Anda di halaman 1dari 8

Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

PENERAPAN RANGE OF MOTION DAN LATIHAN MENGGENGGAM PADA


PASIEN STROKE: SUATU STUDI KASUS

Application of Range of Motion and Grip Exercise in Stroke Patients: A Case Study
Nisa Habib1, Ahyana2, Anda Kamal2
1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Email: habib.nisa98@gmail.com

ABSTRAK
Stroke merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian bila tidak
mendapatkan penanganan yang tepat. Penyakit ini juga membutuhkan perawatan yang lama serta dapat
menghabiskan banyak biaya jika perawatan dan terapi yang di berikan rumah sakit kurang memadai. Studi kasus
ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A.H dengan stroke iskemik di Rumah Sakit di
Banda Aceh. Asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari tanggal 27 Desember 2021 sampai dengan 29
Desember 2021. Didapatkan 6 masalah keperawatan pada Tn. A.H dengan stroke iskemik yaitu gangguan
mobilitas fisik, gangguan komunikasi verbal, ketidakstabilan kadar glukosa darah, ansietas, resiko jatuh dan
resiko defisit nutrisi. Tindakan inovasi keperawatan yang dilakukan kepada pasien berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia berupa range of motion aktif dan pasif, latihan menggenggam menggunakan
bola kecil, head up 30o, terapi dzikir, pemantauan kadar gula darah serta pemantauan resiko jatuh. Hasil dari
asuhan keperawatan yang telah diberikan, kondisi pasien membaik, kekuatan otot pada ekstremitas kanan pasien
mengalami peningkatan, komunikasi verbal membaik, kadar gula darah stabil, kecemasan berkurang, dan pasien
tidak mengalami jatuh, namun masalah resiko defisit nutrisi pada pasien tidak teratasi.

Kata Kunci : Latihan menggenggam, range of motion, stroke

ABSTRACT
Stroke is a disease that can lead to permanent disability and even mortality if not appropriately handled. This
disease also requires a long time of treatment and costs much money if the care and therapy provided by the
hospital are inadequate. This case study aimed to provide nursing care to Mr. A.H., who suffers from an ischemic
stroke at Hospital of Banda Aceh. The treatment was conducted from December 27, 2021, to December 29, 2021.
The nursing problems that developed in Mr. A.H due to ischemic stroke are impaired physical mobility, impaired
verbal communication, unstable blood glucose levels, anxiety, risk of falling, and risk of nutritional deficit.
Nursing innovation actions carried out to patients based on the Indonesian Nursing Intervention Standards in the
form of active and passive range of motion, gripping exercises using a small ball, head up 300, dzikir therapy,
monitoring blood glucose levels and monitoring the risk of falling. The results of the nursing care that have been
given, the patient’s condition improves, muscle strength in the patient’s right extremity has increased, verbal
communication has improved, blood glucose levels are stable, anxiety is reduced, and the patient does not fall,
but the problem of risk of nutritional deficit in the patient is not resolved.

Keywords : Grasping exercise, range of motion, stroke

68
Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

PENDAHULUAN prevalensi stroke sebesar 7,8% (Riskesdas,


Stroke menurut World Health 2018). Menteri kesehatan menghimbau
Organization adalah suatu keadaan dimana masyarakat Aceh untuk lebih waspada dengan
ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat penyakit stroke, karena persentasi penyakit ini
baik lokal maupun global yang berlangsung di Aceh telah mencapai 10,3% atau di atas
lebih dari 24 jam dan dapat memberat hingga rata-rata nasional sebesar 93,4%
menyebabkan kematian, karena terjadinya (Serambinews.com, 2019).
gangguan peredaran darah ke otak antara lain Stroke sebagai bagian dari penyakit
peredaran darah sub arakhnoid, peredaran kardioserebrovaskuler yang digolongkan ke
serebral, dan infark serebral (Johnson et al., dalam penyakit katastropik karena mempunyai
2016). Data World Stroke Organization, dampak luas secara ekonomi dan sosial.
menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 Penyakit stroke dapat menyebabkan kecacatan
juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta permanen yang tentunya dapat mempengaruhi
kematian terjadi akibat penyakit stroke. Stroke produktivitas penderitanya. Menurut BPJS
digolongkan ke dalam penyakit katastropik Kesehatan, penyakit stroke merupakan salah
karena memiliki dampak luas bagi ekonomi satu penyakit dengan biaya tertinggi,
dan sosial. Selama 15 tahun terakhir, rata-rata menghabiskan biaya pelayanan kesehatan
stroke meningkat lebih dari dua kali lipat dan terhitung sebesar 2,56 triliun pada tahun 2018.
menyebabkan kematian lebih banyak pada Jumlah pasien stroke selalu meningkat setiap
negara berpendapatan rendah dan menengah tahunnya, sehingga biaya pelayanan kesehatan
dibandingkan dengan negara berpendapatan semakin tinggi (BPJS, 2019). Lamanya pasien
tinggi yang mengalami penurunan sebanyak dirawat inap menjadi indikator penting dalam
42%, hal ini dikarenakan penyakit stroke menentukan keberhasilan terapi yang telah
membutuhkan biaya tinggi dalam diberikan di rumah sakit dan besarnya beban
pengobatannya (Infodatin, 2019). biaya rumah sakit yang harus dikeluarkan
Stroke telah memakan korban 15 juta (Nirmalasari, Nofiyanto & Hidayati, 2020).
lebih per tahunnya. Stroke juga di sebut Faktor risiko stroke hampir sama
penyakit nomor tiga sebagai penyebab seperti faktor risiko penyakit jantung coroner
kematian serta kecacatan terbanyak di dunia dan penyakit pembuluh darah lainnya.
(Kiswanto & Chayati, 2021). Data South Asian Hipertensi, peningkatan kadar lemak, diabetes,
Medical Information Centre (seamic), merokok, obesitas, gaya hidup kurang gerak
dikatakan bahwa angka kematian stroke merupakan faktor resiko yang menyebabkan
terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian stroke. Mengubah gaya hidup dengan cara
diikuti secara berurutan oleh Filipina, mengurangi rokok, meningkatkan aktifitas
Singapura, Brunei, Malaysia serta Thailand fisik, diet disebut sebagai upaya strategi yang
(Rahmadani & Rustandi, 2019). dapat mencegah dan menurunkan kematian
Secara Nasional, prevalensi stroke di akibat stroke (Kemenkes RI, 2018).
Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis Dokter saraf di RSUD Zainoel Abidin
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar Banda Aceh mengatakan tingginya penyakit
10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 stroke di Aceh dikarenakan pola makan yang
orang. Provinsi Kalimantan Timur 14,7% dan tidak teratur, sering mengonsumsi makanan
DI Yogyakarta 14,6% merupakan provinsi hewani siap saji dengan kadar kolestrol tinggi,
dengan prevalensi tertinggi stroke di Indonesia. kurang makan sayuran, konsumsi tinggi garam,
Sedangkan data untuk provinsi Aceh yaitu kurang gerak/olahraga, dan konsumsi obat

69
Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

yang tidak patuh. Hal ini juga dilihat dari kondisi pasien yaitu gangguan mobilitas fisik.
makanan khas Aceh yang tidak jauh dari Saat pemeriksaan saraf fasialis ditemukan data
santan, minyak goring, rasa manis, pedas, ikan berupa ketidaksimetrisan pada senyum pasien
asin, serta bumbu-bumbuan dapat dan mulut tampak merot ke kanan, pada
mengakibatkan orang Aceh banyak yang pemeriksaan saraf hipoglosus, pasien tidak
terserang penyakit stroke pada usia muda mampu untuk menjulurkan lidah sesuai dengan
(Serambinews.com 2019). perintah. Pasien disastria, terdengar pelo/cadel
saat bicara, terlihat susah untuk membuka
GAMBARAN KASUS mulut, dan pasien mengalami afasia motoric
Hasil pengkajian yang dilakukan pada maka diagnosis selanjutnya adalah gangguan
Senin 27 Desember 2021, di ruang Mina I, komunikasi verbal. Pasien terpasang drip
didapatkan data pasien berinisial Tn. A.H, Novorapid 50 µ + 50 cc NaCl 0,9 %
umur 54 tahun, dengan diagnosa stroke menggunakan syring pump, peningkatn nilai
iskemik. Tanggal 25 Desember 2021 pasien Hb-A1c sebesar 11,90%, nilai pemeriksaan
datang ke IGD dengan keluhan kelemahan glukosa darah pukul 09.00 WIB yaitu 101
anggota gerak kanan secara tiba-tiba saat ingin mg/dL, dan pukul 11.00 WIB yaitu 244 mg/dL
berangkat kerja di pagi hari. Awalnya pada saat diagnosis yang sesuai dengan data tersebut
mandi pasien terjatuh dengan posisi terduduk berupa ketidakstabilan kadar glukosa darah.
karena kaki yang dirasakan lemas dan kebas, Berikutnya diagnosis yang muncul yaitu
mulut terlihat merot kekanan, mata kanan sulit ansietas dilihat dari data observasi pasien yang
tertutup. Pasien dengan riwayat DM tidak tampak gelisah, emosi pasien berubah-ubah
terkontrol. Setelah terjatuh, pasien beristirahat, dan lebih cepat marah serta menangis jika
namun beberapa jam kemudian pasien membahas tentang kesembuhan. Kemudian
merasakan tidak bisa menggerakkan anggota diagnosis resiko jatuh dikarenakan pasien
tubuh sebelah kanan sehingga dibawa ke rumah pernah jatuh sebelum dibawa ke rumah sakit,
sakit untuk mendapatkan penanganan awal dan pasien mengalami hemiparase dextra dan skor
pemeriksaan. Selama di IGD pasien skala morse sebesar 85. Serta diagnosis
mendapatkan penanganan dan terapi yaitu: terakhir pasien yaitu defisit nutrisi hal ini
IVFD RL 500 ml 20 tetes/ 8 jam, injeksi sesuai dengan data yang mendukung yaitu
mecobalamine 500 mcg/ 12 jam, citicoline 500 pasien yang terlihat muntah sekitar 110 cc, otot
mg/ 12 jam, omeprazole 40 mg/ 12 jam, obat mengunyah yang melemah, hanya
oral paracetamol 500 mg/ 8 jam, clopidogrel 75 menghabiskan ½ porsi makan, dan terpasang
mg/ 24 jam, drip novorapid 50 µ + 50 cc NaCl infus RL 500 ml/ 8 jam.
0,9 % mulai 1 cc/jam. Pasien dianjurkan untuk Studi kasus ini merupakan studi untuk
rawat inap kemudian pasien dipindah keruang menggambarkan bagaimana penerapan range
Mina 1 untuk dilakukan perawatan lanjutan. of motion aktif dan pasif serta melatih otot
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan genggam menggunakan bola kecil pada pasien
pada hari rawatan ke 3, keadaan umum pasien stroke di Mina I Rumah Sakit Umum Banda
lemah, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80 Aceh. Studi kasus ini dilakukan dari tanggal 27
x/menit, pernapasan 20 x/menit, rentang gerak Desember 2021 sampai 29 Desember 2021.
pasien menurun dengan skala ketergantungan Asuhan keperawatan yang dilakukan mulai dari
4, ekstremitas lumpuh pada anggota gerak pengkajian untuk mendapatkan data terkait
kanan atas dengan kekuatan otot 2 dan anggota kondisi kesehatan pasien, kemudian
gerak kanan bawah dengan kekuatan otot 1 dilanjutkan dengan analisa data sehingga
sehingga diagnosis pertama sesuai dengan

70
Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

penegakan diagnosa keperawatan sesuai Masalah keperawatan ketidakstabilan


dengan kondisi pasien, setelah itu menyusun kadar glukosa darah teratasi sebagian. Hal ini
perencanaan atau intervensi keperawatan, dapat dibuktikan dengan melihat kriteria hasil
melakukan tindakan atau implementasi yang mengalami perbaikan yaitu kadar glukosa
keperawatan serta melakukan evaluasi darah pasien membaik.
keperawatan dari setiap tindakan yang telah
dilakukan. Ansietas
Masalah keperawatan ansietas dilihat
HASIL pada hari rawatan ketiga ketika perawat
Gangguan mobilitas fisik membahas kemajuan dari rentang gerak pasien
Implementasi yang telah dilakukan dan memberi penguatan positif, pasien terlihat
selama hari rawatan pasien yaitu mengkaji banyak tersenyum karena anggota geraknya
perkembangan kekuatan otot pasien dan tingkat sudah lumayan dibandingkan hari pertama
ketergantungan, meninggikan kepala tempat masuk rumah sakit. Oleh karena itu masalah
tidur pasien 30º, injeksi mecobalamine 500 mg, ansietas teratasi sebagian dilihat dari kriteria
menganjurkan keluarga untuk sering mengubah hasil yang diharapkan mengalami peningkatan
posisi tidur pasien setiap 2 jam sekali, yaitu prilaku gelisah pasien menurun,
meninggikan ekstremitas bawah pasien yang kekhawatiran akibat kondisi yang dihadapi
mengalami hemiparese, melatih ROM pasif menurun, serta tegang pasien berkurang.
dan aktif pada pasien dengan mengajarkan
keluarga, serta melatih genggaman pasien Resiko jatuh
dengan menggunakan bola kecil. Selama hari rawatan pasien, perawat
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selalu memastikan roda tempat tidur dalam
selama 3 hari masalah keperawatan gangguan keadaan terkunci, menganjurkan keluarga
mobilitas fisik teratasi sebagian dikarenakan untuk selalu menjaga pasien dengan
beberapa point kriteria hasil tercapai yaitu mengontrol pagar pengaman tempat tidur
kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah terpasang jika ingin meninggalkan pasien serta
sebelah kanan pasien mengalami peningkatan 1 menawarkan kepada keluarga pasien jika ada
point serta kelemahan fisik menurun ditandai yang ingin dibantu agar memanggil perawat
dengan keadaan umum pasien yang membaik segera.
di hari rawatan ke tiga. Masalah keperawatan resiko jatuh
teratasi. Dikarenakan pasien tidak mengalami
Gangguan komunikasi verbal kejadian yang tidak diharapkan seperti cidera,
Masalah keperawatan gangguan luka/lecet, perdarahan, dan fraktur selama hari
komunikasi verbal teratasi sebagian karena rawatan. Juga jika dilihat dari kiteria hasil pada
dilihat dari kriteria hasil meningkat di beberapa pasien mengalami beberapa point yang
point yaitu kemampuan mendengar dan diharapkan yaitu klien tidak terjatuh dari
memahami kesesuaian ekspesi wajah/tubuh, tempat tidur serta tidak terjatuh saat berpindah
respon prilaku memahami komunikasi selama hari rawatan di rumah sakit.
membaik, serta kemampuan bicara meningkat
yang ditandai dengan volume suara pasien Resiko defisit nutrisi
sedikit lebih besar dari awal pengkajian di hari Masalah keperawatan berupa resiko
rawatan pertama. defisit nutrisi belum teratasi dikarenakan belum
Ketidakstabilan kadar glukosa darah ada pencapaian dari salah satu kriteria hasil.

71
Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

Ditandai dengan tidak adanya peningkatan teratur serta dilakukan secara rileks akan
pada porsi makan, berat badan pasien tidak meningkatkan stimulus otot sendi dan syaraf
bertambah, frekuensi makan tidak meningkat, untuk merespon fungsi motorik tonus otot
nafsu makan pasien tidak meningkat serta cepat bagian ekstremitas yang dilatih (Anggraini et
merasa kenyang yang dirasakan belum al, 2019).
berkurang. Di hari ke tiga, implementasi ROM
yang diberikan untuk meningkatkan kekuatan
PEMBAHASAN otot dikombinasikan dengan menggunakan
Salah satu implementasi yang telah bola yang berguna untuk melatih genggaman
dilakukan di hari pertama yaitu dengan pasien. Menurut Hentu, Rochmawati dan
memberikan posisi kepala tempat tidur lebih Firmawati (2018), latihan menggenggam bola
tinggi 30º. Menurut YaDeau et al (2019), pada yang memiliki tekstur bergerigi dan lentur
pasien stroke suplai oksigen berkurang karena dapat melatih reseptor sensorik dan motorik
terjadi kerusakan di otak, sehingga perlunya dimana dengan menggenggam bola bisa
bantuan secepat mungkin, sedangkan merangsang serat-serat otot untuk berkontraksi,
pengaturan posisi kepala yang lebih tinggi dengan cara sedikit kontraksi kuat pada setiap
sangat membantu dalam perubahan latihan. Hal serupa juga didapatkan dari hasil
hemodinamik dengan memperlancar aliran penelitian Faridah dan Kuati (2018), yang
darah menuju otak serta meningkatkan membandingkan pengaruh ROM exercise bola
oksigenasi ke serebral. karet terhadap kekuatan otot genggam pasien
Pada hari kedua dan ketiga tindakan stroke bahwa, 16 pasien pada kelompok
keperawatan yang diberikan kepada Tn. A.H intervensi mengalami peningkatan kekuatan
yaitu melatih ROM pasif dan aktif kepada otot genggam dibandingkat 16 pasien yang
pasien dengan mengajarkan juga kepada hanya diberikan alih baring sesuai instruksi
keluarga cara pelaksanaannya.Menurut dokter.
Widyawati, Badriyah dan Fikriana (2020), Berdasarkan hasil evaluasi selama
manfaat dari latihan ROM yaitu sebagai masa rawatan, di hari rawatan ke tiga Tn. A.H
penentu nilai kemampuan sendi tulang dan otot mengalami peningkatan perkembangan pada
dalam melakukan pergerakan, dapat kekuatan otot. Pada saat di ukur kembali skala
memperbaiki tonus otot serta toleransi otot kekuatan otot pasien mengalami kenaikan 1
untuk latihan, mencegah terjadinya kekakuan angka. Awalnya kekuatan otot ekstremitas atas
sendi, juga memperlancar sirkulasi darah. sebelah kanan pasien nilainya 2 kemudian
Menurut Lewis, Dirksen, Heitkemper mengalami kenaikan menjadi 3, dan kekuatan
dan Bucher (2014), latihan ROM dapat otot ekstremitas bawah sebelah kanan pasien
dilakukan dua kali dalam sehari untuk nilainya dari 1 menjadi 2. Penelitian serupa
menghindari komplikasi. Berdasarkan hasil yang juga dilakukan oleh Purqoti (2020), pada
penelitian Sustika, Maisyaroh, Widianto dan 10 pasien stroke yang telah diberikan terapi
Azizah (2021), terapi range of motion yang ROM terdapat perbedaan yang signifikan,
dilakukan minimal 2 kali sehari dalam waktu dimana kekuatan otot ekstremitas atas maupun
5-15 menit selama 2 minggu efektif bawah yang sudah di latih lebih baik
meningkatkan rentang gerak sendi ekstremitas dibandingkan sebelum mendapat terapi.
atas dan bawah pada pasien stroke. ROM dapat Dari hasil pengkajian saraf, pasien
melatih tonus otot dan memperlancar peredaran mengalami gangguan pada saraf VII dan XII
darah, dan apabila ROM dilakukan secara dimana terlihat ketidaksimetrisan mulut pasien

72
Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

dan terdengar cadel atau pelo. Melihat dari pasien stroke. Kecemasan dikarenakan
hasil pengkajian tersebut maka pasien kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang
dikategorikan kepada gangguan komunikasi berakhir pada kondisi perasaan tak berdaya,
verbal yang disebut dengan disartria. Menurut yang diwujudkan dengan cara menangis,
Yuliastuti, Handayani dan Kartini (2018), marah, menarik diri, serta perasaan tidak ada
pasien dengan disartria terdengar lirih, sulit harapan.
dalam menggerakkan lidah, rahang, dan mulut Pasien dengan stroke rentan
ketika ingin berbicara. Disebut juga dengan mengalami jatuh dikarenakan berkurangnya
motor speech disorder. kekuatan otot sebagian anggota gerak atau
Pada hari pertama perawat melakukan mengalami hemiparesis. Data dari pasien
pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 2 jam sehingga didapatkan masalah resiko jatuh ini
sekali, didapatkan hasil pada pukul 09.00 wib yaitu karena pasien pernah jatuh sebelum
yaitu 101 mg/dL, dan pemeriksaan lagi pada dibawa ke rumah sakit, mengalami hemiparase
pukul 11.00 wib yaitu 244 mg/dL padahal dextra, serta skor skala morse mencapai 85.
pasien terpasang terapi insulin: Drip Novorapid Kondisi pasien stroke yang tidak stabil
50 µ + 50 cc NaCl 0,9 % titrasi 1 cc/ jam. memerlukan pemantauan lebih untuk
Pada kasus ini, kenaikan hasil memenuhi keamanan pasien dikarenakan
pemeriksaan kadar glukosa darah disebabkan pasien mengalami kelemahan atau kelumpuhan
karena sebelumnya terlihat pasien anggota gerak (Syakura, Shobiri & Denta
menghabiskan 2 buah pisang yang diberi oleh 2021).
keluarganya. Satu buah pisang dikatakan
memiliki indeks glikemik rendah berkisar <50. KESIMPULAN
Menurut Diyah (2016), indeks glikemik adalah Berdasarkan studi kasus, kesimpulan yang
ukuran kecepatan suatu pangan dalam didapatkan sebagai berikut:
meningkatkan kadar glukosa darah setelah 1. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada
dikonsumsi, nilai IG rendah di bawah 55, IG Tn. A.H dengan stroke iskemik memiliki
sedang di antara 55-69, dan IG tinggi di atas beberapa masalah keperawatan berupa
70. Namun jumlah konsumsi, jenis pisang, gangguan mobilitas fisik, gangguan
tingkat kematangan serta cara pengolahan dari komunikasi verbal, ketidakseimbangan
pisang tersebut berpengaruh terhadap besarnya kadar glukosa darah, ansietas, resiko jatuh
indeks glikemik. dan resiko defisit nutrisi.
. Pada hari rawatan kedua perawat 2. Mengajarkan range of motion aktif dan
membina hubungan terapeutik dengan pasif serta ROM dengan menambahkan
menanyakan perasaan pasien, kemudian benda berupa bola kecil untuk melatih
membahas tentang berfikir positif agar dapat genggaman pasien ternyata efektif sebagai
segera pulih. Pasien menangis saat dimotivasi tindakan yang bermanfaat untuk kemajuan
untuk selalu sabar serta pasti akan membaik kekuatan otot pasien. Menggenggam bola
jika menjalani prosedur pengobatan. Untuk dapat merangsang serat otot genggam
mengurangi kecemasan perawat meminta untuk dapat berkontraksi jika diimbangi
pasien untuk berdzikir saat di rumah sakit agar latihan yang rutin, minimal 2 kali sehari
tidak merasa cemas dengan kondisinya. dengan durasi selama 5-15 menit.
Menurut Ketut, Sri, Sukarja dan Wina (2018),
kecemasan adalah hal yang umum terjadi pada UCAPAN TERIMAKASIH
klien sakit yang di hospitalisasi, termasuk juga Ucapan terimakasih untuk pembimbing
dan seluruh perawat ruang Mina I serta pihak

73
Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

Rumah sakit yang telah membantu sehingga bola karet terhadap peningkatan
studi kasus dapat terselesaikan juga kepada kekuatan menggenggam dan fungsi
pasien beserta keluarga yang telah bersedia menggenggam pada pasien stroke di
untuk berpasrtisipasi dalam studi kasus ini. RSUD Sleman. Media Ilmu Kesehatan,
7(2), 149-155
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, V. D., Qasanah, S. N., Praditya, G., Infodatin. (2019). Pusat Data dan Informasi
Widiastuti, A., & Palupi, D. L. M. Kementrian Kesehatan RI.
(2019). Efek range of motion pada https://www.google.com/url?sa=t&sou
pasien stroke: literature riview. rce=web&rct=j&url=https://pusdatin.k
SIKesNas, 191-200 emkes.go.id/download.php%3Ffile%3
Ddownload/pusdatin/infodatin/infodati
BPJS. (2019). Kesehatan dalam slide paparan n-stroke-dont-be-the
Dit. P2PTM. Dikutip dari: one.pdf&ved=2ahUKEwiWtZiNroT1A
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan- hUHILcAHXgSBAEQFnoECAcQAQ
p2ptm/subdit-penyakit-diabetes- &usg=AOvVaw2QPHiPOGpQxmbHrI
melitus-dan-gangguan- -HGPXp
metabolik/jaminan-kesehatan-nasional-
kita Johnson., Walter., Onuma, O., Owalabi, M., &
Sachdev, S. (2016). Stroke: a global
Diyah, N. W. (2016). Evaluasi kandungan response is needed. Bulletin of the
glukosa dan indeks glikemik beberapa World Health Organization; 94,634-
sumber karbohidrat dalam upaya 634A.
penggalian pangan ber-indeks glikemik
rendah. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kemenkes, RI. (2018). Laporan Nosional
Kefarmasian Indonesia, 3(2), 2406- Riskesdas. Dikutip dari:
9388 https://www.litbang.kemkes.go.id/lapor
an-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Faridah, U., & Kuati, S. (2018). Pengaruh rom
exercise bola karet terhadap kekuatan Ketut, S. D., Sri, M., Sukarja., & Wina, K.
otot genggam pasien stroke di RSUD (2018). Gambaran tingkat kecemasan
RAA Soewondo Pati. Indonesia Jurnal pada pasien stroke di ruang belibis
Perawat, 3(1), 36-43 RSUD Wangaya Denpasar. Jurnal
Kesehatan Medika Udayana, 04(01), 1-
Lewis, S. l., Dirksen, S. R., Heitkemper, M., & 10
Bucher. L. (2014). Lewis medical-
surgical nursing: assessment and Kiswanto, L., & Chayati, N. (2021). Efektivitas
management of clinical problems. penerapan elevasi kepala terhadap
Dikutip dari: peningkatan perfusi jaringan otak pada
http://repository.poltekkes- pasien stroke. Journal of Telenursing,
kaltim.ac.id/604/ 3(2), 519-525

Hentu, A. S., Rochmawati, E., & Firmawati, E. Nirmalasari, N., Nofiyanto, M., & Hidayati, R.
(2018). Efektivitas latihan ROM dan W. (2020). Lama hari rawat pasien

74
Studi Kasus JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

stroke. Jurnal Terpadu Ilmu Widyawati, I., Badriyah, W. D. N., & Fikriana,
Kesehatan, 9(2), 117-268 R. (2020). Literature review:
evektivitas terapi range of motion
Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2016). Asuhan (ROM) pada klien CVA. Jurnal Citra
keperawatan praktis berdasarkan Keperawatan, 08(02), 2502-3454
penerapan diagnosa nanda nic noc
dalam berbagai kasus (jilid 2). YaDeau, J, T., Kahn, R, L., Lin, Y., Goytizolo,
Jogjakarta: Mediaction Publishing E. A., Gordon, M.A., Gadulov, Y.,
Garvin, S., Fields, K.,Goon, A.,
Purqoti, D. N. S. (2020). Pengaruh range of Armendi, I.,Dines, D. M., & Craig, E.
motion (ROM) terhadap kekuatan otot V. (2019). Cerebral oxygenation in the
ekstremitas pada pasien stroke di rs sitting position is not compromised
pusat otak nasional (PON). Jurnal during spontaneous or positive-
Kesehatan MIDWINERSLION, 5(1), pressure ventilation. HSS Journal,
87-90. 15(2), 167-175.
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/inde https://doi.org/10.1007/s11420-018-
x.php/Midwinerslion%7C87 9642-4

Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Yuliastuti, R. A., Handayani., & Kartini, Y.
Peningkatan kekuatan otot pasien (2018). Perubahan kemampuan
stroke non hemoragik dengan komunikasi verbal pasien stroke
hemiparese melalui latihan range of iskemik dengan disartria pasca lsvtloud
motion (ROM) pasif. Journal of di RSI Jemursari Surabaya. Jurnal
Telenursing (JOTING), 1(2), 354–363. Ilmiah Keperawatan, 4(2), 108-116
https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.98
5

Serambinews.com. (2019). Aceh Tertinggi


Kasus Stroke. Diakses dari
https://aceh.tribunnews.com/2019/03/0
5/aceh-tertinggi-kasus-stroke

Sustika, A. M., Maisyaroh, A., Widianto, E. P.,


& Azizah, L. N. (2021). Evectiveness
of range of motion to increase joint
motion range in stroke patients. E
Prosiding UNEJ, 123-131

Syakura, A., Shobiri, A. N., & Denta, A. O.


(2021). Resiko jatuh pada klien stroke
yang menggunakan kursi roda di
Kabupaten Pamekasan. Wiraraja
Medika:Jurnal Kesehatan, 11(2), 56-
64

75

Anda mungkin juga menyukai