Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

‘’PEMBERIAN JUMUN SANDRI (JUS MENTIMUN DENGAN REBUSAN SELEDRI


TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
PADA LANSIA)

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Tekhnologi Tepat Guna

Dosen : Baiq Nova Aprilia Azamti, S.SiT., M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Riska Oktaviana (022.03.0171)
2. Marzah Susanti (022.03.0175)
3. Windi Winanda (022.03.0173)
4. Bunga Anggriani (022.03.0172)

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG D-IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul " Pemberian Jumun Sandri (Jus Mentimun Dengan Rebusan Seledri Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Pada Lansia ". Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
terima kasih kepada.

1. Baiq Nova Aprilia Azamti, S.SiT., M.Kes dosen mata kuliah, yang memberikan
dorongan dan masukan kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Mataram, April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….…….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………..... 1

B. Rumusan Masalah………..…………………………………………… 3

C. Tujuan..................................................................................................... 3

BAB II LAPORAN KEGIATAN

A. Hipertensi………………………………………………………….….... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………..…………………………….……... 17
B. Saran ….. ……………………….……………………………………… 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya tekanan darah bertambah dengan perlahan seiring
bertambahnya usia. Resiko untuk penderita hipertensi pada populasi 55 tahun yang
diantaranya laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan
perempuan. Dari umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-
laki yang menderita hipertensi dan setiap tahunnya penyakit hipertensi semakin
meningkat seiring bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia penyakit
hipertensi semakin meningkat dan mempunyai tanda-tanda khas munculnya penyakit
tersebut, padahal tidak demikian melainkan sebaliknya tidak mempunyai keluhan dan
tanda khas, karena itulah disebut silent killer. Fakta juga membuktikan bahwa satu
dari empat penderita hipertensi tidak mengetahui jika mereka penderita hipertensi.
Karena penyakit ini cukup mengancam jiwa yang dapat menyebabkan gagal jantung,
serangan jantung, angina dan stroke (Mahatidanar, 2016).
Hipertensi pada usia yang semakin meningkat dikarenakan pembuluh darah
arteri mengalami penurunan elastisitas atau kekauan, sehingga respon pembuluh
darah untuk membesar/mengecil menjadi berkurang. Gangguan elastisitas pembuluh
darah juga dapat megakibatkan tekanan darah sistolik meningkat oleh karena itu
volume darah aorta berkurang yang akhirnya menyebabkan tekanan darah diastolik
menurun. Gejala-gejala tersebut mulai bisa dirasakan oleh para penderita hipertensi
dengan tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg. Gejala-gejala yang bisa
dirasakan penderita hipertensi antara lain pusing, mudah lelah, mata berkunang-
kunang, muka pucat, suhu tubuh rendah (Mahatidanar, 2016).
Penanganan masalah peningkatan tekanan darah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode farmakologis (menggunakan obat) dan non farmakologis (tanpa
obat) (Wulandari, 2011). Salah satu terapi non- farmakologis yang dapat diberikan
pada penderita hipertensi adalah terapi nutrisi yang dilakukan dengan manajemen
diet hipertensi. Contohnya dengan pembatasan konsumsi garam, mempertahankan
asupan kalium, kalsium, dan magnesium serta membatasi asupan kalori jika berat
badan meningkat. DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
merekomendasikan pasien hipertensi banyak mengkonsumsi buah-buahan dan
sayuran, meningkatkan konsumsi serat, dan minum banyak air (Wulandari, 2011).
4
Pengobatan tradisional (non farmakologis) yaitu dengan menggunakan
mentimun dan seledri yang diolah menjadi minuman. Mentimun sering digunakan
