Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

OLEH:

NAMA : LASMA PANJAITAN

KELAS : PSIK 4.1

NPM : 18.11.070

Dosen Pengampu : Ns.Meta Rosaulina M.Kep

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA

FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA
PASIEN GAGAL
JANTUNG KONGESTIF

Tania Khaerunnisa1, Yossie Susanti Eka Putri2


1Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
2Departeman Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia
taniakhaerunni@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung kongestif memiliki prevalensi yang


tinggi yang dapat disebabkan oleh perubahan pola hidup pada masyarakat urban.
Kenaikan prevalensi penyakit kardiovaskular berhubungan dengan proses
urbanisasi yang progresif dan globalisasai dari pola hidup tidak sehat yang ada
pada masyarakat urban atau perkotaan. Tanda klinis yang muncul serta proses
hospitalisasi dapat menjadi salah satu faktor munculnya masalah psikososial pada
pasien gagal jantung kongestif. Masalah psikososial yang sering ditemukan adalah
ansietas. Penulisan karya ilmiah ini beretujuan memberikan analisis mengenai
asuhan keperawatan ansietas pada pasien gagal jantung kongestif. Intervensi yang
dianalisis meliputi relaksasi napas dalam, hipnosis lima jari, distraksi sosialisasi
dan pemberian informasi. Evaluasi tindakan menunjukan bahwa lebih banyak
tanda gejala yang menghilang saat memberikan kombinasi tarik napas dalam dan
hipnosis lima jari selama lima hari perawatan. Klien menunjukan respon yang
jauh lebih tenang setelah diberikan intervensi pemberian informasi.

Kata kunci: Gagal Jantung Kongestif; Ansietas

APPLICATION OF ANSIETAS NURSING CARE IN CONESTIVE FAILURE


PATIENTS

ABSTRACT
Cardiovascular diseases such as congestive heart failure have a high prevalence
which can be caused by changes in lifestyle in urban communities. The increase
in the prevalence of cardiovascular disease is associated with a progressive and
globalisation process of urbanization from unhealthy lifestyles that exist in urban
or urban communities. Clinical signs that appear and the hospitalization process
can be one factor in the emergence of psychosocial problems in patients with
congestive heart failure. Psychosocial problems that are often found are anxiety.
The writing of this scientific paper is agreed to provide an analysis of anxiety
nursing care in patients with congestive heart failure. The interventions analyzed
included relaxation of deep breath, five-finger hypnosis, distraction of
information dissemination and information. Action evaluation shows that more
signs of symptoms disappear when giving a combination of deep breathing and
five-finger hypnosis for five days of treatment. Clients show a much calmer
response after being given an information giving intervention.
Keywords: Congestive Heart Failure; Anxiety
1.Pengkajian
Identitas Pasien
Nama :Tn.W
Usia :62 Tahun
Tanggal Pengkajian :9 Mei 2015
Data Subjektif :Sesak dan perasaan ngos – ngosan selama kurang lebih 3
hari,sulit tidur.
Data Objektif :Tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, kecepatan nadi
72 kali per menit, suhu 36,2 C dan laju pernapasan 23 kali
per menit. Bunyi napas ronchi dan wheezing, taktil
fremitus positif,sputum ada dengan warna putih dan sulit
dikeluarkan. Pada sistem kardiovaskuler bunyi jantung
gallop dan nadi perifer irreguler lemah serta palpitasi.
Pada ekstremitas tidak ditemukan edema.
Diagnosa Medis :Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung
kongestif, dispepsia, Diabetes Mellitus II dan Atrial
Fibrilation serta Corronary Artery Disease (CAD).
Riwayat Kesehatan :Klien memiliki riwayat penyakit DM II dari mulai tahun
2012 dan telah melakukan pengobatan di poliklinik
RSMM Bogor. Klien mengatakan bahwa tahu memiliki
penyakit jantung dideritanya saat Februari 2013.

Tanda gejala :Adanya nyeri dada sampai dengan punggung setiap


melakukan aktivitas sehari – hari. Klien juga sering
merasa sesak secara tiba – tiba.

2.Diagnosa Keperawatan
Ansietas
Klien memiliki ketakuan akan di operasi seperti adiknya. Ada perasaan kaget saat
mengetahui memiliki penyakit jantung. Tn.W menyebutkan kadang hal tersebut
menjadi pikiran. Saat nyeri dada datang atau sesak, klien merasakan
ketakutan.Klien menyatakan takut tidak bisa napas. Perasaan saat memikirkan
penyakit terus menerus adalah kondisi yang tidak nyaman, adanya
kecemasan, nyeri semakin menjadi dan bertambah sesak. Saat diajak berinteraksi,
klien mengalami penurunan konsentrasi, gangguan perhatian dan mengaku tidak
fokus.Ekspresi wajah saat berbicara berubah – ubah kadang terlihat tegang dan
pandangan kosong.Kontak mata klien kurang. Saat merasa cemas tidak ada yang
dilakukan oleh klien. Hal ini juga menimbulkan kebingungan pada klien.Klien
mengaku pengalihan saat stres di rumah tidak ada selain menonton televisi dan
mengasuh cucu. Klien kesulitan saat mengidentifikasi kegiatan sehari – hari yang
menyenangkan bagi klien.
3.Intervensi
 Hari perawatan pertama klien diajarkan teknik relaksasi napas dalam,
hipnotis lima jari, pemberian informasi dan distraksi sosialisasi.
 Pemberian informasi mengenai pola makan yang baik untuk diabetes
mellitus. Setelah diberikan informasi klien menyebutkan lebih senang dan
lega karena tahu apa saja

4.Implementasi
 Hari perawatan pertama klien diajarkan teknik relaksasi napas dalam.
Setelah melakukan teknik relaksasi, klien menyatakan lebih lega dan lebih
mudah bernapas, denyut nadi reguler dan tekanan darah turun sebesa 10
mmHg.
 Hari kedua klien diajarkan teknik hipnotis lima jari. Klien terlihat lebih
tenang dan tersenyum, denyut nadi reguler, laju napas dalam batas normal.
 Hari ketiga klien mengeluh cemas karena muncul ketakutan – ketakutan
baik yang jelas maupun tidak jelas. Klien mengeluh tidak tahu cara untuk
mengatasi penyakitnya sehingga tidak tahu harus berubah seperti apa.
Ketidaktahuan ini menyebabkan klien gelisah.
 Hari keempat dilakukan evaluasi hipnotis lima jari. Klien mengaku
hipnotis lima jari juga dilakukan sebelum tidur berbarengan dengan
relaksasi napas dalam

5.Evaluasi
 Klien menyatakan lebih lega dan lebih mudah bernapas, denyut nadi
reguler dan tekanan darah turun sebesa 10 mmHg. Klien menyebutkan
lebih tenang.
 Klien terlihat lebih tenang dan tersenyum, denyut nadi reguler, laju
napasdalam batas normal.
 Setelah diberikaninformasi klien menyebutkan lebih senang dan lega
karena tahu apa saja hal yang bisa dirubah.
 Klien mengaku hipnotis lima jari juga dilakukan sebelum tidur
berbarengan dengan relaksasi napas dalam. Klien menyebutkan lebih
tenang jika diawali dengan relaksasi napas dalam karena kepala menjadi
lebih ringan.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA PASIEN Ny. G DENGAN STROKE HEMORAGIK
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN

Frisca Uly Mufattichah.


Arina Maliya.
Indah Kartikowati.

Abstrak
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan subarachnoid,
yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu, biasa
terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat aktif. Tujuan karya tulis ilmiah
ini mengetahui dan mampu menerapkan teori kedalam praktek asuhan
keperawatan pada klien dengan kegawat daruratan pada pasien stroke hemoragik.
Dengan demikian perlu kiranya difikirkan tentang pola asuhan keperawatan yang
tepat dan cepat agar pasien terhindar dari stroke permanen maupun stroke
berulang. Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan yang tepat bagi pasien Medis
StrokeNHemoragik. Metode yang digunakan adalah dengan wawancara,
pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi. Kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini
adalah pada Ny. G dengan Stroke Hemoragik terjadi permasalahan pada pola
nafas, perfusi jaringan cerebral dan resiko aspirasi yang memerlukan perhatian
dan penanganan yang cepat dan tepat dari perawat.

Kata kunci: Stroke Hemoragik, Asuhan Keperawatan

NURSING CARE Mrs. G MEDICAL DIAGNOSIS


WITH HEMORRHAGIC STROKE
IN IGD RSUD SRAGEN

By: Frisca Uly Mufattichah

ABSTRACT
Hemorrhagic stroke is a stroke that occurs due to sub arachnoid hemorrhage.
Caused by the rupture of blood vessels of the brain in a particular area, usually
occurs when the patient is active or current activity.The purpose of scientific
writing is to know and be able to apply theory to practice nursing care to clients
with kegawat daruratan in patients with hemorrhagic stroke Thus it is important
rethinking about the exact pattern of nursing care and patient quickly to avoid
permanent stroke or recurrent stroke. The general objective of writing scientific
papers is to find the right picture for Nursing Medical Patients Haemorrhagic
Stroke. The method used is by interview, physical examination and documentation
study. The conclusions of this scientific paper is in Ny.G with hemorrhagic stroke
occurs problems ineffective breathing patterns, cerebral tissue perfusion and
aspiration risk that require attention and rapid and precise handling of
the nurses.
Keyword: Hemorrhagic Stroke, Nursing Care.
1.Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Ny.G
Umur : 68 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Doro RT 24 Banyu Urip, Jenar,Sragen.
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Nomor Rekam Medik : 346043
Penanggung jawab : Ny.I (Anak)
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Tanggal Masuk IGD : 11 Juli 2012 pada pukul 12.10 WIB
Riwayat Penyakit : Hipertensi sejak ±10 tahun
Data Subjektif : Jatuh terpeleset di kamar mandi, mengalami
penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak
sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu, pasien tidak dapat
berkomunikasi.
Data Objektif : TTV : TD:230/110 mmHg, N: 92 x/menit, RR: 28
x/menit,S:36,4 ° C. GCS: E2V2M4, terdapat
gangguan pada nervus VII, IX, X, dan XII.
Riwayat kesehatan pasien : Pasien datang di IGD Rumah Sakit Daerah Sragen
pada tanggal 11 Juli 2012 pada pukul 12.10 WIB
dengan keluhan 4 hari sebelum masuk Rumah pasien
jatuh terpeleset di kamar mandi, mengalami
penurunan kesadaran, kelemahan anggota gerak
sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu, pasien tidak dapat
berkomunikasi. Keluarga pasien mengatakan ini
merupakan pertama kalinya pasien dibawa ke Rumah
Sakit karena stroke. Keluarga mengatakan pasien
memiliki riwayat penyakit Hipertensi sejak ±10
tahun.Keluarga pasien mengatakan dalam keluarga
tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
keturunan seperti DM,Asma dan Hipertensi.

2.Diagnosa Keperawatan
1.)Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perdarahan
intracerebral.
2.)Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
3.)Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran.
4.)Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
3.Intervensi Keperawatan
1.)Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
perdarahan intra cerebral.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, perfusi
jaringan otak dapat tercapai secara optimal dengan
Kriteria Hasil : pasien tidak gelisah, TTV dalam batas normal ((TD: sistole < 130,
Diastol < 85 mmHg, S: 36,5 - 37,5 ˚C, RR: 18-24 x/menit, N: 60-100 x/menit),
komunikasi jelas, GCS normal E4V5M6, kesadaran composmentis.
Dilakukan Intervensi keperawatan : kaji keadaan umum dan TTV, berikan posisi
kepala lebih tinggi 30º, catat perubahan pasien dalam merespon stimulus,
anjurkan pasien bed rest total, ciptakan lingkungan yang nyaman dan batasi
pengunjung,kolaborasi dengan dokter pemberian obat.

2.)Diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan


penurunan kesadaran.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, pola nafas
menjadi efektif.
Kriteria Hasil : RR dalam batas normal(16-24x/mnt), irama napas teratur.
Dilakukan intervensi keperawatan : Kaji karakteristik pola nafas (frekuensi,
kedalaman, irama), Kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan,
berikan posisi kepala lebih tinggi 30º, ajarkan relaksasi nafas dalam, kolaborasi
dengan dokter pemberian O2.

3.)Diagnosa keperawatan Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan


tingkat kesadaran.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, tidak terjadi
aspirasi pada pasien.
Kriteria Hasil : dapat bernafas dengan mudah, frekuensi pernafasan normal,
mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi.
Dilakukan intervensi keperawatan : Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan
kemampuan menelan, pelihara jalan nafas, lakukan saction bila diperlukan,
haluskan makanan yang akan diberikan, haluskan obat sebelum pemberian.

4.)Diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


kelemahan otot.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, mobilitas
pasien dapat meningkat.
Kriteria Hasil: tidak terjadi atropi otot, sendi tidak kaku
Dilakukan intervensi keperawatan: kaji kemampuan pasien terhadap pergerakan,
ubah posisi pasien tiap 2 jam, ajarkan pasien melakukan ROM aktif pada
ekstremitas yang tidak sakit dan ROM pasif pada ekstremitas yang sakit, pasang
side riil di kanan kiri tempat tidur pasien.
4.Implementasi
1.)Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
berhubungan dengan perdarahan intra cerebral telah dilakukan implementasi
sebagai berikut : pukul 12.05 mengkaji keadaan umum, pukul 12.15 mengukur
TTV, pukul 12.40 memasang IV line dan pengambilan sampel darah, pukul 12.45
memberikan injeksi citicolin 500 mg, ceftriaxone 1 gr, furosemid 40 mg, dan
memasang DC pada pasien.

2.) Pada diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan


dengan penurunan kesadaran, telah dilakukan implementasi sebagai berikut :
pukul 12.10 mengkaji karakteristik pola napas (frekuensi, kedalaman, irama), dan
mengkaji adanya penggunaan otot bantu pernapasan, memberikan O2 nasal 4 lpm.
Pukul 12.20 memberikan posisi kepala lebih tinggi 30º, menciptakan lingkungan
yang tenang, Pukul 09.25 mengkaji ulang pola napas pasien.

3.)Pada diagnosa keperawatan resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan


tingkat kesadaran, telah dilakukan implementasi sebagai berikut : pukul 12.50
memonitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan, pukul 12.55
memberikan O2 nasal 4 lpm dan melakukan section, pukul 13.00 memasang NGT
pada pasien, dan mengkaji ulang aspirasi pasien.

4.) Pada diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


kelemahan otot, telah dilakukan implementasi sebagai berikut: pukul 12.50
mengkaji kemampuan pasien terhadap pergerakan, pukul 12.55 memasang side
riil di kanan dan kiri tempat tidur pasien, pukul 13.00 mengkaji ulang mobilitas
pasien.

5.Evaluasi
 Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral berhubungan dengan perdarahan intra cranial,
antara lain :
Subyektif : -. Obyektif : TTV : TD:200/110 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 24x/menit,
S:36,4 ° C. Kesadaran pasien sopor, E2V2M4. Pasien post injeksi citicolin 500
mg, ceftriaxone 1 gr, furosemid 40 mg masuk lewat IV.
Asisment : masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral belum
teratasi.
Planing : lanjutkan intervensi : pantau keadaan umum dan TTV, kolaborasi
dengan dokter pemberian obat citicolin 500 mg, ceftriaxone 1 gr, furosemid
40mg.
 Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan kesadaran, antara lain :
Subyektif: -.Obyektif : RR= 24x/menit, irama napas teratur, suara nafas ronkhi
berkurang. Pasien terpasang O2 nasal 4 lpm, posisi kepala lebih tinggi 30º.
Asisment : masalah keperawatan pola napas tidak efektif sudah teratasi. Planing :
lanjutkan intervensi : Pantau pola nafas pasien.
 Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan resiko aspirasi berhubungan
dengan penurunan tingkat kesadaran, antara lain
: Subyektif : -.Obyektif : pasien tampak masih lemah,pasien mengalami penurunan
kesadaran,pasien terpasang O2 nasal 4 lpm, pasienterpasang NGT.
Asisment: masalahkeperawatan resiko aspirasi teratasisebagian.
Planing : lanjutkan intervensi:kaji kemampuan menelan pasien,kolaborasi dengan
ahli gizi untuk diit pasien.
 Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan otot, antara lain :
Subyektif : -. Obyektif : pasien tampak masih lemah, mobilitas
pasien tergantung total, side riil terpasang di kanan dan kiri tempat tidur pasien.
Asisment: masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik belum teratasi.
Planing : lanjutkan intervensi: kaji kemampuan pasien terhadap pergerakan dan
lakukan tirah baring, ajarkan ROM pada ekstremitas gerak pasien, bantu ADL
pasien, libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN GAGALJANTUNG
DENGAN INTOLERANSI AKTIVITAS
DI RUANG KEMUNING RSUD JOMBANG

Zeni Arina
1514401019

Subject : Kritis, Asuhan, Keperawatan, Jantung, Intoleransi


Description

Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan


jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Tujuan dari penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan kritis pada
pasien yang mengalami gagal jantung dengan intoleransi aktivitas di ruang
kemuning Rumah Sakit Umum Daerah Jombang.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Kriteria yang
diambil adalah 2 partisipan dengan diagnosa gagal jantung dengan intoleransi
aktivitas. Pada kondisi tertentu dimana suplai nutrisi dan CO2 tidak sampai ke sel,
akhirnya tubuh tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Sehingga membuat
terhambatnya suplai nutrisi dan CO2 ke sel dan mengakibatkan respon tubuh
berupa intoleransi aktivitas. Metode pengumpulan data yaitu dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi menggunakan format asuhan keperawatan kritis.

Pengkajian pada partisisipan 1 dan 2 didapatkan hasil mengalami sesak nafas dan
kelelahan ketika beraktivitas. Studi kasus ini mengimplementasikan latihan
aktivitas (ROM) pada pasien gagal jantung dalam mengatasi masalah intoleransi
aktivitas. Implementasi ini dilakukan pada kedua partisipan yang di rawat selama
tiga hari diruang HCU kemuning RSUD Jombang. Hasil dari implementasi pada
kedua partisipan sesak nafas berkurang, pasien bisa melakukan ROM pasif
membuka dan menutup kedua telapak tangan dan menggerak – gerakkan
pergelangan tangan dan kaki dan evaluasi pada hari terakhir pada kedua partisipan
sesak nafas berkurang, bisa melakukan ROM pasif tetapi pada partisipan 2 tidak
bisa melakukan miring kanan miring kiri karena sesak nafas.

Evaluasi tindakan keperawatan menunjukkan bahwa level toleransi pasien


meningkat setiap harinya dan keluhan sesak nafas dan kelelahan selama
beraktivitas berkurang.
Abstract
heart failure is a clinical syndrome caused by the inability of the heart to pump
blood to meet the metabolic needs of the body. The purpose of this study was to
carry out critical nursing care in patients with heart failure with activity
intolerance in kemuning room of hospital Jombang.The design used in this
research was case study. The criteria taken were 2 participants with the same
diagnosis of heart failure with activity intolerance. In certain circumstances
where the supply of nutrients and CO2 does not reach the cells, the body can not
produce a lot of energy. So that makes obstacles supply of nutrients and CO2 to
the cell and result in the body's response in the form of activity intolerance.
Methods of data collection was by interview, observation and documentation
using critical nursing care format.

Assessment on Partisisipan 1 and 2 results obtained experiencing shortness of


breath and fatigue during activity. This case study implements the exercise
activity (ROM) in patients heart failure in addressing the nursing problem of
activity intolerance. This implementation was performed on both participants who
were treated for three days in HCU Kemuning room RSUD Jombang. The results
of the implementation of the two shortness of breath participants decreased, the
patient could perform passive ROM opening and closing both palms and moving
the wrists and legs and the evaluation results on the last day on both participants
shortness of breath decreased, could perform passive ROM but in participants 2
could not tilt the body right left because of shortness of breath.
Evaluation of nursing actions indicates that the level of patient tolerance
increases every day and complaints of shortness of breath and fatigue during the
activity decreases.
Keyword: Nursing, Care, Critical, Heart, Intolerancy.

Contributor : Dwiharini Puspitaningsih. S. Kep.Ns.. M. Kep


Siti Rachma. M. Kes
Date : 30 Juli 2018
Type material : Laporan Tugas Akhir
Identifier : -
Right : Open Document
Summary :
1.Pengkajian
Identitas Pasien
Partisipan 1 : pengkajian pada tanggal 04 Juni 2018 jam 10.00 WIB
Nama : Tn.Y
Usia : 68 Tahun
Tanggal masuk IGD : 03 Juni 2018 jam 07.30 WIB
Data Subjektif : Perutnya keras dan sesak nafas
Data Objektif :Hemoglobin menurun 10,6 g/dl, Kreatinin serum
meningkat 2,23 mg/dl dan Urea meningkat 82,3 mg/dl.
Foto thorax Ap didapatkan pembesaran jantung
( Kardiomegali ). EKG didapatkan VES artinya terjadi
aritmia ventrikel, terdapat Q patologis yang artinya
terjadi seragan old miokard akut yang berarti serangan
ulang atau sudah lama terjadi, RHD (Rheumatic Heart
Disease) artinya terjadi kerusakan pada katup jantung
yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran.
Riwayat kesehatan : pasien pernah dirawat inap 1x ±1 tahun yang lalu dengan
diagnosa jantung bengkak.
Diagnosa Medis : AHF + CAD – OMI Anteroseptal

Saat di IGD mendapat terapi Infus RL 500cc/24 jam, Injeksi furosamid 40 mg,
Injeksi ranitidin 50 mg, Pemberian oksigen nasal canul 4 lpm dan pasien menolak
dilakukan pemasangan kateter. Pasien dipindahkan ke ruang kemuning pada jam
09. 30 WIB dan mendapatkan terapi infus RL 500 cc/24 jam, Injeksi furosamid 2
x 1 amp, spironolactone 1 x 25 mg, ISDN 3 x 5 mg, ramipril 1 x 2,5 mg,
paracetamol 3 x 500 mg, ASA 1 x 80 mg.

Partisipan 2 : Pengkajian dilakukan pada tanggan 08 Juni 2018 jam


08.00 WIB
Nama : Tn.X
Usia : 76 Tahun
Tanggal masuk IGD : 07 Juni 2018 jam 13.00 WIB
Data Subjektif : Sejak 3 hari yang lalu badannya lemes + sesak nafas
Data Objektif :Hemoglobin menurun 9,8 g/dl, Kreatinin serum
meningkat 2,69 mg/dl dan Urea meningkat 104,8 mg/dl.
Foto thorax Ap didapatkan pembesaran jantung
( Kardiomegali ) dan effusi pleura D/S. EKG didapatkan
VES artinya terjadi aritmia ventrikel, terdapat Q
patologis yang artinya terjadi seragan old miokard akut
yang berarti serangan ulang atau sudah lama terjadi.
Riwayat Kesehatan : Sebelumnya pasien pernah dirawat inap 1 bulan yang
lalu dengan diagnosa jantung bengkak.
Diagnosa Medis : AHF + CAD – OMI Anteroseptal + Pleuropneumonia
D/S
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah intoleransi aktivitas
berbuhungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih menitikberatkan respon
tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak
mampu memproduksi energi yang cukup. Untuk membentuk energi, tubuh
memerlukan nutrisi dan CO2.
Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan CO2 tidak sampai ke sel, tubuh
akhirnya tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Jadi, apapun penyakit
yang membut terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan CO2 ke sel dapat
mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas ( Anisa, 2016 ).
Mekanismes patofisiologi terjadinya keluhan intoleransi aktivitas diakibatkan
karena jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen karena kerusakan
sifat kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang dari normal. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung. Sehingga bisa
melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung dan produksi energi menjadi
berkurang ( Anisa, 2016 ).
Pada data kedua partisipan didapatkan keluhan sesak nafas dan mengalami
kelelahan pada saat beraktivitas sehari – hari, didapatkan pada hasil EKG yaitu
VES artinya terjadi aritmia ventrikel dan terdapat Q patologis. Data subyektif dan
obyektif ini dapat memunculkan diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Intervensi
Pada tujuan intervensi setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil : konjungtiva tidak
pucat, telapak tangan tidak pucat, kebutuhan tidur meningkat, dan tanda – tanda
vital normal.
Intervensi pertama bina hubungan saling percaya, kedua bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, ketiga observasi TTV sebelum,
selama dan setelah beraktivitas, keempat anjurkan pasien untuk istirahat (Bed
rest), kelima ajarkan secara bertahap latihan aktivitas sesuai dengan kondisi
pasien, keenam kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tambahan oksigen dan
obat terapi.

4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan pada partisipan 1 dilakukan pada tanggal 04 Juni 2018
dengan hasil selama tirah baring “ mengajarkan membuka dan menutup telapak
tangan selama 5 menit, pada 4.40 detik mengeluh sesak, dan aktivitas langsung
dihentikan “ dengan hasil TTV :sebelum beraktivitas TD : 150/90 mmHg N : 102
x/menit S : 38˚C RR : 29 x/menit, selama beraktivitas TD : 150/90 mmHg N : 105
x/menit S : 37,9˚C RR : 30 x/menit, setelah beraktivitas TD : 150/80 mmHg N :
102 x/menit S : 37,9˚C RR : 30x/menit.
Tanggal 05 Juni 2018 “Mengajarkan menggerak – gerakkan pergelangan tangan
dan kedua kaki selama 5 menit dan mengeluh sesak bertambah pada detik 3.50,
dan aktivitas langsung dihentikan “ dengan hasil TTV: sebelum beraktivitas TD :
130/90 mmHg N : 95 x/menit S : 37,5˚C RR : 25 x/menit, selama beraktivitas
TD : 140/80 mmHg N : 98 x/menit S : 37,5˚C RR : 27 x/menit, setelah
beraktivitas TD : 130/80 mmHg N : 94 x/menit S : 37,5˚C RR : 26 x/menit.
Tanggal 06 Juni 2018 raktivitas “Mengajarkan untuk melakukan gerakan miring
kanan dan miring kiri selama 5 menit dan tidak mengeluh bertambah sesak “
dengan hasil TTV : sebelum beraktivitas TD : 110/70 mmHg N : 71 x/menit S : 36
˚C RR : 24 x/menit, selama beraktivitas TD : 110/90 mmH N : 73 x/menit S : 36,2
˚C RR : 25 x/menit, setelah beraktivitas TD : 110/80 mmHg N : 80 x/menit S :
36,9 ˚C RR : 25 x/menit.

Pada partisipan 2 dilakukan pada tanggal 08 Juni 2018 dengan hasil selama tirah
baring “ mengajarkan membuka dan menutup telapak tangan selama 5 menit
sampai selesai tidak mengeluh nafasnya bertambah ngongsroh“ dengan hasil TTV
: sebelum beraktivitas TD : 110/80 mmHg N : 94 x/menit S : 36,7 ˚C RR : 30
x/menit, selama beraktivitas TD : 110/90 mmHg N : 96 x/menit S : 36,7 ˚C RR :
29 x/menit, setelah beraktivitas TD : 110/90 mmHg N : 95 x/menit S : 36,7 ˚C RR
: 30 x/menit. Tanggal 09 Juni 2018 “ mengajarkan menggerak – gerakkan
pergelangan tangan dan kedua kaki selama 5 menit dan mengeluh ngongsroh pada
detik 2.40, dan aktivitas langsung dihentikan “ dengan hasil TTV : sebelum
beraktivitas TD : 120/80 mmHg N : 92 x/menit S : 37 ˚C RR : 27 x/menit, selama
beraktivitas TD : 120/90 mmHg N : 95 x/menit S : 37 ˚C RR : 29 x/menit, setelah
beraktivitas TD : 110/90 mmHg N : 93 x/menit S : 36,8 ˚C RR : 26 x/menit.

Tanggal 10 Juni 2018 “ mengajarkan untuk melakukan gerakan miring kanan dan
miring kiri selama 5 menit dan mengeluh bertambah ngongsroh pada detik 30, dan
aktivitas langsung dihentikan “ dengan hasil TTV: sebelum beraktivitas TD :
110/90 mmHg N : 94 x/menit S : 36,8 ˚C RR : 27 x/menit, selama
beraktivitasTD : 110/90 mmHg N : 96 x/menit S : 37 ˚C RR : 29 x/menit, setelah
beraktivitas TD : 110/80 mmHg N : 92 x/menit S : 37 ˚C RR : 27 x/menit.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan sebagai alat
untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan. Dalam penelitian evaluasi
dilakukan 3 x 24 jam menunjukkan bahwa level toleransi pasien meningkat setiap
harinya. Pada partisipan 1 evaluasi tanggal 04 Juni 2018 pasien mengatakan sesak
nafas, keadaan umum: Lemah, kesadaran : Composmentis, TD : 140/80 mmHg, N
: 100 x/menit, S : 37,8 ºC RR : 28 x/menit, terlihat pasien bisa membuka dan
menutup telapak tangan meskipun hanya sebentar Auskultasi jantung : Suara
jantung : S1 S2 tunggal, irama jantung : Irreguler, Masalah keperawatan
intoleransi aktivitas belum teratasi, intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,6. Evaluasi
tanggal 05 Juni 2018 pasien mengatakan sesak nafas berkurang, keadaan umum :
Cukup, kesadaran : Composmentis, TD : 120/90 mmHg, N : 90 x/menit, S : 37,3
ºC, RR : 24 x/menit, terlihat pasien sudah bisa membuka dan menutup telapak
tangan selama 5 menit tanpa ada keluhan, Auskultasi jantung : Suara jantung : S1
S2 tunggal, irama jantung : Irreguler, Masalah keperawatan intoleransi aktivitas

Anda mungkin juga menyukai