakan jika ada kesulitan dalam pengumpulan data
2. Instrumen Pengumpulan Data
Uraikan tentang:
- Instrument merupakan .
- Jenis instrument yang digunakan
- Bentuk dan jenis pertanyaan
- Jumlah pertanyaan
3.7 Metode Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data merupakan ..
- Jelaskan uji keabsahan data yang digunakan.
3.8 Metode Analisa Data

Analisa data merupakan ..


- Uraikan tentang analisa data yang digunakan dalam studi kasus ini.
3.9 Etika Penelitian
Cantumkan etika yang mendasari dilaksanakannya suatu penelitian dan keterangannya.
Contoh:
- Informed concent (surat persetujuan).
- Anonimity (tanpa nama).
- Confidentiality (kerahasiaan).
- Bebas dari penderitaan (penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan pada
subyek)
- Bebas dari eksploitasi (partisipasi responden dalam penelitian tidak akan digunakan untuk halhal yang dapat merugikan dalam bentuk apapun).
- Resiko (peneliti telah mempertimbangkan resiko dan keuntungan setiap tindakan yang
dilakukan pada responden).
- Right to self determination (subyek penelitian tidak boleh dipaksa untuk menjadi responden
tanpa ada sanksi apapun).
- Right to full disclosure (subyek memiliki hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang
diberikan).
- Right in fair treatment (subyek harus diperlakukan secara adil sebelum, selama, dan setelah
penelitian dilaksanakan tanpa ada diskriminasi walau dia drop out dari penelitian).
- Right to privacy (hak untuk dijaga kerahasiaannya), meliputi anonimity dan confidentiality.
3.10 Keterbatasan
Keterbatasan dapat tersusun tentang segala sesuatu kelemahan yang dimiliki baik dari segi
peneliti, feasibility dan proposal yang ditulis.

Anda mungkin juga menyukai