Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

Stroke Hemoragik
OLEH :
HASNI
ANNISA RISKA YANTI
TIRZA YUSTIANAH
AIMAN SYAZWAN BIN ZULKAFLI

C111 12 162
C111 12 321
C111 12 106
C111 12 802

Defenisi Stroke
Definisi stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan
cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang tidak
disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler

Epidemiologi Stroke
Berdasarkan

data WHO tahun 2002, lebih dari 5,47 juta


orang meninggal karena stroke di dunia. Dari data yang
dikumpulkan oleh American Heart Association tahun
2004 setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke.

Diperkirakan

setiap tahun sekitar 500.000 penduduk


Indonesia terkena serangan stroke, sekitar 25% atau
125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat
berat ataupun ringan

Klasifikasi Stroke
Berdasarkan kelainan patologis stroke dibagi menjadi :
1.

Stroke Hemoragik

2.

Stroke Non-Hemoragik

Stroke Non Hemoragik

Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul


mendadak, progresi cepat berupa defisit neurologis fokal atau global
yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatic.

Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat


emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi
perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder.

Stroke Hemoragik
Stroke

hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam


jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau
hematom intraserebrum) atau kedalam ruang
subaraknoid, yaitu ruang sempit antara permukaan
otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak
(disebut hemoragia subaraknoid).

Klasifikasi Stroke Hemoragik


1. Perdarahan Subdural (PSD)
Terjadi diantara duramater dan araknoid.
2. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid, atau perdarahan
yang terjadi di pembuluh darah di luar otak,
tetapi masih di daerah
kepala seperti di selaput otak atau bagian bawah otak.
3. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim
otak dan bukan disebabkan oleh trauma, dimana
70% kasus PIS terjadi
di kapsula interna, 20% terjadi di fosa
posterior (batang otak dan
serebelum) dan 10% di hemisfer (di luar kapsula interna).

Anamnesis
Keadaan

umum pasien umumnya mengalami gangguan


kesadaran dan gangguan bicara yaitu sulit dimengerti,
kadang tidak bisa bicara dan pada tanda- tanda vital:
tekanan darah meningkat, dan denyut nadi bervariasi.

Pengkajian

umum motorik diperlukan untuk menilai


kemampuan pergerakan dari pasien.

Pemeriksaan

sistem sensorik. Pada pasien stroke dapat


terjadi hemihipestesi. Pada persepsi dapat ditemukan
ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi

Faktor Resiko
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:

Keturunan

Jenis kelamin

Umur

Ras

Faktor yang dapat dimodifikasi:

Hipertensi

Penyakit jantung

Diabetes mellitus

Obesitas (kegemukan)

Hiperkolesterol

Faktor gaya hidup yang tidak sehat (alkohol, merokok, stress, mendengkur)

Rehabilitasi Medik pada


Penderita Stroke
Tahapan rehabilitasi pada penderita stroke dibagi menjadi tiga fase,
yaitu :
1. Rehabilitasi Stroke Fase Akut
2. Rehabilitasi Stroke Fase Subakut
3. Rehabilitasi stadium kronik.

1. Rehabilitasi Stroke Fase Akut


Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil,
umumnya dalam perawatan di rumah sakit, bisa di ruang
rawat biasa ataupun di unit stroke. Dibandingkan dengan
perawatan di ruang rawat biasa, pasien yang dirawat di
unit stroke memberikan hasil yang lebih baik. Pasien
menjadi lebih mandiri, lebih mudah kembali dalam
kehidupan sosialnya di masyarakat dan mempunyai
kualitas hidup yang lebih baik.5

2. Rehabilitasi Stroke Fase Subakut


Pada

fase ini kondisi hemodinamik pasien umumnya


sudah stabil dan diperbolehkan kembali ke rumah,
kecuali bagi pasien yang memerlukan penanganan
rehabilitasi yang intensif.

terapi

latihan yang terstruktur, dengan pengulangan


secara kontinyu serta mempertimbangkan kinesiologi
dan biomekanik gerak

3. Rehabilitasi stadium kronik


Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, dimana
terapi ini biasanya sudah dapat dimulai pada akhir stadium
subakut. Keluarga pasien lebih banyak dilibatkan, pekerja
medik sosial, dan psikolog harus lebih aktif.

Prinsip-prinsip Rehabilitasi Stroke:


Bila

anggota gerak sisi yang terkena terlalu lemah untuk


mampu bergerak sendiri, anjurkan pasien untuk
bergerak/beraktivitas menggunakan sisi yang sehat,
namun sedapat mungkin juga mengikutsertakan sisi
yang diketahui sakit

Terapi

latihan gerak yang diberikan sebaiknya


merupakan gerak fungsional daripada gerak tanpa ada
tujuan tertentu

Sedapat

mungkin bantu dan arahkan pasien untuk


melakukan gerak fungsional yang normal dan jangan
biarkan menggunakan gerak abnormal

rehabilitasi menggunakan teknik fisioterapi


Terapi

panas seperi sinar infrared atau hot packs untuk


mengurangi nyeri, relaksasi spasme otot superfisial dan
meningkatkan aliran darah superfisial

Terapi

listrik atau Transcutaneous Electrical Nerve


Stimulation (TENS) untuk menghilangkan nyeri dan
spasme otot.

Teknik

masase merupakan terapi fisik tertua dan


termurah. Pada indikasi dan teknik yang tepat, hasil
trapeutik sangat nyata. Digunakan untuk menghilangkan
nyeri otot dan tendon, spasme otot, adhesi jaringan
kutan dan subkutan serta relaksasi.

