Anda di halaman 1dari 15

Kepatuhan Lansia Mengontrol Tekanan Darah di Posyandu Lansia Terhadap Penurunan

Tekanan Darah Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Jr. Lubuak Aua

Disusun Oleh:

Rahmi Santi Gusfani

(1814201216)

Dosen Pembimbing:

Ns. Andrey Fernandes, M.Kep,Sp.Kep.An

Program Studi Sarjan Keperawatan

Universitas Perintis Indonesia

Fakultas Ilmu Kesehatan

TA 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas Proposal Penelitian yang berjudul " Kepatuhan Lansia Mengontrol
TekananDarah di Posyandu Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Yang
Mengalami Hipertensi Di Jr. Lubuak Aua " dengan tepat waktu.

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian.
Selain itu, proposal ini bertujuan menambah wawasan tentang cara pembuatan proposal penelitian
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Andrey Fernandes,


M.Kep,Sp.Kep.An selaku dosen mata kuliah metodelogi penelitian. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan proposal ini.

Bukittinggi, 17 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan perubahan dimana
tekanan darah meningkat secara kronik. Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam pembuluh darah arteri (Harnani &
Axmalia, 2017). Tekanan darah tinggi disebut the silent killer karena termasuk penyakit
yang mematikan, penyakit tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja baik muda
ataupun tua (Wulandari et al., 2016)
Menurut World Health Organization (WHO), umur lansia 60- 64 tahun terjadi
peningkatan risiko hipertensi sebanyak 51%, dan pada usia diatas 65 tahun sebanyak 65%
(Suprayitno & Huzaimah, 2020). Berdasarkan riset kesehatan dasar (2018), prevalensi
hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan pada penduduk umur 55 - 64 tahun
sebanyak 55,2% (Kementerian Kesehatan RI, 2019). Prevalensi hipertensi di Sumatra
Barat sebanyak 25,6% dengan jumlah 176.169 kasus yang terdeteksi melalui pengukuran
tekanan darah. Kota Padang merupakan wilayah tertinggi di Sumatera Barat dengan
jumlah kasus hipertensi sebesar 44.330 kasus (Dinkes Provinsi Sumatera Barat, 2018).
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, dimana pada
masa ini merupakan proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisik, psikologi
dan psikososial. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia
adalah pada sistem kardiovaskuler. Pada usia lanjut sensitivitas pengaturan tekanan darah
yaitu reflex baroreseptor mulai berkurang (Ferayanti et al., 2017b). Gejala yang sering
dialami hipertensi berupa nyeri tengkuk, pusing hingga pembengkakan pembulu darah
kapiler. Akibat jika tidak dilakukan pengobatan dengan benar bisa berdampak
menimbulkan komplikasi berupa gagal jantung, stroke, aneurisma, masalah pada mata,
ginjal dan sindrom metabolik hingga kematian (Ulinnuha, 2018). Hal ini mengakibatkan
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar penderita
hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala
terjadi secara bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi.

2. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh kepatuhan lansia dalam mengontrol tekana darah di Posyandu
lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia yang mengalami hipertensi?
3. Tujuan
3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi pengaruh kepatuhan lansia dalam mengontrol tekanan darah
di Posyandu lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia yang mengalami
hipertensi di Jr. Lubuak Aua
3.2 Tujuan Khusus
3.2.1 Untuk mengidentifikasi kepetuhan lansia dalam mengontrol tekanan darah di
Posyandu lansia
3.2.2 Untuk mengidentifikasi penurunan tekanan darah lansia yang mengalami
hipertensi
3.2.3 Untuk mengidentifikasi hubungan kepatuhan lansia dalam mengontrol tekanan
darah di Posyandu lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia yang
mengalami hipertensi
4. Manfaat
4.1 Penelitian ini bermanfaat untuk lansia yang mengalami hipertensi sehingga lansia bisa
mengontrol tekanan darah di Posyandu lansia
4.2 Penelitian ini bermanfaat untuk lembaga Posyandu lansia sehingga tahu lansia yang
mengalami hipertensi dengan begitu posyandu lansia dapat meningkatkan kesehatan
lansia dengan mengontrol tekanan darah lansia di wilayah tersebut.
4.3 Penelitian ini bermanfaat untuk profesi keperawatan dan profesi lainnya karena
dengan penelitian ini bisa dikembangkan bagaimana cara meningkatkan kesehatan
lansia yang mengalami hipertensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lanju Usia (Lansia)


