ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara
maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di
Indonesia untuk semua umur. Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Gaya hidup merupakan faktor
yang sangat penting untuk dikaji karena faktor tersebut merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah puskesmas liwuto
kecamatan kokalukuna. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan
dengan pendekatan studi cross sectional. Populasi dalam penelitian ini penderita hipertensi
yang tercatat dalam buku registrasi puskesmas liwuto dengan sampel 79 orang. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik, kebiasaan makan,
stress dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah puskesmas liwuto kecamatan
kokalukuna. Dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan kebiasaan
minum kafein dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hypertension is one public health
problem in developed countries and developing countries. Hypertension is the third leading
cause of death in Indonesia for all ages. A person is said to have hypertension if the systolic
blood pressure more than of 140 mmHg and a diastolic blood pressure of 90 mmHg. Lifestyle
is a very important factor to be studied because these factors are factors that affect people’s
behavior. The study aimed to determine the relationship between lifestyle with the incidence
of hypertension in the oldest woman in the area of sub-district health service clinic liwuto
kokalukuna. This research uses quantitative research with a cross-sectional study. The
population of hypertensive patients recorded in the registration book liwuto health service
clinic with a sample of 79 peoples. The results of this study indicate that there are
relationship between physical activity, eating habits and stress with the incidence of
hypertension in the oldest woman in the area of sub-district health service clinic in liwuto
kokalukuna. And there is no relationship between gender, smoking, drinking caffeine and the
incidence of hypertension of oldest woman.
responden dan tidak menderita hipertensi 22 (95,7%) dan 1 (4,3%) tidak menderita
Berdasarkan uji statistik Chi Square dengan kebiasaan tidak merokok dan
didapatkan nilai p value = 0,038 lebih kecil menderita hipertensi sebanyak 50 (89,3%) dan
dari 0,05 yan berarti H0 ditolak dan Ha tidak menderita hipertensi sebanyak 6
ada hubungan antara aktifitas fisik dengan Berdasarkan uji statistik Chi Square
kejadian hipertensi pada lansia. didapatkan nilai p value = 0,667 lebih besar
dari 0,05 yang berarti H0 diterima dan Ha
ditolak. Sehingga uji statistik menunjukkan
tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok ditolak. Sehingga uji statistik menunjukkan
dengan kejadian hipertensi pada lansia. tidak ada hubungan antara kebiasaan minum
kafein dengan kejadian hipertensi pada lansia.
Hubungan Stress Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di Wilayah
PEMBAHASAN
Puskesmas Liwuto Kecamatan Kokalukuna
Hubungan jenis kelamin dengan kejadian
Berdasarkan hasil penelitian hipertensi pada lansia
menunjukkan 47 responden dengan stress dan
Menurut Depkes (2006), hipertensi lebih
menderita hipertensi sebanyak 47 (100%) dan
banyak didapatkan pada laki-laki
0 tidak menderita hipertensi. Sedangkan 32
dibandingkan perempuan, karena laki-laki
responden lain yang tidak stress dan menderita
memiliki gaya hidup yang cenderung
hipertensi sebanyak 25 (78,1%) dan 7 (21,9%)
meningkatkan tekanan darah dibanding
tidak menderita hipertensi.
wanita, seperti merokok. Namun setelah
Berdasarkan uji statistik Chi Square
memasuki masa menepouse, prevalensi
didapatkan nilai p value = 0,001 lebih kecil
hipertensi pada wanita meningkat.
dari 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha Berdasarkan data yang diperoleh dari
diterima. Sehingga uji statistik menunjukkan hasil analisis hubungan antara jenis kelamin
ada hubungan antara stress dengan kejadian dengan kejadian hipertensi pada lansia
hipertensi pada lansia. diketahui bahwa dari total 27 responden laki-
laki yang menderita hipertensi sebanyak 26
Hubungan Kebiasaan Minum Kafein
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di (96,3%) dan tidak menderita hipertensi 1
Wilayah Puskesmas Liwuto Kecamatan responden (3,7%). Dan total 52 responden
Kokalukuna
perempuan yang menderita hipertensi 46
Berdasarkan hasil penelitian (88,5%) dan 6 (11,5%) tidak menderita
menunjukkan 22 responden dengan kebiasaan hipertensi.
minum kafein “ya" dan menderita hipertensi Hasil analisis menunjukkan bahwa
sebanyak 22 (100%) dan 0 tidak menderita proporsi lansia berjenis kelamin perempuan
hipertensi. Sedangkan 57 responden lain lebih banyak dibandingkan dengan lansia
dengan kebiasaan tidak minum kafein dan berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut sejalan
menderita hipertensi sebanyak 50 (87,7%) dan dengan pendapat Gray (2005) bahwa di usia
7 (12,3%) tidak menderita hipertensi. 45 tahun keatas wanita dipengaruhi oleh
Berdasarkan uji statistik Chi Square hormon estrogen yang dapat melindungi tubuh
didapatkan nilai p value = 0,181 lebih besar dari penyakit kardiovaskuler.
dari 0,05 yang berarti H0 diterima dan Ha
Berdasarkan hasil uji statistik chi square kali. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
diperoleh tidak terdapat hubungan yang yang dilakukan oleh Marice, S (2010) yang
bermakna antara jenis kelamin dengan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
kejadian hipertensi pada lansia. Hasil bermakna aktivitas responden dengan penyakit
penelitian ini sejalan dengan penelitian hipertensi.
Sulistiani (2005) diketahui bahwa tidak Disamping itu dari total 33 responden
terdapat hubungan yang signifikan antara jenis yang menyatakan kurang melakukan aktifitas
kelamin dengan kejadian hipertensi. fisik dan menderita hipertensi sebanyak 33
(100%) dan tidak menderita hipertensi 0
Hubungan aktifitas fisik dengan kejadian
responden. Kurangnya aktifitas fisik dapat
hipertensi
meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
Berolahraga teratur baik untuk meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
menambah kekuatan jantung dalam memompa Orang yang tidak aktif juga cenderung
darah yang berefek pada pengontrolan tekanan mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
darah, dan cukup dilakukan dengan olahraga tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
ringan atau sedang sehari tiga hinga lima kali lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras
dalam seminggu dan minimal 30 menit dan sering otot jantung harus memompa, makin
besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
(Sutanto, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Hubungan kebiasaan makan dengan
hasil analisis hubungan antara aktifitas fisik kejadian hipertensi pada lansia
dengan kejadian hipertensi pada lansia
Serat makanan dan beberapa
diketahui bahwa dari total 46 responden yang
mikronutrien seperti Mg, Cr, Cu, vitamin C,
menyatakan aktifitas fisik cukup 39 responden
vitamin E dan B6 penting dalam pencegahan
(84,8%) dan menderita hipertensi dan 7
jangka panjang atau memperlambat
responden (15,2%) tidak menderita hipertensi.
aterosklerosis.
Berdasarkan hasil uji statistik chi square
Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan
diketahui bahwa terdapat hubungan yang
lemak akan memicu terjadinya aterosklerosis.
bermakna antara aktifitas fisik dengan
Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat
kejadian hipertensi pada lansia. Hasil
meningkatkan tekanan darah. Pada usia lanjut
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
(usia) pembuluh darah cenderung menjadi
Mardin (2003) bahwa terdapat hubungan
kaku dan elastisitasnya berkurang, sehingga
antara kurang aktifitas fisik dengan kejadian
akan memicu jantung untuk meningkatkan
hipertensi. Kurang beraktifitas akan
meningkatkan resiko hipertensi sebesar 1,4
denyutnya agar aliran darah dapat mencapai Karbon Monoksida (CO), yang
seluruh bagian tubuh. mengakibatkan berkurangnya kemampuan
Hasil uji statistik chi square darah membawa oksigen. Zat-zat kimia
menunjukkan p < 𝛼 yaitu 0,047 > 0,05. tersebut dapat merusak lapisan dalam dinding
Artinya ada hubungan antara kebiasaan makan arteri sehingga menyebabkan penumpukan
dengan kejadian hipertensi pada lansia di plak dan lama-kelamaan akan terjadi
wilayah puskesmas liwuto. peningkatan tekanan darah atau munculnya
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi.
responden yang memiliki kebiasaan makan Berdasarkan hasil uji statistik chi square
baik dan menderita hipertensi sebanyak 31 menunjukkan p > 𝛼 yaitu 0,667 > 0,05.
(83,8%) dan 41 (97,6%) memiliki kebiasaan Artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan
makan tidak baik dan menderita hipertensi. merokok dengan kejadian hipertensi pada
Dalam menjaga pola makan ada lansia di wilayah puskesmas liwuto. Hasil
beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
hasilnya maksimal. Menghindari makanan Roslina (2007) yang menyatakan adanya
berlemak tinggi, makanan yang mengandung hubungan antara kebiasaan merokok dengan
banyak minyak dan makan hasil laut dan kejadian hipertensi. Perbedaan ini
sebagainya. Sebaiknya memperhatikan jumlah kemungkinan disebabkan sebagian besar
dan waktu saat mengkonsumsinya. subjek penelitian saat ini adalah perempuan 52
Almatsier (2003) memaparkan bahwa (100%). Kebiasaan merokok dan menderita
mengkonsumsi antioksidan sejak dini dapat hipertensi 22 (95,7%). Kebiasaan tidak
mencegah kerusakan pembuluh darah dan merokok dan menderita hipertensi 50 (89,3%)
menangkap radikal bebas. tidak menderita hipertensi 6 (10,7%)
responden. Subjek penelitian laki-laki
Hubungan kebiasaan merokok dengan
sebagian besar perokok Dan perempuan yang
kejadian hipertensi pada lansia
tidak merokok kemungkinan besar terpapar
Menurut Depkes RI Pusat Promkes
oleh asap rokok yang dikonsumsi
(2008) telah dibuktikan dalam penelitian
keluarganya. Sehingga berdampak pada
bahwa dalam 1 batang rokok mengandung
kesehatannya dalam waktu beberapa tahun
berbagai zat kimia. Bahan utama rokok terdiri
kemudian setelah memasuki usia tua.
dari tiga zat, yaitu 1) Nikotin, berdampak pada
Depkes (2008) menambahkan bahwa
jantung dan sirkulasi darah maupun pembuluh
asap dari rokok juga berdampak terhadap
darah. 2) Tar, mengakibatkan kerusakan sel
orang yang menghirupnya (disebut perokok
paru-paru dan menyebabkan kanker. 3)
pasif) untuk terjadinya penyakit. Para ilmuwan
membuktikan bahwa zat-zat kimia didalam dapat memicu pengeluaran hormon kortisol
rokok juga mempengaruhi kesehatan dan epinefrin yang berhubungan dengan
seseorang yang tidak merokok disekitar immunosupresi, aritmia dan peningkatan
perokok. Dampak yang akan ditimbulkan oleh tekanan darah dan denyut jantung (Davis,
rokok tersebut untuk menderita hipertensi 2004).
akan terakumulasi dalam beberapa tahun
Hubungan kebiasan minum kafein dengan
kemudian yaitu sekitar usia 40 tahun keatas.
kejadian hipertensi pada lansia
Hubungan kejadian stress dengan kejadian Kafein merupakan jenis alkaloid yang
hipertensi pada lansia
secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun
Hasil uji statistik chi square teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan
menunjukkan p < 𝛼 yaitu 0,001 < 0,05. beberapa minuman penyegar. Menurut sebuah
Artinya ada hubungan antara stress dengan studi kafein dalam bentuk kopi, secara
kejadian hipertensi pada lansia di wilayah signifikan mengurangi resiko penyakit jantung
puskesmas liwuto. pada studi epidemiologi. Kafein mampu
Hasil penelitian Sigalarki (2006) meningkatkan aktifitas otot termasuk otot
didapatkan bahwa responden yang mengalami jantung menyebabkan jantung memompa
stress pada penderita hipertensi disebabkan darah lebih cepat dan darah yang keluar dari
oleh salah satu faktor yaitu sosial ekonomi. jantung menuju ke seluruh tubuh akan
Menurut Hawari (2001), salah satu dari stress menyebabkan tekanan darah tinggi.
psikososial disebabkan oleh keuangan (faktor Hasil uji statistik chi square
ekonomi). Salah satu dari faktor ekonomi menunjukkan bahwa p > 𝛼 yakni 0,181 artinya
adalah pekerjaan atau penghasilan seseorang. tidak ada hubungan antara kebiasaan minum
Pada hasil penelitian ini menunjukkan kafein dengan kejadian hipertensi pada lansia.
bahwa responden yang mengalami stress dan Diketahui bahwa responden yang
menderita hipertensi 47 (100%). Dan memiliki kebiasaan minum kafein “ya” dan
responden yang mengaku tidak mengalami menderita hipertensi adalah 22 (100%). Dan
stress akan tetapi menderita hipertensi yaitu 25 tidak menderita hipertensi sebanyak 0.
(78,1%) dan 7 (21,9) tidak menderita Sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan
hipertensi. minum kafein tetapi menderita hipertensi 50
Stress mempunyai pengaruh yang (87,7%) dan tidak menderita hipertensi 7
bermakna terhadap tingkat kejadian hipertensi. (8,9%).
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh Berbeda dengan hasil penelitian kohort
darah perifer dan keluaran jantung. Stress yang dilakukan Uiterwaal et al (2007) yang
menunjukkan adanya hubungan antara jumlah pada lansia di wilayah Puskesmas
kopi yang dikonsumsi dengan kejadian Liwuto Kecamatan Kokalukuna
hipertensi. Seseorang yang tidak 5. Ada hubungan antara stress dengan
mengkonsumsi kopi memiliki resiko rendah kejadian hipertensi pada lansia di
terkena hipertensi dari pada orang yang wilayah Puskesmas Liwuto Kecamatan
mengkonsumsi kopi .>0-3 gelas per hari. Kokalukuna
Kafein mempunyai sifat antagonis endogenus 6. Tidak ada hubungan antara kebiasaan
adenosine, sehingga dapat menyebabkan minum kafein dengan kejadian
vasokontriksi dan peningkatan resistensi hipertensi pada lansia di wilayah
pembuluh darah tepi Puskesmas Liwuto Kecamatan
Akan tetapi pada penelitian ini proporsi Kokalukuna
kebiasaan tidak minum kafein dan menderita
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
hipertensi lebih besar karena responden yang
dilakukan, maka saran yang dapat
menjawab pertanyaan tersebut adalah sebagian
disampaikan untuk semua kalangan
besar perempuan.
Masyarakat terutama yang menderita
KESIMPULAN DAN SARAN hipertensi agar selalu rutin memeriksakan.
Berdasarkan hasil penyajian dan tekanan darah dan selalu menjaga pola
pembahasan penelitian dapat ditarik hidupnya seperti kebiasaan makan, aktifitas
kesimpulan sebagai berikut : fisik dan kesehatan pola pikirnya. Dan bagi
1. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin pemerintah, khususnya dinas terkait yakni
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kiranya
wilayah Puskesmas Liwuto Kecamatan dapat membuat program kesehatan bagi para
Kokalukuna lansia guna menyehatkan psikis dan fisiknya.
2. Ada hubungan antara aktifitas fisik
DAFTAR PUSTAKA
dengan kejadian hipertensi pada lansia di
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi
wilayah Puskesmas Liwuto Kecamatan
Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Kokalukuna Utama
3. Ada hubungan antara kebiasaan makan Andra, 2011, Ancaman Serius Hipertensi di
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Indonesia. http://www.majalah-
farmacia.com, diakses 27 Maret 2012.
wilayah Puskesmas Liwuto Kecamatan
Kokalukuna Armilawati, 2007, Hipertensi dan Faktor
Resikonya Dalam Kajian
4. Tidak ada hubungan antara kebiasaan Epidemiologi, Makasar: Bagian
merokok dengan kejadian hipertensi Epidemiologi FKM UNHAS.
Azwar, 1994, Program Mejaga Mutu Gray, Huon. 2005. Kardiologi Edisi IV.
Pelayanan Kesehatan, Jakarta, Jakarta: Erlangga.
Yayasan Penerbitan IDI.
Gunawan, 2001, Hipertensi, Jakarta, PT.
Blog-Gizi.Blogspot.com/2011/11/hubungan- Gramedia
gizi-dan-hipertensi-hipertensi.
Html?m=1 Gunawan-Lany, Hipertensi, Yogyakarta,
Kanisius
Bustan MN, 1997, Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular, Jakarta, Rineka Cipta. Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres,
Cemas, dan Depresi. Depok: Balai
Cousbravo. Blogspot.com/2012/04/kopi- Penerbit FK UI
menyebabkan-penyakit-darah-tinggi.
Html?m=1 Hans Peter (dalam Joesef AH, 2009),
Hipertensi Sekunder, Edisi Buku Ajar
Crea, 2008, Hidup Dengan Tekanan Darah Kardiologi, Jakarta, FKUI.
Tinggi, Jakarta, Sinar Harapan.
Hull-Alison (dalam Siregar, 1996), Penyakit
Darmojo, 2006, Faktor Yang Berhubungan Jantung, Hipertensi dan Nutrisi, Jakarta,
Dengan Terjadinya Hipertensi Di Bumi Aksara.
Rumah Sakit Islam Jakarta, Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Vol. 1. Ispendimantari.Blogspot.com/2012/04/hubung
an-pola-makan-dan-gaya-
Depkes RI, 2003, Kebijakan dan Strategi hidup.html?m=1
Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Khomsan. A, 1996, Defisiensi dan Kelebihan
Menular, Jakarta, 2003. Gizi, Bogor, IPB Press.
______. 2006. Pedoman Teknis Penemuan Klabunde RE, 2007, Cardivascular Physiologi
dan Tata Laksana Penyakit Concept: renin-angiostenin-aldosteron.
Hipertensi.Jakarta: Direktorat www.cvpharmocology.com
Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Depkes RI. Maulana, 2009, Lifestyle masyarakat,
http://www.antara.co.id
______., 2008, Karakteristik Penderita
Hipertensi di Indonesia, Jakarta. Miller, C.A. (2007). Nursing care of older
adults: Theory and practice. Second
______. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan edition. Philadelphia: Lippincott
Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun company
______. 2008. Panduan Promosi Perilaku Lisnawati, 2006, Bentuk-Benuk Gaya Hidup,
Tidak Merokok. Jakarta: Pusat Promosi Jakarta, PT. Grasidno
Kesehatan Depkes RI.2007. Jakarta:
Marliani, 2007, Ancaman Serius Hipertensi di
Balitbangkes Depkes RI
Indonesia, Jakarta, Media Aesculapius.
Departemen Kesehatan RI, 2009, Kendalikan
Notoatmodjo, 2003, Metodologi Penelitian
Stress dan Hipertensi, Raih
Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Produktivitas. http://www.depkes.co.id,
diakses tanggal 28 Maret 2012. Puskesmas Liwuto, 2011, Jumlah Kunjungan
Penderita Hipertensi, Liwuto.
Rahyani, 2007, Epidemiologi Penderita Sustrani, 2006, Hipertensi. Jakarta: PT
Hipertensi Esensial yang Dirawat di Gramedia Pustaka Utama.
Bagian Penyakit Dalam Perjan RS DR.
M. Djamil Padang. Skripsi. Padang. Suyono Slamet, 2001, Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid II, FKUI, Jakarta, Balai
Rimbawan dan Siagian, 2004, Indeks Glikemik Pustaka
Pangan, Bogor, Panebar Surabaya.
Syaifuddin, 2006, Anatomi Fisiologi Untuk
Rohaendi, 2008, Olahraga Bagi Kesehatan Mahasiswa Keperawatan Ed-3. Jakarta,
Jantung, Jakarta, Balai Penerbit FKUI. EGC.
Sakina, 2002, Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Warta, 2006, Pengendalian Penyakit Tidak
Depkes RI. Menular, Jakarta, Balai Pustaka
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Dasar- Yogiantoro, 2006, Hipertensi Esensial dalam
dasar metodologi penelitian klinis. Edisi Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
ke-3. Jakarta: Sagung Seto Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Setiawati dan Bustami, 2005, Anti Hipertensi Yundini, 2006, Faktor Resiko Hipertensi,
dalam Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Jakarta, Balai Pustaka
FKUI.
_______, 2004, Faktor Resiko Terjadinya
Shanty, 2011, Penyakit yang Diam-diam Hipertensi. www.mail-archeve.com.
Mematikan. Yogyakarta: Javalitera.