Cont..
Hidroterapi

adalah terapi fisik dengan menggunakan


sifat-sifat fisik air

Terapi

okupasi bertujuan untuk mengembangkan


kecakapan/ keterampilan penderita untuk mencapai
kehidupan yang produktif serta untuk mengatasi
masalah- masalah yang ada dalam hidup serta
lingkuungan mereka masing- masing

Terapi

ortotik prostetik dilakukan untuk mengembalikan


fungsi dan mencegah atau mengoreksi kecacatan pasien.
Digunakan alat bantu seperti tripod, quadripod, dan
walker

Cont
Terapi

wicara adalah suatu tindakan atau usaha


penyembuhan mengenai kelainan bahasa, suara, dan
bicara.

Psikolog

melakukan evaluasi dan mengobati gangguan


mental akibat penyakit, untuk meningkatkan motivasi
serta berusaha mengatasi penyakitnya.

Petugas

sosial medik memberikan bantuan kepada


pasien demi menghadapi masalah sosial yang
mempengaruhi pasien dalam hubungan dengan penyakit
dan pasien

KASUS

Identitas Penderita
Nama

: Ny. N

Umur
Tanggal

: 45 tahun
Periksa

: 08-08-2016

Anamnesis

Keluhan utama

Anamnesis

: Hemiparese sinistra et causa HS


:

Pasien merupakan pasien stroke hemoragik dengan gejala


hemiparese sinistra. Selain itu, pasien juga mengalami gangguan
bicara berupa disartikulasi. Pasien terserang stroke pada tanggal
18 juli 2016. Pasien telah mendapatkan perawatan di rumah sakit
dan keadaannya membaik namun masih membutuhkan
penanganan dari rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan dan
memodifikasi kemampuan fungsional penderita.

Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi, dislipidemia.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan

umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan

: 150/100 mmHg

darah

Nadi

: 88x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 36,5C

Status

motorik

: Kekuatan otot : 5/5/2/2

Tonus

otot

: N/N/Meningkat/Meningkat

Reflek

patologis

: -/-/-/-

Resume
Perempuan,

45 tahun dengan keluhan kelemahan pada


sisi kiri tubuh dan gangguan bicara berupa disartikulasi.
Pasien terserang stroke pada tanggal 18 juli 2016. Telah
mendapatkan perawatan di rumah sakit, namun masih
dibutuhkan tindakan lebih lanjut untuk menangani
gejala kelemahan yang masih ada dan gangguan bicara.
Pasien kemudian dirujuk ke bagian rehabilitasi medik
untuk ditangani.

Diagnosis

klinis

: Hemiparese sinistra et causa stroke


hemoragik

Diagnosis

etiologi

: Stroke Hemoragik

Diagnosis

topis

: Subkortikal

Diagnosis

fungsional :

Impairment : Hemiparese sinistra, Disartikulasi


Disability

: Gangguan ambulasi, Gangguan Komunikasi

Handicap

: Menarik diri dari lingkungan

Program rehabilitasi medik


1.

Transfer dan Ambulasi

2.

ADL (Activity Daily Living)

3.

Komunikasi

4.

Psikologis

5.

Vocational

6.

Sosioekonomi

7.

Lain-lain

1. Transfer dan Ambulasi


Dengan membaiknya kondisi, penderita diajari turun dari tempat tidur. Mulamula penderita diajari latihan duduk, rolling, bridging, transfer atau pindah
tempat dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya, dari kursi ketoilet dan
sebaliknya.
Pada latihan ambulasi, mula-mula penderita perlu pertolongan pada sisi yang
sakit. Penolong memegangi penderita dengan tangan yang satu diketiak
sedangkan tangan yang satu dibelakang lutut untuk membantu kaki melangkah
kedepan, kemudian tangan dipindah kedepan lutut untuk mempertahankan lutut
lurus saat menerima beban.
Urutan gerakan pada waktu berjalan adalah sebagai berikut : letakkan tongkat
kedepan dengan tangan sehat, kemudian angkat kaki yang lemah kedepan dan
akhirnya pindah berat bedan ketongkat dan kaki sehat melangkah kedepan.

Transfer dan Ambulasi


Tangan yang sehat diajari melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Latihan
penguatan pada otot-otot yang mengalami penyembuhan, dan latihan luas gerak
sendi dan latihan koordinasi akan meningkatkan fungsi tangan. Untuk
meningkatkan koordinasi dan kekuatan tangan yang sakit dibuat bergerak sirkuler
diatas meja degan Sliding Board.

2. ADL (Activity Daily Living)


Dari hasil scoring didapatkan hasil 40 berarti penderita mengalami tingkat
ketergantungan berat.
21-60

: Dependen Berat

3. Komunikasi
Penderita mengalami gangguan bicara berupa disartikulasi. Mula-mula penderita
diminta menjawab pertanyaan ya atau tidak dengan isyarat kepala. Ajari satu
kata dulu berulang-ulang, kemudian dua kata. Normalnya penderita membaik
berturut-turut pada elemen : kata benda, kata kerja, kata sifat, keterangan
kemudian artikel, preposisi dan penghubung.

4. PSikologis
Pasien merasa sedih akibat kondisinya sehingga perlu diberi dukungan agar
penderita menjalani terapi dengan baik.

5. Vocational
Pasien adalah seorang wiraswasta. Akibat stoke yang dialami pasien mengalami
keterbatasan dalam melakukan pekerjaan sebelumnya.

6. Sosioekonomi
Pasien dapat melanjutkan terapi di Bagian rehabilitasi medik dengan biaya
pengobatan ditanggung oleh BPJS.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai