Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI DIWILAYAH KERJA

PUSKESMAS PERUMNAS II KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN


PONTIANAK BARAT

Lily seftiani*, Hendra**, M.Ali Maulana***


*Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura, **Unit Pelayanan Kesehatan Pontianak, ***
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura.

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang degeneratif, Hipertensi sering disebut sebagai
silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan. Data Dinas Kesehatan Kota Pontianak prevalensi
hipertensi pada tahun 2017 terdapat 14.639 kasus. Sedangkan jumlah kunjungan lansia yang menderita
hipertensi pada tahun 2017 di Puskesmas Perumnas II sejumlah 1.645 jiwa. Permasalahan hipertensi yang tinggi
terutama pada golongan lansia yang akan mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Tujuan: Mengetahui hubungan kualitas hidup lansia dengan hipertensi
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan analitik korelasi. Penelitian dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II pada periode 05 juni sampai 2 Juli 2018. Teknik pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 83 orang lansia. Instrument yang digunakan berupa
alat ukur tekanan darah dan kuesioner WHOQOL-OLD. Teknik analisis data dengan analisis univariat dan
bivariat.
Hasil: Analisis Hasil Uji statistik chi square (< 0,05) didapatkan status kualitas hidup tinggi sebanyak 49 orang
(59%) sedangkan responden dengan kualitas hidup sedang 34 orang (41%) bahwa nilai p 0,025 lebih dari syarat
chi square (< 0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hipertensi dengan kualitas hidup di Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas II
Kata Kunci: Hipertensi, Kualitas hidup, Lansia, World Health Organizantion Qualty of Life-OLD (WHOQOL-
OLD)
Referensi: (2004-2017)
THE CORRELATION BETWEEN QUALITY OF THE LIFE FOR AGED AND HYPERTENSION IN
OCCUPATION AREA AT PUSKESMAS PERUMNAS II KELURAHAN SUNGAI
BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT

Lily seftiani*, Hendra**, M.Ali Maulana***,


*Nursing Program Of Tanjungpura University Pontianak, **Healt Service Unit Pontianak, *** Nursing
Program Of Tanjungpura University Pontianak.

ABSTRACT

Background: Hypertension is the one of generative illness, according to data of Dinas Kesehatan Kota
Pontianak pravelensi hypertension at Pontianak city in 2017 has many 14.639 case. While number of aged
visited has hypertension in t 2017 is it 1.645 people at puskesmas perumnas II. The problem is high
hypertension most of the all from aged and has impact to the quality of life.
Objective: To know about the relationship between quality of the life for aged and hypertension.
Method: this research as a quantitative research used analytic correlation. The research did in occupation
area at Puskesmas Perumnas II in period june’5th until july’2th . to collected the sample used accindental
sampling technique consist of 83 aged. The instrument used to tension of blood and WHOQOL-OLD questioner.
The technique of analyze data with univariant analyze and bivariant analyze.
Result: The quality from general life of age is good (59%), the quality of ability censor is good (63,9%), the
quality of autonomy is foul (54,2%), the quality life from the past, present and future is good (77,1%), the
quality of social participation is good (65,1%), the quality of decease life is good (61,4%), and quality of
friendship is foul (53%).
Conclusion: There is relationship between hypertension with quality of life in Working Area of Puskesmas
Perumnas II

Keyword: Hypertension, the quality of life, Lansia, World Health Organizantion Quality of Life-OLD
(WHOQOL-OLD)
Reference : 42 (2004-2017)
PENDAHULUAN yaitu penyakit hipertensi (Lestari,
Seiring dengan 2014).
meningkatnya derajat kesehatan Hipertensi adalah penyakit
dan kemakmuran penduduk di yang dapat menyerang siapa saja,
suatu negara, maka akan baik muda maupun tua. Hipertensi
mempengaruhi pula angka usia sering disebut sebagai silent killer
harapan hidup. Meningkatnya usia karena termasuk penyakit yang
harapan hidup ini menyebabkan mematikan. Hipertensi juga tidak
turut meningkatnya populasi lanjut secara langsung membunuh
usia di negara tersebut. Lanjut Usia penderitanya, dengan cara memicu
merupakan proses penuan yang terjadinya penyakit lain yang
dimana terjadinya fase akhir dari tergolong kelas berat dan
siklus perkembangan manusia. mematikan serta dapat
Proses ini merupakan sesuatu yang meningkatkan resiko serangan
tidak dapat dihindari, berjalan jantung, gagal jantung, stroke dan
terus-menerus dan secara gagal ginjal (Pudiastuti, 2013).
berkesinambungan. Seseorang yang Hipertensi juga merupakan salah
sedang mengalami proses satu penyakit yang degeneratif,
perubahan ini secara bertahap umumnya tekanan darah bertambah
dalam jangka waktu beberapa secara perlahan dengan seiring
dekade disebut lanjut usia (lansia). bertambahnya umur. (Triyanto,
Secara definitif, batasan lansia 2014).
adalah tahap masa tua dalam Menurut Suwardana,
perkembangan individu dengan (2014), penyakit hipertensi akan
batas usia 60 tahun keatas memiliki dampak terhadap dimensi
(Wikananda, 2015). kualitas hidup, yaitu dimensi fisik,
Semakin meningkatnya psikologis dan sosial. Dampak
jumlah penduduk usia lanjut akan hipertensi secara fisik adalah
berpengaruh terhadap berbagai penyumbatan arteri koroner dan
aspek kehidupan terkait dengan infark, hipertrofi ventrikel kiri,
penurunan pada kondisi fisik, gagal jantung, memicu gangguan
psikis dan sosial. Penurunan serebrovaskuler dan
kondisi fisik pada usia lanjut akan arteriosklerosis koroner, serta
membawa ke kondisi yang rawan menjadi penyebab utama kematian.
terhadap berbagai macam Pada gangguan serebrovaskuler
gangguan penyakit. Salah satu seperti stroke, terjadi perubahan
permasalahan yang sering dialami dalam penglihatan, kemampuan
lansia yaitu rentannya kondisi fisik bicara, pening, kelemahan, jatuh
lansia terhadap berbagai penyakit mendadak atau hemiplegi (Brunner
dikarenakan berkurangnya daya & Suddarth, 2013). Hipertensi ini
tahan tubuh dalam menghadapi juga dapat memicu terjadinya gagal
pengaruh dari luar serta ginjal, kebutaan dan gangguan
menurunnya efisiensi mekanisme fungsi kognitif pada lansia
homeostatis, yaitu sistem (Gunawan, 2007).
kardiovaskuler. Masalah kesehatan Dampak secara psikologis
akibat dari proses penuaan dan pada penderita hipertensi
sering terjadi pada sistem diantaranya pasien merasa
kardiovaskuler yang merupakan hidupnya tidak berarti akibat
proses degeneratif, diantaranya kelemahan dan proses penyakitnya
yang merupakan long life disease.
Psikologis ini juga sangat serta hubungan individu dengan
mempengaruhi kualitas hidup lingkungan (Reno, 2010).
lansia, seperti adanya perubahan Kualitas hidup lanjut usia
penampilan tubuh dari dirinya adalah suatu komponen yang
tidak mampu mengingat dengan kompleks, mencakup usia harapan
jelas, kesepian, takut kehilangan hidup, dimana kepuasan dalam
orang yang dicintai, takut kehidupan, kesehatan psikologis
menghadapi kematian, serta depresi dan mental, fungsi kognitif,
yang akan berpengaruh pada kesehatan dan fungsi fisik,
kualitas hidup seorang lansia pendapatan, kondisi tempat tinggal,
(Susanti, 2017). dukungan sosial dan jaringan sosial
Dampak hubungan sosial (Sutikno 2011).
pada penderita hipertensi dapat Menjaga kualitas hidup
mempengaruhi adanya peningkatan yang baik pada lanjut usia sangat
tekanan darah ke otak akan dianjurkan dalam kehidupan
menyebabkan penurunan sehari-hari. Hidup lanjut usia
vaskularisasi di area otak pasien yang berkualitas ialah kondisi
dengan hipertensi yang fungsional yang optimal,
mengakibatkan sehingga pasien sehingga mereka dapat
sulit untuk berkonsentrasi, mudah menikmati masa tuanya dengan
marah, merasa tidak nyaman, dan baik. Berkualitas atau tidaknya
berdampak pula pada aspek sosial hidup lanjut usia berkaitan
dimana pasien tidak mau dengan adanya kesadaran lanjut
bersosialisasi karena merasakan usia terhadap masalah kesehatan
kondisinya yang tidak nyaman. dan kebiasaan hidup sehat yang
(Wulandhani, 2014). Kondisi ini tepat. Karena kesadaran itu
pada akhirnya dapat menimbulkan sendiri berkaitan erat dengan
ketidaknyamanan dan penurunan stress dan
mempengaruhi kualitas hidup peningkatan kualitas individu
penderita hipertensi. Sulistyarini (Fitria, 2015).
(2013) menginformasikan adanya Hasil studi pendahuluan
penurunan kualitas hidup pada yang telah dilakukan pada tanggal
penderita hipertensi mengakibatkan 6 bulan April tahun 2018 di
adanya hambatan-hambatan pada Wilayah Kerja Puskesmas
fungsi kesehatan fisik, psikologis, Perumnas II kota Pontianak
sosial. didapatkan jumlah lansia yang
Menurut World Health menderita hipertensi dengan
Organization Quality of Life batasan umur 60-74 tahun pada
(WHOQOL) kualitas hidup bulan Januari, Februari dan Maret
didefinisikan sebagai persepsi tahun 2018 terdapat 821 orang
individu terhadap kehidupannya di terdiri dari laki-laki 386 sedangkan
tengah masyarakat dalam konteks perempuan terdapat 432 orang,
budaya dan sistem nilai yang ada sedangkan data atau laporan yang
terkait dengan tujuan, harapan, terkait berhubungan dengan
standar, dan perhatian. Kualitas kualitas hidup lansia dari pihak
hidup juga merupakan suatu puskesmas perumnas II tidak
konsep yang sangat luas yang memiliki. Berdasarkan studi
dipengaruhi kondisi fisik individu, pendahuluan yang dilakukan
psikologis, tingkat kemandirian, dengan observasi dan wawancara 8
responden diketahui bahwa
sebagian lansia rata-rata telah Kerja Puskesmas Perumnas II
menderita hipertensi. Lansia Kelurahan Sungai Beliung
mengatakan terutama kondisi fisik Kecamatan Pontianak Barat.
untuk melakukan aktivitas sangat Sampel penelitian ini adalah pasien
terbatas lebih mudah lelah, dan di Wilayah Kerja Puskesmas
mudah marah lansia juga Perumnas II yang memenuhi
merasakan cemas dengan penyakit kriteria sampel penelitian.
yg dideritanya. Peneliti melihat Variabel hubungan
adanya kualitas hidup rendah (Variabel independen) dalam
sehingga mengganggu kondisinya penelitian ini adalah kualitas hidup,
berupa faktor kesehatan fisik dan sedangkan variabel yang
psikologis yang paling tinggi dipengaruhi (variabel dependen)
mempengaruhi kualitas hidupnya dalam penelitian ini adalah
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas hipertensi pada lansia.
Perumnas II. Instrumen Penelitian yang
METODE PENELITIAN digunakan dalam penelitian ini alat
Jenis penelitian kuantitatif dan bahan yang adalah :
karena peneliti menggunakan a. Alat mengukur tekanan darah
penelitian analitik korelasi dengan 1) Standar Prosedur
desain cross-sectional, dimana Operasional pengukuran
variabel pada subjek penelitian tekanan darah
diukur dalam waktu yang 2) Sphygnomanometer raksa
bersamaan (Hidayat, 2011). dengan rentang pengukuran
Populasi pada penelitian ini 0 300 mmHg
adalah pasien yang mengalami 3) Stetoskop
hipertensi pada umur 60-74 tahun 4) Lembar observasi tekanan
di Wilayah Kerja Pukesmas darah
Perumnas II terdapat 476 lansia b. Lembar Kuesioner WHOQOL-
dengan hipertensi. Teknik sampling OLD
yang digunakan pada penelitian ini Berisikan tentang data
adalah accidental sampling. demografi pada bagian data
Accidental sampling adalah adalah demografi berisi tentang
teknik penentuan sampel Nama/inisial, Umur, Jenis
berdasarkan faktor spontanitas, Kelamin, Riwayat Pendidikan
artinya siapa saja yang secara tidak Status Perkawinan, dan
sengaja bertemu dengan peneliti Riwayat Hipertensi.
dan sesuai dengan karakteristik, Alat ukur yang digunakan
maka orang tersebut akan mengukur kualitas hidup
digunakan sebagai sampel. dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini menggunakan WHOQOL-OLD (World
kuesioner yaitu bertujuan untuk Health Organizantion Qualty
sebagai Tools dalam penelitian of Life-OLD) BERISI 21 Item
untuk mempermudah dalam mencakup 6 domain yaitu: 1)
melakukan penelitian dan kemampuan sensori, 2)
memperoleh data yang akurat dari otonomi, 3) aktivitas pada
responden sehingga bisa masa lampau kini akan datang,
menggambarkan variabel-variabel 4) partisipasi sosial, 5)
penelitian yang merupakan kematian, dan 6) persahabatan
Hubungan Kualitas Hidup Lansia cinta kasih yang
dengan Hipertensi di Wilayah dikembangkan oleh World
Health Organization dan sedikit adalah usia 73 sebanyak 2
diterjemahkan ke dalam bahasa orang (2,4%).
indonesia instrumen penelitian Tabel 2. Jenis Kelamin
ini dilakukan uji valid bila Responden
instrumen tersebut mengukur
apa yang seharusnya diukur. Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Kuesioner WHOQOL-OLD Laki-laki 34 41%
digunakan dalam penelitian ini Perempuan 49 59%
yang di adopsi dari penelitian Total 83 100%
oleh Muhlisoh dkk (2013)
yang telah di uji validitas dan Berdasarkan analisis pada
reabilitas pada 33 responden tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah
didapatkan hasil uji reabilitas responden terbanyak adalah
nilai α = 0,887 yang berjenis kelamin perempuan
menunjukkan bahwa instrumen sebanyak 49 orang (59%).
ini reabel. Sedangkan responden berjenis
HASIL PENELITIAN kelamin laki-laki berjumlah lebih
Analisa Univariat sedikit yaitu 34 orang (41%).
Analisa univariat dalam Tabel 3. Pendidikan Responden
penelitian ini menjelaskan tentang Riwayat Pendidikan Frekuensi Persen
karakteristik dari responden
berupa, usia, jenis kelamin, riwayat SD 34 41%
pendidikan, status perkawinan dan SMP 27 32,5%
riwayat hipertensi. SMA 20 24,1%
Perguruan Tinggi 2 2,4%
Total 83 100%
Tabel 1. Umur Responden
Usia Frekuensi Persen Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui sebagian besar responden
60 10 12% riwayat pendidikan SD sebanyak
61 4 4,8%
62 12 14,5% 34 orang (41%) selanjutnya
63 7 8,4% responden berpendidikan SMP
64 5 6% sebanyak 27 orang (32,5%), untuk
65 8 9,6%
66 5 6% berpendidikan SMA sebanyak 20
67 4 4,8% orang (24.1%), dan jumlah
68 5 6% responden yang paling sedikit
69 5 6%
70 3 3,6% adalah perguruan Tinggi sebanyak
71 4 4,8% 2 orang (2,4%).
72 3 3,6% Tabel 4. Status Perkawinan
73 2 2,4%
Usia Frekuensi Persen Responden

74 6 7,2% Status Perkawinan Frekuensi Persen


Total 83 100%
Kawin 59 71,1%
Berdasarkan analisis dari Belum Kawin 1 1,2%
Janda 17 20,5%
tabel 1 rentang usia responden Duda 6 7,2%
dalam penelitian ini yaitu Ederly Total 83 100%
(60-74 tahun). Jumlah respon
terbanyak adalah usia 62 sebanyak Berdasarkan analisis pada
12 orang (14,5%) dan paling tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah
responden dengan status kawin
sebanyak 59 orang (71,1%), untuk
status belum kawin 1 orang (1,2%), Tabel 7. Distribusi Status
selanjutnya status janda sebanyak Kualitas Hidup
17 orang (20,5) dan status pada
duda didapatkan 6 orang (7,2%). Kategori Frekuensi Persen
Tabel 5. Riwayat Hipertensi Tinggi 49 59%
Sedang 34 41%
Riwayat Hipertensi Frekuensi Persen Total 83 100
1 tahun 18 21,7%
2 tahun 19 22,9%
3 tahun 12 14,5% Berdasarkan analisis tabel 7
5 tahun 15 18.1% didapatkan responden terbanyak
6 tahun 5 6% dengan status kualitas hidup tinggi
7 tahun 1 1,2% sebanyak 49 orang (59%)
8 tahun 7 8,4% sedangkan responden dengan
9 tahun 6 7,2%
Total 83 100% kualitas hidup sedang 34 orang
(41%).
Berdasarkan analisis pada
Analisa Bivariat
tabel 5 dapat diketahui responden Analisa bivariat dilakukan
riwayat hipertensi 1 tahun untuk mengetahui hubungan
sebanyak 18 orang (21,7%), 2 kualitas hidup lansia dengan
tahun sebanyak 19 orang (22,9%), hipertensi di Wilayah Kerja
3 tahun sebanyak 12 orang Puskesmas Perumnas II Kelurahan
(14,5%), 5 tahun sebanyak 15 Sungai Beliung Kecamatan
(18,1%), 6 tahun sebanyak 5 orang Pontiank Barat. Dapat diketahui
(6%), 7 tahun sebanyak 1 orang dengan menggunakan uji chi
(1,2%), 8 tahun sebanyak 7 orang square pada kualitas hidup dengan
(8,4%) dan 9 tahun sebanyak 6 hipertensi. Hasil uji statistik dapat
orang (7,2 %). Kesimpulan dilihat pada tabel dibawah ini.
berdasarkan anilisis tabel 4.5 ini
Hasil Uji Chi-square Hubungan
jumlah responden yang terbanyak
Kualitas Hidup Lansia dengan
riwayat hipertensi 2 tahun dengan
Hipertensi
jumlah 19 orang (22,9%)
sedangkan yang terdendah riwayat Hipertensi
hipertensi 7 tahun berjumlah hanya Derajat 1 Derajat 2 Total p
1 orang (1,2%).
Tabel 6. Status Hipertensi Kualitas Hidup
Tinggi 24 25 49
Responden Sedang 25 9 34 0,025
Total 49 34 83
Tekanan Darah Frekuensi Persen
Berdasarkan analisis
Derajat 1 49 59%
Derajat 2 34 41% kualitas hidup lansia dengan
Total 83 100% hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Perumnas II Kelurahan
Berdasarkan analisis tabel 6 Sungai Beliung Kecamatan
dapat dilihat bahwa jumlah Pontiank Barat. Hasil uji chi square
responden terbanyak hipertensi pada tabel 8 diketahui kualitas
pada derajat 1 sebanyak 49 orang hidup tinggi dengan hipertensi
(59%) sedangkan responden derajat 1 sebanyak 24 orang
hipertensi derajat 2 berjumlah lebh sedangkan hipertensi derajat 2
sedikit sebanyak 34 orang (41%). sebanyak 25 orang, Sedangkan
kualitas hidup sedang dengan berkualitas hidup lebih besar dari
hipertensi derajat 1 terdapat 25 pada lansia dengan usia 70 tahun
orang, kualitas hidup sedang lebih.
dengan hipertensi derajat 2 Jenis Kelamin
didapatkan 9 orang. Sementara Berdasarkan hasil penelitian
hasil kualitas hidup lansia jumlah respoden sebanyak 83
terbanyak dengan status kualitas orang bahwa didapatkan responden
hidup tinggi sebanyak 49 orang terbanyak adalah berjenis kelamin
(59%) sedangkan responden perempuan sebanyak 49 orang
dengan kualitas hidup sedang 34 (59%). Sedangkan responden
orang (41%). berjenis kelamin laki-laki
Hasil Uji statistik chi berjumlah lebih sedikit yaitu 34
square didapatkan bahwa nilai p orang (41%). Berdasarkan hasil
0,025 lebih dari syarat chi square penelitian Sekeon (2017)
(< 0,05) , Maka hasil penelitian ini didapatkan hasil dari 57 responden
didapatkan hubungan antara jenis kelamin perempuan lebih
kualitas hidup lansia dengan besar 42 orang (75,4%), sedangkan
hipertensi di Wilayah Kerja jenis kelamin laki-laki lebih sedkit
Puskesmas Perumnas II Kelurahan dengan jumlah 11 orang (26,4%).
Sungai Beliung Kecamatan Hal ini juga sejalan dengan
Pontianak Barat. penelitian Herawati (2013)
PEMBAHASAN mengatakan bahwa responden
Umur perempuan lebih besar (71,1 %),
Berdasarkan hasil sedangkan berjenis kelamin laki-
penenlitian yang dilakukan oleh laki lebih sedikit (28,9%)
peneliti diperoleh yaitu Ederly (60- Perbedaan gender merupakan salah
74 tahun). Jumlah respon terbanyak satu faktor yang mempengaruhi
adalah usia 62 sebanyak 12 orang pskologis lansia sehingga akan
(14,5%) dan paling sedikit adalah berdampak pada bentuk adaptasi
usia 73 sebanyak 2 orang (2,4%). yang digunakan. Wanita lebih siap
Hal ini sejalan dengan penelitian dalam menghadapi masalah
Ratnawati (2016) Sampel 112 dibandingkan laki-laki karena
responden dengan hipertensi wanita mampu mengahadapi
kelompok umur lansia di wilayah masalah dari pada laki-laki yang
kerja Puskesmas Petang I yang cendrung emosional (tamher dan
menjadi responden terbanyak Noorkasiani, 2009).
adalah kelompok umur 60 sampai Pendidikan
64 tahun jumlah responden 48 Berdasarkan hasil penelitian
orang (42,9%) dilanjutkan dengan diketahui sebagian besar responden
kelompok umur 65 sampai 69 riwayat pendidikan SD sebanyak
tahun sebanyak 44 orang (39,3%), 34 orang (41%) selanjutnya
dan yang paling sedikit adalah responden berpendidikan SMP
kelompok umur 70 tahun keatas sebanyak 27 orang (32,5%), untuk
sebanyak 20 orang (17,9%). berpendidikan SMA sebanyak 20
Menurut sutikno (2011) orang (24.1%), dan jumlah
dalam Nugroho (2012) Faktor usia responden yang paling sedikit
mempunyai hubungan yang adalah perguruan tinggi sebanyak 2
signifikan dengan kualitas hidup, orang (2,4%). Hal ini sejalan
lansia yang berusia 60-70 tahun dengan hasil penelitian Ambrasan
memiliki kemungkinan untuk (2015) tingkat pendidikan tidak
sekolah 25 orang (41,7%) yang meninggal terasa lebih sulit karena
tertinggi SD sebanyak 31 orang berkurangnya pendapatan. Lansia
(51,7%), SMP sebanyak 1 orang dengan status menikah memiliki
(1,7%) dan SMA sebanyak 2 orang kecendrungan untuk kualitas hidup
(3,3%) yang lebih baik dibandingkan
Semakin tinggi tingkat dengan lansia yang tidak menikah
pendidikan seseorang, semakin dan berstatus duda atau janda
banyak pengalaman hidup yang (Wikananda, 2015).
dilalui, sehingga akan lebih siap Riwayat Hipertensi
dalam mengahadapi masalah Berdasarkan hasil
terjadi. Umumnya lansia yang penenlitian dapat diketahui
memiliki tingkat pendidikan yang responden riwayat hipertensi 1
lebih tinggi masih dapat produktif. tahun sebanyak 18 orang (21,7%),
Mereka justru mengisi waktu 2 tahun sebanyak 19 orang
luangnya dan memberikan (22,9%), 3 tahun sebanyak 12
kontribusi. Pendidikan yang lebih orang (14,5%), 5 tahun sebanyak
tinggi pada lansia diasosiasikan 15 (18,1%), 6 tahun sebanyak 5
dengan kualitas hidup yang baik orang (6%), 7 tahun sebanyak 1
sedangkan pendidikan yang lebih orang (1,2%), 8 tahun sebanyak 7
rendah memilii kejadian kualitas orang (8,4%) dan 9 tahun sebanyak
hidup yang kurang atau buruk 6 orang (7,2 %). Kesimpulan
(Wikananda, 2015). berdasarkan anilisis tabel 4.5 ini
Perkawinan jumlah responden yang terbanyak
Berdasarkan hasil penelitian riwayat hipertensi 2 tahun dengan
bahwa didapatkan terbanyak jumlah 19 orang (22,9%)
jumlah responden dengan status sedangkan yang terdendah riwayat
kawin sebanyak 59 orang (71,1%), hipertensi 7 tahun berjumlah hanya
untuk status belum kawin 1 orang 1 orang (1,2%). Hal ini juga sejalan
(1,2%), selanjutnya status janda menurut penelitian Sekeon (2017)
sebanyak 17 orang (20,5) dan didapatkan hasil riwayat hipertensi
status pada duda didapatkan 6 1-5 tahun sebanyak 30 orang
orang (7,2%). Hal ini sejalan (66%), 6-10 tahun sebanyak 13
dengan hasil penelitian yang orang (26%)
dilakukan oleh Ambrasan (2015), Riwayat tekanan darah
dari 60 responden yang mengalami tinggi dalam keluarga merupakan
hipertensi, Sebagian besar faktor resiko yang sanggat
responden, tinggal dengan anggota berpengaruh bagi seseorang untuk
keluarga mereka, dari 60 mengidap hipertensi. Sejalan
responden, 71.7% masih dengan Marlini (2007) bahwa
didampingi oleh pasangan hidup seseorang dari keluarga memiliki
masing-masing, dan 28.3% suami riwayat hipertensi, maka
atau istrinya telah meninggal. kemungkinan 25% individu
Lanjut usia yang tidak berisiko mengalami hipertensi
menikah sering menghadapi apabila kedua orang tua meilki
masalah yang lebih serius dalam riwayat hipertensi 60%
menyesuikan diri dibanding lansia kemungkinan individu akan
yang menikah atau lansia yang mengalami hipertensi.
ditinggal mati oleh pasangannya. Status Hipertensi
Masalah penyesuian diri bagi Berdasarkan hasil penelitian
wanita setelah pasangannya dapat dilihat bahwa jumlah
responden terbanyak hipertensi yang dimasuki lanjut usia. Kualitas
pada derajat 1 sistol (140-159) dan hidup individu yang satu dengan
diastol (90-99) sebanyak 49 orang yang lain akan berbeda, hal itu
(59%) sedangkan responden tergantung pada definisi atau
hipertensi derajat 2 berjumlah lebih interpretasi masing-masing
sedikit sebanyak 34 orang (41%). individu tentang kualitas hidup
Hal ini sejalan dengan hasil yang baik. Kualitas hidup yang
penelitian Sudhana (2013) tinggi menggambarkan bahwa
didapatkan hipertensi sebanyak 30 individu memasuki fase integritas
orang (51,7%), hipertensi derajat 1 dalam tahap akhir hidupnya, begitu
lebih besar sebanyak 19 orang juga dengan kualitas hidup yang
(32,8%), sedangkan hipertesi rendah berdampak pada
derajat 2 lebih sedikit 11 0rang keputusasaan yang dialami oleh
(19%). lanjut usia. kualitas hidup juga
Pada lansia hipertensi lebih berkaitan erat dengan kebahagiaan,
menonjol dibandingkan dengan kepuasan hidup dan kesejahteraan
hipotensi karena hipertensi subjektif yang saling berhubungan
merupakan faktor resiko utama dari satu dan lainnya. Kualitas hidup
perkembangan penyakit jantung juga dikaitkan dengan lingkungan
dan stroke. Hipertensi merupakan yang nyaman, usia dan kesehatan
salah satu penyakit yang paling individu secara menyeluruh yang
berpengaruh terhadap kesehatan dipandang sebagai komponen dari
dan kualitas hidup lansia. Kualitas kualitas hidup.
hidup lansia merupakan suatu Hubungan Kualitas Hidup
kondisi yang menyatakan tingkat Lansia dengan Hipertensi
kepuasan secara batin, kenyamanan Berdasarkan hasil penelitian
dan kebahagiaan hidup lansia melalui uji Chi-Square didapatkan
bahwa kualitas hidup lansia dapat data dari 83 responden ada
dinilai melalui fungsi kognitif hubungan kualitas hidup lansia
(Kustanti, 2012). dengan hipertensi. Kualitas hidup
Kulitas Hidup tinggi dengan hipertensi derajat 1
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 24 orang sedangkan
didapatkan responden terbanyak hipertensi derajat 2 sebanyak 25
dengan status kualitas hidup tinggi orang, Sedangkan kualitas hidup
sebanyak 49 orang (59%) sedang dengan hipertensi derajat 1
sedangkan responden dengan terdapat 25 orang, kualitas hidup
kualitas hidup sedang 34 orang sedang dengan hipertensi derajat 2
(41%). Menurut Ratag (2017) didapatkan 9 orang. Sementara
didapatkan responden kualitas hasil kualitas hidup lansia
hidup tinggi 62 orang (64,6%), terbanyak dengan status kualitas
sedangkan kualitas hidup sedang hidup tinggi sebanyak 49 orang
sebesar 34 orang (35,45%), hal persentase (59%) sedangkan
tersebut sesuai dengan penelitian responden dengan kualitas hidup
dalam Ambrasan (2015) didapatkan sedang 34 orang persentase (41%).
kualitas hidup tinggi 35 orang Hasil Uji statistik chi
(58,3%), sedangkan kualtas hidup square didapatkan bahwa nilai p
sedang sebanyak 25 orang (41,7%). 0,025 lebih dari syarat chi square
Menurut yulianti (2017) (< 0,05) , Maka hasil penelitian ini
kualitas hidup pada lanjut usia didapatkan hubungan antara
menggambarkan fase kehidupan kualitas hidup lansia dengan
hipertensi di Wilayah Kerja dijelaskan diatas menurut
Puskesmas Perumnas II Kelurahan subjektivitas setiap individu. Aspek
Sungai Beliung Kecamatan yang paling banyak berkaitan
Pontianak Barat. dengan kualitas hidup adalah
Penyakit hipertensi dapat kehidupan yang baik, kepuasan
memicu terjadinya penyakit lain dalam menjalani hidup dan
seperti gagal jantung dan stroke kebahagiaan. Untuk mencapai
dimana penyakit ini dapat ketiga aspek ini, diperlukan
menyebabkan seseorang merasa adaptasi para lansia sehingga
kesulitan untuk melakukan kualitas hidup dapat dipertahankan
aktivitas sehari-hari dan bahkan (Wikananda, 2015)
seseorang yang sudah menderita Pada studi yang dilakukan
penyakit tersebut akan merasakan oleh Poljicanin, Tamara et al, juga
kesulitan untuk berjalan dan menyebutkan bahwa individu
merawat diri sendiri. Hal tersebut dengan penyakit hipertensi dapat
menunjukkan bahwa orang memberikan pengaruh yang buruk
menderita hipertensi mungkin akan terhadap kualitas hidup individu.
dapat mengalami penurunan Pada individu dengan penyakit
kualitas hidupnya. Selain itu tersebut, terjadi penurunan kualitas
hipertensi juga dapat menyebabkan hidup hampir seluruh dimensi
seseorang akan merasakan yang diukur berdasarkan kuesioner
kecemasan sehingga dapat WHO dimana yang paling
dikatakan bahwa hipertensi terpengaruh adalah dimensi
mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik dan hubungan
kualitas hidup (Bustan, 2007 sosial. (Poljicanin, Tamara et al,
Dalam Ratag 2017). 2010 Dalam Ambrasan 2015)
Kualitas hidup yang Sejalan dengan
dimaksud disini merupakan suatu diungkapkan Ratag (2017)
gambaran atau model yang penelitian ini mengunakan uji chi
bertujuan untuk menggambarkan square untuk menganalisis
sudut pandang seseorang dengan hubungan antar variabel dengan α
berbagai macam istilah terhadap = 0,05. Uji statistik yang dilakukan
dimensi kehidupan. Sebagai memperoleh hasil bahwa terdapat
pengertian, kualitas hidup yaitu hubungan antara hipertensi dengan
persepsi individu terhadap kualitas hidup (p= 0,000). Terdapat
kehidupannya di masyarakat dalam hubungan antara hipertensi dengan
konteks budaya dan sistem nilai kualitas hidup pada penduduk di
yang ada yang terkait dengan Kelurahan Kinilow Kecamatan
tujuan, harapan, standar, dan juga Tomohon Utara Kota Tomohon
perhatian. Kualitas hidup tidak Penelitian ini memiliki kualitas
dapat didefinisikan secara pasti, hidup baik dengan hipertensi yaitu
hanya orang yang tersebut yang sebanyak 42,1% responden yang
dapat merasakannya karena hal memiliki kualitas hidup kurang
tersebut bersifat subjektif. Kualitas baik dengan hipertensi berjumlah
hidup yang baik atau tinggi 57,9%. Menurut (Sofiana, 2011
diasosiasikan dengan kehidupan Dalam Ambrasan 2015)
yang lebih baik. Kehidupan yang menyimpulkan bahwa terdapat
baik diasosiasikan dengan hubungan antara hipertensi dengan
kepuasan terhadap berbagai aspek kualitas hidup yang menurun,
multidimensional yang telah disebutkan bahwa lansia dengan
hipertensi 4.6 kali hidupnya kurang pembelajaran keperawatan
berkualitas dibandingkan dengan gerontik.
lansia yang tidak mengalami b. Bagi Peneliti Bagi penelitian
hipertensi. ini dapat meningkatkan
Jadi, dapat disimpulkan pemahaman peneliti tentang
bahwa terdapat hubungan antara hubungan kualitas hidup lansia
kualitas hidup lansia dengan terhadap penderita hipertensi.
hipertensi bahwa orang menderita 60
hipertensi mungkin akan dapat c. Bagi Puskesmas Hasil
mengalami penurunan kualitas penelitian ini dapat digunakan
hidupnya. kualitas hidup yaitu sebagai dasar ilmiah dan dapat
persepsi individu terhadap menambah pengetahuan serta
kehidupannya di masyarakat dalam wawasan perawat dalam
konteks budaya dan sistem nilai pelayanan keperawatan
yang ada yang terkait dengan terutama pada penderita
tujuan, harapan, standar, dan juga hipertensi tentang kualitas
perhatian. hidup lansia dengan hipertensi.
KESIMPULAN d. Bagi Peneliti selanjutnya
Berdasarkan hasil penelitian 1. Bagi peneliti selanjutnya
dan pembahasan mengenai kualitas diharapkan dapat meneliti
hidup lansia dengan hipertensi di lebih dalam terkait
Wilayah Kerja Puskesmas kualitas hidup lansia
Perumnas II, maka dapat dengan hipertensi
disimpulkan karakterisktik usia 2. Bagi peneliti selanjutnya
responden lebih banyak usia 62 diharapkan dapat
(14,5%), jenis kelamin lebih memperbanyak populasi
banyak perempuan (59%), riwayat agar hasil lebih akurat.
pendidikan lebih banyak SD (41%), 3. Bagi peneliti selanjutnya
status perkawinan lebih banyak diharapkan dapat
kawin (71,1%), riwayat hipertensi mengakaji pola makan
lebih banyak 2 tahun (22,9%), responden, sebab pola
status hipertensi lebih banyak makan dapat
hipertensi derajat 1 (59%), status mempengaruhi tekanan
kualitas hidup lebih tinggi darah responden.
sebanyak (59%), Hasil Uji statistik Daftar Pustaka
chi square didapatkan bahwa nilai 1. Anbarasan SS. 2015.
p 0,025 lebih dari syarat chi square Gambaran Kualitas Hidup
(< 0,05) , Maka hasil penelitian ini Lansia dengan Hipertensi di
didapatkan hubungan antara Wilayah Kerja Puskesmas
kualitas hidup lansia dengan Rendang pada Periode 27
hipertensi di Wilayah Kerja Februari-14 Maret 2015.
Puskesmas Perumnas II Kelurahan Jurnal Kedokteran. Vol 4 (1):
Sungai Beliung Kecamatan 113-124.
Pontianak Barat. 2. Brunner & Suddarth, (2013).
SARAN Buku Ajar Keperawatan
a. Bagi Institusi Pendidikan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume
Keperawatan Hasil penelitian 2. Jakarta: EGC
ini diharapkan dapat 3. Firia, Yuli. 2015. Pengaruh
menambah informasi dalam Pelatihan Kesadaran Ilahiyah
mengembangkan program untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Subjektif Lanjut 11. Sulistyarini, 2013. Terapi
Usia di Panti Sosial Tresna Relaksasi untuk Menurunkan
Werdha Unit Budi Luhur. Tekanan Darah dan
Yogyakarta. Universitas Ahamd Meningkatkan Kualitas Hidup
Dahlan. Penderita Hipertensi, Jurnal
4. Gunawan, D. L. (2007). psikologi, Vol 40;1: 28–38
Hipertensi. Yogyakarta: 12. Susanti. Mila, T. 2017.
Penerbit Kanisius. Gambaran Kualitas hidup Lansia
5. Hidayat, A. Aziz. Alimun. 2011. di Panti Sosal Tresna Werdha
Metode Penelitian Keperawatan Budi Luhur dan Lansia di
dan Teknik Analisis Data. Edisi Kelurahan Paal V - Kota Jambi.
pertama. Jakarta: Selemba Jurnal Ilmiah Universitas
Medika Batanghari Jambi Vol.17 No.2
6. Lestari, W, Sri, A.W, Sofiana, 13. Sutikno, E. (2011). Hubungan
N. 2014. Hubungan Dukungan fungsi keluarga dengan kualitas
Keluarga Dengan Motivasi hidup lansia. Tesis. Fakultas
Lansia Hipertensi Dalam Pasca Sarjana Universitas
Memeriksakan Tekanan Sebelas Maret Surakarta. Diper
Darahnya. JOM PSIK VOL. 1 oleh tanggal 26 januari 2015
NO. 2 dari
7. Nursalam. 2011. Konsep dan http://www.feprints.uns.ac.id.
Penerapan Metedologi 14. Suwardana, I. W, Saraswati, N.
Penelitian Ilmu Keperawatan L. G. I, Wiratni, M. (2014).
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Dukungan keluarga dan kualitas
Instrumen Penelitian hidup lansia hipertensi. Diambil
Keperawatan. Jakarta: Selemba dari
Medika http://poltekkesdenpasar.ac.id/
8. Ratag, B.T, Marco, A.D, 15. Triyanto, E. 2014. Pelayanan
Poluan, F.C, 2017. Hubungan Keperawatan Bagi Penderita
antara hipertensi dengan kualitas Hipertensi Secara Terpadu.
hidup pada penduduk Yogyakarta: Graha Ilmu.
dikelurahan kinilow kecamatan 16. WHO. 2014. Global target 6:
tohmohom utara kota tomohom. A 25% relative reduction in the
Manado: Fakultas Kesehatan prevalence of raised blood
Masyarakat Universitas pressure or contain the
Manado. prevalence of raised blood
9. Ratnawati, N.L, Muhammad, pressure, according to national
H.B, Wayan, W. 2016. Faktor- circumstances. Jenewa: World
faktor yang berhubungan dengan Health Organization.
kejadian hipertensi pada 17. WHOQOL Group. 1998.
kelompok lanjut usia. Jurnal Development of the world health
Medika, Vol. 5 NO.7 organization WHOQOL-BREF
10. Reno, R.B. 2010. Hubungan Quality of Life Assesment.
status interaksi sosial dengan Psychological Medicine.
kualitas hidup lansia dipanti 18. World Health Organization.
werdha dhrama bhakti 2004. The World Health
surakarta. Diperoleh pada Organization Quality of Life
tanggal 25 desember 2014 dari (WHOQOL) –BREF. Diakses
http;etd.eprints.ums.ac.id/ dari
http://www.who.int/substance_
abuse/research_tools/en/indones keluarga dengan motivasi lansia
ian_whoqol.pdf (22 April 2012). hipertensi dalam memeriksakan
19. Wikananda, G. 2015. tekanan darahnya. JOM PSIK 1
Hubungan Kualitas Hidup dan (2), 1-10
Faktor Risiko pada Usia Lanjut 21. Yulikasari, Rahmawati.
di Wilayah Kerja Puskesmas (2015). “Hubungan Dukungan
Tampaksiring I Kabupaten Keluarga Dengan Kualitas
Gianyar Bali 2015. Bali: Hidup Lanjut Usia Pada
Fakultas Kedoktera Universitas Penderita Hipertensi Di
Udayana, Vol. 8:41-49. Kelurahan Gayam Kabupaten
20. Wulandhani, S., A., Sukoharjo”. Skripsi. Surakarta :
Nurchayati, S., Lestari, W. Universitas Muhammadiyah
(2014). Hubungan dukungan Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai