Anda di halaman 1dari 8

EFUSI PLEURA

Efusi pleura merupakan suatu keadaan di mana terdapat cairan berlebih dalam rongga
pleura yang disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan pleura. Efusi
pleura adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan cairan melebihi normal di dalam cavum
pleura diantara pleura parietalis dan visceralis yang dapat berupa transudat atau cairan eksudat.
Pada keadaan normal cairan dari kapiler pleura parietal masuk ke rongga pleura kemudian
diserap oleh sistem limfe. Selain itu, cairan juga masuk melalui pleura visceral dari rongga
interstisial dan melalui lubang kecil di diafragma dari rongga peritoneum. Rongga pleura hanya
mengandung cairan sebanyak 10- 20 ml. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi
pleura adalah tuberkulosis, infeksi paru non tuberkulosis, keganasan, sirosis hati, trauma tembus
atau tumpul pada daerah ada, infark paru, serta gagal jantung kongestif.
Di negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif,
sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di. Negara-negara yang sedang
berkembang, seperti Indonesia, lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis.1
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, dipsneu. Nyeri bisa timbul akibat efusi
yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul. Diagnosis efusi pleura dapat
ditegakkan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik yang teliti, diagnosis yang pasti melalui
pungsi percobaan, biopsy dan analisa cairan pleura.2 Penatalaksanaan efusi pleura dapat
dilakukan dengan cara pengobatan kausal, thorakosintesis, Water Sealed Drainage (WSD), dan
pleurodesis.1
Etiologi dan Patofisiologi
Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif sedikit yakni 0,1 0,2
mL/kgbb pada tiap sisinya.1 Fungsinya adalah untuk memfasilitasi pergerakan kembang kempis
paru selama proses pernafasan. Cairan pleura diproduksi dan dieliminasi dalam jumlah yang
seimbang. Jumlah cairan pleura yang diproduksi normalnya adalah 17 mL/hari dengan kapasitas
absorbsi maksimal drainase sistem limfatik sebesar 0,2-0,3 mL/kgbb/jam. Cairan ini memiliki
konsentrasi protein lebih rendah dibanding pembuluh limfe paru dan perifer.1,3
Cairan dalam rongga pleura dipertahankan oleh keseimbangan tekanan hidrostatik,
tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta kemampuan drainase limfatik.
Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik itu pulmoner maupun
non pulmoner, akut maupun kronis. Penyebab efusi pleura tersering adalah gagal jantung
kongestif (penyebab dari sepertiga efusi pleura dan merupakan penyebab efusi pleura tersering),
pneumonia, keganasan serta emboli paru. Berikut ini merupakan mekanisme-mekanisme
terjadinya efusi pleura :

Adanya perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya : inflamasi,


keganasan, emboli paru)

Berkurangnya tekanan onkotik intravaskular (misalnya : hipoalbuminemia,


sirosis)

Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah atau kerusakan pembuluh darah


(misalnya : trauma, keganasan, inflamasi, infeksi, infark pulmoner,
hipersensitivitas obat, uremia, pankreatitis)

Meningkatnya tekanan hidrostatik pembuluh darah pada sirkulasi sistemik dan


atau sirkulasi sirkulasi paru (misalnya : gagal jantung kongestif, sindrom vena
kava superior)

Berkurangnya tekanan pada rongga pleura sehingga menyebabkan terhambatnya


ekspansi paru (misalnya : atelektasis ekstensif, mesotelioma)

Berkurangnya sebagaian kemampuan drainase limfatik atau bahkan dapat terjadi


blokade total, dalam hal ini termasuk pula obstruksi ataupun ruptur duktus
torasikus (misalnya : keganasan, trauma)

Efusi pleura secara umum diklasifikasikan sebagai transudat dan eksudat, bergantung dari
mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi tersebut. Cairan transudat dihasilkan dari
ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik, sementara eksudat dihasilkan oleh
proses inflamasi pleura ataupun akibat berkurangnya kemampuan drainase limfatik. Pada kasuskasus tertentu, cairan pleura dapat memiliki karakteristik kombinasi dari transudat dan eksudat.1,4
Diagnosis:
1. Anamnesis :
Napas terasa pendek hingga sesak napas yang nyata dan progresif. Sesak disebabkan otot
pernapasan tidak efisien oleh karena otot napas teregang oleh pembesaran dinding dada dan otot
diafragma yang rendah. Sesak napas akan segera hilang setelah pengambilan cairan meskipun
penambahan volume paru dan oksigenasinya tidak begitu meningkat. Kemudian dapat timbul
nyeri khas yaitu nyeri pleuritik pada area yang terlibat yang menunjukkan adanya peradangan
pada pleura parietalis. Batuk kering berulang juga sering muncul, khususnya jika cairan
terakumulasi dalam jumlah yang banyak secara tiba-tiba. Batuk disebabkan oleh adanya distorsi
paru, misalnya oleh karena adanya collaps paru pada pneumothorax. Batuk yang lebih berat dan
atau disertai sputum atau darah dapat merupakan tanda dari penyakit dasarnya seperti pneumonia
atau lesi endobronkial. Riwayat penyakit pasien juga perlu ditanyakan misalnya apakah pada
pasien terdapat hepatitis kronis, sirosis hepatis, pankreatitis, riwayat pembedahan tulang
belakang, riwayat keganasan, dll. Riwayat pekerjaan seperti paparan yang lama terhadap bahan
kimia atau asap. Selain itu perlu juga ditanyakan obat-obat yang selama ini dikonsumsi pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
Tergantung dari luas dan lokasi dari efusi. Temuan pemeriksaan fisik tidak didapati
apabila cairan pleura masih sedikit. Gangguan pergerakan toraks, vocal fremitus melemah, suara
yang berbeda pada perkusi toraks, egofoni, serta suara nafas yang melemah hingga menghilang
biasanya dapat ditemukan. Friction rub pada pleura juga dapat ditemukan. Cairan efusi yang
masif (> 1000 mL) dapat mendorong mediastinum ke sisi kontralateral.

