Abstrak
Prevalensi penderita hipertensi di Lampung mencapai 24,7% dari jumlah penduduk. Faktor resiko hipertensi salah satunya
ialah obesitas. Selain hipertensi, penyakit degeneratif lain yang dapat timbul akibat obesitas adalah osteoartritis. Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk mengontrol kedua penyakit degeneratif tersebut adalah menghilangkan faktor risiko
yang dapat dimodifikasi. Analisis studi ini adalah laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis
dan alloanamnesis dari pasien dan anggota keluarganya), pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah untuk melengkapi data
keluarga, data psikososial dan lingkungan. Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir
studi secara kuantitatif dan kualitatif. Pasien memiliki derajat fungsional 2 dengan hipertensi grade II, osteoartritis dan
obesitas. Memiliki faktor resiko internal usia 54 tahun, IMT 37,2 (obesitas II), aktivitas tergolong ringan, gaya hidup kuran g
baik, kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, memiliki faktor stressor dan memiliki pola pengobatan kuratif.
Penatalaksanaan medikamentosa dan non medikamentosa dilakukan berdasarkan prinsip pelayanan kedokteran keluarga,
serta edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang upaya mengubah gaya hidup, mengonsumsi obat dan kontrol
secara teratur bagi pasien dan melakukan upaya pencegahan pada anggota keluarga yang berisiko. Kemudian, dilakukan
evaluasi untuk menilai perubahan yang terjadi dari sebelum dilakukan intervensi. Pada evaluasi didapatkan penurunan
tekanan darah namun tetap dalam kategori hipertensi grade II dan berkurangnya frekuensi nyeri pada kedua sendi lutut.
Korespondensi :Minerva Nadia Putri, SKM, M.K.M, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 0858844241, e-mail
minervanadia@mail.com
rumah tangga dikerjakannya seorang diri selain darah: 170/100 mmHg; frekuensi nadi: 85
mengurus suami serta kedua cucunya namun kali/menit; frekuensi nafas: 15 kali/menit;
aktivitas fisik pasien masih tergolong aktivitas berat badan: 79 kg; tinggi badan: 152 cm. IMT:
ringan. Pasien tidak pernah berolahraga dan 37,2 kg/m2 (obesitas II). Lingkar perut 115 cm.
mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol Status generalis: mata tidak ditemukan
ataupun merokok. adanya kekeruhan lensa, telinga, hidung, kesan
Pasien tinggal bersama suaminya Tn. U dalam batas normal. Leher, JVP tidak
(70 tahun), cucunya an. D (4 tahun) dan an. V meningkat, kesan dalam batas normal. Paru,
(2 tahun). Pasien merasa cukup sulit untuk gerak dada dan fremitus taktil simetris, tidak
mengurus kedua cucunya, pasien mengaku didapatkan rhonki dan wheezing, kesan dalam
tidak memiliki waktu untuk beristirahat batas normal. Jantung, bunyi jantung I dan
ataupun meluangkan sedikit waktu untuk bunyi jantung II regular, tidak ada bunyi
sekedar mengaji karena kedua cucunya tidak jantung tambahan. Abdomen, supel, tidak
dapat dibiarkan sendiri. Aktivitas sehari-hari didapatkan organomegali ataupun asites,
yang hampir seluruhnya dihabiskan di rumah kesan dalam batas normal. Muskuloskeletal
membuat pasien jarang untuk berjalan terlalu dan status neurologis kesan dalam batas
jauh, aktivitas sehari-hari yang juga dilakukan normal.Status lokalis: Ekstremitas tidak
seperti memasak dilakukan dengan berdiri, didapatkan edema, kesan dalam batas normal.
mencuci pakaian karena masih secara manual Patela dextra et sinistra tidak ditemukan
dilakukan sambil duduk menggunakan kursi adanya tanda inflamasi seperti bengkak,
kayu sejajar dengan lantai, jamban masih kemerahan, teraba nyeri atau panas. Hasil
menggunakan jamban jongkok, tidak adanya pemeriksaan ROM kedua sendi lutut dapat
kursi di ruang keluarga sehingga aktivitas melakukan flexi dan ekstensi dalam posisi
dilakukan secara lesehan, ditambah keharusan duduk di kursi tanpa keterbatasan, rotasi
menggendong cucu saat mereka rewel eksternal dan internal, namun pasien
merupakan gambaran aktivitas fisik pasien. mengalami kesulitan saat diminta berdiri dari
Pasien mengaku nyeri sendi lututnya akan posisi duduk dilantai.
muncul saat pasien melakukan aktivitas dan Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan
berkurang setelah beristirahat. Pasien dan kolesterol total 192 mg/dl.
suaminya sudah tidak bekerja lagi dan kondisi Data Keluarga: Bentuk keluarga pada
keuangan sepenuhnya bergantung dengan pasien ini adalah keluarga Ekstended. Menurut
anak-anaknya. Banyak hal yang harus siklus Duvall, siklus keluarga ini berada pada
dipikirkan dan diurus menjadi beban tersendiri tahap VII, dimana keluarga dalam usia
bagi pasien, baik secara mental maupun fisik. pertengahan. Tidak terdapat gangguan pada
Pemeriksaan Fisik: Keadaaan umum: fungsi keluarga.
tampak sakit ringan; suhu: 36,4 oC; tekanan
D. 1999 D. 1990 D. 2001 D. 2014
H S J M
U T K S M
B H C S R W A
Genogram
Berikut adalah identitas Genogram di atas:
Judul : Genogram keluarga Ny. S
Oleh : Indriasari Nurul Putri
Tanggal pembuatan : 8 Maret 2017
mengonsumsi obat dapat mencegah dan keluarga serta menerangkan maksud dan
terjadinya komplikasi. tujuan kedatangan, diikuti dengan identifikasi
keadaan serta faktor risiko kesehatan yang ada
2. Aspek Klinik dalam keluarga. Diagnosis hipertensi grade II
− Hipertensi grade II (ICD10-I10) pada pasien ditegakkan berdasarkan keluhan
− Osteoarthritis (ICD10-M17) nyeri kepala yang menjalar ke leher sehingga
− Obesitas (ICD1-Z68.37) tengkuk terasa berat serta pada pemeriksaan
fisik didapatkan TD 170/100 mmHg. Dari
3. Aspek Resiko Internal kunjungan pertama juga ditemukan beberapa
− Pengetahuan yang lebih baik tentang faktor resiko hipertensi pada pasien ini, yaitu
hipertensi. faktor keturunan, gaya hidup dan stres. Ibu dan
− Sudah mulai menerapkan pola diet tiga saudara kandung pasien menderita
hipertensi. hipertensi dan 3 diantaranya meninggal dunia
− Pasien mulai sering memeriksakan diri karena stroke. Adanya riwayat keluarga dekat
ke puskesmas dan masih mengonsumsi yang menderita hipertensi meningkatkan risiko
rutin obat yang diberikan. terkena hipertensi, terutama pada hipertensi
primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan
4. Aspek Psikososial Keluarga penyakit jantung meningkatkan risiko
− Meningkatnya pengetahuan, aspek sikap hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua
dan tindakan keluarga mengenai mempunyai hipertensi, kemungkinan
penyakit yang diderita pasien dalam hal mendapat penyakit tersebut 60%.11 Pada
memberi dukungan dan perhatian. faktor usia, semakin tua usia seseorang
− Meningkatnya kesadaran keluarga semakin besar resiko terserang hipertensi
terhadap pencegahan penyakit karena arteri semakin kehilangan
hipertensi yang mungkin diturunkan elastisitasnya. Hipertensi paling sering dijumpai
kepada generasi selanjutnya dari pasien. pada orang berusia 35 tahun atau lebih.12
Selain faktor keturunan, pasien juga memiliki
5. Derajat Fungsional : 2, yaitu mampu gaya hidup yang kurang baik dan aktivitas fisik
melakukan aktivitas ringan sehari-hari di pasien juga masih tergolong aktivitas ringan.
dalam dan di luar rumah Pola makan terutama asupan lemak dan
natrium serta aktivitas fisik memiliki hubungan
Pembahasan yang signifikan terhadap kejadian hipertensi
Pembinaan dilakukan sebagai bentuk dan berisiko meningkatkan kejadian hipertensi
pelayanan kedokteran keluarga terhadap Ny. S masing-masing sebanyak 6,1 kali dan 3,5 kali
berusia 54 tahun dengan diagnosis klinis lebih besar. 13
hipertensi grade II, osteoartritis dan obesitas. Hal lain yang menyebabkan hipertensi
Pentingnya pendekatan kedokteran keluarga adalah stress terutama beban psikologis.
