Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN

TERHADAPTEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan


Mata Kuliah Riset Keperawatan

DISUSUN OLEH :
Owyn Lemuel Widagdo
2017.1624

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUYO


TEMANGGUNG
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan judul ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui
oleh dosen pembimbing Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo

Temanggung,

Pembimbing Akademi,

Belian Nurtyashesti Kusuma Dewi, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J.

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Owyn Lemuel Widagdo
NIM : 2017.1624
Institusi : Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo Temanggung

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Penelitian yang saya tulis ini
benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan saya.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Penelitian
ini milik orang lain atau hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Temanggung,
Penulis,

Owyn Lemuel Widagdo

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan berkat dan kasih-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian ini dengan
judul “PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAPTEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI” Proposl penelitian ini disusun sebagai
syarat memenuhi mata kuliah riset keperawatan.
Selama penyusunan Proposal Peneltian ini penulis mendapat bimbingan,
dukungan dan masukan dari beberapa pihak sehingga Proposal Penelitian ini
dapat tersusun dengan baik, untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prihanto, S.Kep.,Ns.M.Kes. selaku direktur Akper Ngesti Waluyo,
2. Ibu Berlian Nurtyashesti Kusuma Dewi, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J. selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing penulisan proposal ini.
3. Orang tua dan keuarga yang telah memberikan dukungan selama penulisan
proposal penelitian ini,
4. Teman – teman angkatan XIX yang telah bersama – sama berjuang, dan
membantu selama penulisan Proposal Penelitian ini,
5. Semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan Proposal Penelitian tetapi
penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu. Menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan Proposal Penelitian ini, untuk itu kritik dan saran
untuk membangun sangat diharapkan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
menyertai.

Temanggung,
Penulis,

Owyn Lemuel Widagdo

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................i
Halaman Persetujuan...............................................................................................ii
Lembar Pernyataan.................................................................................................iii
Kata Pengantar........................................................................................................iv
Daftar Isi.................................................................................................................v

v
vi
BAB I

7
A. Latar belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di Indonesia. Penyakit ini

dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial

ekonomi. Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi

semakin besar. Pengaruh usia terhadap kemunculan stres juga sering terjadi (Tukan,

2018)

Banyak factor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Departemen

Kesehatan tahun 2009 menunjukan kejadian hipertensi dan penyakit kardiovaskular

cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya

pengobatan hipertensi, serta kurangnya sarana prasarana dalam penanggulangan

hipertensi. Tingginya angka hipertensi juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok,

kurangnya aktifvitas, pola makan yang tidak sehat, obesitas dan stress (Kharisna,

Dewi, & Lestari, 2012).

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak hanya

di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4

orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita

hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025. Kurang lebih

10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit hipertensi,

dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas utama

yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila dapat dikontrol tekanan

darahnya (Tarigan, Lubis, & Syarifah, 2016).

8
Penderita hipertensi dengan tekanan darah yang selalu tinggi akan menjalani

hidupnya dengan bergantung pada obat-obatan dan kunjungan teratur ke dokter untuk

mendapat resep dan check-up. Data WHO melaporkan dari 50% penderita hipertensi

yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang

diobati dengan baik karna mahalnya biaya yang diperlukan selama proses terapi.

(Kharisna et al., 2012)

Penanganan hipertensi secara garis besar, dibagi menjadi 2 jenis yaitu

nonfarmakologis dan farmakologis.Terapi farmakologis menggunakan obat atau

senyawa yang dalam kerjanya dapat mempengaruhi tekanan darah pasien.

Pengelompokan terapi farmakologis yang digunakan untuk mengontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi adalah Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor,

angiotensin receptor Blocker (ARBs), Beta-Blocker, direct renin inhibitordiuretic,

vasodilator. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa menggunakan agen obat

dalam proses terapinya. Oleh karena penggunaan obat antihipertensi modern dapat

menimbulkan efek samping, maka obat tradisional bisa menjadi pilihan, salah satunya

buah mentimun. Buah mentimun sangat baik di konsumsi untuk pembuluh darah dan

jantung, dimana kandungan pada mentimun yang mampu membantu menurunkan

tekanan darah, kandungan pada mentimun diantaranya kalium (potassium),

magnesium, dan fosfor efektif mengobati hipertensi (Ponggohong, Rompas, &

Sismanto, 2015).

9
Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama, dalam kenyataan, 98%

kalium tubuh berada di dalam sel, 2% sisanya berada di luar sel, yang penting adalah

2% ini untuk fungsi neuromuskuler, kalium mempengaruhi aktivitas baik otot skelet

maupun otot jantung. Selain itu mentimun juga mempunya sifat diuretik yang terdiri

dari 90% air mampu mengeluarkan kandungan garam dari dalam tubuh. Mineral yang

kaya dalam buah mentimun memang mampu mengikat garam dan dikeluarkan

melalui urin (Ponggohong et al., 2015).

Berdasarkan pengalaman penulis saat di rumah sakit, selama ini perawat tidak

pernah memberikan intervensi jus mentimun kepada pasien hipertensi untuk

membantu menurunkan tekanan darah pasien. Selama ini perawat hanya mengelola

tindakan medis pemberian obat anti hipertensi kepada pasien untuk menurunkan

tekanan darah pasien. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk

memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan pemberian jus

mentimun untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah dengan asuhan keperawatan dengan pemberian jus mentimun

dapat menurunkan tekanan darah?

10
C. Tujuan penelitian literature review

Literature review bertujuan untuk membuat analisis dan sintesis terhadap


pengetahuan yang sudah ada terkait topic yang akan diteliti untuk menemukan ruang
kosong bagi penelitian yang akan dilakukan. Tujuan lebih rinci:
1. Menyediakan basis teori untuk penelitian tentang manfaat jus timun untuk
menurunnkan tekanan darah pasien dengan hipertensi
2. Mempelajari kedalaman penelitian yang sudah ada terkait dengan topik
menurunkan tekanan darah dengan jus timun
3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dengan pemahaman terhadap
manfaat jus timun yang sudah dihasilkan oleh penelitian terdahulu

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Anatomi Fisiologi Jantung

Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler,berotot dan

berongga, terletak di rongga toraks. Jantung berbentuk seperti kerucut

yang tumpul dengan bagian bawah di sebut apeks terletak lebih kiri dari

garis tengah/medial; bagian kiri berada pada ics 4 kiri atau sekitar 9cm

dari kiri linea midklavikula; bagian atas disebut basis terletak agak

kekanan pada kosta 3 sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki

panjang sekitar 12cm, lebar sekitar 8cm-9cm, tebal 6cm. berat jantung

sekitar 200-425gram, pada laki-laki sekitar 310gram dan pada perempuan

sekitar 225

Jantung dilapisi oleh selaput yang disebut pericardium. Pericardium

terbagi menjadi 2 lapisan, yaitu pericardium parietal dan pericardium

visceral. Pericardium parietal, yaitu lapisan luar yang melekat di tulang

dada dan selaput paru. Pericardium visceral, yaitu lapisan permukaan dari

jantung itu sendiri yaitu epikardium. Di antara kedua lapisan tersebut

dapat cairan epikardium yang mempunyai fungsi mengurangi gesekan

akubat gerak jantung saat memompa.

12
Katub jantung memiliki fungsi untuk mempertahankan aliran darah

searah melalui bilik jantung. Ada 2 jenis katub, yaitu atrioventrikuler dan

katub semilunar.

Katub atrioventrikuler, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup

ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke

ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat

systole ventrikel. Katub semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis

dan aorta dari ventrikel. Katub semilunar membatasi ventrikel kanan dan

arteri pulmonalis disebut katub semilunar pulmonal. Katub yang

membatasi ventrikel kiri dan aorta disebut katub semilunar aorta.

Katub tersebut membuka dan menutup secara pasif, menanggapi

perubahan tekanan dan volume dalam bilik jantung dan pembuluh darah.

Septum atrial adalah bagian yang memisahkan antara atrium kiri dan

kanan sedangkan septum ventrikel adalah bagian yang memisahkan

ventrikel kiri dan kanan. Dalam keadaan normal tidak terjadi

percampuran darah antara kedua atrium, kecuali pada masa janin, dan

tidak terjadi percampuran darah antara kedua ventrikel pada jantung

sehat. Semua ruang dikelilingi oleh jaringan ikat

Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel

kiri dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling

13
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katub satu arah.

Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

Atrium kanan memiliki yang tipis. Atrium kanan berfungsi sebagai

penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah

tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta

sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Antara vena kava dan

atrium jantung dipisahkan oleh lipatan katub atau pita otot yang

rudimeter. Oleh sebab itu, bila terjadi peningkatan tekanan atrium kanan

akibat bendungan darah di bagian kanan jjantung akakn dibalikan

kembali ke dalam vena sirkulasi sistemik

Ventrikel kanan berbentuk nulan sabit yang unik. Berguna dalam

menghasilkan kontraksi bertekanan yang cukup untuk mengalirkan darah

ke arteri pulmonalis. Tebal dinding ventrikel kanan hanya 1/3 dari tebal

dinding ventrikel kiri karena beban kerja ventrikel kanan lebih ringan dari

yang kiri. Saat ventrikel kanan berkontraksi, katub triskupidalis menutup,

dan darah dipompa ke paru melalui arteri pulmonalis. Pada pertemuan

arteri besar dan ventrikel kanan, terdapat katup semilunaris pulmonalis.

Ketiga daunya didorong dan membuka saat ventrikel kanan berkontraksi

dan memompa darah ke arteri pulmonalis. Ketika ventriikel kanan

relaksasi, darah kembali mengisi daun katup dan menutup katup

14
semilunaris pulmmonaris untuk mencegah aliran balik darah ke ventrikel

kanan.

Atrium kiri menerima darah yang sudah teroksigenisasidari paru

melalui ke empat vena pulmonalis. Darah ini kemudian mengalir ke

ventrikel kiri melalui katup mitralis. Katup mitralis mencegah aliran balik

darah ventrikel kiri ke atrium kiri saat ventrikel kiri berkontraksi. Atrium

kiri berdinding tipis dan bertekanan rendah. Antara vena pulmonalis dan

atrium kiri tidak ada katup sejati, karena itu perubahan tekanan dari

atrium kiri mudah sekali membalik retrograd ke pembuluh paru.

Ventrikel kiri memiliki dinding yang lebih tebal daripada dinding

ventrikel kanan, sehingga ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat. Ventrikel

kiri memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta, arteri terbesar tubuh.

Pada pertemuan aorta dan ventrikel kiri terdapat katup seminuaris aorta.

Katup ini membuka karena kontraksi ventrikel kiri, yang juga menutup

katup mitralis. Katup seminularis aorta menutup saat ventrikel kiri

relaksasi, untuk mencegah aliran balik darah aorta ke ventrikel kiri.

Ventrikel kiri mempunyai otot tebal dan bentuknya menyerupai

lingkaran, mempermudah pembentukan tekananyang tinggi selama

ventrikel berkontraksi.

15
Setiap sel didalam tubuhu secara langsung bergantung pada keutuhan

dan fungsi pada system vaskuler, karena darah dari jantung akan dikirim

ke setiap sel melalui system tersebut. Sifat structural dari setiap bagian

system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologisnya dalam

iintegrasi fungsi kardiovaskular. Dinding pembuluh darah terdiri dari

tiga bagian, yaitu lapisan terluar (tunika adventisia), lapisan tengah

( tunika media, dan lapisan terdalam yaitu lapisan endotel ( tunika intima)

Tunika adventisia terdiri atas membrane elastic eksterna dan jaringan

penyambung yang menyokokng pembuluh darah tersebut. Tunika media

dibentuk oleh sel otot polos yang ketebalan nya tergantung dari dari jenis

arteri dan vena serta ukuran pembuluh darah. Tunika intima terdiri dari

selapis sel endotel non-trombogenik yang berhubungan langsung dengan

pembuluh darahdan membrane elastic interna.

Keseluruhan system peredaran terdiri atas arteri, arteriola, kapiler,

venula, dan vena.

Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak jaringan

elastis dan sebagian otot polos. Ventrikel kiri memompa darah masuk

ke dalam aorta dengan tekanan tinggi. Dorongan darah secara

mendadak ini meregangkan dinding arteri yang elastis tersebut, selama

ventrikel istirahat maka kembalinya dinding yang elastis tersebut pada

16
keadaan semula, akan memompa darah ke depan, ke seluruh system

sirkulasi. Di daerah perifer, cabang system arteri membagi darah ke

dalam pembuluh yang lebih kecil.

Jaringan arterial terisi sekitar 15% dari volume total darah.

Oleh sebab itu, system arteri dianggap sebagai sirkuit yang memiliki

volume yang rendah tetapi tekanan tinggi. Karena sifat isi dan tekanan

ini maka cabang arterial disebut sirkuit resistensi.

Dinding arteriola terutama terdiri atas otot polos dengan sedikit

serabut elastis. Dinding berotot ini sangat pekadan dapat berdilatasi

atas berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke jaringan kapiler.

Sebagai akibat dari kemampuan otot pembuluh darah untuk mengubah

diameter dengan cukup bermakna, maka arteriola menjadi tempat

resistensi pembuluh darah dari seluruh percabangan arteri. Akibatnya

tekanan pada kapiler akan turun mendadak dan aliran berubah dari

berdenyut menjadi aliran yang tenang sehingga memudahkan

pertukaran nutrisipada tingkat kapiler. Pada persambungan antara

arteriola dan kapiler terdapati sfingter prekapiler.

Dinding pembuluh darah kapiler sangat tipis terdiri atas satu

lapis sel endotel. Melalui membrane yang tipis dan semipermiabel,

nutrisi dan metabolit berdisfusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi

17
menujju ke daerah dengan konsentrasi rendah. Dengan demikian,

dan nutria akan meninggal kan pembuluh darah dan masuk ke ruangan

interstitial dan sel. dan metabolit berdifusi kea rah yang

berlawanan.

Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding

otot yang relative lemah namun peka. Pada pertemuan antara kapiler

dan venula terdapat sfingter postkapiler.

Vena merupakakn saluran berdinding relative tipis dan

berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui system

vena. Masuk ke atrium kanan. Pembuluh vena dapat menampung

darah dalam jumlah yang cukup banyak dengan tekanan yang relative

rendah. Karena sifat aliran. Karena sifat aliran vena yang bertekanan

rendah tapi bervolume tinggi, maka system vena disebut system

kapitas. Sekitar 65% dari volume darah terdapat dalam vena, tetapi

kapasitas jaringan vena dapat diubah. Venokonstriksi dapat

menurunkan kapasitas jaringan vena, memaksa darah bergerak maju

menuju jantung sehingga memperbesar aliran balik vena.

2. Definisi Hipertensi

18
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah presisten

dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas

90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik lebih dari sama dengan 160 mmHg dan tekanan

diastolic lebih dari sama dengan 90 mmHg. Tekanan adalah

peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan

diastolic 90 mmHg.(Aspiani, 2015)

3. Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu

hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan

atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang

merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat

hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik.

Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak

(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum

alkohol.Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua,

maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-

faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress,

kegemukan (obesitas), pola makan, merokok

4. Manifestasi Klinis Hipertensi

19
Klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari,
telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah,
wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung,
sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung). (Aspiani, 2015)
5. Patofisiologi dan Pathway
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlamjut kebawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive dengan
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa itu bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sisem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibat kan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla

20
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortiso dan steroid lainya, yang dapat memperkuat
respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemdian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut
cenderung mencetuskan hipertensi (Aspiani, 2015)

21
Factor Predisposisi

Merangsang Pusat Vasomotor

Merangsang Neuron Pre Ganglion untuk Melepaskan asetilkolin

Merangsang Serabut Pasca-Ganglion ke Pembuluh Darah untuk Melepaskan


Norepinefrin

Kortisol dan Steroid lainya Kelenjar medulla adrenal juga


disekresi oleh kelenjar korteks terangsang untuk menyekresi
adrenal epinefrin

Vasokontriksi pembuluh darah

Penurunan aliran darah ke ginjal

22
Pelepasan renin

Merangsang pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II

Merangsang sekresi aldosteron

Retensi natrium dan air di tubulus

Peningkatan volume intravaskular

Hipertensi

Peningkatan resistensi terhadap pemompaan darah ventrikel

Peningkatan beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Kerusakan vaskular

Sistemik Coroner

Otak Ginjal
Penurunan suplai ke
koroner
Obstruksi Disfungsi ginjal
pembuluh
darah otak Iskemik miokard
Gagal ginjal

Stroke hemoragic
23
Nyeri dada
Vasokontriksi

Nyeri kepala Nyeri akut dan


Peningkatan Intoleransi aktifitas
afterload
Nyeri akut

Penurunan curah jantung

Gambar 2.1 Pathway (Aspiani, 2015)

6. Penatalaksanaan
A. Terapi tanpa obat, meliputi:
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas
normal. mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3
gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai
dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ
dan dapat meningkatkan kerja jantung. Penderita hipertensi
esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut
jantung dan TPR dengan cara menghambat respon stress saraf
simpatis. Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih
besar dari yang kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang

24
selama ini bekerja secara otomatis seperti; suhu badan, detak
jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.

B. Terapi dengan obat


Penghambat saraf simpatis golongan ini bekerja dengan
menghambat akivitas saraf simpatis sehingga mencegah naiknya
tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa, dopamet),
klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin). Beta Bloker bekerja dengan menurunkan daya
pompa jantung sehingga pada gilirannya menurunkan tekanan
darah. Contoh: propanolol 10 mg, atenolol 50, 100 mg, atau
bisoprolol 2,5 & 5 mg. Vasodilator bekerja langsung pada
pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor bekerja dengan
menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5,
25, 50 mg, enalapril 5 &10 mg. Calsium Antagonis golongan obat
ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung. Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg, diltiazem
30,60,90 mg. Antagonis Reseptor Angiotensin II cara kerjanya
dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Diuretic obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT) (Aspiani, 2015).

25
Cara pemberian

a) Alat dan bahan

Alat : Blender, pisau, parut, gelas.

Bahan

- 100gram timun

- 100cc air matang

- Sirup secukupnya

b) Aturan tindakan
Diminum 1x sehari jam 09.00 dan diukur tekanan darahnya pada 2
jam, 6 jam, dan 9 jam setelah diberikan, 5hari berturut turut

c) Prosedur tindakan/demonstrasi
Cara membuat
1. Bersihkan dan potong mentimun
2. Bila menggunakan blender masukan timun dan air matang lalu
diblender.
3. Masukkan semua bahan ke dalam blender lalu blender hingga
halus
4. Bila menggunakan parut, parut timun lalu tuangkan ke air
matang
5. Setelah hancur dan cair masukan ke dalam gelas
6. Potong buah jeruk nipis menjadi 2 bagian

26
7. Lalu peras jeruk nipisnya diatas gelas yang berisi jus timun tadi
8. Aduk dan siap disajikan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain

Menguraikan desain penelitian yang dipakai pada penelitian. Literature review

adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk

melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian

dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para penelitian dan praktisi (okoli

& schabram; ring, ricthie

B. Waktu penelitian

C. Focus Studi

27
Penerapan terapi jus timun untuk menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Definisi operasional merupakan definisi yang dibuat oleh peneliti tentang

fokus studi yang dirumuskan secara operasional yang akan digunakan pada studi

kasus dan bukan merupakan definisi konseptual derdasarkan literature. Definisi

operasional pada studi kasus ini yaitu: 1) pasien hipertensi adalah seseorang yang

didiagnosa medis hipertensi; 2) terapi jus mentimun adalah terapi yang diberikan

kepada pasien hipertensi dengan meminum jus mentimun sebanyak 100 gram satu

hari sekali; 3) penurunan tekanan darah adalah tekanan darah seseorang yang

mengalami penurunan setelah pemberian terapi jus mentimun, tekanan darah

diukur pada 2 jam, 6 jam, dan 9 jam setelah perlakuan,.

E. Metode Literature review

Langkah-langkah dalam literature review

1. Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait

a. Tahap 1: perhatikan struktur dan teks misalnya daftar isi, abstrak,

heading dan sub-heading, untuk melihat apakah teks itu sesuai untuk

tujuan anda

b. Tahap 2: jika teks terlihat sesuai untuk tujuan anda maka baca lebih

detil untuk mencari penelitian tertentu yang akan mendukung literature

review. Tehnik ini memungkunkan untuk mengidentifikasi materi

28
yang sesuai dengan membaca secara luas dan untuk memperoleh

pengertian umum mengenai literature yang ada di bidang anda

2. Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca

Tulisan ilmiah berkualitas adalah jurnal elektronis dan database. Hati-hati

dalam melakukan google search yang menghasilkan site yang tidak qualified

dan dipastikan dari mana asal dan sumber riset.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi tulisan ilmiah.

a. Akurasi

Pastikan apakah literature ini akurat dengan cara mengecek apakah

penelitian yang sama diacu di sumber lain, dan pastikan literature berasal

dari sumber terpercaya

b. Obyektifitas

1) Apakah ada bukti bias dalam artikel? Misalnya, apakah anda

akan percaya riset dari pabri rokok yang menyatakan bahwa

merokok tidak membahayakan kesehatan?

2) Apakah statistic sesuai dengan publikasi lain? Jika tidak, apakah

argument yang dipakai dasar cukup meyakinkan?

3) Bagaimana anda mengetahui kalau data yang dimuat adalah

benar? Data pendukung apa yang tersedia?

c. Kemutakhiran

1) Pastikan kapan tanggal publikasi material

29
2) Pastikan apakah mungkin ada informasi yang lebih terbaru dan

menimbulkan keraguan atau menenttang bebrapa temuan yang

sudah ada

d. Cakupan

1) Informasi dari literature yang tersedia harus lengkap dan

mencakup bidang yang diteliti

2) Pastikan apakah ada penelitian lebih lanjut yang tidak disebut atau

secara sengaja dihilangkan dari penemuan

3. Membuat ringkasan publikasi-publikasi tersebut

a. Apakah poin utama yang diangkat dalam teks misalnya buku atau

artikel?

b. Rangkum poin utama yang diajukan penulis

c. Catat detil kuotasi, atau halaman referensi yang anda anggap mungkin

berguna dalam literature review

d. Pastikan anda memiliki semua informasi seperti penulis, tanggal dan

tahun, judul, sumber, penerbit, halaman, tujuan penelitian, hipotesis,

metode penelitian, material, desain, dan hasil/data

e. Apa kesimpulan yang dibuat pengarang?

f. Poin apa yang mendukung kesimpulan

g. Tulis juga pendapat anda tentang bacaan tersebut.

30
4. Gabungkan menjadi satu cerita ilmiah yang lengkap mengenai satu

permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y. R. (2015). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.

Harnani, Y., & Rasyid, Z. (2015). STATISTIK DASAR KESEHATAN.

Kharisna, D., Dewi, N. W., & Lestari, W. (2012). EFEKTIFITAS KONSUMSI JUS

MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

PASIEN HIPERTENSI. Jurnal Ners Indonesia, 2(2)(2), 124–131.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

31
Ponggohong, C. elfind, Rompas, S., & Sismanto, A. Y. (2015). PENGARUH

PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAPTEKANAN DARAH PADA

PENDERITA HIPERTENSI. E-Jurnal Keperawatan, 3(2)(2), 1–10.

Suwendra, I. W. (2018). METODOLOGI PENELETIAN KUALITATIF.

Swarjahan, I. K. (2012). METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.

Tarigan, A. R., Lubis, Z., & Syarifah. (2016). PENGARUH PENGETAHUAN,

SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI

DI DESA HULU KECAMATAN PANCUR BATU. JURNAL KESEHATAN,

11(1)(1), 9–17.

Tukan, R. A. (2018). EFEKTIFITAS JUS MENTIMUN DALAM MENURUNKAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI. Journal of Borneo

Holistic Health, 1(1)(1), 43–50.

Yulianto, N. A. B., Maskan, M., & Utaminingsih, A. (2018). METODELOGI

PENELITIAN BISNIS.

32

Anda mungkin juga menyukai