REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
JANUARI 2011
UNIVERSITAS HASANUDDIN
STRIKTUR URETRA
DISUSUN OLEH:
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama
NIM
: C 111 07 271
Makassar,
Penguji
Konsulen
Januari 2011
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
(Dr.dr.Bachtiar Murtala,Sp.Rad)
NIP.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................
INSIDEN .....................................................................................................
EPIDEMIOLOGI ........................................................................................
ETIOLOGI ..................................................................................................
ANATOMI ...................................................................................................
PATOFISIOLOGI ........................................................................................
DIAGNOSIS ...............................................................................................
GAMBARAN KLINIS ................................................................................
GAMBARAN RADIOLOGI ......................................................................
PATOLOGI ANATOMI..................................................................................
DIAGNOSIS BANDING ............................................................................
PENGOBATAN ...........................................................................................
PROGNOSIS ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN REFERENSI
STRIKTUR URETRA
PENDAHULUAN
INSIDEN
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
ANATOMI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
GAMBARAN KLINIS
1. Gejala klinis :
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia
pada umumnya yaitu:
a.
Demam tinggi
Dijumpai berkisar 70% 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan
temperatur > 40C.
b. Batuk.
Pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses dengan
bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (Foetor ex
oroe (40-75%).
c. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40
75% penderita abses paru.
d. Nyeri dada
e. Batuk darah
f. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup,
suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi.
(5,6,13)
Gejala - gejala yang terjadi dari abses paru adalah pada kasus yang tipikal
gejala timbul 1 sampai 3 hari setelah aspirasi bahan infeksius dengan malaise,
demam, menggigil diikuti dengan batuk dan sering dengan sakit dada. Bila tidak
diobati keadaan tambah buruk dengan nyeri pleura, sesak napas dan sianosis. Pada
hari ke 10 biasanya timbul batuk dengan nanah yang banyak berbau busuk dan
campur darah.
seperti pneumonia dengan batuk sputum purulen dan batuk darah berulang kali.
Abses yang pecah ke dalam kavum pleura menimbulkan nyeri pleura hebat, sesak
napas dengan tanda - tanda empiema atau piopneumotoraks.(3,11)
Diagnosis abses paru tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan gejalanya
yang menyerupai pneumonia maupun hasil pemeriksaan fisik saja.
Diduga suatu abses paru jika gejala yang menyerupai pneumonia terjadi pada
keadaan-keadaan berikut:
- Kelainan sistem saraf
- Penyalahgunaan alkohol atau obat lainnya
- Penurunan kesadaran karena berbagai sebab.(10,14)
GAMBARAN RADIOLOGIS
Foto Toraks PA :
Gambaran CT-Scan :
PATOLOGI ANATOMI
Abses paru timbul bila parenkim paru terjadi obstruksi, infeksi kemudian
proses supurasi dan nekrosis. Perubahan reaksi radang pertama dimulai dari
suppurasi dan trombosis pembuluh darah lokal, yang menimbulkan nekrosis dan
likuifikasi. Pembentukan jaringan granulasi terjadi mengelilingi abses, melokalisir
proses abses dengan jaringan fibrotik. Suatu saat abses pecah, lalu jaringan
nekrosis keluar bersama batuk, kadang terjadi aspirasi pada bagian lain bronkus
terbentuk abses baru. Sputumnya biasanya berbau busuk, bila abses pecah ke
rongga pleura maka terjadi empiema.(5,10,13)
DIAGNOSIS BANDING
1. PNEUMONIA
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus maupun jamur.
Penyebab pneumonia adalah:
a.
b.
c.
Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anakanak dan dewasa muda)
d.
Jamur tertentu.
10
PENGOBATAN
11
Medikamentosa
Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33% pada era
antibiotika maka tingkat kkematian dan prognosa abses paru menjadi lebih
baik.
Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin pada saat ini dijumpai
peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih dari 35%
kuman gram negatif anaerob). Maka bisa dipikrkan untuk memilih kombinasi
antibiotika antara golongan penicillin G dengan clindamycin atau dengan
Metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan Cefoxitin.
Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem dengan B Lactamase
inhibitase, pada penderita dengan pneumonia nosokomial yang berkembang
menjadi abses paru. Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis
dan respon radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah
bebas gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal
2-3 minggu.
2.
Drainase
Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit
diperlukan untuk mempercepat proses resolusi abses paru. Pada penderita bses
paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu dipertimbangkan
drainase melalui bronkoskopi.
3. Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
a. Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika.
b. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi.
c. Infeksi paru yang berulang.
d. Adanya gangguan drainase karena obstruksi.(1,5,6,7,13)
12
PROGNOSA
Abses paru masih mrupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang
signifikan. Angka kematian abses paru berkisar antara 15-20% merupakan
penurunan bila dibandingkan dengan era pre antibiotika yang berkisar antara 3040%.
Pada penderita dengan beberapa faktor predisposisi mempunyai prognosa yang
lebih jelek dibandingkan dengan penderita dengan satu fakktor predisposisi.
Perlman et al menemukan bahwa 2% angka kematian pada penderita dengan satu
faktor predisposisi dibandingkan 75% pada penderita dengan multi predisposisi.
Beberapa faktor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru sebagai
berikut :
a. Anemia dan Hipoalbuminemia
b. Diameter abses yang besar ( > 5-6 cm)
c. Lesi obstruksi
d. Bakteri aerob
e. Immune Compromised
f. Usia tua
g. Gangguan intelegensia
h. Perawatan yang terlambat.(1,10,13)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rasyid, Ahmad. Abses Paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2006. Hal.1062-1065.
2.
Kepekaannya
Terhadap
Beberapa
Antibiotika
di
Laboratorium
13
4.
Budjang, Nurlela. Radang Paru yang Tidak Spesifik. Abses Paru. Dalam:
Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2005.
Hal.100-105.
5.
6.
7.
8.
9.
Wilson,
L.
Patofisiologi.
Anatomi
dan
Fisiologi
Sistem
Pernapasan.
Dalam:
11.
12.
NN, Abses
13.
14.
15.
16.
NN,
Pneumonia
(radang
paru).
Available
from
http://www.medicastore.com/
17.
18.
14
19.
Nurcahyo,
Infeksi
Pneumokokkus.
Available
from
http://www.indonesiaindonesia.com/
20.
NN,
Anatomi
Paru-Paru.
Available
from
http://www.tutorialkuliah.blogspot.com/anatomi-paru-paru.html.
15