Anda di halaman 1dari 8

[LAPORAN KASUS]

Penatalaksanaan Gout Arthtritis pada Seorang Lansia Usia 63 Tahun dengan Pola
Makan yang Tidak Teratur

Mia Trihasna Asrizal, Khairun Nisa Berawi


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Latar Belakang: Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk berusia 60 tahun keatas semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Lansia menurut definisi WHO adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas, baik pria ataupun wanita. Masalah
kesehatan yang paling banyak dialami pada lansia adalah penyakit tidak menular yaitu penyakit kronis yang paling banyak
menyerang pada lanjut usia adalah gout arthritis. Berdasarkan data WHO, penduduk yang mengalami gout arthritis di Indonesia
tercatat 8,1% dari total penduduk.
Tujuan: Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine pada pasien dengan penatalaksanaan secara
holistic pada pasien lansia dengan gout arthtritis dan pola makan tidak teratur
Metode: Studi ini merupakan case report. Data primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis dari
anggota keluarga), pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah, untuk melengkapi data keluarga, data psikososial dan lingkungan.
Penilaian dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil: Pasien Ny. S, 63 tahun, keluhan pegal dan nyeri pada jari-jari tangan serta lutut kanan, hilang timbul. Pasien sering
mengkonsumsi makanan tinggi purin. Regio genu dextra/sinistra, teraba hangat, nyeri tekan +/+. Kadar asam urat: 7,39 mg/dl,
kolesterol: 165,2 mg/dl. Sehingga didiagnosa dengan gout arthtritis. Dilakukan intervensi terhadap pasien dan keluarga tentang
penyakitnya, pola makan dan pentingnya tindakan preventif mencegah komplikasi penyakit. Setelah evaluasi didapatkan
penurunan kadar asam urat dan pengetahuan yang cukup mengenai penyakit.
Simpulan: Gout arthritis pada perempuan lansia disebabkan pengetahuan tentang gout arthritis dan asuhan keluarga yang kurang.
Kata Kunci: gout arthritis, lanjut usia , pelayanan dokter keluarga.

Treatment of Gout Arthtritis in An Elderly Age 63 Years With Irregular Dietary


Abstract
Background: Indonesia is a developing country in which population of age 60 years and older is increasing year by year. According
to WHO, elderly is someone which aged 60 years or above, both male or female. It can be associated with the most common health
problems which is non infectious diseases, such as chronic disease and the most common in elderly age is gout arthritis. Based on
WHO, in Indonesia the population with gout arthritis was 8.1% of the total population
Objective: The implementation of family medicine based on evidence based medicine in patients with holistic management in
elderly patients with gout arthtritis and ierregular dietary
Methods: This study is a case report. The primary data obtained through anamnesis (autoanamnesis and alloanamnesis of family
members), physical examination and home visits, to complete the family information, also psychosocial and environmental
information. Assessment is based on a holistic diagnose from the beginning, the process, and the end of quantitative and
qualitative studies.
Results: Mrs. S, 63 years, complaining intermittent pain of the fingers and right knee. Patients often consume high-purine diet.
Dextra / sinistra of the knee, feel warm, tender + / +. Uric acid levels: 7.39 mg / dl, cholesterol: 165.2 mg / dl. Diagnosed with gout
arthtritis. Interventions for patients and families are carried out about their illness, diet and the importance of prevention
complications of the disease. After evaluation, there was a decrease in uric acid levels and sufficient knowledge about the disease.
Conclusion: Gout arthritis in elderly women is due to lack of knowledge about gout arthritis and lack of family care.
Keywords: gout arthritis, elderly, family medicine

Korespondensi: Mia Trihasna Asrizal, alamat: Jl. Sisingamangaraja No. 4, Gedong Air. No. HP: 081271111713, e-mail:
miatrihasnaasrizal@gmail.com

Pendahuluan Indonesia yang mendapat penambahan prevalensi


Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun lansia sebesar 414% pada dekade mendatang. 1
keatas, baik pria atau wanita yang masih aktif Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan
beraktifitas dan bekerja ataupun mereka yang kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada
tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri. peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup) di
Pandangan bahwa lansia merupakan kelompok Indonesia. Berdasarkan laporan Perserikatan
usia yang mendapat stigma tanpa harapan, miskin, Bangsa-bangsa 2011, pada tahun 2004-2005 UHH
merepotkan, dan tidak berdaya sangat adalah 66,4 tahun. Angka ini akan meningkat pada
meresahkan petugas kesehatan. Terlebih di tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH akan
menjadi 77,6 tahun dengan presentasi populasi
lansia tahun 2045 adalah 28,68 %. Di indonesia
pada tahun 2000 UHH adalah 64,5 tahun dengan
presentase populasi lansia adalah 7,18%. Angka ini
meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 Ilustrasi Kasus
dengan presentase populasi lansia adalah 7,56% Pasien Ny. S, 63 tahun, datang ke Puskesmas
dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun dengan Simpur pada tanggal 10 Februari 2018 diantar oleh
populasi lansia adalah 7,58%.2 Tentu saja berbagai anaknya untuk berobat karena sering terasa pegal
sumber daya harus dipakai untuk menyediakan dan nyeri pada jari-jari tangan serta lutut kanan.
pelayanan kesehatan terbaik bagi kelompok usia Nyeri sendi dirasakan hilang timbul dan
ini. Hal tersebut merupakan pekerjaan bagi para menghilang dengan sendirinya. Biasanya nyeri
dokter, pemerintah, dan masyarakat semuanya. akan dirasakan bertambah setelah sebelumnya
Salah satu penyakit yang sering diderita oleh lansia pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau
adalah gout arthritis. Penyakit Gout Arthritis tua seperti daun singkong. Nyeri juga dirasakan
menurut American Collage of Rheumatology bertambah apabila cuaca sedang dingin, terasa
merupakan suatu penyakit dan potensi seperti kesemutan. Nyeri dirasakan hilang timbul
ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah sejak 2 bulan yang lalu dan semakin memberat
lama dikenal, gejalanya biasanya terdiri dari sejak 1 minggu sebelum ke puskesmas.
episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi. Gout Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien
adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak mengeluhkan nyeri sendi di jari-jari (ibu jari dan
dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan sampai
kaki, namun dapat mempengaruhi sendi-sendi susah untuk berjalan. Pasien juga mengatakan
yang lain dan dapat menjadi semakin parah. Gout sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul pada sendi
merupakan istilah yang dipakai sekelompok lain, tetapi tidak pernah disertai bengkak ataupun
gangguan metabolik yang ditandai oleh kemerahan. Pasien mengaku pernah diperiksa
peningkatan kadar asam urat.3 asam urat dan hasilnya tinggi. Pasien masih dapat
Di Indonesia, GA merupakan penyakit reumatik bekerja dan tidak mengonsumsi obat-obatan
yang sering ditemui. Berdasarkan data Badan untuk mengurangi keluhannya. Riwayat merokok
Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang aktif maupun pasif disangkal oleh pasien. Riwayat
mengalami gangguan GA di Indonesia tercatat memiliki penyakit kencing manis dan hipertensi
8,1% dari total penduduk. Sebanyak 29% tidak pernah dialami pasien. Riwayat penyakit
diantaranya melakukan pemeriksaan dokter, dan keluarga yang pernah dialami tidak diketahui oleh
sisanya atau 71% mengonsumsi obat bebas pereda pasien.
nyeri. Di Kabupaten Malang dan Kota Malang Pasien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak
ditemukan prevalensi GA sebesar 10% dan 13,5%. ada yang menderita keluhan berupa bengkak dan
Di Jawa Tengah, kejadian penyakit GA sebesar nyeri sendi yang serupa seperti pasien. Pasien