3. Pemeriksaan Laboratorium
Analisis cairan pleura, yang diambil melalui torakosintesis. Kriteria eksudat berdasarkan
Lights Criteria yaitu:
a) Rasio protein pleura : protein serum > 0.5
b) Rasio LDH pleura : LDH plasma > 0.6
c) Kadar LDH pleura > 2/3 kadar normal tertinggi serum (200IU/L)
4. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos thoraks terlihat perselubungan homogen pada hemithoraks, penumpulan
sulkus costofrenikus, meniscus sign. 5

Algoritma evaluasi pasien dengan efusi pleura. Dikutip dari: Light RW. 2002. Pleural effusion.
New england journal medicine, vol 346, no 25.
Penatalaksanaan 1,6
Efusi transudatif biasanya ditangani dengan mengobati penyakit dasarnya. Namun
demikian, efusi pleura yang masif, baik transudat maupun eksudat dapat menyebabkan gejala
respiratori berat. Dalam keadaan ini, meskipun etiologi dan penanganan penyakit dasarnya telah
dipastikan, drainase efusi perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum pasien.
Penanganan efusi eksudatif bergantung pada etiologi yang mendasarinya. tiga etiologi utama
yang paling sering dijumpai pada efusi eksudatif adalah pneumonia, keganasan dan tuberkulosis.
Parapneumonia yang mengalami komplikasi dan empiema harus didrainase untuk mencegah

pleuritis fibrotik. Efusi maligna biasanya didrainase untuk meringankan gejala bahkan
pleurodesis diindikasikan untuk mencegah rekurensi. Beberapa obat-obatan diketahui dapat
menyebabkan efusi pleura yang bersifat transudatif. Hal ini perlu diketahui secara dini untuk
menghindari prosedur diagnostik lain yang tidak perlu.
Pada beberapa pasien, drainase cairan efusi pleura dalam jumlah yang banyak dapat
mengurangi gejala yang disebabkan oleh distorsi diafragma dan dinding toraks oleh cairan efusi.
Jenis efusi ini biasanya sering berulang sehingga perlu dilakukan torakosentesis berulang,
pleurodesis atau pemasangan kateter yang menetap sehingga pasien dapat mengeluarkan cairan
efusi sesuai kebutuhan di luar rumah sakit. Pada pasien yang mengalami efusi masif sehingga
jaringan paru mengalami pendesakan, maka pemasangan kateter yang menetap merupakan
pilihan utama. Namun jika tidak ada pendesakan terhadap paru, maka pilihan lain yang dapat
digunakan adalah pleurodesis (pleural sklerosis).
Torakosentesis teraputik betujuan untuk mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak
pada efusi pleura untuk mengurangi sesak dan menghambat proses inflamasi yang sedang
berlangsung dan juga fibrosis pada efusi parapneumonia. Tiga hal berikut penting untuk
diperhatikan dalam prosedur torasentesis yakni, (1) gunakan kateter berukuran kecil atau kateter
yang didesain khusus untuk drainase cairan dan upayakan jangan menggunakan jarum untuk
menghindari pneumotoraks. (2) monitoring oksigenasi ketat selama dan setelah tindakan perlu
dilakukan untuk memantau oksigenasi arterial yang dapat saja memburuk akibat perubahan
perfusi dan ventilasi selama proses re-ekspansi paru. (3) Usahakan cairan yang diambil tidak
terlalu banyak aqgar tidak terjadi edema paru dan pneumotoraks. Biasanya 400-500 cc cairan
yang dikeluarkan telah memberikan dampakk berupa berkurangnya sesak nafas. Sedangkan
batasan yang direkomendasikan dalam sekali prosedur torakosentesis adalah 1-1,5 L. Batuk
sering terjadi pada proses torasentesis. Hal ini sering terjadi dan tidak merupakan indikasi untuk
menghentikan prosedur kecuali pasien merasa sangat tidak nyaman.
Efusi Pleura et cause Tuberkulosis
Definisi
Efusi pleura TB adalah efusi pleura yang disebabkan oleh M. TB yang dikenal juga
dengan nama pleuritis TB. Peradangan rongga pleura pada umumnya secara klasik berhubungan
dengan infeksi TB paru primer. Berbeda dengan bentuk TB di luar paru, infeksi TB pada organ
tersebut telah terdapat kuman M. TB pada fase basilemia primer. Proses di pleura terjadi akibat
penyebaran atau perluasan proses peradangan melalui pleura viseral sebagai proses
hipersensitiviti tipe lambat. Mekanisme ini berlaku pada beberapa kasus tetapi data epidemiologi
terbaru pleuritis TB mengarahkan mekanisme patogenik lain pada sebagian besar proporsi kasus.
Pada pasien dewasa yang lebih tua kelainan pada pleura berhubungan dengan reaktivasi TB paru.
Efusi pleura harus dicurigai akibat penyebaran infeksi sebenarnya ke ruang pleura dibandingkan
prinsip reaksi imunologi terhadap Ag M. TB.
Patogenesis

Efusi pleura TB adalah efusi pleura yang disebabkan oleh M. TB suatu keadaan dimana
terjadinya akumulasi cairan dalam rongga pleura. Mekanisme terjadinya efusi pleura TB bisa
dengan beberapa cara:
1. Efusi pleura TB dapat terjadi dengan tanpa dijumpainya kelainan radiologi toraks. Ini
merupakan sekuele dari infeksi primer dimana efusi pleura TB biasanya terjadi 6-12 minggu
setelah infeksi primer, pada anak-anak dan orang dewasa muda. Efusi pleura TB ini diduga
akibat pecahnya fokus perkijuan subpleura paru sehingga bahan perkijuan dan kuman M. TB
masuk ke rongga pleura dan terjadi interaksi dengan Limfosit T yang akan menghasilkan suatu
reaksi hipersensitiviti tipe lambat. Limfosit akan melepaskan limfokin yang akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas dari kapiler pleura terhadap protein yang akan menghasilkan
akumulasi cairan pleura. Cairan efusi umumnya diserap kembali dengan mudah. Namun
terkadang bila terdapat banyak kuman di dalamnya, cairan efusi tersebut dapat menjadi purulen,
sehingga membentuk empiema TB.
2. Cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih lanjut. Jarang,
keadaan seperti ini bia berlanjut menjadi nanah (empiema). Efusi pleura ini terjadi akibat proses
reaktivasi yang mungkin terjadi jika penderita mengalami imuniti rendah.
3. Efusi yang terjadi akibat pecahnya kavitas TB dan keluarnya udara ke dalam rongga pleura.
Keadaan ini memungkinkan udara masuk ke dalam ruang
Manifestasi Klinis
Kadang-kadang efusi pleura TB asimptomatik jika cairan efusinya masih sedikit dan
sering terdeteksi pada pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk tujuan tertentu.48 Namun
jika cairan efusi dalam jumlah sedang sampai banyak maka akan memberikan gejala dan
kelainan dari pemeriksaan fisik. Efusi pleura TB biasanya memberikan gambaran klinis yang
bervariasi berupa gejala respiratorik, seperti nyeri dada, batuk, sesak nafas. Gejala umum berupa
demam, keringat malam, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, rasa lelah dan lemah
juga bisa dijumpai. Gejala yang paling sering dijumpai adalah batuk (~70%) biasanya tidak
berdahak, nyeri dada (~75%) biasanya nyeri dada pleuritik, demam sekitar 14% yang subfebris,
penurunan berat badan dan malaise. Walaupun TB merupakan suatu penyakit yang kronis akan
tetapi efusi pleura TB sering manifestasi klinisnya sebagai suatu penyakit yang akut. Sepertiga
penderita efusi pleura TB sebagai suatu penyakit akut yang gejalanya kurang dari 1 minggu.

No

Problems

Planning diagnostic

Planning therapy

Efusi Pleura
dextra

Tidak ada planning


diagnostic yang khusus

Pungsi cairan pleura

Subjektif :
Sesak napas
ada sejak 1
bulan yang
lalu.
Batuk berlendir
warna kuning.
Objektif :
Foto thorax:
Sinus kanan
tumpul,
diafragma dan
sinus kiri baik
Palpasi: Vocal
fremitus
menurun pada
hemitoraks
dextra
Perkusi:
Paru kiri : sonor
Paru kanan :
Pekak setinggi
ICS VII dextra
Auskultasi:
Bunyi
pernapasan
vesikular,
menurun pada
hemitoraks
dextra.

Analisis dan sitologi


cairan pleura

1. Rita Khairani, Elisna Syahruddin, Lia Gardenia Partakusuma.


Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. J Respir Indo Vol.
32, No. 3, Juli 2012.
2. Eddy Surjanto dkk. Penyebab Efusi Pleura Pada Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit. J Respir Indo Vol. 34 No. 2 April 2014.
3. Chris Tanto dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014.
4. Price, Sylvia A; Lorraine M. Wilson. 2012. PATOFISIOLOGI Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. EGC.

Anda mungkin juga menyukai