Anda di halaman 1dari 7

Studi Kasus.

JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE ISKEMIK


DI RUANG SARAF PRIA: SUATU STUDI KASUS

Nursing Care For Patients With Ischemic Stroke In The Men's Nervous Room:
A Case Study

Adzimi Loveta Ginting Suka1, Laras Cynthia Kasih2, Nani Safuni2


1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Email: adzimiloveta@gmail.com

ABSTRAK
Stroke iskemik terjadi akibat suplai darah ke jaringan otak berkurang karena adanya obstruksi total atau
sebagian pada pembuluh darah otak. Serangan stroke yang mendadak dapat menyebabkan kecacatan fisik,
mental serta kematian. Studi kasus ini dilakukan pada pasien stroke iskemik berusia 54 tahun di Rumah Sakit
X di Banda Aceh. Hasil dari pengkajian didapatkan pasien mengalami hemiparesis dextra, afasia global,
mulut miring, keluarga tidak tahu tentang penyakit pasien. Didapatkan masalah keperawatan gangguan
komunikasi verbal, defisit pengetahuan dan risiko jatuh. Intervensi yang diberikan melatih komunikasi
dengan metode bicara perlahan, menunjuk benda di sekitar, isyarat sederhana, memberikan pendidikan
kesehatan terkait stroke dan mengurangi risiko jatuh. Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi baru dalam
ranah pengetahuan khususnya berhubungan dengan stroke iskemik. Rekomendasi untuk perawat yaitu
mengajarkan keluarga cara melakukan terapi bicara di rumah untuk mempercepat proses penyembuhan
pasien.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Stroke Iskemik

ABSTRACT
Ischemic stroke occurs due to reduced blood supply to brain tissue due to total or partial obstruction of
cerebral blood vessels. A sudden stroke can cause physical, mental disability and death. This case study was
conducted on a 54-year-old ischemic stroke patient at the X hospital in Banda Aceh. The results of the study
showed that the patient had right hemiparesis, global aphasia, oblique mouth, the family did not know about
the patient's disease. Obtained nursing problems verbal communication disorders, knowledge deficit and risk
of falling. The intervention provided was to train communication by speaking slowly, pointing to objects
around, simple gestures, providing health education related to stroke and reducing the risk of falling. The
results of this case study can be a new reference in the realm of knowledge, especially related to ischemic
stroke. Recommendations for nurses are to teach families how to do talk therapy at home to speed up the
patient's healing process.

Keywords : Ischemic Stroke, Nursing Care

141
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

PENDAHULUAN yang dapat menimbulkan stroke adalah gaya


World Health Organization (WHO) hidup, faktor ini dapat dimodifikasi seperti
menyatakan stroke merupakan keadaan perilaku merokok, intoksikasi alkohol,
terjadinya hambatan fungsi otak fokal kegemukan, pola makan/nutrisi yang buruk
maupun global akibat aliran peredaran darah dan kurangnya aktivitas fisik/olahraga (Guzik
antara lain peredaran sub arakhnoid, serebral, & Bushnell, 2017).
dan infark serebral otak berlangsung lebih Dampak akibat penyakit stroke
dari 24 jam. Data menurut WHO stroke ditentukan oleh luas daerah dan lokasi di otak
setiap tahunnya terjadi sebanyak 13,7 juta yang mengalami gangguan. Gejala yang
kasus baru dan 5,5 juta kasus kematian. paling sering muncul adalah kesulitan
American Stroke Association menyatakan menggerakkan anggota gerak, tidak dapat
penyakit stroke menyerang seseorang rata- merakan sensasi di wajah, sulit untuk
rata setiap 40 detik dan menyebabkan berbicara (afasia), bibir tidak simetris, sulit
meninggal dunia setiap 4 menit di Amerika untuk menelan, hilang kesadaran, bahkan
(Roger et al., 2014). kelumpuhan (vertigo) (Feigin, 2014). Apabila
Berdasarkan South Asian Medical tidak ditangani dengan baik stroke dapat
Information Centre, Indonesia menjadi menyebabkan kecacatan fisik bahkan
negara dengan angka kematian akibat stroke kematian, maka dari itu penanganan stroke
tertinggi dibandingkan Filipina, Singapura, harus segera dilakukan dengan baik dan
Brunei, Malaysia dan Thailand (Rahmadani cepat.
& Rustandi, 2019). Riset Kesehatan Dasar Pada pelayanan kesehatan, selain
2018 menyebutkan kejadian stroke di memberikan asuhan keperawatan perawat
Indonesia tercatat sebanyak 2.120.362 kasus memiliki peran penting dalam dalam
(10,9%). Pada provinsi Aceh kasus stroke meningkatkan perilaku kesehatan untuk
terjadi sebesar 10,3%. (Kemenkes RI, 2018). menghindari faktor risiko stroke. Perawat
Stroke dapat menyerang orang di usia memiliki peran sebagai edukator, dengan
muda maupun tua. Pada usia diatas 60 tahun, tujuan meningkatkan pengetahuan meliputi
stroke menjadi penyebab kedua terbesar yang kebutuhan nutrisi yang baik, perawatan
menyebabkan kematian. Kondisi stroke setelah terserang stroke, serta upaya-upaya
menyebabkan terjadinya defisit neurologis yang dapat dilakukan keluarga untuk
akibat dari gangguan aliran darah yang membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari
terjadi secara tiba-tiba di otak. Stroke terbagi dan upaya pencegahan terjadinya serangan
menjadi 2 bentuk yaitu hemoragik dan stroke berulang. Studi kasus ini memiliki
iskemik (LeMone et al., 2016). Apabila tujuan untuk dapat menjelaskan asuhan
dilihat dari jenisnya menurut American keperawatan pada pasien dengan stroke
Heart Association angka kejadian stroke iskemik di ruang saraf pria Rumah Sakit X di
iskemik tercatat lebih tinggi yaitu sebanyak Banda Aceh.
87% dibanding stroke hemoragik 13%
(Fagan & Hess, 2014). STUDI KASUS
Angka kejadian stroke iskemik yang Pasien ―I‖ berusia 54 tahun masuk ke
tinggi tersebut umumnya terjadi akibat dua instalasi gawat darurat rumah sakit pada
faktor yaitu faktor genetik dan gaya hidup. tanggal 31 Mei 2021 dengan keluhan tangan
Faktor genetik atau yang berhubungan dan kaki sebelah kanan tidak bisa
dengan fungsi tubuh manusia merupakan digerakkan, mulut miring dan tidak mampu
faktor yang tidak dapat dimodifikasi, berupa untuk berbicara. Hasil pengkajian di ruang
jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, rawat pada didapatkan pasien dengan
usia, ras dan serangan transient ischemic diagnosa stroke iskemik dengan kesadaran
attack atau stroke sebelumnya. Faktor kedua glasgow coma scale E4M6V(Afasia).

142
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

Kondisi umum lemah. Tekanan darah: kemampuan untuk menerima, memproses,


143/70 mmHg. Nadi: 85x/menit. Suhu tubuh: mengirim, dan/atau menggunakan sistem
36,70C. Pernapasan: 24x/menit. Pasien simbol. Luaran yang diharapkan ialah
mengalami kelemahan anggota gerak sebelah komunikasi verbal meningkat dengan kriteria
kanan dengan kekuatan otot 2222. Gerakan hasil yang diharapkan kemampuan bicara
terbatas. Nilai skala ketergantungan aktivitas meningkat, kemampuan mendengar dan
pasien 8 (barthel index). Pasien berisiko memahami meningkat, kesesuaian ekspresi
tinggi jatuh dengan skala jatuh morse 30. wajah/tubuh meningkat, pelo menurun.
Dari hasil pemeriksaan CT Scan kepala Implementasi yang dilakukan selama rawatan
didapatkan adanya infark serebri dan hasil ialah melatih komunikasi dengan cara
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar berbicara menggunakan metode bicara
kolesterol LDL pasien mencapai 202 mg/dL. perlahan, tidak terburu-buru, menunjuk
Pasien mengalami afasia global, pasien benda-benda tertentu di lingkungan sekitar
tidak mampu menjawab pertanyaan dari dan dengan isyarat sederhana seperti
perawat dan tampak tidak memahami mengangguk dan menggeleng.
komunikasi yang diberikan. Pasien tampak Evaluasi yang didapatkan sebelumnya
tidak menggunakan ekspresi wajah dan tidak pasien tidak dapat berbicara setelah diberikan
memberikan kontak mata. Keluarga intervensi didapatkan hasil pasien belum
mengatakan tidak tahu apa-apa tentang dapat memahami kata-kata perawat, namun
kondisi kesehatan pasien dan tidak tahu pasien mampu mengeluarkan kata ―ya,ya‖.
penyebab stroke bisa menyerang pasien. Pasien tampak mengeluarkan ekspresi wajah
Keluarga terus bertanya dan tampak panik dan melakukan kontak mata dengan orang
dengan kondisi pasien. yang berbicara dengan pasien. Mulut pasien
Studi kasus ini dilaksanakan di ruang tampak masih miring. Berdasarkan evaluasi
saraf pria Rumah Sakit X Banda Aceh pada tersebut, gangguan komunikasi verbal belum
tanggal 1-4 Juni 2022. Asuhan keperawatan teratasi sehingga sehingga memerlukan
diawali dengan pengkajian dan analis data intervensi lanjutan.
dengan cara memaparkan fakta dan
membandingkan dengan teori serta Defisit pengetahuan
dituangkan ke dalam pembahasan. Analisis Dari hasil pengkajian keluarga tidak
yang dilakukan menggunakan narasi dari mengetahui penyakit yang menyerang pasien,
hasil pengkajian, implementasi dan evaluasi. alasan pasien tidak bisa menggerakkan
anggota badannya, tidak dapat berbicara.
HASIL Keluarga tampak terus bertanya tentang
Berdasarkan hasil pengkajian, terdapat penyakit dan keadaan pasien
masalah keperawatan yang dapat ditegakkan Defisit pengetahuan adalah ketiadaan
pada kasus ini : gangguan komunikasi verbal, atau kurangnya informasi kognitif yang
defisit pengetahuan, dan risiko jatuh. berkaitan dengan topik tertentu. Luaran yang
diharapkan ialah tingkat pengetahuan
Gangguan komunikasi verbal membaik dengan kriteria hasil yang
Dari hasil pengkajian pasien tidak diharapkan perilaku sesuai anjuran
mampu berbicara, mengalami gangguan meningkat, kemampuan menjelaskan suatu
komunikasi afasia global, tidak ada kontak pengetahuan dan topik meningkat,
mata saat perawat berkomunikasi, tampak pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
tidak mampu menggunakan ekspresi wajah, menurun dan menjalani pemeriksaan yang
dan tampak sulit memahami komunikasi. tepat meningkat. Implementasi yang
Gangguan komunikasi verbal adalah dilakukan oleh perawat pada hari rawatan
penurunan, perlambatan, atau ketiadaan pertama adalah melihat kesiapan keluarga

143
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

dalam menerima informasi, melakukan tempat tidur. Berdasarkan evaluasi tersebut,


kontrak waktu dan menyiapkan media risiko jatuh tidak terjadi.
informasi leaflet. Hari rawatan kedua perawat
memberikan pendidikan kesehatan mengenai PEMBAHASAN
manajemen storke dan cara pengendaliannya. Gangguan komunikasi verbal
Evaluasi hari kedua keluarga pasien Berdasarkan hasil evaluasi pasien
yang sebelumnya tidak mengetahui penyakit hanya mampu mengeluarkan kata ―ya,ya‖,
stroke, faktor risiko, jenis stroke dan perilaku pasien tampak mengeluarkan ekspresi wajah
pencegahan setelah pemberian intervensi dan melakukan kontak mata. Afasia
keluarga sudah mengetahui dan dapat merupakan gangguan bahasa ditandai dengan
menyebutkan secara ringkas apa itu stroke, hambatan dalam memahami serta hambatan
beberapa faktor risiko, jenis stroke dan dalam mengungkapkan bahasa baik secara
perilaku yang dilakukan untuk mencegah lisan atau tertulis (Dharmaperwira-Prins,
stroke. Selain itu pertanyaan keluarga tentang 2002). Afasia terjadi pada pasien stroke
penyakit stroke sudah berkurang dan apabila terdapat kerusakan pada bagian otak
keluarga tampak akan menjalani fisioterapi hemisfer serebri kiri yang umumnya
yang dianjurkan dari pihak rumah sakit. memiliki fungsi mengatur bahasa, sehingga
Berdasarkan evaluasi tersebut, defisit menyebabkan pasien tidak mampu
pengetahuan tertasi dan intervensi berkomunikasi (Pedersen et al., 2004).
dihentikan. Latihan komunikasi dengan berbicara
perlahan, ekspresi wajah, menunjuk benda-
Risiko jatuh benda tertentu di lingkungan sekitar,
Dari hasil pengkajian pasien menggunakan gerak isyarat sederhana
mengalami hemiparesis dextra, kekuatan otot (misalnya menganggukan atau
menurun dengan nilai 2, gerakan tampak menggelengkan kepala) dapat meningkatkan
terbatas, tampak lemah dan berdasarkan nilai kemampuan komunikasi pada penderita
skala jatuh morse adalah 30 yaitu risiko afasia global (Laksmidewi, 2018).
tinggi. Implementasi yang diberikan perawat
Risiko jatuh merupakan masalah sesuai dengan penelitian Djuhendi et al.,
pasien berisiko mengalami kerusakan fisik (2021) yang mendapatkan hasil bahwa
dan gangguan akibat terjatuh. Luaran yang latihan cara berkomunikasi dengan menunjuk
diharapkan ialah tingkat risiko jatuh menurun dan memberi gerak-isyarat pada pasien afasia
dengan kriteria hasil yang diharapkan global pasca stroke, setelah dilakukan terapi
kejadian cidera menurun, luka/lecet menurun, dengan 20 kali pertemuan terbukti mampu
pendarahan menurun dan fraktur menurun. meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Implementasi yang dilakukan ialah pasien. Dalam penelitiannya Djuhendi &
memastikan roda tempat tidur dalam keadaan Popon menjelaskan terapi yang dilakukan
terkunci, menganjurkan keluarga untuk selalu berdurasi 50 menit setiap pertemuan, terapi
menjaga pasien dengan mengontrol pagar dilakukan 3 pertemuan dalam seminggu
pengaman tempat tidur terpasang jika ingin untuk meningkatkan kemampuan menunjuk
meninggalkan pasien serta menawarkan kata benda dengan teknik komunikasi total
bantuan kepada keluarga apabila pasien ingin mendapatkan peningkatan sebanyak delapan
mobilisasi. poin.
Evaluasi selama hari rawatan pasien Pemulihan pasca stroke dari afasia
tidak mengalami cidera, luka/lecet, memerlukan waktu yang lama, dari bulan
perdarahan, dan fraktur. Pasien juga tidak hingga tahunan. Hanya sekitar 38% pasien
mengalami jatuh dari tempat tidur, jatuh saat dengan afasia mendapatkan hasil signifikan
dipindahkan dan tidak jatuh saat duduk di selama seminggu pertama pasca serangan

144
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

stroke, 18 bulan setelah onset stroke resolusi pengetahuan tentang penyakit (Thompson-
total afasia hanya didapatkan pada sebanyak Butel et al., 2019).
sekitar 24%, sedangkan 43% pasien lainnya Hasil penelitian Ahmil et al., (2022)
masih menderita afasia yang signifikan juga mendapatkan hal yang sesuai yaitu
(Zheng et al., 2019). dengan pemberian edukasi stroke dengan
menggunakan leaflet juga terbukti dapat
Defisit pengetahuan meningkatkan pemahaman keluarga dalam
Berdasarkan hasil evaluasi keluarga memberikan perawatan dan memenuhi
pasien sudah mengetahui dan dapat kebutuhan pada pasien stroke.
menyebutkan secara ringkas apa itu stroke,
beberapa faktor risiko, jenis stroke dan Risiko jatuh
perilaku yang dilakukan untuk mencegah Berdasarkan hasil evaluasi selamat
stroke. Pengetahuan masyarakat tentang rawatan pasien tidak mengalami cidera,
stroke juga mempengaruhi keberhasilan luka/lecet, perdarahan, dan fraktur. Pada
penanganan stroke pada saat awal terserang. pasien stroke terjadi gangguan sensomotorik
Pemahaman keluarga tentang penyakit stroke yang menyebabkan hambatan dalam
berguna untuk mengetahui gejala pertama keseimbangan, berkurangnya koordinasi atau
terjadinya stroke sehingga dapat membuat kemampuan untuk mempertahankan posisi
keputusan untuk memberikan pertolongan tertentu (Adamson et al., 2004). Pasien pasca
dengan segera dibawa rumah sakit terdekat stroke dengan hambatan keseimbangan
(Powers et al., 2015). maupun penurunan koordinasi terjadi
Kelalaian pada pertolongan pertama sebanyak 70 sampai 80% (Sun et al., 2016).
fase pre-hospital harus dihindari dengan Hambatan keseimbangan akibat hilang atau
mengetahui gejala-gejala terserang stroke menurunnya fungsi motorik pada pasien
bagi orang disekitar dan pasien. Dalam setiap stroke menyebabkan kerentanan untuk jatuh.
kesempatan, pemahaman gejala stroke Hal ini dapat menyebabkan pasien
terutama pada kelompok yang memiliki mengalami inaktivitas (Weerdesteyn et al.,
risiko tinggi perlu untuk disebarluaskan. 2008).
Menurut Duque & Batalha (2015) pada orang Penelitian yang dilakukan Mackintosh
dengan pemahaman stroke yang kurang baik dkk, menyimpulkan sebanyak 50 sampai 70
itu tentang faktor risiko dan peringatan gejala pasien dengan diagnosa stroke mengalami
stroke cenderung tidak tanggap dan terlambat kejadian jatuh di rumah dan bahkan dalam
dalam memberikan pertolongan pertama masa rawatan di rumah sakit (Mackintosh et
yang menyebabkan keparahan serangan al., 2006). Menurut penelitian Ashburn dkk,
stokre. pada 155 pasien dengan stroke terdapat 62
Implementasi yang telah dilakukan pasien (54%) mengalami kejadian hampir
perawat sesuai dengan penelitian Anand et jatuh, 63 pasien (55%) mengalami sekali
al., (2017) yang mendapatkan hasil dengan jatuh, dan 48 (42%) mengalami kejadian
pemberian pendidikan kesehatan dan jatuh yang berulang. (Ashburn et al., 2008).
motivasi pada keluarga dapat meningkatkan Implementasi yang diberikan perawat
pengetahuan kesehatan serta dapat sejalan dengan penelitian yang dilakukan
meningkatkan kepuasan keluarga setelah oleh Setyarini & Herlina (2013) dengan
pulang dari rumah sakit. Penelitian lain juga masalah risiko jatuh yang dilakukan perawat
telah dibuktikan dengan memberikan adalah melakukan pencegahan atau
pendidikan kesehatan stroke melalui media meminimalisir kejadian jatuh selama
brosur dapat memberikan dampak yang perawatan. Intervensi dilakukan Setyarini &
cukup signifikan terhadap peningkatan Herlina antara lain memasang tanda
pengkajian berisiko jatuh, mengenakan

145
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

gelang identifikasi risiko jatuh pada Nursing Education, 4(9).


pergelangan tangan pasien, memastikan Ashburn, A., Hyndman, D., Pickering, R.,
pagar pengaman tempat tidur pasien dan Yardley, L., & Harris, S. (2008).
mengatur posisi tempat tidur pasien. Predicting people with stroke at risk of
Penelitian lain juga mengatakan tingkat falls. Age and Ageing, 37, 270–276.
kepatuhan perawat dalam melakukan Dharmaperwira-Prins. (2002). Afasia
assessment risiko jatuh berada dalam Deskripsi Pemeriksaan dan
kategori baik sebanyak 81,8% dan Penanganan. Balai Penerbit Fakultas
melakukan intervensi pencegahan resiko Kedokteran Universitas Indonesia.
jatuh sebanyak 84,1% (Nurhayati et al., Djuhendi, H., Diploma, P., Terapi, T.,
2020). Politeknik, W., & Islam, A. (2021).
TOTAL TERHADAP PASIEN
KESIMPULAN AFASIA GLOBAL PASCA. Jurnal
Pada studi kasus ini didapatkan bahwa Teras Kesehatan, 3(2), 70–83.
masalah keperawatan defisit pengetahuan Duque, A., & Batalha, V. (2015). Awareness
telah teratasi. Masalah keperawatan risiko of stroke risk factors and warning signs
jatuh tidak terjadi dan masalah keperawatan and laitude fo acute stroke. Int Arch
gangguan komunikasi verbal belum teratasi Med, 8(195), 1–18.
dikarenakan keterbatasan waktu penulis Fagan, S., & Hess, D. (2014). Stroke In
dalam memberikan asuhan keperawatan. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic
Approach 9th edition. United State of
UCAPAN TERIMA KASIH America: The Mc Graw-Hill
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Companies.
Pembimbing dan Pihak Rumah Sakit Feigin, V. (2014). Panduan bergambar
khususnya Ruang Saraf Pria yang telah tentang pencegahan dan pemulihan
membantu selama studi kasus serta kepada stroke. PT Buana Ilmu Populer.
keluarga pasien yang telah mengizinkan Guzik, A., & Bushnell, C. (2017). Stroke
penulis untuk melakukan studi terhadap epidemiology and risk factor
kasus stroke iskemik. management. Continuum: Lifelong
Learning in Neurology, 23(1), 15–39.
REFERENSI Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan
Adamson, J., Beswick, A., & Ebrahim, S. Dasar Tahun 2018. In Kementrian
(2004). Is stroke the most common Kesehatan RI (Vol. 53, Issue 9).
cause of disability? Cerebrovasc, 14(4). Laksmidewi, A. P. (2018). Gangguan Otak
Ahmil, Amrun, I. D., & Malik, S. A. (2022). Yang Terkait Dengan Komunikasi.
Efektivitas Metode Leaflet Terhadap Seminar Dan Workshop Nasional
Kemampuan Keluarga dalam “Assesment Klinis Dan Managemen
Melakukan Perawatan Teknik Massage Afasia Dewasa Serta Hubungan
pada Pasien Stroke dengan Bedrest di Terhadap Gangguan Bahasa
RSU Anutapura Palu Effectivity of Neurogenik,” September 2018.
Leaflet Method Toward Capability of LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G.
Family in Performing Care of Massage (2016). Keperawatan medikal bedah.
Technique Towar. 04(November 2021), EGC.
566–572. Mackintosh, S., Hill, K., Dood, K., Goldie,
Anand, L., Summet, S., & George, R. (2017). P., & Culham, E. (2006). Balance score
Effectiveness of education programme and a history of falls in hospital predict
on knowledge among caregivers of recurrent falls in the 66 month
stroke patients. International Journal of following stroke rehabilitation. Arch

146
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

Phys Med Rehabil, 87(1583–1589). P., McCorriston, M., & Faux, S. G.


Nurhayati, S., Rahmadiyanti, M., Hapsari, S., (2019). The Role of Personalized
Karya, S., & Semarang, H. (2020). Virtual Reality in Education for Patients
Kepatuhan Perawat Melakukan Post Stroke—A Qualitative Case Series.
Assessment Resiko Jatuh Dengan Journal of Stroke and Cerebrovascular
Pelaksanaan Intervensi Pada Pasien Diseases, 2(28), 450–457.
Resiko Jatuh. Jurnal Ilmu Keperawatan Weerdesteyn, V., de Niet, M., Van, D., &
Stikes Hang Tuah Surabaya, 15(2). Geurts, A. (2008). Falls in individuals
Pedersen, P. ., Viner, K., & Olsen, T. . with stroke. J Rehabil Res Dev, 45,
(2004). Aphasia after stroke: type, 1195–1213.
severity and prognostic, the copehagen Zheng, Y., Zhong, D., Huang, Y., He, M.,
aphasia study. Cerebrovasc Dis, 1(117), Xiao, Q., & Jin, R. (2019).
36–43. Effectiveness and safety of repetitive
Powers, W., Derdeyn, C., Biller, J., Coffey, transcranial magnetic stimulation
C., Hoh, B., & Jauch, E. (2015). (rTMS) on aphasia in cerebrovascular
Focused Update of the 2013 Guidelines accident patients: Protocol of a
for the Early Management of Patient systematic review and meta-analysis.
With Acute Ischemic Stroke Regarding Medicine, 98(52).
Endovascular Treatment. AHA/ASA
Guidelines, 1–47.
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019).
Peningkatan kekuatan otot pasien stroke
non hemoragik dengan hemiparese
melalui latihan range of motion (ROM)
Pasif. Journal of Telenursing, 1(2),
354–363.
Roger, V., Benjamin, E., Mozaffarian, D.,
Berry, J., & Blaha, M. (2014). Heart
disease and strokestatistics 2014
update : A report from the American
Heart Association. Circulation, 166–
176.
Setyarini, E., & Herlina, L. (2013).
Kepatuhan perawat melaksanakan
standar prosedur operasional :
pencegahan pasien resiko jatuh Di
gedung Yosef 3 Dago dan Surya
Kencana Rumah Sakit Barromeus.
Kesehatan Stikes St Barromeus, 94–
105.
Sun, X., Gao, Q., Dou, H., & Tang, S.
(2016). Which is better in the
rehabilitation of stroke patients, core
stability exercise or conventional
exercise. J. Phys. Ther. Sci, 28(4),
1131–1133.
Thompson-Butel, A. G., Shiner, C. T.,
McGhee, J., Bailey, B. J., Bou-Haidar,

147

Anda mungkin juga menyukai