1. Defenisi
Lanjut usia (Lansia) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai
dari satu waktu tertentu, tetapi di mulai sejak kehidupan, menjasi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahapkehidupannya, yaitu
neonatus, toddler preschool, school, remaja, dewasa, dan lansia. Tahap berbeda ini di
mulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila,2013).
Lanjut usia (Lansia) adalah satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan
lansia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai dengan keberadaannya, dimana
individu menjadi tua dan seluruh organ tubuh mulai tidak berfungsi dengan baik
( Hadi,2014).
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur 40 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas (PP No. 34/2004). Usia lanjut
diklasifikasikan oleh banyak ahli (Wibiwi, 2014).
2. Penyesuaian-penyesuaian pada lanjut usia
a. Penyesuaian terhadap masalah kesehatan
Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya
kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit
makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain. Menurut
Nugroho, 2003. Adapun perubahan yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh
yakni sistem pendengaran, penglihatan, persarafan, dan system tubuh lainnya.
b. Penyesuaian pekerjaan dan masa pensiunan
Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut karena
sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi sikapnya
terhadap masa pensiunan yang akan dating. Masa pensiunan seringkali dianggap
sebagai suatu kondisiyang tidak menyenangkan sehingga menjelang masa tiba
mereka merasa cemas pada kehidupan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu,
sebagian lanjut usia umumnya kurang menikmati masa tua dengan hidup santai,
namun sebaliknya mengalami masalah kejiwaan maupun fisik.
c. Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang dicintai
Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah penyesuaian
yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan tersebut dapat
disebabkan oleh kematian. Kondisi ini mengakibatkan gangguan emosional
dimana lanjut usia akan merasa sedih akibat kehilangan orang yang dicintainya
(Eny,2015).
B. Hipertensi
1. Defenisi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada 3 kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam
Ardiansyah M, 2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah
sebagian peningkatan tekanan darah sistoliksedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darahdan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
Sedangkan menurut Hannata I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah
suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari satu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko ganda ,
baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun
yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada
setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah
sakit kepala atau rasa berat di tengkuk , vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi 2 bagian (Ardiansyah M, 2012) :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya:
1) Genetik yaitu individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi
lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia yaitu lelaki berusia 35-50 tahnun dan wanita
yang telah menopouse beresiko tinggi mengalami penyakit hipertensi
3) Diit konsumsi tinngi garam atau kandungan lemak, konsumsi garam
yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang
tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit
hipertensi
4) Berat badan obesitas yaitu berat badan yang melebihi 25% melebihi
berat badan ideal sering dilakukan dengan berkembangnya hipertensi
5) Gaya hidup merokok dan mengkonsumsi alkohol sering berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yakni:
1) Coarctationaorta yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat aorta toraksi atau aorta abdominal.
2) Penyakit parenkim atau vaskuler ginjal, ini merupakan penyebab utama
penyakit hipertensi sekunder.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
4) Gangguan endokrin
5) Strees dan peningkatan tekanan vaskuler

Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :
1) Hipertensi dimana tekanan sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan diastolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
4) Kehilangan elastisitaspembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Manifestasi klinis hipertensi
Menurut Tambayong dalam (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan
gejala hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala spesifik yang bisa dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah
tidak teratur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan.
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual, muntah
6) Kesadaran menurun
4. Faktor-faktor resiko hipertensi
Menurut Aulia , R. (2017), faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu:
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Riwayat keluarga, Seseorang yang memiliki ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek yang hipertensi lebih beresiko
untuk terkena hipertensi
2) Usia, tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
3) Jenis kelamin, hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita
4) Ras dan etnik, hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar
negri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.
b. Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi, antara lain:
1) Merokok , Merokok merupakan salah satufaktor penyebab hipertensi karena
dalam merokok terdapat kandungan nikotin.
2) Kurang aktifitas fisik, Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
3) Konsumsi alkohol, Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan
karbon monoksida yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah
menjadi kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar
darah sampai ke jaringan.
4) Kebiasaan minum kopi, Kopi sering kali dikaitkan dengan penyakit jantung
koroner, termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah
karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium dna kafein.
5) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam,
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.
Konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.
6) Kebiasaan konsumsi makanan lemak, Lemak di dalam makanan atau
hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kolesterol darah,
terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang
tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
Menurut Ardiansyah , M., (2012) komplikasi dari hipertensi adalah:
a. Stroke, akibat dari pecahnya pembuluh darah yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak.
b. Infark miokardium, terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak
pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus
yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Gagal ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan darah pada kapiler-kapiler
glomerulus .
d. Enselopati terjadi pada hipertensi maligna ( hipertensi yang mengalami
kenaikan darah dengan cepat.
C. Konsep Posyandu Lansia
1. Defenisi
Menurut Azizah, 2011. Posyandu adalah suatu kegiatan masyarakat dalam
upaya pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat
dalam upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah
kegiatan yang bernuansa pemberdayaan masyarakat akan berjalan baik dan optimal
apabila proses kepemimpinan, terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota
kelompok dan kader serta tersedianya pendanaan (Eny,2015).
Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi usia lanjut yang dilakukan
dari, oleh dan untuk kaum usia lanjut yang menitik beratkan pada pelayanan promotif
dan preventif tanpa mengakibatkan upaya kuratif dan rehabilitative. Kegiatannya
adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatan olahraga, pengembangan
keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat.
2. Tujuan pelayanan Posyandu Lansia
Menurut Azizah (2011), adapun tujuan posyandu lansia:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif dari lansia.
b. Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia.
c. Meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali masalah kesehatan
dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas
kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika
diperlukan.
3. Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Azizah (2011), manfaat posyandu lansia antara lain:
a. Meningkatkan status kesehatan lansia.
b. Meningkatkan kemampuan pada lansia.
c. Memperlambat aging proses.
d. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia.
e. Meningkatkan harapan hidup.
4. Peran pemerintah dalam Posyandu lansia
Dituangkan dalam bentuk Undang-undang dan Peraturan untuk menyusun
kebijakan dalam pembinaan lansia di Indonesia. Undang-undang tersebut antara lain:
a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan (pasal 19).
b. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.

Meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia
lanjut yang optimal (Azizah, 2011).

5. Sasaran
Menurut Azizah (2011), sasaran dalam posyandu lansia antara lain:
a. Sasaran lansung
1) Kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam masa virilitas,
didalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket pembinaan yang
meliputi KIE san pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat mempersiapkan
diri menghadapi masa tua.
2) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55-64 tahun) dalam keluarga,
organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan
paket pembinaan meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan
kondisi kesehatannya dan tetap kooperatif
3) Kelompok usia lanjut dalam masa senescenc (65 tahun) dan usia lanjut dengan
resiko tinggi ( dari 70 tahun ). Hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit
berat, cacat dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan
pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin mempertahankan
kemandiriannya.
b. Sasaran tidak langsung
1) Kleuarga dimana usia lanjut berada
2) Organisasi sosial yang berkaitan dengan pembinaan usia lanjut
3) Institusi pelayanan kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar dan pelayanan rujukan
4) Masyarakat luas
5) Komponen pokok dalam posyandu lansia
Menurut Azizah (2011), komponen dalam posyandu lansia adalah
kepemimpinan, pengorganisasian, anggota kelompok, kader dan perdanaan. Unit
pengelola posyandu dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari para anggota.
Organisasi posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang dipimpin
oleh seorang pimpinan dan dibantu oleh pelaksana pelayanan yang terdiri dari
kader posyandu sebanyak 4-5 orang.

Bentuk susunan organisasi unit pengelola posyandu di desa, ditetapkan


melalui kesepakatan dari para anggota pengelola posyandu. Dana yang diperlukan
untuk membiayai kegiatan posyandu termasuk untuk revitalisasi, dihimpun dari
semangat kebersamaan dan diguanakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran
pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat serta sumbangan
swasta dan donor lainnya baik domestic maupun internasional. Keder diartikan
sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu yang tumbuh dalam
masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan serta membina
kesejahteraan termasuk bidang kesehatan (Depkes RI, 2001)

6. Kegiatan Kesehatan Posyandu Lansia


Kegiatan kesehatan posyandu lansia menurut Azizah (2011), antara lain:
a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam
kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, berpakaian, naik-turun tempat tidur,
buang air besar atau air kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan,
pencatatan dan grafik indeks massa tubuh (IMT)
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi dalam satu menit
e. Pemeriksaan hemoglobin
f. Pemeriksaan gula darah air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit DM
g. Pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal
h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada rujukan
i. Penyuluhan dilakukan di dalam atau di luar posyandu atau kelompok lanut usia
j. Kunjungan rumah oleh kader didampingi puskesmas bagi anggota lansia ayang
tidak hadir di posyandu
k. Pemberian makanan tambahan dan penyuluhan contoh menu makanan
l. Kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia dan jalan santai
7. Mekanisme pelaksanaan
Menurut Azizah (2011), mekanisme pelaksanaan kegiatan program posyandu
lansia yang digunakan adalah system tiga tahap (3 meja) yaitu:
a. Tahap Pertama (Meja 1)
1) Pendaftaran usia lanjut yang sudha terdaftar maupun usia lanjut yang baru,
setiap lanjut usia akan mendapatkan kartu KMS
2) Penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan
b. Tahap Kedua (Meja 2)
1) Pencatatan
2) Pencatatan diletakkan pada KMS berupa hasil penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, kegiatan sehari-hari yang dilakukan
3) Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan
4) Dilaksanakan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan status
mental, pengobatan sederhana dan perawatan juga diberikan. Pada tahap ini
selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar gula dan protein dalam air seni
c. Tahap Ketiga (Meja 3)
Pada tahap ini diberikan penyuluhan dna konseling selain itu juga dilakukan
pembinaan mental untuk memperkuat ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam tahap ini pula perlu dilakukan kegiatan fisik berupa olahraga maupun
kegiatan fisik lainnya (Eny,2015).
Tujuan akhir dari penyelenggaraan Posyandu Lansia ini adalah mewujudkan
dimensi wellness pada lansia. Dimensi ini terdiri dari enam aspek yaitu fisik,
emosional, intelektual, sosial, vokasional dan spiritual. Jenis kegiatan posyandu
lansia, yaitu:
1) Kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali.
2) Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali namun
bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu. Hal ini
dapat dilakukan di puskesmas atau tenaga kesehatan terdekat.
3) Kegiatan pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), gula darah dan kolesterol
darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup diperiksa setiap 6 bulan. Namun bagi
yang mempunyai factor resiko seperti turunan kencing manis, kegemukan
sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah menderita maka dilakukan di
posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini dapat
dilakukan oleh tenaga puskesmas atau dikoordinasikan di laboratorium
setempat.
4) Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan setiap
bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu,
selain itu dapat memantau factor resiko penyakit degenerative agar masyarakat
mengetahui dan dapat mengendalikannya
5) Konseling usaha ekonomi produktif dilakukan sesuai dengan kebutuhan
6) Kegiatan aktivitas fisik/ senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar
jadwal penyelenggaraan posyandu.
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Test

Kepatuhan lansia Pemanfaatan


mengontrol Penurunan tekanan
layanan Posyandu
tekanan darah darah pada lansia
lansia

Hipotesis Riset:
1. Ada pengaruh kepatuhan lansia mengontrol tekanan darah terhadap pemanfaatan
layanan posyandu lansia
2. Ada pengaruh pemanfaatan posyandu lanisa terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia
3. Ada pengaruh kepatuhan lansia mengontrol tekanan darah terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai