Anda di halaman 1dari 17

Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 1

Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP


PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PASIEN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SANGKRAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Meraih Derajat Sarjana
Keperawatan

Oleh:
BAYU KRISNA ARI NUGRAHA
J210.210.231

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 2
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 3
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SIKAP


PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PASIEN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SANGKRAH SURAKARTA

Bayu Krisna Ari Nugraha.*


H.M. Abi Muhlisin, SKM.,M.Kep **
Endang Zulaicha, SKp ***

Abstrak

Hipertensi merupakan penyebab kematian utama melalui proses


terjadinya komplikasi hipertensi antara lain penyakit stroke, kematian jaringan
otot jantung dan kegagalan fungsi ginjal. Komplikasi hipertensi sering terjadi
karena pasien tidak mampu melaksanakan pola hidup sehat yang mampu
menghindari timbulnya komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap
pencegahan komplikasi hipertensi sangat penting. Sedangkan di Indonesia
menunjukkan pengetahuan dan kesadaran keluarga terhadap hipertensi masih
sangat rendah, demikian pula di Puskesmas Sangkrah Surakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap
pencegahan komplikasi hipertensi di Puskesmas Sangkrah Surakarta. Penelitian
ini menggunakan rancangan deskriptif korelatif. Populasi adalah semua keluarga
yang memiliki anggota pasien hipertensi di Puskesmas Sangkrah Surakarta.
Sampel penelitian sebanyak 94 keluarga dengan teknik sampling adalah
proportional random sampling. Pengumpulan menggunakan kuesioner. Analisa
data menggunakan uji Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1)
tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan komplikasi hipertensi
sebagian besar adalah cukup (51%), (2) sikap keluarga terhadap pencegahan
komplikasi hipertensi sebagian besar adalah positif (63%), dan (3) ada hubungan
pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap pencegahan komplikasi hipertensi
di Puskesmas Sangkrah Surakarta (p-value) 0,000.

Kata Kunci: pengetahuan, sikap, pencegahan komplikasi, hipertensi


Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 4
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

CORRELATION OF KNOWLEDGE FAMILY WITH ATTITUDE THE


PREVENTION OF COMPLICATIONS IN HYPERTENSION
PATIENTS WORKING IN THE PUBLIC HEALTH
SANGKRAH SURAKARTA

Bayu Krisna Ari Nugraha.*


H.M. Abi Muhlisin, SKM.,M.Kep **
Endang Zulaicha, SKp ***

Abstract

Hypertension was the leading cause of death by the occurrence of


complications of hypertension such as stroke, myocardial infarction and renal
failure. Hypertensive complications often occur because the patient was not able
to carry out a healthy lifestyle that was able to avoid the onset of complications of
hypertension. Family roles to the prevention of complications of hypertension was
essential. While in Indonesia demonstrate knowledge and awareness of
hypertension family was still very low, as well as in health centers Sangkrah
Surakarta. This study aims to relations knowledge with attitudes towards the
prevention of complications of hypertension in public health centre of Sangkrah
Surakarta. This study uses descriptive correlative design. The populations were
all family members of patients who have hypertension in Surakarta Sangkrah
health center. The study sample there were 94 families with a sampling technique
was proportional random sampling. The data collection using questionnaires. The
analysis data using the Spearman Rank test. The study concluded that: (1) the
level of knowledge about the prevention of complications of hypertension families
were mostly fairly (51 %), (2) attitudes towards the prevention of hypertensive
complications were mostly positive (63 %), and (3) the are correlation between
knowledge of the relationship attitudes towards the prevention of complications of
hypertension in Puskesmas Sangkrah Surakarta (p - value) of 0.000 .

Keywords : knowledge, attitudes, prevention of complications, hypertension

.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 3
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

PENDAHULUAN (Balitbangkes) tahun 2009


menunjukan prevalensi hipertensi
Penyakit adalah suatu secara nasional mencapai 31,7%
keadaan abnormal tubuh atau (Kementerian Kesehatan Republik
pikiran yang menyebabkan Indonesia, 2010). Di Indonesia
ketidaknyamanan disfungsi atau masalah hipertensi cenderung
kesukaran terhadap orang yang meningkat. Hasil Survei Kesehatan
dipengaruhinya. Ada beberapa jenis Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
penyakit, yaitu jenis penyakit menunjukkan bahwa 8,3% penduduk
menular, penyakit tidak menular dan menderita hipertensi dan meningkat
penyakit kronis. Salah satu penyakit menjadi 27,5% pada tahun 2004
tidak menular yang menjadi masalah (Rahajeng, 2009). Prevalensi
kesehatan yang sangat serius saat hipertensi di Pulau Jawa 41,9%,
ini adalah hipertensi (Rahajeng, dengan kisaran di masing-masing
2009). provinsi 36,6% - 47,7%. Prevalensi
Hipertensi merupakan di perkotaan 39,9% (37,0% - 45,8%)
masalah kesehatan besar di seluruh dan di pedesaan 44,1 (36,2%-
dunia sebab tingginya prevalensi 51,7%) (Setiawan, 2012).
dan berhubungan dengan Hipertensi merupakan
peningkatan risiko penyakit penyebab kematian utama melalui
kardiovaskular (World Health proses terjadinya stroke, kematian
Organization, 2010). Menurut AHA jaringan otot jantung dan kegagalan
(American Heart Association) di fungsi ginjal. Faktor pemicu
Amerika, tekanan darah tinggi hipertensi dapat dibedakan atas
ditemukan satu dari setiap tiga orang yang tidak dapat terkontrol (seperti
atau 65 juta orang dan 28% atau 59 keturunan, jenis kelamin, dan umur)
juta orang mengidap prehipertensi. dan yang dapat dikontrol (seperti
Semua orang yang mengidap kegemukan, kurang olahraga,
hipertensi hanya satu pertiganya merokok, serta konsumsi alkohol
yang mengetahui keadaanya dan dan garam). (Sigarlaki, 2006).
hanya 61% medikasi Hipertensi memiliki berbagai faktor
(Muhammadun, 2010). resiko yang memiliki keterkaitan erat
Menurut World Health dengan pemicu terjadinya penyakit
Organization (WHO) dan the tersebut. Berbagai faktor resiko
International Society of Hypertension hipertensi meliputi genetik, ras, usia,
(ISH), saat ini terdapat 600 juta jenis kelamin, merokok, obesitas,
penderita hipertensi di seluruh dunia, serta stress psikologis dan faktor
dan 3 juta di antaranya meninggal yang menyebabkan kambuhnya
setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 hipertensi antara lain pola makan,
penderita tersebut tidak merokok dan stres (Yogiantoro,
mendapatkan pengobatan secara 2006 & Marliani, 2007). Faktor resiko
adekuat (Rahajeng, 2009). hipertensi di Indonesia adalah umur,
Di Indonesia sendiri pendidikan rendah, kebiasaan
hipertensi merupakan penyebab merokok, menkonsumsi minuman
kematian nomor 3 setelah stroke berkafein > 1 kali per hari, konsumsi
dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari alkohol, kurang aktifitas fisik,
populasi kematian pada semua obesitas dan obesitasn abdominal (
umur. Hasil Riset Kesehatan Dasar Rahajeng, 2009).
(Riskesdas) Badan Penelitian dan Menurut data Dinas
Pengembangan Kesehatan Kesehatan Kota Surakarta
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 4
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

dilaporkan bahwa jumlah penderita kasus terjadi komplikasi stroke,


hipertensi pada tahun 2009 terdapat meningkat tahun 2012 pasien
36.865 kasus dan tahun 2010 hipertensi berjumlah 1464 kasus,
terdapat 35.750 kasus di seluruh sejumlah 36 kasus dengan
wilayah Kota Surakarta. Studi komplikasi stroke.
pendahuluan yang dilakukan peneliti Berdasarkan hasil observasi
pada tanggal 27 Januari 2013 peneliti dari 10 orang keluarga
terhadap 10 pasien dengan pasien dengan hipertensi, 7 keluarga
hipertensi yang memeriksakan mengatakan tidak mengetahui
dirinya di Puskesmas Sangkrah tentang bagaimana cara
Surakarta. pencegahan agar pasien tidak
Data pasien hipertensi di terkena penyakit komplikasi yang
Puskesmas Sangkrah Surakarta disebabkan hipertensi.
pada tahun 2010 jumlah penderita Berdasarkan hasil studi
hipertensi sebanyak 1.366 dan pada pendahuluan ini, maka peneliti
tahun 2011 sebanyak 1456 dan di tertarik untuk melakukan penelitian
tahun 2012 sebanyak 2564 mengenai hubungan tingkat
penderita hipertensi. Sepuluh besar pengetahuan keluarga dengan sikap
penyakit untuk golongan semua pencegahan komplikasi hipertensi di
umur rawat jalan tahun 2012 Puskesmas Sangkrah Surakarta.
penyakit hipertensi menempati Tujuan penelitian ini adalah
urutan ke-5 dari sepuluh besar untuk mengetahui hubungan
penyakit di Puskesmas Sangkrah pengetahuan dengan sikap keluarga
Surakarta. terhadap pencegahan komplikasi
Di Indonesia sendiri hipertensi di Puskesmas Sangkrah
kesadaran dan pengetahuan tentang Surakarta.
penyakit hipertensi masih sangat
rendah, sehingga dukungan LANDASAN TEORI
keluarga terhadap anggota keluarga
penderita hipertensi juga rendah. Hal Pengetahuan
ini terbukti masyarakat lebih memilih Pengetahuan (knowledge)
makanan siap saji yang umumnya merupakan hasil dari tahu, dan ini
rendah serat, tinggi lemak, tinggi terjadi setelah orang melakukan
gula dan mengandung banyak pengindraan terhadap suatu objek
garam. Pola makan yang kurang tertentu. Pengindraan terjadi melalui
sehat ini merupakan pemicu panca indra manusia, yakni indra
penyakit hipertensi (Dinkes, 2008). penglihatan, pendengaran,
Status sehat sakit para penciuman, rasa, dan raba.
anggota keluarga dan keluarga Sehingga sebagian besar
saling mempengaruhi satu sama pengetahuan manusia diperoleh
lain. Suatu penyakit dalam keluarga melalui mata dan telinga.
mempengaruhi jalannya suatu (Notoatmojo, 2007)
penyakit dan status kesehatan Salah satu faktor yang penting
anggota keluarga (Simamora, 2011). dalam mengupayakan hidup sehat
Berdasarkan hasil studi awal adalah pengetahuan tentang apa
yang dilakukan di Puskesmas yang membuat orang tetap sehat
Sangkrah Surakarta yang di ambil dan apa yang menyebabkan sakit.
dari input data kesakitan jumlah Pengetahuan umumnya diperoleh
pasien hipertensi pada tahun 2011 dari pengalaman selain itu
adalah 1456 kasus sejumlah 30 pengetahuan diperoleh dari
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 5
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

informasi yang disampaikan oleh atau menghubungkan bagian–


guru, orang tua, teman, dan media bagian disuatu bentuk
masa. Media masa merupakan keseluruhan yang baru.Atau
sumber pengetahuan yang dapat suatu kemampuan untuk
diperoleh oleh khalayak menyusun formasi baru dari
banyaksecara cepat seperti televise, formasi-formasi yang ada.
radio, surat kabar, majalah, dan lain- f) Evaluasi ( Evaluation )
lain (Suharyono, 2008). Tingkatan Evaluasi berkaitan dengan
dari pengetahuan didalam domain kemampuan unt uk melakukan
kognitif, antara lain : penilaian terhadap suatu materi
a) Tahu ( know ). atau obyek. Penilaian itu
Tahu diartikan sebagai didasarkan pada suaru kriteria
mengingat suatu materi yang yang ditentukan sendiri atau
telah dipelajari sebelumnya . menggunakan kriteria-kriteria
Termasuk ke dalam yang telah ada (Notoatmojo,
pengetahuan tingkat ini adalah 2007)
mengingat kembali ( recall )
sesuatu yang spesifik dari Sikap Pencegahan Komplikasi
seluruh bahan yang dipelajari Hipertensi
atau rangsangan yang telah a) Sikap
diterima. Sikap merupakan reaksi
b) Memahami ( comprehension ) atau respon seseorang yang
Memahami diartikan sebagai masih tertutup terhadap stimulus
suatu kemampuan untuk atau objek (Notoatmodjo, 2007).
menjelaskan secara benar Menurut Azwar (2011), sikap
tenang objek yang diketahui, adalah perasaan mendukung
dan dapat menginterprestasikan atau memihak (favourable)
materi tersebut secara benar. maupun perasaan tidak
c) Aplikasi ( application ) mendukung atau tidak memihak
Aplikasi diartikan sebagai (unfavourable) pada objek
kemampuan untuk psikologis. Dengan demikian
menggunakan materi yang telah dapat dikatakan bahwa sikap
dipelajari pada situasi atau merupakan perasaan yang
kondisi sebenarnya. Aplikasi ini muncul karena stimulus.Sikap
dapat diartikan sebagai aplikasi merupakan suatu kecenderungan
atau penggunaan hukum- untuk berespon positif atau
hukum, rumus, metode, prinsip, negatif terhadap objek,
dan sebagainya dalam konteks organisme atau situasi tertentu.
atau situasi yang lain. Menurut Notoatmodjo
d) Analisis ( analysis ) (2003) suatu sikap belum tentu
Analisis adalah suatu otomatis terwujud dalam suatu
kemampuan untuk menjabarkan tindakan. Untuk mewujudkan
materi atau suatu obyek ke sikap yang positif menjadi suatu
dalam komponen-komponen, perbuatan nyata diperlukan faktor
tetapi masih di dalam satu pendukung seperti faktor fasilitas
struktur organisasi, dan masih serta faktor dukungan (support)
ada kaitannya satu sama lain. dari keluarga
e) Sintesis ( synthesis ) Menurut Notoatmodjo
Sintesis menunjuk kepada suatu (2007), bahwa sikap itu
kemampuan untuk meletakan mempunyai tiga komponen
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 6
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

pokok, yakni : Menurut Notoatmodjo (2007),


1) Kepercayaan (keyakinan), ide tingkatan sikap terbagi menjadi
dan konsep terhadap suatu empat yaitu :
objek. 1) Menerima (Receiving)
2) Kehidupan emosional atau Menerima diartika bahwa
evaluasi emosional terhadap orang (subjek) mau dan
suatu objek. memperhatikan stimulus yang
3) Kecenderungan untuk diberikan (objek).
bertindak (tren to behave). 2) Merespon (Responding)
Ketiga komponen ini Memberi jawaban bila ditanya,
secara bersama-sama mengerjakan dan
membentuk sikap yang utuh (total menyelesaikan tugas yang
attitude). Dalam penentuan sikap diberikan, terlepas dari
yang utuh ini, pengetahuan, pekerjaan itu benar atau
berfikir, keyakinan, dan emosi salah, berarti bahwa orang
memegang peranan penting menerima ide itu.
(Notoatmodjo, 2007). Sedangkan 3) Menghargai (Valuing)
menurut Azwar (2011), ada tiga Mengajak orang lain untuk
komponen sikap, yaitu : mengerjakan atau
1) Komponen Kognitif mendiskusikan suatu masalah
Komponen kognitif berisi suatu indikasi sikap tingkat 3.
kepercayaan seseorang 4) Bertanggung jawab
mengenai apa yang berlaku (Responsible)
atau apa yang benar bagi Bertanggung jawab atas
objek sikap. segala sesuatu yang telah
2) Komponen Afektif dipilihnya dengan segala
Komponen afektif menyangkut resiko merupakan sikap yang
masalah emosional subjektif paling tinggi.
seseorang terhadap suatu Menurut Azwar (2011), ada
objek sikap.Komponen ini di beberapa faktor yang
samakan dengan perasaan mempengaruhi pembentukan
yang dimiliki terhadapn sikap manusia yaitu :
sesuatu.Namun, pengertian 1) Pengalaman pribadi
perasaan pribadi sering kali Apa yang telah kita alami akan
sangat berbeda membentuk dan
perwujudannya bila dikaitkan mempengaruhi penghayatan
dengan sikap. kita terhadap sikap.
3) Komponen Perilaku Tanggapan akan menjadi
Komponen perilaku atau salah satu dasar pembentukan
komponen konatif dalam sikap.
struktur sikap menunjukkan
bagaimana perilaku atau 2) Pengaruh orang lain yang
kecenderungan berperilaku dianggap penting
yang ada dalam diri seseorang Orang yang di sekitar kita
berkaitan dengan objek sikap merupakan salah satu
yang dihadapinya kaitan ini diantara komponen sosial
didasari oleh asumsi bahwa yang ikut mempengaruhi sikap
kepercayaan dan perasaan kita. Seseorang yang kita
banyak mempengaruhi anggap penting, seseorang
perilaku. yang kita harapkan
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 7
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

