Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN RADIOLOGI

REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

JANUARI 2011

UNIVERSITAS HASANUDDIN

STRIKTUR URETRA

DISUSUN OLEH:

Aswin A. Eka Putra


(C 111 07 271)
PEMBIMBING :

dr. Radus Pakadang


SUPERVISOR :

dr. Frans Liyadi, Sp.Rad(K)/KN

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama

: Aswin A. Eka Putra

NIM

: C 111 07 271

Judul Refarat : Striktur Uretra


Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar,
Penguji

Konsulen

(dr. Frans Liyadi, Sp.Rad(K)/KN)

Januari 2011
Pembimbing

(dr. Radus Pakadang)

Mengetahui
Ketua Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

(Dr.dr.Bachtiar Murtala,Sp.Rad)
NIP.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................
INSIDEN .....................................................................................................
EPIDEMIOLOGI ........................................................................................
ETIOLOGI ..................................................................................................
ANATOMI ...................................................................................................
PATOFISIOLOGI ........................................................................................
DIAGNOSIS ...............................................................................................
GAMBARAN KLINIS ................................................................................
GAMBARAN RADIOLOGI ......................................................................
PATOLOGI ANATOMI..................................................................................
DIAGNOSIS BANDING ............................................................................
PENGOBATAN ...........................................................................................
PROGNOSIS ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN REFERENSI

STRIKTUR URETRA
PENDAHULUAN

INSIDEN

EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI

ANATOMI

PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS

GAMBARAN KLINIS
1. Gejala klinis :
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia
pada umumnya yaitu:
a.

Demam tinggi

Dijumpai berkisar 70% 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan
temperatur > 40C.
b. Batuk.
Pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses dengan
bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (Foetor ex
oroe (40-75%).
c. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40
75% penderita abses paru.
d. Nyeri dada
e. Batuk darah
f. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup,
suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi.
(5,6,13)

Gejala - gejala yang terjadi dari abses paru adalah pada kasus yang tipikal
gejala timbul 1 sampai 3 hari setelah aspirasi bahan infeksius dengan malaise,
demam, menggigil diikuti dengan batuk dan sering dengan sakit dada. Bila tidak
diobati keadaan tambah buruk dengan nyeri pleura, sesak napas dan sianosis. Pada
hari ke 10 biasanya timbul batuk dengan nanah yang banyak berbau busuk dan
campur darah.

Pada kasus yang tidak khas gejala

seperti pneumonia dengan batuk sputum purulen dan batuk darah berulang kali.
Abses yang pecah ke dalam kavum pleura menimbulkan nyeri pleura hebat, sesak
napas dengan tanda - tanda empiema atau piopneumotoraks.(3,11)
Diagnosis abses paru tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan gejalanya
yang menyerupai pneumonia maupun hasil pemeriksaan fisik saja.
Diduga suatu abses paru jika gejala yang menyerupai pneumonia terjadi pada
keadaan-keadaan berikut:
- Kelainan sistem saraf
- Penyalahgunaan alkohol atau obat lainnya
- Penurunan kesadaran karena berbagai sebab.(10,14)

GAMBARAN RADIOLOGIS
Foto Toraks PA :

Dikutip dari kepustakaan 8


Pada foto toraks PA dan lateral biasanya ditemukan satu kavitas, tetapi
dapat juga multikavitas berdinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi
disekelilingnya.(3,4,6,8) Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan ukuran 2-20
cm. Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri. Bila
terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat air fluid level.
Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda konsolidasi
(opasitas).(3,4,5,6,17) Abses paru akibat aspirasi paling sering menyerang segmen
posterior paru lobus atas atau segmen superior paru lobus bawah. Ketebalan
dinding abses paru bervariasi, bisa tipis ataupun tebal, batasnya bisa jelas maupun
samar-samar. Dindingnya mungkin licin atau kasar.(14)

Gambaran CT-Scan :

