Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH POLA MAKAN DAN HIPERTENSI TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH


PROVINSI SULAWESI SELATAN

Novita Cahyani¹, Hasriana², Nurul Rezki Anisa³


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Alamat korespondensi : (novitacahyani70@gmail.com/085394244679)

ABSTRAK

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius karena angka kematian
dan kesakitannya yang tinggi serta dampaknya yang dapat menimbulkan kecatatan dan penyebab
kematian ketiga di dunia baik di negara maju maupun berkembang setelah penyakit jantung dan
kanker yang berlangsung kronis dan bukan hanya terjadi pada orang lanjut usia, melainkan juga pada
usia muda. Kejadian stroke berdasarkan beberapa teori mengatakan bahwa hipertensi sangat
berisiko dengan stroke.Dalam penelitian julianty pradono (2010), menunjukan hasil bahwa hipertensi
adalah meningkatnya tekanan darah dan menetap di atas batas normal sehingga apabila tekanan
darah sistolik kurang dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic kurang dari 90 mmHg.Peningkatan
tekanan darah di atas normal yang di tentukan merupakan salah satu faktor terjadinya stroke jumlah
penderita stroke di Indonesia meningkat yaitu 8,3 % di tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013
serta penderita stroke tertinggi ada pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Tujuan Penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pola makan dan hipertensi terhadap kejadian penyakit stroke di Rumah
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling,
didapatkan 65 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis uji Chi-
Square (p<0,05). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pola makan
(p=0.003) dan hipertensi (p=0.024), dengan kejadian penyakit stroke. Kesimpulan dalam Penelitian ini
adalah terdapat pengaruh pola makan, hipertensi dengan kejadiaan stroke di rumah sakit khusus
daerah provinsi sulawesi selatan.

Kata Kunci: Hipertensi, Pola Makan, Stroke

PENDAHULUAN yang diberikan untuk rehabilitasi stroke,


Stroke merupakan salah satu masalah kemungkinan membantuproses pemulihan
kesehatan yang cukup serius karena angka dengan menyediakan mobilitas sebelumnya
kematian dan kesakitannya yang tinggi serta dan kemandirian yang dipulihkan (WHO,
dampaknya yang dapat menimbulkan 2018).
kecatatan dan penyebab kematian ketiga di Berdasarkan data Riset kesehatan
dunia baik di negara maju maupun dasar tahun 2018 prevalensi stroke tertinggi
berkembang setelah penyakit jantung dan terdapat di Sulawesi Selatan (10,6%).
kanker. yang berlangsung kronis dan bukan Sementara itu di Sumatera Utara prevalensi
hanya terjadi pada orang lanjut usia, kejadian stroke sebesar (9,3%) Prevalensi
melainkan juga pada usia penyakit stroke juga meningkat seiring
muda(Khairatunnisa, 2017). bertambahnya usia. Kasus stroke tertinggi
Menurut Word Heald Organization adalah usia 75 tahun keatas (50,2%) dan lebih
(WHO), setiap tahun diperkirakan 17 orang banyak pria (11,1%) dibandingkan dengan
diseluruh dunia mengalami stroke. Lebih dari wanita (10,9%) (RISKESDAS, 2018)
60% penderita stroke akut merasa dirinya Jumlah penderita stroke di Indonesia
tidak dapat berjalan atau membutuhkan meningkat yaitu 8,3 % di tahun 2007 menjadi
intervensi dalam berjalan. Ambulasi yang 12,1 % pada tahun 2013 serta penderita
terganggu sangat terkait dengan risiko jatuh, stroke tertinggi ada pada kelompok umur ≥ 75
ketergantungan, partisipasi terbatas dalam tahun. Stroke menimbulkan beberapa dampak
kegiatan social,dan kualitas hidup yang lebih yaitu kecacatan yang dapat mempengaruhi
rendah. Namun, dengan munculnya teknologi atau mengganggu seseorang dalam
robot, seperti perangkat exoskeleton pertama melakukan Activity of Daily Living (ADL).

117
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
Stroke juga menimbulkan depresi, sehingga fisik yang teratur merupakan faktor penting
dibutuhkan dukungan keluarga agar pasien
dalam pencegahan stroke (Perawaty dkk,
stroke dapat melakukan aktivitas (karunia,
2016). 2014).
Adapun faktor-resiko yang dapat terjadi
Berdasarkan data yang diperoleh dari
pada penyakit stroke yaitu faktor yang tidak
bagian rekan medic di rumah sakit khusus
dapat di ubah dan dapat diubah. Dimana
daerah provinsi Sulawesi Selatan tentang
faktor yang tidak dapat diubah yaitu seperti
jumlah penderita stroke pada tahun 2017
usia, jenis kelamin dan ras. Sedangkan faktor
sebanyak 729 orang, dan pada tahun 2018
yang dapat di ubah yaitu pola makan, stress,
sebanyak 691 orang.jumlah penderita stroke
obesitas, merokok, hipertensi dan diabetes
sebanyak 78 orang di hitung dari bulan januari
mellitus (Mardhiah, 2015).
sampai dengan april.
Beberapa faktor pola makan yang
Berdasarkan latar belakang di atas
berhubungan dengan kejadian stroke yaitu
melihat kesenjangan yang terjadi maka
lebih mengkomsumsi makanan olahan, kurang
dianggap perlu untuk melakukan penelitian
mengkomsumsi buah-buahan, kurang
tentang ―Pengaruh Pola Makan Dan Hipertensi
mengkomsumsi ikan, hipertensi dan kurang
Terhadap Kejadian Penyakit Stroke Di rumah
aktivitas fisik.Hal ini menunjukan bahwa
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
dengan pola makan tidak baik seseorang lebih
Selatan‖.
berisiko untuk terkena penyakit stroke.
Berdasarkan hasil penelitian perawaty (2014),
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
menunjukan terdapat 5 faktor yaitu kurang
Lokasi, Populasi dan Sampel
komsumsi buah, kurang komsumsi ikan,
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah
kurang aktivitas fisik, sering mengkomsumsi
sakit khusus daerah provinsi sulawesi selatan
makanan olahan dan hipertensi.
pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2019.
Kejadian stroke berdasarkan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
beberapa teori mengatakan bahwa hipertensi pasien yang telah menjalani perawatan stroke
di rumah sakit khusus daerah provinsi
sangat berisiko dengan stroke.Dalam
sulawesi selatan dari bulan Januari-April
penelitian julianty pradono (2010), sebanyak 78 pasien dengan jumlah sampel
pada penelitian ini adalah 65 sampel.
menunjukan hasil bahwa hipertensi adalah
1. Kriteria inklusi
meningkatnya tekanan darah dan menetap di Responden penyakit stroke yang
berkunjung ke rumah sakit khusus daerah
atas batas normal sehingga apabila tekanan
provinsi sulawesi selatan.
darah sistolik kurang dari 140 mmHg atau 2. Kriteria eksklusi
Responden yang tidak mengisi secara
tekanan darah diastolic kurang dari 90
lengkap kuesioner yang di berikan
mmHg.Peningkatan tekanan darah di atas
Pengumpulan Data
normal yang di tentukan merupakan salah
1. Data Primer
satu faktor terjadinya stroke. Data primer dalam penelitian ini adalah
data yang diambil langsung dari responden
Upaya pencegahan tingkat awal atau
yang akan di teliti dengan menggunakan
preventif primer pada stroke dapat dilakukan kuesioner sebagai alat bantu pengumpulan
data di rumah sakit khusus daerah provinsi
dengan intervensi pada gaya hidup yang tidak
sulawesi selatan.
sehat termasuk pola makan. Beberapa studi 2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini
prospektif telah melaporkan kemungkinan efek
didapatkan dari petugas kesehatan di
perlindungan dari konsumsi sayuran dan buah rumah sakit khusus daerah provinsi
sulawesi selatan.
terhadap stroke.Satu penelitian menunjukkan
bahwa sayuran dan buah-buahan dapat Pengolahan Data
1. Editing
melindungi terhadap kejadian cerebral infark
Editing adalah hasil wawancara, angket,
serta hemorrhagic stroke. Pengendalian atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukannya penyuntingan (editing)
tekanan darah, pengaturan pola makan,
terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada
pengurangan konsumsi alkohol serta aktivitas data atau informasi yang tidak lengkap dan

118
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, 2. Analisis Bivariat
maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop Tabel 2 pengaruh pola makan
out). terhadap kejadian penyakit stroke dirumah
2. Coding sakit khusus daerah provinsi sulawesi
Lembaran atau kartu kode adalah selatan (n=65)
instrument berupa kolom-kolom untuk Kejadian stroke
merekam data manual. Lembaran atau Non
Pola Hemoragi hemoragi Total
kode berisi nomor responden dan nomor-
nomor pertanyaan. makan k
k
3. Memasukkan Data (Data Entry ) n % n % n %
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak- Sehat 15 23.1 7 10.8 22 33.6
kotak lembar atau kartu kode sesuai
Tidak
dengan jawaban masing-masing. 12 18.5 31 47.7 43 66.2
sehat
4. Tabulasi
Total 27 41.5 38 58.5 65 100
Yakni membuat tabel-tabel data sesuai
p=0.003
dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2014). ɑ=0.05

Analisis Data Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 65


1. Analisis Univariat responden, yang memiliki pola makan
Analisis univariat bertujuan untuk sehat dengan kejadian penyakit stroke
menjelaskan atau mendeskripsikan hemoragik sebanyak 15 responden
karakteristik setiap variabel penelitian. (23.1%) dan yang memiliki pola makan
Pada umumnya dalam analisis ini tidak sehat dengan kejadian penyakit
menghasilkan distribusi frekuensi dan stroke hemoragik sebanyak 12 responden
persentase dari variabel. (18.5%) sedangkan, yang memiliki pola
2. Analisis Bivariat makan sehat dengan kejadian penyakit
Analisis bivariat ini dilakukan terhadap dua stroke non hemoragik sebanyak 7
variabel yang diduga berhubungan atau responden (10.8%) dan yang memiliki pola
berkorelasi melalui tabulasi silang antar makan tidak sehat dengan kejadian
variabel independen dengan variabel penyakit stroke Non hemoragik sebanyak
dependen dengan menggunakan uji 31 responden (58.5%).
statistic Chi-Square dengan tingkat Berdasarkan analisa data dengan
kemaknaan  = 0,05. menggunakan uji Chi square maka
diperoleh nilai p=0.003 < α=0.05, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
HASIL PENELITIAN
pengaruh pola makan dengan kejadian
1. Analisis Univariat
stroke di rumah sakit khusus daerah
Tabel 1 Distribusi karakteristik responden
provinsi sulawesi selatan.
di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan (n=65)
Tabel 3 pengaruh hipertensi terhadap
Karakteristik n % kejadian penyakit khusus daerah provinsi
Umur sulawesi selatan (n=65).
Dewasa awal 3 4.6 Kejadian stroke
Lansia awal 36 55.4 Non Total
Lansia akhir 26 40.0 Hipertensi hemoragik
hemoragik
Jenis kelamin n % n % n %
Perempuan 34 52.3 Hipertensi
Laki-Laki 31 47.7 8 12.3 2 3.1 10 15.4
ringan
Hipertensi
Dari tabel 1 menunjukan bahwa dari 65 12 18.5 25 338.5 37 56.6
sedang
responden yang berumur dewasa awal Hipertensi
sebanyak 3 responden (4.6%), lansia awal 7 10.8 11 16.9 18 27.2
berat
sebanyak 36 responden (55.4%), dan Total 27 41.5 38 58.5 65 100
lansia akhir sebanyak 26 responden p=0.024
(40.0%). Dan Berdasarkan jenis kelamin ɑ=0.05
yang paling banyak adalah perempuan
sebanyak 34 responden (52.3%) dan 31 Berdasarkan analisa data pengaruh
responden yang berjenis kelamin laki-laki hipertensi terhadapa kejadian penyakit
(47.7%). stroke di rumah sakit khusus daerah

119
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
provinsi sulawesi selatan dilihat dari tabel makan baik, lebih berisiko terkena stroke
5.7 menunjukan bahwa dari 65 responden, dibandingkan mereka yang yang kurang
yang memiliki hipertensi ringan dengan ataupun yang tidak baik pola makannya.
kejadian penyakit stroke hemoragik Responden dengan pola makan kategori
sebanyak 8 responden (12.3%), yang tidak baik lebih berisiko terkena stroke
memiliki hipertensi sedang dengan hemoragik sedangkan responden dengan
kejadian penyakit stroke hemoragik pola makan baik dan kurang baik lebih
sebanyak 12 responden (18.5%), dan yang berisiko terkena penyakit stroke iskemik.
memiliki hipertensi berat dengan kejadian Hal ini menunjukan bahwa dengan pola
penyakit stroke hemoragik sebanyak 7 makan tidak baik responden lebih
responden (10.8%), sedangkan, yang mempunyai resiko untuk terkena penyakit
memiliki hipertensi ringan dengan kejadian stroke hemoragik.Hasil penelitian diatas
penyakit stroke Non hemoragik sebanyak 2 sesuai dengan penelitian Puspita (2009)
responden (3.1%), yang memiliki hipertensi yang menyatakan bahwa terdapat
sedang dengan kejadian penyakit stroke hubungan antara konsumsi makanan
Non hemoragik sebanyak 25 responden berlemak dan kolestrol terhadap kejadian
(38.5%) dan yang memiliki hipertensi berat stroke.
dengan kejadian penyakit stroke Non Dalam penelitian ini didapatkan 22
hemoragik sebanyak 11 responden responden dengan pola makan sehat,
(16.9%). dimana dari jumlah tersebut yang memiliki
Berdasarkan analisa data dengan pola makan sehat lebih banyak mengalami
menggunakan uji Chi square maka stroke hemoragik yaitu sebanyak 15
diperoleh nilai p=0.024 < α=0.05, dengan responden (23.1%) hal ini dikarenakan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada stroke hemoragik lebih sering disebabkan
pengaruh hipertensi dengan kejadian oleh faktor pemicu seperti faktor genetik,
stroke di rumah sakit khusus daerah lingkungan dan stress. Pola makan
provinsi sulawesi selatan. responden dengan pola makan tidak sehat
sebanyak 43 responden (66.2%). Dimana
PEMBAHASAN dari jumlah tersebut yang memiliki pola
1. Pengaruh pola makan responden dengan makan tidak sehat lebih banyak mengalami
kejadian penyakit stroke di rumahsakit stroke non hemoragik yaitu sebanyak 31
khusus daerah provinsi sulawesi selatan. responden (47.7%),dan yang mengalami
Berdasarkan analisis data dengan stroke non hemoragik sebanyak 12
menggunakan uji Chi square maka responden (18.5%). Hal ini dikarenakan
diperoleh nilai p=0.003 < α=0.05, dengan stroke non hemoragik lebih sering
demikian dapat disimpulkan bahwa ada disebabkan oleh pola makan yang tidak
pengaruh faktor pola makan dengan sehat (Tilong, 2014).
kejadian stroke di rumah sakit khusus Komsumsi makanan yang berlebihan
daerah provinsi Sulawesi Selatan. terutama yang mengandung karbohidrat
Hal ini sejalan dengan penelitian tinggi, tinggi garam dan lemak/kolestrol
yang dilakukan oleh Sumaryati (2016) yaitu akan menyebabkan jumlah energi yang
terdapat pengaruh yang signifikan antara masuk kedalam tubuh tidak seimbang
variabel pola makan dengan kejadian dengan kebutuhan energy. Kelebihan
stroke, karena adanya kesesuaian antara energi dalam tubuh akan disimpan dalam
pola makan dengan kejadian stroke yang bentuk jaringan lemak yang lama kelamaan
dapat dilihat dari dari sejumlah responden akan mengakibatkan obesitas. Makanan
dengan tidak mengkomsumsi alkohol, yang mengandung lemak/kolestrol tinggi 1-
merokok akan tidak teratur melakukan 3 kali seharinya dalam waktu kurun 10
orahraga dan pola makan tinggi tahun akan menyebabkan terjadinya
karbohidrat dan makanan yang penumpukan lemak dalam pembuluh
mengandung lemak. darah, sehingga akan menghambat aliran
Hasil penelitian yang dilakukan oleh darah ke otak (Khasanah, 2012).
Magreyst (2013) yang didapat dari uji Pola makan yang sehat adalah suatu
statistik pola makan baik penyakit stroke cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
Non Hemoragik menunjukan dimana dan jenis makanan dengan maksud
terdapat hubungan yang bermakna antara tertentu seperti mempertahankan
pola makan dengan kejadian penyakit kesehatan, status nutrisi, mencegah dan
stroke Non Hemoragik stroke. dan membantu kesembuhan penyakit. Pola
penelitian Yuliana (2013) menemukan makan sehari-hari merupakan pola makan
bahwa responden yang mempunyai pola seseorang yang berhubung dengan

120
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
kebiasaan makan setiap harinya (Erma, menyebabkan penyempitan pembuluh
2011). darah dan menggangu aliran darah ke
Berdasarkan penelitian Perawaty jaringan otak.
(2014), diketahui bahwa mengkomsumsi Dalam penelitian ini didapatkan
makanan yang mengandung banyak garam bahwa responden dengan hipertensi
tinggi, secara signifikan mengakibatkan sedang lebih banyak menyebabkan stroke
resiko stroke dan kardiovaskuler. yaitu 37 responden (56.9%), dimana
Mengurangi kebiasaan mengkomsumsi diantara jumlah tersebut yang mengalami
makanan yang mengandung banyak garam stroke hemoragik sebanyak 12 responden
akan menurunkan tekanan darah 7/4 (18.5%) dan yang yang mengalami stroke
mmHg pada pasien hipertensi dan 4/2 non hemoragik sebanyak 25 responden
mmHg pada pasien tanpa hipertensi. (38.5%). sehingga orang yang hipertensi
Analisis tambahan dari peneliti tinggi akan merusak pembuluh darah,
dimana bahwa hampir semua penyakit hipertensi juga dapat menyebabkan
mempunyai kaitan erat dengan pola makan pengerasan dan penebalan arteri dinding
seseorang. Responden yang diteliti dalam dan pembuluh darah arteri.
penelitian ini yang banyak menyantap Nilai normal tekanan darah
makanan yang diawetkan dan makan yang seseorang dengan ukuran tinggi badan,
banyak bertabur dengan zat kimia, akan berat badan, tingkat aktifitas normal dan
mudah terkena berbagai penyakit kesehatan secara umum adalah 120/80
dibandingkan dengan yang menjaga pola mmHg.dalam aktivitas sehari hari tekanan
makan yang biasa saja dan ada beberapa darah noirmalnya adalah dengan nilai
faktor lain yang menjadi penyebabnya angka kisaran stabil, tetapi secara umum,
seperti pengaruh stres, dan riwayat yang angka peningkatan tekanan darah
dideritanya hasil wawancara yang menurun saat tidur dan meningkat di waktu
dilakukan sipeneliti dengan responden di beraktivitas atau berolahraga. Tekanan
dapatkan bahwa banyak responden darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan
mengatakan tidak mengatur pola makanya tinggi didalam arteri arteri.adalah pembuluh
dan makan dalam jumlah banyak dan tidak yabg mengangkut darah dari jantung yang
ada pantangan memakan makanan yang di memompah keseluruh jaringan dan organ-
inginkan seperti daging dan gorengan. organ tubuh.Tekanan darah darah tinggi
2. Pengaruh hipertensi responden dengan sering disebut sebagai pembunuh gelap
kejadian penyakit stroke di rumah sakit karena termasu penyakit yang mematikan.
khusus daerah provinsi sulawesi selatan. (Wiwit s, 2013).
Berdasarkan analisis data dengan Hipertensi merupakan peluang
menggunakan uji Chi square maka terbesar terjadinya stroke. Hipertensi atau
diperoleh nilai p=0.024 < α=0.05, dengan tekanan darah tinggi mengakibatkan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada adanya gangguan aliran darah yang mana
pengaruh faktor hipertensi dengan kejadian diameter pembuluh darah akan mengecil
stroke di rumah sakit khusus daerah sehingga darah yang mengalir ke otak pun
provinsi Sulawesi Selatan. akan berkurang. dengan pengurangan
Hal tersebut sejalan dengan darah ke otak, makan otok akan
penelitian (khairatunnisa & sari, 2017) kekurangan suplai oksigen dan glukosa,
didapatkan bahwa terdapat hubungan lama-kelamaan jaringan otak akan
antara faktor hipertensi terhadap kejadian berkurang (Arum, 2015).
stroke, dengan nilai OR sebesar 6,18. Hal Hal tersebut diatas sejalan dengan
ini berarti bahwa pasien yang menderita penelitian Anwar (2012), yang mengatakan
stroke memiliki resiko 6.18 kali dengan bahwa hipertensi merupakan penyebab
hipertensi dibandingkan dengan yang tidak utama terjadi stroke, sehingga peneliti
menderita stroke. berasumsi bahwa tekanan darah yang
Berdasarkan hasil penelitian (Giri tidak normal mengakibatkan kerusakan sel-
udani 2013) menunjukan bahwa ada sel pembuluh darah yang menimbulkan
hubungan kejadian stroke dengan jejas pada rongga vaskuler. Dan pada
hipertensi merupakan faktor resiko tunggal akhirnya jejas atau lesi vaskuler tersebut
yang paling penting untuk terjadinya stroke memicu terjadinya trombosis dan akhirnya
hemoragik dan non hemoragik karena terjadi aterosklerosis yang membuat
pembuluh darah mendapat tekanan yang pembuluh darah menyempit sehingga
cukup besar sehingga dapat menyebabkan suplai darah ke otak menurun yang
kelemahan pada dinding pembuluh darh mengakibatkan kerusakan sel-sel neuron
menjadi rapuh dan pecah. Sehingga pada sistem saraf pusat. Maka terjadilah