persetujuannya baik setiap tekanan yang abnormal tinggi di


gerak, tingkah dan pendapat dalam arteri menyebabkan
kita, seseorang yang tidak meningkatnya resiko terhadap
ingin kita kecewakan, atau stroke, aneurisma, gagal jantung,
seseorang berarti khusus bagi serangan jantung dan kerusakan
kita (significant others) akan ginjal (Muhammadun, 2010).
mempengaruhi pembentukan Hipertensi primer terdapat
sikap kita terhadap sesuatu. pada lebih dari 90% penderita
3) Pengaruh kebudayaan hipertensi, sedangkan 10% sisanya
Kebudayaan dimana kita disebabkan oleh hipertensi
hidup dan dibesarkan sekunder. Oleh sebab itu, perhatian
mempunyai pengaruh besar dan penelitian lebih banyak ditujukan
terhadap pembentukan sikap kepada hipertensi primer (Gunawan,
kita, pergaulan, budaya sosial 2005).
dan sebagainya. Yogiantoro (2006)
4) Media massa mengklasifikasikan hipertensi
Pengaruh media massa berdasarkan penyebab dibagi
seperti surat kabar, televisi, menjadi 2 yaitu
radio, majalah mempunyai 1) Hipertensi Primer
pengaruh besar terhadap Hipertensi Primer yaitu hipertensi
pembentukan opini dan yang tidak diketahui
kepercayaan orang. penyebabnya.
5) Lembaga pendidikan dan 2) Hipertensi Sekunder
lembaga agama Hipertensi Sekunder adalah
Lembaga pendidikan dan suatu kondisi dimana terjadinya
lembaga agama sebagai suatu tekanan darah tinggi sebagai
sistem mempunyai pengaruh akibat seseorang
dalam pembentukan sikap mengalami/menderita penyakit
dikarenakan keduanya lainya seperti gagal ginjal, gagal
merupakan dasar pengertian jantung, atau kerusakan sistem
dan konsep moral dalam diri hormon tubuh.
individu.
6) Pengaruh faktor emosional Faktor Resiko hipertensi (Reeves,
Suatu bentuk sikap 2008)
merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosional yang Komplikasi Hipertensi
berfungsi sebagai semacam Pada hipertensi ringan dan
penyaluran frustasi atau sedang komplikasi yang terjadi
pengalihan bentuk mekanisme adalah pada mata, ginjal, jantung,
pertahanan ego. dan otak. Pada mata berupa
pendarahan retina, gangguan
Hipertensi penglihatan sampai kebutaan. Gagal
Menurut Reeves (2008) jantung merupakan kelainan yang
Hipertensi diartikan sebagai sering ditemukan pada hipertensi
peningkatan tekanan darah secara berat di samping kelainan koroner
terus menerus hingga melebihi batas dan miokard. Pada otak sering
normal, tekanan normal adalah 140/ terjadi pendarahan yang disebabkan
90 mmHg. oleh pecahnya mikroaneuresma
Hipertensi merupakan suatu yang dapat mengakibatkan
keadaan tanpa gejala, di mana kematian. Kelainan lain yang dapat
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 8
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

terjadi adalah proses tromboemboli f. Tidak merokok dan tidak


dan serangan iskemia otak mengkonsumsi minuman
sementara (transiet ischemic attack) beralkohol
(Suyono, 2004). g. Melakukan relaksasi atau
Hipertensi dapat meditasi, dan
menimbulkan dampak pada diri h. Berusaha membina hidup yang
penderita antara lain sakit kepala, positif
pegal-pegal perasaan tidak nyaman Muhammadun (2010)
di tengkuk, perasaan berputar/ingin mengemukakan tentang
jatuh, bedebar-debar, detak jantung pencegahan hipertensi dengan
yang cepat, telinga berdengung. mengatur pola makan, yaitu dengan
Gagal jantung, karena jantung memperhatikan hal-hal sebagai
bekerja lebih keras sehingga otot berikut:
jantung membesar. Berkembangnya a. Kurangi minum minuman yang
plak lemak dalam dinding pembuluh mengandung soda, minuman
darah (artherosclerosis) dan plak kaleng dan botol. Minuman
garam (arteriosclerosis) yang bersoda dan mengandung bahan
menyebabkan sumbatan aliran pengawet banyak mengandung
darah, sehingga meningkatkan sodium (natrium).
potensi kebocoran pembuluh darah. b. Kurangi makan dating, ikan,
Sumbatan di pembuluh nadi leher kerang, kepiting, dan susu,
dapat menyebabkan berkurangnya camilan atau snack yang asin
suplai oksigen ke sel-sel otak. Dan dan gurih.
dapat menimbulkan matinya sel c. Hindari makan makanan ikan
saraf otak (stroke ishkemik). asin, telur asin, otak, vitsin
Pecahnya pembuluh darah kapiler di (monosodium glutamate MSG),
otak dapat menyebabkan soda kue, jeroan, sarden, udang,
pendarahan, sehingga sel-sel saraf dan cumi-cumi.
dapat mati. Penyakit ini disebut d. Konsumsi makanan yang
stroke hemoragik (stroke dianjurkan seperti sayuran
pendarahan), dan sering segar, buah segar, tempe, tahu,
menimbulkan kematian mendadak kacang-kacangan, ayam dan
(Muhammadun, 2010). telur.
e. Diet rendah kolesterol. Makanan
Upaya pengendalian hipertensi yang dikonsumsi sebaiknya
Gunawan (2005) mengandung lemak baik dan
mengemukakan untuk menghindari sedikit mengandung lemak jahat
terjadinya komplikasi hipertensi yang seperti kolesterol, seperti
fatal, maka penderita perlu makanan mengandung gula
mengambil tindakan pencegahan murni, daging, ayam, kuning
yang baik (stop high blood pressure) telur, dan sarden.
sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam Pencegahan komplikasi
b. Menghindari kegemukan Penceghan komplikasi
(obesitas) hipertensi dapat dilakukan dengan
c. Membatasi konsumsi lemak berbagai upaya antara lain:
d. Olahraga teratur 1) Monitoring tekanan darah
e. Makan banyak buah dan secara teratur
sayuran segar 2) Pola hidup sehat tanpa asap
rokok
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 9
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

3) Peningkatan aktivitas METODELOGI PENELITIAN


fisik/olahraga secara teratur
4) Diet yang sehat dengan jumlah Rancangan Penelitian
kalori yang seimbang, tinggi
serat, rendah lemak, rendah Penelitian ini merupakan
garam metode deskriptif korelatif yaitu
Hal ini merupakan kombinasi penelitian yang untuk melihat
upaya oleh mandiri, keluarga, hubungan antara gejala dengan
masyarakat,dan di dukung oleh gejala lain, atau variabel dengan
program pelayanan kesehatan dan variabel lain (Notoatmojo, 2007).
dilakukan sedini mungkin (Asmin, Dalam penelitian ini yaitu mencari
2007) analisis hubungan antara
pengetahuan dengan sikap keluarga
Kerangka Konsep terhadap komplikasi hipertensi pada
lansia di Puskesmas Sangkrah
V. Independent V. Dependen Surakarta, pendekatan yang
digunakan adalah Cross Sectional
Tingkat Pengetahuan Sikap pencegahan
Keluarga tentang komplikasi hipertensi: yang merupakan rancangan
komplikasi hipertensi: a. Positif penelitian dengan melakukan
a. Tinggi b. Negatif pengukuran atau pengamatan pada
b. Sedang saat bersamaan (sekali waktu).
c. Rendah
Populasi dan Sampel
V. Perancu
1. Tradisi dan
Kepercayaan
Populasi dalam penelitian ini adalah
2. System Nilai keluarga dengan lansia yang
3. Tingkat Pendidikan mengalami hipertensi diwilayah kerja
4. Social ekonomi
5. Lingkungan
Puskesmas Sangkrah Surakarta
yang terbagi dalam tiga kelurahan
yaitu populasi di kelurahan Sangkrah
sebanyak 426 jiwa (29,1%),
Hipotesis kelurahan Semanggi sebanyak 807
H0 : Tidak ada hubungan antara (55,1%) jiwa, kelurahan kelurahan
pengetahuan keluarga dengan Kedung Lumbu sebanyak 231 jiwa
sikap tentang pencegahan (15,8%) dengan jumlah 1464 lansia
komplikasi hipertensi di Sampel pada penelitian ini adalah 94
wilayah kerja Puskesmas keluarga lansia, dengan teknik
Sangkrah Surakarta. proportional random sampling.
Ha : Ada hubungan antara
pengetahuan keluarga dengan Instrumen Penelitian
sikap tentang pencegahan Penelitian ini menggunakan alat ukur
komplikasi hipertensi di berupa kuesioner.
wilayah kerja Puskesmas
Sangkrah Surakarta. Analisis Data

Tekhnik analisa data yang


digunakan dalam penelitian ini
mengguanakan analisa rumus
korelasi Rank Spearman yang lebih
mudah dalam mengerjakan antara
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 10
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

dua variable dengan sekala data Tabel pengetahuan dengan


nominal sikap keluarga terhadap upaya
pencegahan komplikasi hipertensi
HASIL PENELITIAN DAN terlihat bahwa keluarga dengan
PEMBAHASAN pengetahuan kurang sebagian besar
memiliki sikap yang positif terhadap
Analisis Univariat upaya pencegahan komplikasi
hipertensi yaitu sebanyak 14
Pengetahuan Keluarga tentang responden (15%) sedangkan yang
Hipertensi bersikap positif hanya 1 responden
Tabel 1. Distribusi Tingkat (1%). Selanjutnya pada tingkat
Pengetahuan pengetahuan cukup sebagian besar
No Pengetahuan Frek % memiliki sikap positif yaitu sebanyak
1 Kurang 15 16 29 responden (31%) dan negatif
2 Cukup 48 51 sebanyak 19 responden (20%),
3 Baik 31 33 sedangkan pada tingkat
Total 94 100,0 pengetahuan baik sebagian besar
memiliki sikap positif yaitu sebanyak
Distribusi tingkat 29 responden (31%) dan hanya 2
pengetahuan menunjukkan sebagian responden (2%) yang bersikap
besar responden memiliki negatif.
pengetahuan cukup yaitu sebanyak Selanjutnya hasil uji Rank
48 responden (51%), selanjutnya Spearman diperoleh nilai rhitung
baik sebanyak 31 responden (33%), sebesar 0,573 dengan tingkat
dan kurang sebanyak 15 responden signifikansi p-v sebesar 0,000.
(16%). Karena nilai p-v lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05) maka keputusan uji
Sikap Keluarga terhadap adalah H0 ditolak, sehingga
Pencegahan Komplikasi disimpulkan ada hubungan tingkat
Hipertensi pengetahuan dengan sikap keluarga
Tabel 2. Distribusi Sikap Keluarga terhadap pencegahan komplikasi
No Sikap Keluarga Frek %
1 Negatif 35 37 hipertensi di Puskesmas Sangkrah
2 Positif 59 63 Surakarta. Selanjutnya berdasarkan
Total 94 100,0 interpretasi korelasi, maka hubungan
pengetahuan keluarga dengan sikap
Distribusi sikap keluarga keluarga terhadap pencegaha
menunjukkan sebagian besar kompoliaksi hipertensi adalah
memiliki sikap positif yaitu sebanyak sedang.
59 responden (63%) dan sisanya 35
responden (37%) bersikap negatif. Pembahasan
Analisis Bivariat Pengetahuan tentang Hipertensi
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Distribusi tingkat
dengan Sikap pengetahuan tentang hipertensi
Sikap
Penget Total menunjukkan sebagian besar
Negatif Positif
ahuan responden memiliki pengetahuan
F % F % F %
Kurang 14 15 1 1 15 16 rhitung = 0,573 cukup yaitu sebanyak 48 responden
Cukup 19 20 29 31 48 51 pv = 0,000 (51%), selanjutnya baik sebanyak 31
Baik 2 2 29 31 31 33 responden (33%), dan kurang
Total 35 37 59 63 94 100
sebanyak 15 responden (16%).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 11
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

Pengetahuan responden dimulai ketika responden


tentang hipertensi merupakan memperoleh informasi atau
pengetahuan yang diperoleh pengetahuan tentang penyakit
merupakan hasil upaya mencari tahu hipertensi, kemudian responden
yang terjadi setelah individu tersebut tersebut menyikapinya. Sikap
melakukan penginderaan. keluarga dalam menyakini informasi
Pengetahuan atau kognitif atau pengetahuan berkaitan dengan
merupakan domain yang sangat tingkat pengetahuan yang mereka
penting untuk terbentuknya tindakan miliki sebelumnya. Hal tersebut
seseorang atau over behavior sesuai dengan pendapat Sarwono
(Notoatmojo, 2003). Pada (2000) bahwa perubahan sikap dan
kenyataannya perilaku yang didasari perilaku individu dimulai dengan
pengetahuan akan lebih langgeng tahap identifikasi, kemudian baru
dari pada perilaku yang tanpa menjadi internalisasi.
didasari dengan pengetahuan. Penelitian juga menunjukkan
Pengetahuan diyakini terdapat 15 responden (32%)
kebenarannya yang kemudian memiliki sikap pencegahan yang
terbentuk perilaku baru yang kurang. Kondisi ini disebabkan oleh
dirasakan sebagai miliknya. kesalahpahaman responden
Beberapa faktor yang terhadap beberapa hal yang
memungkinkan tingkat pengetahuan berkaitan dengan sikap pencegahan
responden cukup adalah faktor kekambuhan hipertensi. Hal tersebut
pendidikan. Distribusi tingkat terlihat dari distribusi jawaban
pendidikan responden menunjukkan responden terhadap kuesioner sikap
sebagian besar responden pencegahan kekambuhan
berpendidikan SMA. Tingkat hipertensi. Sebagian besar
pendidikan responden yang cukup responden memiliki persepsi yang
baik menyebabkan responden salah terhadap kerja yang
memiliki kemampuan untuk berlebihan menyebabkan
menyerap informasi-informasi kekambuhan hipertensi, responden
tentang penyakit hipertensi dan cara menganggap berkumpul dengan
pencegahannya. Informasi-informasi perokok bukan pemicu kekambuhan
tentang penyakit hipertensi tersebut hipertensi.
diperoleh dari media massa,
informasi orang yang dipercaya Hubungan Tingkat Pengetahuan
(keluarga, saudara dan lain-lain) Dengan Sikap Keluarga Terhadap
serta petugas kesehatan selama Pencegahan Komplikasi
responden melakukan pemeriksaan. Hipertensi Di Puskesmas
Sangkrah Surakarta
Sikap Keluarga tentng Upaya
Pencegahan Kekambuhan Hasil uji Rank Spearman
Hipertensi diperoleh kesimpulan bahwa
Distribusi sikap keluarga terdapat hubungan tingkat
menunjukkan sebagian besar pengetahuan dengan sikap keluarga
memiliki sikap positif yaitu sebanyak terhadap pencegahan komplikasi
59 responden (63%) dan sisanya 35 hipertensi di Puskesmas Sangkrah
responden (37%) bersikap negatif. Surakarta. Adanya hubungan
Sikap keluarga terhadap pengetahuan dengan sikap
pencegahan komplikasi hipertensi sebagaimana dikemukakan oleh
yang dilakukan oleh responden Oskup dan Schult (2005) yang
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 12
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

mengungkapkan bahwa salah satu “hubungan tingkat pengetahuan


faktor yang mempengaruhi sikap dengan sikap keluarga dalam
individu adalah pengetahuan pemberian perawatan stroke”
individu. Sikap individu merupakan menyimpulkan bahwa terdapat
kecenderungan untuk bertindak hubungan yang signifikan
sesuai dengan pengetahuan tentang pengetahuan keluarga dengan sikap
obyek tersebut. keluarga terhadap perawatan pasien
Dalam penelitian ini stroke. Penelitian lain dilakukan oleh
pengetahuan keluarga tentang Emmy (2011) tentang “hubungan
penyakit hipertensi dimana salah tingkat pengetahuan dan sikap ibu
satunya adalah tentang adanya terhadap pemberian imunisasi dasar
komplikasi pada pasien hipertensi pada bayi di Desa Mororejo
berdampak pada timbulnya Kaliwungu Semarang”. Penelitian ini
kesadaran tentang bahaya menyimpulkan bahwa terhadap
komplikasi hipertensi. Keluarga yang hubungan yang signifikan
mengerti tentang adanya komplikasi pengetahuan ibu dengan sikap ibu
pada pasien hipertensi memiliki terhadap pemberian imunisasi dasar
kecenderungan upaya pencegahan pada bayi, dimana semakin baik
komplikasi yang baik dibandingkan pengetahun ibu maka sikapnya
keluarga yang tidak mengerti. semakin positif.
Keluarga dengan pengetahuan baik,
walaupun tidak mengalami adanya KESIMPULAN DAN SARAN
kejadian komplikasi pada anggota
keluarganya yang merupakan pasien Kesimpulan
hipertensi, namun berdasarkan 1. Tingkat pengetahuan keluarga
pengetahuannya tentang komplikasi tentang pencegahan komplikasi
pasien hipertensi akan berusaha hipertensi di Puskesmas
untuk mengaplikasikan Sangkrah Surakarta sebagian
pengetahuannya kepada perilaku- besar adalah cukup (51%).
perilaku pencegahan komplikasi baik 2. Sikap keluarga terhadap
yang diupayakan oleh keluarga pencegahan komplikasi
maupun oleh pasien hipertensi. hipertensi di Puskesmas
Mant (2000) dalam sebuah Sangkrah Surakarta sebagian
penelitian dengan topik Family besar adalah positif (63%).
support for stroke: a randomised 3. Ada hubungan pengetahuan
controlled trial mengatakan bahwa dengan sikap keluarga terhadap
pengetahuan dan sikap keluarga pencegahan komplikasi
sangat penting dalam perawatan hipertensi di Puskesmas
pasien stroke. Penelitian ini Sangkrah Surakarta (p-value)
menunjukkan bahwa salah satu 0,000.
faktor yang dominan mempengaruhi
sikap keluarga adalah pengetahuan Saran-saran
keluarga tentang penyakit stroke. 1. Bagi Perawat
Hasil penelitian yang Hasil penelitian ini dapat menjadi
menunjukkan adanya hubungan penambah pemahaman perawat
pengetahuan keluarga dengan sikap tentang perawatan pasien
keluarga dalam upaya pencegahan hipertensi, yaitu tentang
komplikasi hipertensi ternyata pentingnya menjaga kondisi
mendukung hasil penelitian psikologis pasien, selain itu juga
terdahulu. Betty (2012) tentang tentang pola makan yang baik
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 13
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

dan menghindari perilaku Praktik. Jakarta :Rineka


merokok. Cipta.
2. Bagi Keluarga
Keluarga hendaknya Arikunto, S. 2010. Prosedur
meningkatkan dukungannya Penelitian Suatu Pendekatan
kepada pasien hipertensi, hal ini Praktik. Jakarta :Rineka
dimaksudkan dengan dukungan Cipta.
keluarga yang baik maka
pemenuhan kebutuhan pasien Azwar, S.2011.Metodologi
hipertensi yang bersifat fisik Penelitian, Jakarta : Rieneka
maupun psikis dapat terpenuhi, Cipta.
sehingga mampu menekan
timbulnya komplikasi hipertensi. Departemen Kesehatan RI.2012.
3. Bagi Pasien hipertensi Angka kejadian hipertensi di
Pasien hipertensi hendaknya Indonesia. Jakarta :
menyadari keadaan dirinya dan Direktorat Kesehatan
mampu menerima keadaanya Keluarga.
saat ini. Pasien hipertensi
hendaknya juga lebih sabar Fakhri, dkk (2011). Knowledge,
dalam menjadi kehidupannya Awareness, Attitudes and
dan mendekatkan diri kepada Practice about Hypertension
Tuhan, sehingga mampu in Hypertensive Patients
mengelola kehidupannya sesuai Referring to Public Health
dengan pola hidup yang sehat. Care Centers in Khoor &
4. Bagi Peneliti yang akan datang Biabanak 2009.
Peneliti yang ingin meneliti http://serach.proquest.com.
dengan obyek yang sama Diakses pada tanggal 12
hendaknya meningkatkan Januari 2013
cakupan penelitian, misalnya
meneliti pada pasien hipertensi Greeff ( 2006 ). To determine
di wilayah pedesaan yang the knowledge, attitudes and
memiliki kultur atau budaya yang perceptions of hypertensive
berbeda, serta menambahkan patients towards lifestyle
faktor-faktor lain yang turut modification in
berhubungan dengan sikap controlling hypertension.
keluarga terhadap pasien http://serach.proquest.com.
hipertensi, misalnya status sosial Diakses pada tanggal 12
ekonomi keluarga, faktor Januari 2013
budaya dan sebagainya.
Mubarak ,dkk.2009. Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Komunitas
Konsep dan Aplikasi Edisi II
.Jakarta : Salemba
Alimul.H. 2003. Azis.Riset
Keperawatan Dan Teknik Muhammadun AS. 2010. Hidup
Penulisan Ilmiah. Jakarta, Bersama Hipertensi.
Salemba Medika Jogjakarta : In-Books.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Notoatmodjo. 2003. Prinsip-prinsip


Penelitian Suatu Pendekatan Dasar Ilmu Kesehatan
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 14
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

Masyarakat. Jakarta : PT. Masyarakat Nasional, I(2),


Rineka Cipta 57-61.

.2007. Promosi Setiadi. 2012. Konsep dan Praktek


Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penulisan Riset
Jakarta : PT. Rineka Cipta. Keperawatan. Surabaya :
Graha Ilmu.
.2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Simamora. 2011. Buku Ajar
Jakarta : PT. Rineka Cipta. Pendidikan dalam
Keperawatan. Jakarta :
Nursalam. 2003. Konsep & EGC.
Penerapan Metodiologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Sudath, Brugner, 2002,
Jakarta : Salemba Medika Keperawatan Medikal Bedah,
Jakrta Edisi 5, EGC
, 2011. Konsep dan
Penerapan Metodologi Sugiyono. 2006. Statistika Untuk
Penelitian Ilmu Keperawatan Kesehatan. Bandung:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Alfabeta
Instrumen Penelitian. Jakarta
: Salemba Medika Suharto, Iman, 2005.Penyakit
Jantung
Koroner,Pencegahan Dan
Penyembuhan, Jakarta, PT
Pramitasari (2009). Hubungan Gramedia Pustaka Utama
dukungan sikap kontrol
pasien hipertensi lanjut usia . 2012. Metode
di wilayah kerja Pukesmas Penelitian Kuantitatif,
Gamping II Kabupaten Kualitatif dan R & D. Cetakan
Sleman. 14. Bandung : Alfabeta
http:/skripsistikes.wordped.co
m. Diakses pada tanggal 15 Survei Kesehatan Rumah Tangga
Desember 2009. (SKRT). 2001. Laporan
Nasional. Badan Penenlitian
Rahajeng, E & Tuminah, S. 2009. dan Pengembangan
Prevalensi Hipertensi dan Kesehatan Departemen
Determinannya di Indonesia. Kesehatan, Republik
Jakarta. Indonesia

Riwidikdo. 2009. Statistik untuk WHO.2013. Data tenang kejadian


Penelitian Kesehatan dengan hipertensi dunia .
Aplikasi Program R dan
SPSS. Yogyakarta : Pustaka Yanti (2008). Hubungan antara
Rihama. pengetahuan keluarga
dengan komplikasi hipertensi
Setiawan, Z. 2012. Prevelensi dan dengan praktek pencegahan
Determinan Hipertensi di komplikasi hipertensi di
Pulau Jawa tahun 2012. Wilayah Kerja Puskesmas
Jurnal Kesehatan Gamping 2 Sleman
Yogyakarta. UMY
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Sikap Pencegahan Komplikasi Pada 15
Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta (Bayu Krisna Ari
Nugroho)

Yugiantoro, L dan Marliani, L.. 2006.


100 Question & Answer
Hipertensi. Jakarta: Elex
Media Komputindo.

Zhang X ,dkk ( 2009 ). Knowledge,


awareness, behavior and
control of hypertension
among urban elderly in
western China.
http://serach.proquest.com.
Diakses pada tanggal 12
Januari 2013

http://www.infojawatengah.com/
penanganan-hipertensi-
lansia/2012 diakses tanggal
24 November 2012.

*Bayu Krisna Ari Nugraha:


Mahasiswa S1 Keperawatan FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura

** H.M. Abi Muhlisin, SKM.,M.Kep:


Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Yani Tromol Post 1 Kartasura.

*** Endang Zulaicha, SKp: Dosen


Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura

Anda mungkin juga menyukai