pada pasien ini karena penyakit pada pasien Pasien mengasuh kedua cucunya yang masih
tergolong penyakit menahun dan dipengaruhi dalam usia pertumbuhan dan hal inilah yang
oleh berbagai faktor serta komplikasi yang bisa diakui pasien menjadi stresornya saat ini.
ditimbulkan bila penyakit ini tidak ditangani. Berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam
Selain itu keberhasilan pengobatan yang belum keseharian individu dapat menimbulkan stres
tampak walaupun pasien sudah melakukan dan memicu terjadinya hipertensi essensial.14
pengobatan. Keberhasilan dari Reaksi pembuluh darah jantung akan
penatalaksanaan tidak hanya bergantung pada mengalami peningkatan sehingga sistem
pasien dan tenaga kesehatan, tapi peran diastolik dan sistolik yang ada pada jantung
keluarga juga dibutuhkan. Oleh karenanya menjadi tidak stabil.15
perlu dilakukan pendekatan kedokteran Selama ini pasien belum menghiraukan
keluarga agar penyakit pasien bisa dikelola keluhan yang ia rasakan, hanya melakukan
dengan baik. pengobatan apabila ada keluhan dan tidak
Penatalaksanaan dengan pendekatan pernah kontrol setelahnya. Hal ini
kedokteran keluarga pada pasien dilakukan mengakibatkan hipertensi yang telah ia derita
dalam beberapa kunjungan. Kunjungan selama enam bulan menjadi tidak terkontrol.
pertama adalah perkenalan terhadap pasien Hipertensi yang tidak diobati akan
gaya hidup dengan tujuan menurunkan berat dapat menurunkan tekanan darah seperti
badan. Hal yang dapat dilakukan yaitu tomat, jus seledri, pisang dan pepaya yang
mengatur pola makan dengan gizi seimbang. tinggi kalium, mengurangi jumlah porsi dan
Pola makan memiliki peranan besar terhadap frekuensi makan nasi, mengurangi penggunaan
kejadian hipertensi sehingga dengan garam pada masakan dan digantikan dengan
mengubah pola makan diharapkan dapat bumbu dapur alami seperti bawang putih.
menurunkan risiko hipertensi sebanyak 6 kali.13 Pasien juga sudah mulai mengatur aktivitas
Aktivitas fisik juga memiliki peranan yang tidak fisiknya dengan diberi jeda antar aktivitas
kalah besar. Aktivitas fisik seperti olahraga sehingga tidak terlalu melelahkan dan
mempunyai manfaat yang besar karena dapat menghindari kegiatan yang memperberat nyeri
meningkatkan unsur-unsur kesegaran jasmani, kedua lutut. Namun pasien belum
yaitu sistem jantung dan pernapasan, melaksanakan anjuran untuk berolahraga
kelenturan sendi dan kekuatan otot-otot secara rutin. Pasien beralasan belum sempat
tertentu. Olahraga dapat mengurangi kejadian dan merasa belum terbiasa untuk melakukan
serta keparahan penyakit jantung dan olahraga. Untuk pengobatan pasien sudah dua
pembuluh darah, obesitas, hipertensi, diabetes kali kembali ke puskesmas untuk kontrol ulang
mellitus dan beberapa kelainan sendi, otot, serta menebus obat setelah dilakukan
tulang dan juga stres.25 Edukasi ini juga diikuti kunjugan pertama. Diharapkan pasien dapat
oleh anggota keluarga Ny. S. Ini bertujuan agar kontrol rutin di puskesmas dan tidak putus
keluarga juga memahami tentang penyakit obat.28,29
hipertensi dan dapat berperan dalam usaha Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
pengelolaan penyakit Ny. S. Dukungan tekanan darah pasien 160/90 mmHg. Angka ini
emosional keluarga mempengaruhi status alam menunjukkan bahwa target tekanan darah
perasaan dan motivasi diri dalam mengikuti pada pasien ini belum tercapai. Pasien tetap
program terapi.26 Jadi keberhasilan dari dianjurkan untuk meneruskan pengobatan
pengelolaan penyakit pasien juga bergantung seperti sebelumnya dan kontrol rutin ke
dari peran serta anggota keluarga. Selain fungsi pelayanan kesehatan. Pada kunjungan ini tetap
dukungan keluarga, intervensi ini juga diberikan motivasi dan edukasi kepada pasien
bertujuan memberikan kesadaran bagi dan anggota keluarga agar pengobatan
keluarga bahwa merekapun memiliki resiko hipertensi pada pasien mendapatkan hasil yang
untuk menderita hipertensi sehingga lebih baik. Pasien juga sudah mulai
diharapkan dapat melakukan deteksi dan menerapkan cara-cara agar keluhan nyeri
pencegahan sedini mungkin. sendinya dapat berkurang. Dari pengamatan
Pada kunjungan kedua ini juga dilakukan diatas maka sesuai dengan teori bloom tentang
intervensi secara farmakologis dengan target mengadopsi perilaku, pasien telah mencapai
TD terapi untuk sistolik <150 mmHg dan tahap trial, yaitu mulai melakukan apa yang
diastolik < 90 mmHg. Pada pasien diberikan dikehendaki oleh stimulus.30
Amlodipin 1x10 mg dan Captopril 1x25 mg Ada beberapa faktor yang menyebabkan
sebagai terapi inisial untuk menurunkan belum tercapainya target tekanan darah pada
tekanan darah pasien, kemudian dititrasi pasien ini. Faktor pertama yaitu pasien belum
hingga target tekanan darah tercapai. Setelah sepenuhnya mengubah gaya hidup dan pola
target tercapai terapi dilanjutkan sesuai dosis makan yang terlihat dari hasil food record,
efektif terakhir dan dimonitoring.27 belum menurunnya berat badan, dan faktor
Setelah intervensi dilaksanakan, stres yang belum sepenuhnya bisa dihilangkan.
kemudian dilakukan evaluasi 1 minggu Kedua, dibutuhkan waktu terapi yang lebih
berikutnya. Dari hasil anamnesis, keluhan nyeri panjang untuk mendapatkan hasil yang lebih
kepala dan nyeri kedua lutut sudah mulai baik. Selanjutnya peran serta anggota keluarga
berkurang meskipun masih sering muncul. dalam pemberian dukungan dan pengelolaan
Pasien sudah rutin meminum obat yang penyakit pasien masih terus perlu ditingkatkan.
diberikan dan sudah mulai rutin memeriksakan Evaluasi intervensi mengenai
diri ke puskesmas. Pasien juga sudah mencoba pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap
mengatur jenis makanan yang dikonsumsi penyakit hipertensi kepada pasien dan
dengan menambah jumlah porsi serat, keluarga dilakukan dengan menggunakan
mengonsumsi sayur dan buah yang dianggap kuesioner dengan hasil ≤ 55% tergolong
rendah, 56-75% sedang dan > 75% tinggi. 8. Center for disease control and
Kuesioner diberikan pre dan post intervensi prevention(CDC): Osteoarthritis [internet].
dan didapatkan hasil yang memuaskan. [disitasi tanggal 10 Maret 2017]. Tersedia
Pengetahuan pasien dan keluarga yang pada dari: http://www.cdc.gov/arthritis/basics/
awalnya masih tergolong rendah sudah orteoarthritis.htm.
mengalami peningkatan menjadi tinggi (mean: 9. Sambrook P, Schrieber L, Taylor T, Ellis A.
44,3% menjadi 89,23%). Perubahan juga The musculoskeletal system basic science
terlihat pada kedua aspek lainnya yaitu and clinical condition. USA: Churchill
peningkatan sikap dari sedang menjadi tinggi Livingstone Elsevier; 2010.
(66,21% menjadi 81,29%), dan tindakan dari 10. Ismail A. Evaluasi kualitas hidup penderita
rendah menjadi sedang (50% menjadi 60%). osteoartritis di Instalasi Rawat Jalan RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari-
Simpulan Mei 2013. [Tesis]. Universitas Gadjah
Kedua penyakit yang diderita pasien erat Mada; 2013.
hubungannya dengan kondisi obesitas sehingga 11. Yogiantoro M. Ilmu penyakit Dalam.
perlunya manajemen penurunan berat badan Jakarta: Fakultas Kedokertan Universitas
disamping upaya mengontrol dan Indonesia. 2006
menghilangkan keluhan masing-masing 12. A. Tjokronegoro dan H. Utama. Buku Ajar
penyakit. Peningkatan pengetahuan pasien Ilmu Penyakit Dalam II. In : E. Susalit,
terhadap penyakit yang dideritanya membuat E.J.Kapojos, dan H.R Lubis ed. Hipertensi.
pasien menjalankan pola hidup yang sehat dan Jakarta: Gaya Baru.2001
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan 13. Solehatul M, Taufiq M, Firlia AA & Ubnu
secara rutin. Pentingnya fungsi dan dukungan M. Hubungan gaya hidup dan pola makan
keluarga agar dapat memberikan hasil yang dengan kejadian hipertensi pada lansia di
baik terhadap pengobatan dan perjalanan Kelurahan Sawangan Baru. Biomedika.
penyakit. 2015; 7(2):43-51.
14. Davison, G. C., Neale, M. Abnormal
Psychology. John Willey And Sons. 2001
Daftar Pustaka 15. Stewart, J. C., Janicki, D. L., and Kamarck,
1. Bell K, Twiggs J, Olin BR. Hypertension: T. W. Cardiovascular reactivity to and
The Silent Killer: Update JNC-8 Guideline recovery from psychologycal challenge as
Recommendations. Alabama Pharmacy predictors of 3 year change in blood
Association. 2015. pressure. Health Psychology.2006;1:111-
2. Badan Penelitian dan Pengembangan 18.
Kesehatan RI. Laporan riset Kesehatan 16. Cardiology Channel. Hypertension (High
Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Blood Pressure)[internet]. [disitasi 10
Balitbangkes; 2014. November 2014]. Tersedia dari:
3. Badan Penelitian dan Pengembangan http://www.Cardiologychannel.com
Kesehatan RI. Laporan riset Kesehatan 17. Hoeymans N, Smit HA, Verkleij H,
Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Kromhout D. Cardiovascular Risk Factors
Balitbangkes; 2008. in Netherlands. Eur Heart , 1999.p:520.
4. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) 18. Marsland, Daniel, Sabrina Kapoor. Crash
UPT Puskesmas Karang Anyar. Sepuluh course rheumatology and orthopaedics
besar penyakit puskesmas Karang Anyar 2nd edition. Philadelphia: Elsevier; 2008.
Tahun 2013 sd 2015. 19. Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson.
5. Sudoyo W. Buku ajar ilmu penyakit dalam Patofisiologi konsep klinis prosesproses
jilid 1. Edisi ke-5. Jakarta: Interna penyakit edisi 6. Jakarta: EGC; 2003.
Publishing; 2010. 20. Wahyuningsih, Nur Aini Sri. Hubungan
6. Kurniawan A. Gizi seimbang untuk obesitas dengan osteoartritis lutut pada
mencegah hipertensi. Jakarta: Direktorat lansia di Kelurahan Puncangsawit
Gizi Masyarakat; 2012. Kecamatan Jebres Surakarta. Surakarta:
7. Hull A. Penyakit jantung, hipertensi dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
nutrisi. Jakarta: Sinar Grafika Offset; 2009. Maret Surakarta; 2009.
21. WHO. Appropriate body-mass index for 26. Bomar PJ. Promoting health in families :
Asian populations and its implications for Applying family research and theory. W.B
policy and intervention strategies. Public Saunders Company. Philadelphia; 2004.
Health. 2004;363:157-63. 27. James PA. Evidence-based guideline for
22. Wang S-K, Ma W, Wang S, Yi X-R, Jia H-Y, the mmanagement of high blood pressure
et al. Obesity and Its Relationship with in adults. Report from the Panel Members
Hypertension among Adults 50 Years and Appointed to the Eighth Joint National
Older in Jinan, China. PLoS ONE Committee (JNC 8). American Medical
9(12):2014. e114424. doi:10. Association; 2014.
1371/journal.pone.0114424 28. Herlinah L. Hubungan dukungan keluarga
23. Lewis LMD, Louis J, Aronne MD, Lawrence dengan perilaku lansia dalam
J, Beilin MB, Valerie BMD, et al. Obesity- pengendalian hipertensi. Universitas
related hypertension: pathogenesis, Muhammadiyah Jakarta. Jakarta; 2013.
cardiovascular risk and treatment. J Clin 29. Friedman MM. Family care: Research
Hypertens. 2013;15(1):14-33. theory & practice. Prentice Hall: New
24. Lauren KK, Lyn M and Ananthila A. Obesity Jersey; 2003.
and osteoarthritis. Indian J Med Res. 30. Soekidjo N. Pendidikan dan perilaku
2013;138(2):185-93. kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
25. Lionakis N. et. al. Hypertension in the
elderly. World J Cardiol. 2012;4(5):135-47.