Dikutip dari kepustakaan 18

Dikutip dari kepustakaan 15


Gambaran khas CT scan abses paru ialah lesi dens bundar dengan kavitas
berdinding tebal, tidak teratur, dan terletak didaerah jaringan paru yang rusak.
Tampak bronkus dan pembuluh darah berakhir secara mendadak pada dinding
abses, tidak tertekan atau berpindah letak.(4,8)

PATOLOGI ANATOMI
Abses paru timbul bila parenkim paru terjadi obstruksi, infeksi kemudian
proses supurasi dan nekrosis. Perubahan reaksi radang pertama dimulai dari

suppurasi dan trombosis pembuluh darah lokal, yang menimbulkan nekrosis dan
likuifikasi. Pembentukan jaringan granulasi terjadi mengelilingi abses, melokalisir
proses abses dengan jaringan fibrotik. Suatu saat abses pecah, lalu jaringan
nekrosis keluar bersama batuk, kadang terjadi aspirasi pada bagian lain bronkus
terbentuk abses baru. Sputumnya biasanya berbau busuk, bila abses pecah ke
rongga pleura maka terjadi empiema.(5,10,13)

Dikutip dari kepustakaan 18

DIAGNOSIS BANDING
1. PNEUMONIA
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus maupun jamur.
Penyebab pneumonia adalah:
a.

Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):


- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Legionella
- Hemophilus influenzae

b.

Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)

c.

Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anakanak dan dewasa muda)

d.

Jamur tertentu.

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:


- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar
- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
- Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.(19)

Gambaran Foto Toraks pada Pneumonia :

Dikutip dari kepustakaan 20

Dikutip dari kepustakaan 20

10

Gambaran pneumonia pada foto toraks sama seperti gambaran konsolidasi


radang. Jika udara dalam alveoli digantikan oleh eksudat radang, maka bagian
paru tersebut akan tampak putih pada foto Roentgen. Kelainan ini dapat
melibatkan sebagian atau seluruh lobus (pneumonia lobaris) atau berupa bercak
yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar (bronkopneumonia). Gambaran
radiologisnya memperlihatkan bayangan homogen berdensitas tinggi pada satu
segmen, lobus paru atau pada sekumpulan segmen lobus yang berdekatan,
berbatas tegas.4
2. EMPIEMA
Empiema torasik adalah infeksi pada pleura yang mengelilingi paru-paru.
Pneumokokus merupakan penyebab paling sering dari infeksi penghasil nanah ini.
Mungkin perlu dilakukan pengaliran nanah (drainase) melalui pembedahan.(19)
Gambaran Foto Toraks pada Empiema :

Dikutip dari kepustakaan 20


Abses harus dibedakan dengan empiema. Empiema mengacu pada
akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal,
sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru
terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.(12)

PENGOBATAN

11

Penatalaksanaan abses paru harus berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi


dan data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat
ringannya infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses
paru :
1.

Medikamentosa
Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33% pada era
antibiotika maka tingkat kkematian dan prognosa abses paru menjadi lebih
baik.
Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin pada saat ini dijumpai
peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih dari 35%
kuman gram negatif anaerob). Maka bisa dipikrkan untuk memilih kombinasi
antibiotika antara golongan penicillin G dengan clindamycin atau dengan
Metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan Cefoxitin.
Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem dengan B Lactamase
inhibitase, pada penderita dengan pneumonia nosokomial yang berkembang
menjadi abses paru. Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis
dan respon radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah
bebas gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal
2-3 minggu.

2.

Drainase
Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit
diperlukan untuk mempercepat proses resolusi abses paru. Pada penderita bses
paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu dipertimbangkan
drainase melalui bronkoskopi.

3. Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
a. Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika.
b. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi.
c. Infeksi paru yang berulang.
d. Adanya gangguan drainase karena obstruksi.(1,5,6,7,13)

12

PROGNOSA
Abses paru masih mrupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang
signifikan. Angka kematian abses paru berkisar antara 15-20% merupakan
penurunan bila dibandingkan dengan era pre antibiotika yang berkisar antara 3040%.
Pada penderita dengan beberapa faktor predisposisi mempunyai prognosa yang
lebih jelek dibandingkan dengan penderita dengan satu fakktor predisposisi.
Perlman et al menemukan bahwa 2% angka kematian pada penderita dengan satu
faktor predisposisi dibandingkan 75% pada penderita dengan multi predisposisi.
Beberapa faktor yang memperbesar angka mortalitas pada abses paru sebagai
berikut :
a. Anemia dan Hipoalbuminemia
b. Diameter abses yang besar ( > 5-6 cm)
c. Lesi obstruksi
d. Bakteri aerob
e. Immune Compromised
f. Usia tua
g. Gangguan intelegensia
h. Perawatan yang terlambat.(1,10,13)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Rasyid, Ahmad. Abses Paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2006. Hal.1062-1065.

2.

Ramadhaniati, Mikroorganisme Penyebab Infeksi Paru Non Tuberkulosis


dan

Kepekaannya

Terhadap

Beberapa

Antibiotika

di

Laboratorium

Mikrobiologi. Available from : http://www.indoskripsi.com/article/. Updated


on March, 23rd 2008.
3.

Armstrong, Peter, dkk. Lung Abscess. Dalam: Diagnostic Imaging. Fifth


Edition. New York : Blackwell Publishing;1996. Hal.69-70.

13

4.

Budjang, Nurlela. Radang Paru yang Tidak Spesifik. Abses Paru. Dalam:
Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;2005.
Hal.100-105.

5.

Finegold, Sydney. Lung Abscess. Dalam: Cecil Medicine. 23 rd Edition.


Philadelphia : An Imprint Saunders Elsevier;2008. Chapter 98.

6.

Humes, David. Lung Abscess. Dalam: Kelleys Textbook of Internal


Medicine. Fourth Edition. Canada : Lippincott Williams and Wilkins;2005.
Chapter 367. Hal.1787-1789.

7.

Loscalzo, J., dkk. Lung Abcess. Dalam: Harrisons Principles of Internal


Medicine Volume II. 17th Edition. New York : Mc Graw Hill Medical;2008.
Hal.1631-1632.

8.

Muller, dkk. Lung Abscess. Dalam: Imaging of Pulmonary Infections. 1st


Edition. Canada : Lippincott Williams and Wilkins;2007. Hal.24-28.

9.

Wilson,

L.

Patofisiologi.

Anatomi

dan

Fisiologi

Sistem

Pernapasan.

Dalam:

Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6.

Jakarta : EGC;2006. Hal.736-750.


10.

NN, Abses Paru. Available from : http://www.bessik.com/article/-imaging.


Updated on August 29th, 2007.

11.

NN, Abses Paru. Available from : http://www.google.com.article/pdf.


Updated on October 3rd, 2008.

12.

NN, Abses

. Available from : http://www.wikipedia.com/article/

13.

Arif, Hendra, Abses Paru. Available from : http://www.google.com.article/


Updated on August 7th, 2008.

14.

NN, Abses Paru. Available from : http://www.medicastore.com/

15.

NN, Lung Abscess. Available from : http://www.wikipedia.com/article/

16.

NN,

Pneumonia

(radang

paru).

Available

from

http://www.medicastore.com/
17.

NN, Mesothelioma and Asbestos Pictures Gallery. Available from :


http://www.mesotheliomacg.com/mesothelioma-pictures-gallery.php

18.

NN, Congenital Lung Lesions. Available from : http://www.brown.edu/

14

19.

Nurcahyo,

Infeksi

Pneumokokkus.

Available

from

http://www.indonesiaindonesia.com/
20.

NN,

Anatomi

Paru-Paru.

Available

from

http://www.tutorialkuliah.blogspot.com/anatomi-paru-paru.html.

15

Anda mungkin juga menyukai