121
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
stroke dimana seseorang akan kehilangan KESIMPULAN
fungsi motorik maupun sensoriknya 1. Ada pengaruh pola makan dengan
tergantung daerah pada sistem saraf pusat kejadian penyakit stroke di Rumah sakit
yang mengalami kerusakan. khusus daerah provinsi sulawesi selatan.
Hal ini juga sejalan dengan 2. Ada pengaruh hipertensi dengan kejadian
penelitian yang dilakukan oleh Elita (2018) penyakit stroke di Rumah sakit khusus
yang mengatakan bahwa hipertensi daerah provinsi sulawesi selatan.
merupakan penyakit yang dapat menjadi
faktor resiko terjadinya stroke karena SARAN
apabila tekanan darah atau pompa jantung 1. Bagi institusi
tinggi pembuluh darah secara otomatis Sebagai untuk pengembangan ilmu
akan mengalami peregangan agar darah pengetahuan dan serta dapat digunakan
bisa mengalir ke otak sehingga secara sebagai bahan pustaka atau bahan
tidak langsung akan melukai pembuluh perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
darah disekitar otak. Dan hipertensi juga 2. Bagi rumah sakit
dapat menyebabkan pembuluh darah Sebagai penanganan penderita stroke
mengalami penebalan yang kemudian untuk lebih menjaga pola makan dan
pecah/menimbulkan pendarahan. hipertensinya dan riwayat penyakit lainnya.
Berdasarkan hasil pembahasan 3. Bagi Peneliti
diatas menyatakan bahwa hipertensi Sebagai referensi untuk peneliti
merupakan faktor resiko yang paling selanjutnya untuk penelitinya agar bisa
penting untuk stroke. Karena hipertensi melakukan penelitian yang sama dengan
adalah penyebab utama stroke karena variabel independen yang berbeda
semakin tinggi tekanan darah semakin misalnya pola makan dan hipertensi.
besar resiko terkena serangan stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Erma hanifah. (2011). Cara hidupsSehat. Jakarta: Sarana Bangun Pustaka.

Julianty, P. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di Daerah Perkotaan. Gizi Indon
2010, 33(1), 59–66.

Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. jakarta: cerdas sehat.

Karunia. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kemandirian. (August), 213–224.
https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.213.

Khairatunnisa, S. D. M. (2017). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Stroke pada Pasien di RSU H.
Sahudin Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. 2(1).(skripsi);Kabupaten Aceh Tengah. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.

Khasanah Nur. (2012). Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan. Jogyakarta: Laksana.

Machfoedz, I. (2017). Metodelogi Penelitan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Fitrah Maya.

Mardhiah, D. (2015). Perception Of Stroke Patients to The Spousal Support Case Study in Banda Aceh. Idea
Nursing Journal, Volume VI(2), 62–73.

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif, A. H., & Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. jogyakarta: Medi Action.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis (edisi 4). jakarta.

Perawaty, & dkk. (2014). Pola Makan dan Hubungannya dengan Kejadian Stroke. Jurnal Gizi Dan Dietetik
Indonesia, 2(2), 51–61.(skripsi);Palangka Raya.poltekes Kemenkes.

Priscilla, L., & Dkk. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran.

Pudiastuti Ratna Dewi. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Medikal book.

RISKESDAS. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2018.

122
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531
Siregar, Mukhlidah Hanun. (2011). Redakan Makanan dengan Makanan-Makanan khusus. jogyakarta:
flashbooks.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. bandung: alfabeta.

Sumaryati Maria. (2016). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Stroke di Ruang Rawat Inap RSUD Labuang
Baji Makassar. 1, 874–883.(skripsi);Makassar.Akademi keperawatan Sandi Karsa.

Tilong, A. D. (2014). Rahasia Pola Makan Sehat. jogyakarta: Flashbooks.

Wijaya, Andra Saferi, & Putri, Yessie Mariza. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiwit s. (2013).Stroke Penangananya Memahami, Mencegah dan Mengobati Stroke. jogyakarta: Kata Hati.

123
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 15 Nomor 2 Tahun 2020 ● eISSN : 2302-2531

Anda mungkin juga menyukai