sebagai lalapan, makanan diet ataupun sebagai masker untuk kecantikan. Padahal,
banyak khasiat yang dapat diperoleh dari mentimun, salah satunya adalah mengobati
hipertensi (Wulandari, 2011).
Menurut Mahatidanar (2016) bahwa untuk menurunkan tekanan darah tidak
hanya mengurangi makanan yang mengandung natrium, tetapi juga perlu
meningkatkan asupan sayuran dan buah-buahan yang mengandung tinggi kalium,
karena kalium akan mempercepat ekskresi natrium dalam tubuh. Salah satu buah yang
sangat popular di masyarakat dan mengandung tinggi kalium adalah mentimun
(Cucumis sativus L) dan tomat (Solanum lycopersicum).
Timun atau mentimun merupakan salah satu tanaman yang dapat mengobati
penyakit hipertensi. Menstabilkan tekanan darah dengan mentimun yaitu dengan
adanya kandungan mineral, potasium, serat dan magnesium membuat sayuran ini
sangat baik mengatur tekanan darah. Mentimun juga bersifat diuretik karena
kandungan airnya yang tinggi sehingga mampu menurunkan tekanan darah (Dewi &
Famila, 2010).
Hasil Penelitian yang dilakukan (Dendi et al, 2011) yang dilakukan di Pekan
Baru tentang efektifitas konsumsi jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi menyimpulkan bahwa jus mentimun efektif untuk
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan mengkonsumsi jus
mentimun. Sedangkan dalam penelitian (Iswidhani et al, 2014) terhadap sampel
hipertensi di Puskesmas Denggen Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur yang
menggunakan jus mentimun sebagai intervensi pengobatan menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tekanan darah sistol maupun tekanan darah diastol sebelum dan
sesudah diberikan jus mentimun.
Daun seledri banyak mengandung apiin, suatu senyawa yang bersifat diuretik
dan diduga mampu melebarkan pembuluh darah. Seledri telah banyak digunakan di
masyarakat dan telah banyak dilakukan penelitian mengenai efek farmakologinya dan
telah terbukti mampu menurunkan tekanan darah tinggi. Kandungan Apigenin, dalam
seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih
sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretic
yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh,
5
sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah (Asmadi,
2012).
Menurut Ni Nengah Mini Arie, Ummu Muntamah, Trimawati pada tahun
2014 menyatakan bahwa ada pengaruh air rebusan seledri terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi terhadap penurunan tekanan darah
baik sistolik maupun diastolik pada lansia penderita hipertensi ini disebabkan
karena seledri memiliki beberapa kandungan yang dapat menurunkan tekanan
darah tinggi yakni antara lain : flavanoid (dapat menghalau penyakit degeneratif).
Penelitian Daun Seledri yang dilakukan oleh Yosi Suryarinilaih, Yesi
Fadriyanti, Hidayatullah pada tahun 2020 menyatakan bahwa air rebusan seledri
dapat menurunkan tekanan darah karena menurut teori kandungan gizi yang
terdapat pada seledri selain itu terapi herbal yang diberikan dalam bentuk rebusan
sehingga dapat langsung diserap tubuh. Maka dari itu, didapatkan keadaan pada
responden sesuai dengan teori yang ada bahwa seledri dapat menurunkan tekanan
darah serta dalam hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa ada pengaruh
rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Berdasarkan pemaparan di atas tentang mentimun dan seledri untuk penurunan
tekanan darah dan dari penelitian-penelitian yang mendukung, hipertensi merupakan
penyakit yang banyak dikeluhkan masyarakat. Terapi yang digunakan adalah dengan
mengkonsumsi obat farmakologi, mereka tidak mengetahui dengan jelas tentang
pengobatan non farmakologi yaitu dengan pemanfaatkan buah dan sayuran yang salah
satunya yaitu dengan mentimun dan tomat, mereka hanya mengetahui sayur tersebut
untuk pelengkap masakan saja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
membuat rumusan masalah, “Apakah Ada Pengaruh Pemberian Jus Mentimun dengan
Rebusan Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi.

6
2. Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti
serangan jantung, gagal gingal, dan stroke. Dan pola makan yang sangat menyukai
makanan berlemak dan asin terutama makanan cepat saji memicu timbulnya
kolestrol tinggi. Kolestrol juga sering disebut sebagai pencetus penyakit hipertensi
(Yekti Susilo & Ati Wulandari, 2011).
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi
gejala lanjut kesuatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk darah jantung) dan hipertropi ventrikel kanan /left ventricle
hypertropky (untuk otot jantung) dengan target organ diotak berupa stroke,
hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi
(M, Nadjib Buatan, 2015).
Pengobatan hipertensi bersifat jangka panjang dan harus diobati seumur
hidup, namun obat-obatan dari dokter kadang-kadang tidak cukup ampuh untuk
mengatasi hipertensi. Pengobatan alternative seperti mengkonsumsi ramuan hebal
penurun hipertensi, dan mengatur diet makan merupakan cara bujaksana untuk
mencegah penyakit hipertensi dalam riwayat kesehatan kita (Susilo, 2013).
2. Efek Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah
a. Efek Pada Jantung
Jika pembuluh darah menyempit dan mengeras, jantung harus memompa
lebih keras untuk mengalirkan darah. Jantung adalah sebuah massa otot, dan
seperti massa otot lainnya kerja keras itu membuat jantung membesar.
Ventrikel kiri dan menebal atau mengeras (hipertropi ventrikel kiri). Hal ini
tidak baik jantung akan melar dan sejumlah darah yang seharusnya terpompa
ketubuh akan tetap berada didalam jantung. Akhirnya jantung akan melemah
karena tidak bisa terus-menerus bekerja keras untuk memompa darah.
b. Efek Pada Otak
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah diotak pecah
atau tersumbat. Jaringan otak akan kekuranga nutrisi dan oksigen. Kondisi ini

8
dikenal sebagi stroke, yang dapat menyebabkan masalah serius dan bahkan
kematian.
c. Efek Pada Pembuluh Darah
Tekanan darah tinggi yang berkelanjutan pada pembuluh darah membuat
dinding arteri menjadi rusak. Akibatnya dinding arteri akan memulihkan diri
sehingga lebih tebal, lebih keras dan kurang elastis. Kondisi ini disebut
aterosklorosis secara alami oleh proses penuaan, tetapi tekanan darah tinggi
dapat mempercepat prosesnya. Arteri yang mengeras dan kaku lebih rentan
untuk pecah dan tersumbat, yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ
yang harusnya di suplai darah pembuluh tersebut. Tekanan darah tinggi dapat
juga menyebabkan aneurisma. Aneurisma terjadi ketika sebagian arteri
menjadi lemah dan menggelembung seperti balon karena tekanan ekstra terus-
menerus.
d. Efek Pada Ginjal
Ginjal adalah organ yang penting lain yang dapat rusak karena tekanan
darah tinggi. Jika arteri yang memasok darah keginjal rusak, jaringan ginjal
tidak mendapatkan darah yang di butuhkan dan secara bertahap akan
kehilangan kemampuan untuk berfungsi. Kondisi ini disebut penyakit ginjal
kronis. Kondisi ini sangat berbahaya karena kerusakan ginjal dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi (Suiraoka, 2012).
3. Gejala Hipertensi
Gejala hipertensi masalah kesehatan yang dialami bukan petunjuk yang bisa
dipercaya. Sakit kepala bisa menyertai hipertensi, namun gejala ini bisa
dihubungkan dengan kemunduran fungsi penglihatan, gejala lain juga meliputi
pening, letih, jantung berdebar, serta kemerahan, panas pada wajah, petunjuk yang
paling pasti adalah perubahan tekanan darah itu sendiri.
Sakit kepala adalah gejala yang paling umum kerap mencul saat bangun dari
posisi berbaring, namun bisa juga terjadi di waktu-waktu yang tidak di
tentukan.Pening atau kepala terasa ringan, disertai rasa penat di kepala dan sesak
di kulit kemungkinan besar menandakan hipertensi. Kebas kan kesemutan
dilengan dan di jemari tangan dan dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah. Vertigo, yakni perasaan seakan-akan berpurat dan seakan melayang-layang
di luar angkasa, merupakan gejala yang lebih pasti (Savitri, 2017).

9
4. Klasifikasi Hipertensi
Menurut muchlisin riadi (2016), penyakit darah tinggi atau hipertensi
dikelompokkan dalam 2 tipe kalsifikasi yaitu :
a. Hipertensi primer atau esensial (idiopatik)
Hipertensi esensial (idiopatik) yaitu hipertensi yang diketahui pasti
penyebabnya yang meliputi 90-95% penderita. Patogenesis hipertensi esensial
diyakini sebagai akibat intraksi berbagai macam faktor baik genetik maupun
lingkungan, seperti asupan garam, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, stres,
obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi lemak jenuh.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal merupakan
penyebab utama terjadinya hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
beruhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah ke ginjal.sekitar 90% arteri renal pada klien dengan
hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit endokrin yaitu gangguan endokrin yang
dapat menyebabkan hipertensi sekunder seperti hipotiroid, hiperkalsemia dan
akromegali. Cuartion aorta yaitu penyempitan aorta congenital yang dapat
menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah diatas area kontraksi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg.peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung dan
otak.

5. Etiologi Hipertensi
a. Faktor yang dapat diubah
1) Faktor Genetik
Seseorang yang memiliki kleuarga penderita hipertensi memiliki
kecenderungan untuk mengalami hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intrasekuker dan rendahnya resiko antara
potassium terhadap sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lenih besar untuk menderita
10
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi (Mahatidanar, 2016)
2) Faktor jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita premenapause (sebelum menapause) prevalensinya lebih
terlindung daripada pria pada usia yang sama. Namun setelah menopause
kecenderungan wanita mengalami hipertensi jauh lebih tinggi akibat
gangguan hormonal dalam tubuh. Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis yang dapat menyebabkan hipertensi wanita yang belum
menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL) (Mahatidanar,
2016).
3) Faktor usia
Perubahan struktural dan fungsional pada sitem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang
pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung, dan
peningkatan tahanan perifer sehingga insidensi hipertensi meningkat
seiring pertambahan usia (Mahatidanar, 2016).
b. Faktor yang dapat diubah
1) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat meningkat resiko penyakit hipertensi. Faktor
lingkungan disini meliputi faktor faktor yang dapat dimodifikasi. Dengan
demikian, suatu perubahan gaya hidup dan lingkungan dimungkinkan
dapat menurunkan potensi terkena hipertensi. Faktor lingkungan tersebut
antara lain stres, obesitas, kurang olahraga, dan lain-lain (Mahatidanar,
2016).

11
2) Pola makan
Pola diet tinggi natrium menyebabkan volume darah bertambah yang
akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, pola makan
tinggi gula akan menyebabkan penyakit diabetesmelitus . diabetes mellitus
menginduksi hiperkolesterolimia dan berkaitan juga dengan proliperasi sel
otot polos dalam pembulu darah arteri koronel, sintesis kolesterol,
trigliselida dan fosfolipid, peningkatan kadar LDL-C ( low density
lipoprotein- cholesterol) dan penurunan kadar HDL-C (high density
lipoprorein-cholesterol). Makanan tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh,
gula dan garam turut berperan dalam berkembangnya hiperlipidemia dan
obesitas. Obesitas dapat meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan
akan oksigen, serta obesitas akan berperan dalam gaya hidup pasif
(Mahatinadar, 2016).
3) Obesitas
Faktor resiko penyebab hipertensi yang diketahui dengan baik adalah
obesitas. Secara fisiologis, obesitas didefenisikan sebagai suatu
kedaaan akumulasi lemak berlebih dan jaringan adiposa. Kondisi
obesitas berhubungan dengan peningkatan volume intravaskular dan
curah jantung. Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi dengan obesitas lenih tinggi dibandingkan dengan
penderita hipertensi dengan berata pada normal (widyanto, dan
Tiwibowo,2013).
4) Merokok
Menurut Mahatidanar (2016), merokok dapat meningkatkan tekanan
darah dan denyut jantung melalui mekanisme sebagai berikut :
a) Merangsang saraf simpatis untuk melepaskan norepineprin melalui
saraf arenegri, dan meningkatkan catecolamine yang dikeluarkan
melalui medulla adrenal.
b) Merangsang kemoreseptor di arteri karotis dan aorta bodies dalam
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
c) Merangsang secara langsung melalui otot jantung mempunyai efek
inotropik (+) dan efek chonotropik (Widyanto dan Tribowo, 2013).
d) Alkohol
Pengguna alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan tekanan
12
darah. Mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin plasma
(Widyanto dan Tribowo, 2013).

6. Bahaya Hipertensi
a. Hipertensi Dapat Merusak Kinerja Jantung
Apa bila ada seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak
mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin) maka hal ini
dapat membawa si penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan bisa
menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras. Pada akhirnya kondisi
ini berakibat terjadi kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan
mata jantung yang bertugas mendistribusikan darah keseluruh tubuh tidak
bisa.
b. Hipertensi Merusak Ginjal
Ginjal memuliki banyak pembuluh darah yang berukuran sangat kecil,
pembuluh darah tersebut memiliki banyaj sinsitif terhadap peningkatan
tekanan darah dibiarkan tinggi dalam waktu yang cukup lama akan membuat
pembuluh darah diginjal mengalami kerusakan akibatnya fungsi ginjal pun
menjadi terganggu bahkan sampai gagal. Hubungan darah tinggi dan
kerusakan ginjal bagai lingkaran setan, artinya tekanan darah timggi membuat
kerusakan ginjal, dan kerusakan ginjal tersebut makin memperparah
hipertensi. Kerusakan ginjal adalah salah satu komplikasi jangka panjang yang
paling berbahaya dari tekanan darah tinggi (Muhllisin, 2019).
c. Hipertensi Merusak Otak
Tekanan darah tinggi berkepanjangan sering kali menyebabkan
kerusakan terhadap otak. Pembuluh yang melemah bisa pecah dan
menyebabkan perdarahan di berbagai tempat. Kejadian ini bisa melumpuhkan
satu bagian tubuh. Tipe cedera yang lenih umum adalah pembentukan bekuan
dalam arteri menuju otak, proses ini pun menyebabkan kelumpuhan (savitry,
2017).
d. Hipertensi Menyebabkan Stroke
Stroke, seperti serangan jantung disebabkan oleh gangguan aliran
darah. Dalam kasus stroke, gangguan pembuluh darahnya terletak diotak.
Ketika aliran darah ke otak terganggu maka area otak yang terlibat akan rusak.
Kadangkadang stroke seperti serangan jantung terjadi karena tersumbatnya
13
pembuluh darah dan darah tidak dapat mengalir melewati sumbatan tersebut.
Dalam kasus lain, pembuluh darah kecil di otak dapat pecah (stroke
hemoragik) dan aliran berkurang karena kebocoran darah keluar dari
pembuluh darah. Tekanan darah tinggi mengakibatkan risiko kedua peristiwa
ini (Muhlisin, 2019).
e. Hipertensi Menyebabkan Kerusakan Mata
Hipertensi kronis dapat menjurus pada pembesaran jantung, gagal
ginjal, kerusakan atau saraf. Selain itu hipertensi juga menyebabkan kerusakan
pada mata. Adanya gangguan dan tekanan darah akan menyebabkan
perubahanperubahan dalam retina, dan belakang mata. Pemeriksaan mata pada
pasien dengan hipertensi berat dapat mengakibatkan kerusakan, penyempitan
pembuluhpembuluh darah kecil, kebocoran darah kecil, (hemorrhage) pada
retina dan menyebabkan terjadinya pembengkakan saraf mata (Savitry, 2017).

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dibagi menjadi 2, yaitu non farmakologi dan
farmakologi (Yanita, 2017) :
a. Non Farmakologi

1) Batasi garam dan makanan olahan

Pengurangan asupan garam menyusaikan kebiasaan makan

penderita. Mengurangi asupan garam untuk menurunkan

tekanan darah, idealnya salam sehari menggunakan 5 gram

atau 1 sendok.

2) Pola konsumsi makanan

Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium,

kalsium, dan isoflavon.

3) Berhenti merokok

Tembakau mengandung nikotin yang memperkaut kerja

jantung dan arteri sehingga sirkulasi darah berkurang dan

tekanan darah meningkat. Merokok sangat besar peranannya

14
dalam peningkatan tekanan darah di sebabkan oleh nikotin

dalam rokok memicu hormon adrenalin yang menyebabkan

tekanan darah meningkat. Berhenti merokok adalah perubahan

gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit

kardiovaskuler pada penderita hipertensi.

4) Pengendalian stress

Relaksasi dengan cara melukan yoga, meditasi,

hipnoterapi,terapi murottal, tetapi relaksasi benson, terapi

musik klasik yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya

dapat menurunkan tekanan darah.

5) Olahraga

Lakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan cepat

selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu dapat

menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg.

6) Mengurangi obesitas

Semua faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan

adalah salah satu kaitannya yang paling erat degan hipertensi.

Karena dibandingkan orang yang kurus, orang yang gemuk lebih

besar peluangnya untuk mengalami hipertensi. Menurunkan

berat badan bisa menurunkan tekanan darah 5-20 mmHg per

10kg penurunan berat badan.

b. Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi adalah penatalaksanaan tekanan

darah dengan menggunkan obat-obatan kimiawi, antara lain :

1) Diuretik

15
Obat antihipertensi diuretik digunakan untuk membantu

ginjal mengeluarkan cairan dan garam yang berlebih dari dalam

tubuh melalui urin. Hal inilah yang dapat menyebabkan volume

cairan tubuh berkurang dan pompa jantung lebih ringan

sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh obat diuretik yaitu

Chlortalidone dan Hydrochlorothiazide.

a) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor

Obat ini mengurangi pembentukan angiotensin II

sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan skresi

aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi

natrium, air dan retensi kalsium. Akibatnya terjadi

penurunan tekanan darah.

b) Vasodilator

Vasodilator digunakan untuk menimbulkan

relaksasi otot pembuluh darah sehingga tidak terjadi

penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah pun

berkurang. Berapa contoh obat antihipertensi vasodilator

yaitu Prazosin dan Hidralazin.

c) Penghambat adregenik (Beta blocker, alfa blocker, alfa-

beta blocker).

Penghambat adrenergik berguna untuk mengahmbat

pelepasan renin, angiotensin, juga tidak akan aktif.

Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga

tidak akan berubah. Angiotensin II inilah yang memilki

peranan kunci dalam menaikan tekanan darah.

16
2) Terapi non farmakologi Jus Mentimun

a) Buah Mentimun

Buah mentimun mampu membantu menurunkan

tekanan darah karena kandungan mentimun diantaranya

kalium, magnesium, dan fosfor efektif mengobati

hipertensi. Kalium yaitu elektrolit intraseluler yang utama,

98% kalium tubuh berada di dalam sel, 2% sisanya di luar

sel untuk fungsi neuromuskuler, kalium memperngaruhi

aktifitas otot jantung (Mahatidanar, 2016). Mentimun juga

punya sifat diuretik yang terdiri dari 90% air, sehingga

mampu mengeluarkan kandungan garam di dalam tubuh.

Mineral yang kaya dalam buah mentimun mampu

mengikat garam dan dikeluarkan lewat urin (Marbun dkk,

2012).

b) Seledri

Seledri (Apium graveolens) dapat tumbuh naik di

dataran rendah maupun daratan tinggi. Tumbuhan seledri

dikategorikan sebagai sayuran, perkebunan seledri di

indonesia terdapat di brastagi, sumatera utara dan dijawa

barat tersebar di pacet, pangalengan dan cipanas yang

berhawa sejuk. Tumbuhan berbonggol dan memiliki batang

basah bersusun ini, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, dan diantaranya seledri yang umbinya dapat

dimakan. Di Indonesia daun seledri dimanfaatkan untuk

pelengkap sayuran. Bagi bangsa romawi kuno tumbuhan

17
seldri digunakan sebagai karangan bunga. Menurut ahli

sejarah botani, daun seledri telah dimanfaatkan sebagai

sayuran sejak abad XZII atau tahun 1640,

dan diakui sebagai tumbuhan berkhasiat obat secara ilmiah

baru pada tahun 1942. Pengembangbiakan tanaman seledri

dapat digunakan 2 cara, yaitu melalui bijinya atau

pemindahan anak rumpunnya. (yohana arisandi, 2013).

Apigenin, yang terdapat di seledri sangat bermanfaat

untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan

darah tinggi. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan

dan dapat menurunkan tekanan darah sekitar 5 mmHg,

melalui perannya memperbaiki kerusakan arteri karena

hipertensi. Vitamin C membantu manjaga tekanan darah

normal dengan cara meningkatkan pengeluaran timah dari

tubuh terpapar timah secara kronis dapat menigkatkan

tekanan darah. Jadi, dengan dikeluarkannya timah dari

dalam tubuh, tekanan darah pun akan turun. Vitamin C

memulihkan elastisitas pembuluh darah (Mahatidanar,

2016).

Apiin bersifar diuretik yaitu membantu ginjal

mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam

tubuh, segingga berkurangnya cairan dalam darah akan

menurunkan tekanan darah (Mahatidanar, 2016).

Kalsium merupakan mineral yang sangat diperlukan

untuk mendapatkan tekanan darah yang normal karena

18
dapat manjaga keseimbangan antara sodium dan

kalium/potasium. Magnesium menurunkan tekanan darah

dengan cara melebarkan arteri (vasodilator) (Mahatidanar,

2016).

Nama lokal :

Celery (inggris); celeri (perancis); seleri (Italia) ; selinon, parsley

(jerman); seledri (indonesia); sledri (jawa); saledri (sunda).

Penyakit Yang Dapat Diobati

Hipertensi, sakit mata, reumatik

Komposisi

Kandungan kimia : mempunyai kandungan gizi antara lain (per 100 gr):

1. Kalori sebanyak 20 kalori


2. Protein 1 gram
3. Lemak 0,1 gram
4. Hidrat arang 4,6 gram
5. Kalsium 50 mg
6. Fostor 40 mg
7. Besi 1 mg
8. Vitamin A 130 SI i, Vitamin B1 0,03 mg j, vitamin C 11 mg dan 63 %
bagian dapat dimakan. Daun seledri juga banyak mengandung apiin, di
samping substansi diuretik yang bermanfaat untuk menambah jumlah air
kencing.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ada signifikasi perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi jus
mentimun pada penderita hipertensi lanjut usia
2. Ada signifikasi perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi
rebusan seledri pada penderita hipertensi lanjut usia
B. Saran
Melanjutkan terapi menggunakan jus mentimun sebagai pengobatan alternatif yang
murah, mudah, dan praktis dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Ngawi, 2018. Profil Kesehatan Kota Ngawi.

Cerry, E. 2015. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Tolombukan Kec. Pasan
Kab. Minahasa. Jurnal, Volume 3, Nomor 2.

Houston, N. 2011. Hubungan Stress dengan Kejadian Hipertensi. Laporan


Tugas Akhir, Program Studi Keperawatan Universitas Sumtra
Utara.

Kholish, 2012. Kandungan Buah Mentimun. Jakarta: EGC

Khusnul, H. 2017. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi di Desa Monggot Kecamatan
Geyer Kabupaten Grobogan.

Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Jakarta: EGC.

Lovindy, P. L, 2014. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis sativus


L.) Terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Penderita
Hipertensi. Laporan Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.

Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Keshatan. Jakarta: Rineka


Nurrahmani, U. 2011. Stop Hipertensi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Smelzer, S. C & Bare, B. G. 2007. Medical Surgical Nursing (9 th ed)


Philadelphia: Lippincot William & Wilkins.

Sherwood, L. 2010. Human Physiology: from cells to sustms.

USA: Yola Sani, A. 2011. Rokok dan Hipertensi. Jakarta:

Yayasan Jantung Indonesi Trisha, M. 2007. Tekanan Darah

Tinggi. Jakarta: Salemba Medika.

Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV


Andi Offset.

Yanita, N. (ed). 2017. Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika

21
22

Anda mungkin juga menyukai