5,1% dari semua penduduk (Nainggolan, 2009).4 biasanya makan 2-3 kali sehari. Makanan yang
Keadaan geriatri pada perempuan yang sudah dimakan cukup bervariasi. Namum pasien suka
menopause serta memiliki masalah utama mengkonsumsi makanan yang berlemak, seperti
goutarthritis merupakan masalah kompleks pada daging dan kuning telur, jeroan, melinjo, dan
pasien dan keluarganya. Hal ini tentu didukung makanan bersantan. Pasien mengaku sehari – hari
oleh masalah internal dan eksternal dari pasien kurang minum air putih, hanya 3 – 4 gelas kecil air
dan keluarganya. Oleh karena itu, dibutuhkan putih. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi
partisipasi dan dukungan pelaku rawat keluarga alkohol ataupun jamuan, dan pasien jarang
yang optimal dalam memotivasi, mengingatkan, berolahraga.
serta memperhatikan pasien dalam Pasien seorang lansia yang sudah menikah dan
1
penatalaksanaan penyakitnya. tidak bekerja, tinggal bersama dengan suami, anak
perempuannya, menantu, dan kedua cucunya.
Tujuan Penulisan Sehingga jumlah angota keluarga yang tinggal
Tujuan penulisan ini adalah mengetahui dirumah adalah enam orang. Dalam kegiatan
bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada sehari-hari pasien hanya dirumah saja, setiap pagi
wanita geriartri dengan gout arthritis disertai pasien berjualan nasi uduk di rumahnya untuk
dengan pola makan yang tidak teratur. mengisi kekosongan agar tidak menganggur.
Semua kegiatan rumah tangga dikerjakannya
bersama dengan anak dan cucu yang tinggal
serumah dengannya. Kebutuhan sehari-hari
keluarga pasien dicukupi oleh suaminya, umumnya
menggunakan uang dari gaji Tn.S sebagai buruh ±
Rp 1,2jt/bulan dan dengan uang dari menantunya Gambar 1. Genogram keluarga Ny.S dibuat
Tn. W ± 1,5jt/bulan. Februari 2018 oleh Mia
Family Map
Metode
Studi ini adalah deskriptif dengan pendekatan
laporan kasus. Data primer diperoleh melalui
anamnesis (autoanamnesis), pemeriksaan fisik, dan
tes laboratorium di Puskesmas. Kunjungan rumah,
melengkapi data keluarga, dan psikososial serta
lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis Keterangan gambar :
holistik dari awal, proses dan akhir studi secara _______ Hubungan dekat
kuantitatif dan kualitatif. _ _ _ _ _ Hubungan tidak dekat
Gambar 2. Family Map
Data Klinis
Pemeriksaan Fisik : Pasien adalah anak kedua dari lima bersaudara.
Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36 oC; Memiliki 2 saudara perempuan dan 2 saudara laki-
tekanan darah: 130/80 mmHg; frek. nadi: 94 laki. Pasien memiliki 5 orang anak, 2 anak laki-
x/menit; frek. nafas: 20 x/menit; berat badan: 58 lakidan 3 anak perempuan. Semua anaknya sudah
kg; tinggi badan: 155 cm; status gizi: overweight menikah dan berbeda rumah dengan pasin, hanya
(IMT : 24,1). anak bungsu beserta keluarganya yang masih
tinggal serumah dengan pasien. Bentuk keluarga
Status generalis : kepala, mata, telinga, hidung, pasien adalah keluarga besar yaitu terdiri dari
mulut, leher, paru, jantung, abdomen semua pasien, suami pasien, anak bungsu pasien dan dua
dalam batas normal. cucu nya. Pasien seorang perempuan berusia 63
tahun. Pasien berkerja sebagai ibu rumah tangga
Status lokalis : yang berjualan nasi uduk di rumahnya setiap pagi.
Regio genu dextra/sinistra Seluruh keputusan mengenai masalah keluarga
L (look): Deformitas (-/-), warna dalam batas dimusyawarahkan bersama dan diputuskan oleh
normal suami pasien sebagai kepala keluarga.
F (feel): Warm (+/+), bony tenderness (-/-), nyeri Keluarga mendukung untuk segera berobat jika
tekan +/+ terdapat anggota keluarga yang sakit. Perilaku
M (move): Krepitasi (-/-), ROM baik/baik (ekstensi berobat keluarga yaitu memeriksakan diri ke
90∘ tidak terbatas) layanan kesehatan bila keluhan sudah terasa
mengganggu kegiatan sehari-hari. Keluarga pasien
Pemeriksaan Penunjang : berobat ke puskesmas. Jarak rumah ke puskesmas
1. Laboratorium (7 Februari 2018) ± < 1kilometer.
a. Asam urat : 7,39 mg/dl
b. Kolesterol : 165,2 mg/dl Data Lingkungan Rumah

Dapur KT
Data Keluarga
KT
KT

RT
Gout arthritis (ICD 10-M10.0 , ICPC: E79.0)

3. Aspek Risiko Internal


− Wanita usia 63 tahun, lansia menopause.
Gambar 3. Denah Rumah − Pengetahuan yang kurang tentang gout
arthritis
Pasien tinggal bersama dengan anak − Kurangnya perilaku untuk memeriksakan
perempuannya Ny. SR berikut suami dan dua anak kesehatan
dari Ny.SR, Jumlah anggota keluarga yang tinggal − Faktor stressor keadaan ekonomi yang
serumah adalah 6 orang. Rumah memiliki halaman kurang
yang cukup luas yang dipakai untuk berjualan nasi − Aktivitas fisik tergolong ringan
uduk. Rumah berukuran 8 x 6 meter dengan lantai − Perilaku konsumsi makanan dengan tinggi
keramik dan tembok dari batu bata serta beratap purin
genteng. Semua ventilasi di rumah pasien tertutup 4. Aspek Psikososial Keluarga
dengan alasan berhubungan langsung dengan − Pelaku rawat dalam keluarga yang kurang
rumah tetangga disamping rumah. Terdapat optimal.
selokan besar di belakang rumah yang kotor dan − Kurangnya dukungan dan pengetahuan
sering menimbukan bau yang tidak sedap. Nyamuk keluarga untuk memotivasi pasien agar
cukup banyak ditempat tinggal pasien. Kondisi selalu memeriksakan kesehatannya dan
dalam rumah cukup lembab karena pencahayaan menjaga pola makannya.
yang kurang. Penataan barang masih kurang sesuai − Kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pada tempatnya sehingga terkesan sempit. cara untuk mengurangi keluhan yang
Lingkungan tempat tinggal pasien sangat padat. dirasakan pasien.
Jalan untuk masuk kerumah juga sempit berupa − Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh
gang. Selokan disekitar rumah juga cukup kotor keluarga mengenai penyakit yang diderita
dan berbau tidak sedap. pasien, komplikasinya, dan cara
pencegahan komplikasi lanjutan.
Sumber air minum dan air cuci/masak dari PAM, − Keadaan ekonomi keluarga yang kurang.
limbah dialirkan ke selokan, memiliki dua kamar
mandi. Lantai kamar mandi licin dan tidak terdapat 5. Derajat Fungsional : 2 (mampu melakukan
pegangan. pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar
rumah)
Dilakukan intervensi terhadap faktor eksternal dan
internal, dengan melakukan sebanyak 3x Penatalaksanaan
kunjungan rumah. Intervensi meliputi konseling
dengan menggunakan media brosur bergambar Nonmedikamentosa :
terhadap pasien dan anggota keluarga rumah. 1. Konseling pasien bahwa dengan
penatalaksanaan yang tepat maka nyeri sendi
Diagnostik Holistik Awal yang dirasakan dapat berkurang dan komplikasi
1. Aspek Personal akibat goutarthritis dapat dicegah.
- Alasan kedatangan: nyeri sendi pada jari- 2. Konseling pasien mengenai makanan yang
jari kaki dan tangan dianjurkan berupa diet rendah purin.
- Kekhawatiran: Khawatir nyeri sendi terus Menginformasikan segala hal tentang penyakit
bertambah parah sehingga tidak bisa goutarthritis, serta aktifitas yang dianjurkan
berjalan lagi. untuk pasien.
- Harapan: Nyeri sendi hilang sehingga bisa 3. Konseling kepada anggota serumah tentang
beraktivitas dengan baik. pentingnya memberi dukungan pada pasien
- Persepsi: Nyeri sendi yang dirasakan sulit dan mengawasi pengobatan seperti diet
untuk hilang disebabkan karena faktor usia pasien, kapan harus kontrol kembali, dan
yang sudah lanjut. latihan olahraga.
4. Konseling tentang rumah sehat.
2. Aspek Klinik
Medikamentosa : mengutamakan kuratif daripada preventif dan
Piroksikam 2 x 50 mg memiliki pengetahuan yang kurang tentang
Allopurinol 1x100 mg (malam) penyakit-penyakit yang ia derita. Lingkungan
Vitamin B komplek 1 kali sehari psikososial, pasien merasa sedih karena jauh dari
anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Ekonomi,
Diagnostik Holistik Akhir Studi kebutuhan rumah tangga sangat banyak karena
1. Aspek Personal dalam satu rumah tinggal 6 orang, namun
− Alasan kedatangan: Nyeri sendi menantu pasien yang tinggal serumah dengan
pada jari-jari tangan dan kedua kaki sudah pasien sudah bekerja sehingga cukup untuk
berkurang jika dibandingkan sebelumnya. memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam
− Kekhawatiran: Kekhawatiran lingkungan rumah, pasien cukup mengenal
pasien sudah berkurang. tetangganya meskipun pasien jarang ikut
− Harapan: Belum tercapai perkumpulan-perkumpulan di daerah rumahnya.
maksimal. Lingkungan fisik, pemukiman sangat padat
− Persepsi: Nyeri sendi yang penduduk dan jarak selokan dengan rumah terlalu
dirasakan masih sulit untuk hilang dekat, selokan sering menguap dan mengeluarkan
disebabkan karena faktor usia yang bau yang tidak sedap. Hal ini sangat
sudah lanjut dan memberat saat cuaca memungkinkan mudahnya penyakit masuk ke
dingin. dalam tubuh. Life style, pola makan sudah sesuai
2. Aspek Klinik dengan anjuran dokter, dalam sehari pasien
Lansia dengan gout arthritis (ICD 10-M10.0) makan maksimal 3 kali namun dengan porsi sedikit
3. Aspek Risiko Internal dan pasien juga tidak suka susu. Perilaku olahraga
− Pengetahuan yang lebih baik tentang ringan tiap harinya belum dijalani karena khawatir
pengaruh usia terhadap kesehatan saat ini nyeri pada kakinya semakin bertambah. Keadaan
yang mungkin terjadi. rumah kurang ideal, cukup sempit, kurang rapi,
− Pola berobat mengutamakan tidak memiliki septictank serta ventilasi dan
preventif daripada kuratif. pencahayaan yang sangat kurang. Sistem
− Pengetahuan yang cukup tentang pelayanan kesehatan terjangkau baik dari segi
Gout arthritis. biaya maupun lokasi. Biasanya menggunakan
− Pengetahuan yang cukup tentang gizi becak untuk ke Puskesmas. Pekerjaan, sudah tidak
seimbang dan mulai membiasakan makan produktif, sehari – hari hanya duduk menunggu
dengan pola makan yang teratur warung dan tidur dirumah. Dari hasil scoring
4. Aspek Psikososial Keluarga menggunakan mini mental state examination
− Keluarga sudah mulai menjadi pelaku didapatkan adanya gangguan ringan sampai berat
rawat terhadap fungsi kognitif sehingga keluarga
− Kondisi rumah sehat sudah mulai berjalan tentunya sangat berperan guna kelangsungan
(ventilasi sudah mulai dibuka setiap hari hidup pasien.
dan rumah tampak lebih rapih dari
sebelumnya) Penegakan diagnosis klinik utama pada pasien
5. Derajat fungsional: 1 sudah benar, yaitu goutartritis. Gout arthritis
biasanya terjadi pada wanita periode post
Pembahasan menopause dan adanya peningkatan kadar asam
Masalah kesehatan yang dibahas pada kasus ini urat yang melebihi normal, dalam hal ini pasien
adalah seorang wanita lansia berusia 63 tahun sudah menopause sehingga sangat memungkinkan
yang menderita gout arthritis sejak 1 tahun yang terjadinya hiperurisemia. Hormon wanita dapat
lalu. Kunjungan pertama kali yang dilakukan adalah menurunkan estradiol serum asam urat, tetapi
pendekatan dan perkenalan terhadap pasien serta urat serum meningkat setelah menopause. 5
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan, Kondisi ketika kelebihan asam urat dalam tubuh
diikuti dengan anamnesis tentang keluarga dan (hiperurisemia) mengarah pada pembentukan
perihal penyakit yang telah diderita. Dari hasil berbagai jaringan kristal monosodium urat.
kunjungan tersebut, sesuai konsep mandala of Hasilnya adalah serangan gout, nefropati urat.
health, dari segi perilaku kesehatan pasien masih Terlepas dari gangguan herediter ekskresi asam
urat dan metabolisme purin, penyebab utama Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan NSAIDs
asam urat adalah makanan kaya purin, konsumsi harus dikurangi.8 Bagi pasien yang kontraindikasi
alkohol, dan kelebihan berat badan. Insiden gout menggunakan NSAID, maka sebaiknya dapat
berkorelasi kuat dengan konsentrasi serum asam digunakan kortikosteroid.9 Tidak diperkenankan
urat, meningkat ketika melebihi 480 umol / L (8,0 penggunaan kortikosteroid bersama NSAIDs
mg / dL). Dalam kasus ini pasien penderita gout karena mempunyai potensi untuk menimbulkan
arthritis yang berjenis kelamin perempuan dan tukak gaster.8
berusia lanjut lebih beresiko pada hipertensi, Pada kasus ini pasien tidak diberikan steroid.
dislipidemia, penyakit jantung kronik, penyakit Tujuan dari penatalaksanaan pasien yang
arteri perifer, diabetes dan gagal ginjal. Oleh sebab mengalami goutarthritis adalah pengendalian rasa
itu sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang sakit, memperbaiki fungsi sendi yang terserang
lainnya seperti EKG, Gula darah, ureum kreatinin, dan menghambat penyakit supaya tidak menjadi
dan kolesterol.7 lebih parah. Pedoman pengobatan arthritis gout
saat ini yang disaarankan adalah NSAID oral atau
Gambaran klinis terbagi menjadi dua yaitu tipikal colchicine sebagai lini pertama pengobatan
dan atipikal. Dalam hal ini pasien termasuk dalam sistemik untuk serangan akut. Namun, NSAID dan
tipe atipikal dan termasuk dalam fase akut karena colchicine mengurangi peradangan yang tidak
adanya tanda inflamasi nyeri tekan. Jenis atipikal spesifik , dan tindakan sistemik obat ini diketahui
ini jarang ditemukan. Dalam menghadapi kasus menyebabkan efek samping parah pada beberapa
gout yang atipikal, diagnosis harus dilakukan pasien. Sebagai contoh, NSAID berhubungan
secara cermat. Untuk hal ini diagnosis dapat dengan pencernaan yang merugikan ginjal, dan
dipastikan dengan melakukan punksi cairan sendi efek kardiovaskular, dan pada dosis terapi,
dan selanjutnya secara mikroskopis dilihat kristal colchicine dikaitkan dengan masalah keamanan
urat. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi seperti diskrasia darah, interaksi obat - obat ,
MTP-1 (75%). Gold standard dalam menegakkan toksisitas neuromuskuler, dan gangguan
9
gout arthritis adalah ditemukannya kristal urat gastrointestinal.
MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi atau
tofus.7 Pada kasus ini sendi yang terkena adalah Menurut American College Rheumatology (2012)
MTP-1 yang jelas terlihat gejala inflamasi. serangan akut dapat diterapi secara farmakologi.
Untuk kasus ringan hingga menengah (dengan
Pemberian obat antiinflamasi non steroid (OAINS) nilai visual analogue scale < = 6 dari skala 0-10)
berupa piroxicam sudah tepat pada pasien ini yaitu direkomendasikan terapi tunggal dengan
sebagai analgetik yang direkomendasikan oleh menggunakan antiinflamasi nonsteroid (OAINS),
American Rheumatism Association, obat analgetik kortikosteroid sistemik atau colchine oral. Bila
lainnya yang dapat diberikan yaitu kortikosteroid nyeri dirasakan sangat berat (skor 7-10), dapat
sistemik ataupun probenecid. Golongan OAINS digunakan terapi kombinasi dari obat diatas.Obat
sebagai analgetik bekerja dengan cara penurun asam urat tetap diberikan dalam keadaan
menghambat enzim siklooksigenase sehingga tidak akut. Penurun asam urat yang dapat diberikan
tersintesisnya prostaglandin sebagai mediator adalah allopurinol dengan dosis awal tidak
inflamasi yang menimbulkan rasa nyeri, hal ini melebihi 100 mg/hari. Dosis selanjutnya dititrasi
dapat memberikan efek pada lambung dimana atau disesuaikan setiap 2-5 minggu untuk
diketahui bahwa prostaglandin merupakan salah mencapai target yang diinginkan.10
satu barier pertahanan mukosa lambung terhadap Selain dengan pengobatan farmakologi,
asam lambung. Pemberian ranitidin sudah tepat pengobatan pada gout akut juga dapat dilakukan
karena digunakan untuk mengurangi efek samping secara nonfarmakologi. Kompres dengan
dari OAINS di lambung penderita yang menggunakan es dapat dilakukan untuk
mengkosumsi obat tersebut.3 menenangkan persendian yang sedang meradang.
Sebuah studi prospektif jangka panjang didapatkan Pada beberapa kasus gout akut yang terasa sangat
pasien dengan arthritis dengan usia diatas 65 nyeri, mengistirahatkan persendian sangat
tahun, yang secara teratur menggunakan aspirin dianjurkan.11
(NSAID) pada dosis rendah beresiko menderita Pada pasien yang tidak dapat mentolerir NSAID
dyspepsia apabila berhenti menggunakan NSAIDs. atau colchicine dan pada pasien dengan arthritis
gout polyarticular atau CKD , glukokortikoid sebaiknya dari kabohidrat komplek seperti nasi,
direkomendasikan untuk pengelolaan serangan singkong, ubi dan roti.14
arthritis gout akut.12 Namun, bahkan dengan
menggunakan jangka pendek, glukokortikoid telah Hindari karbohidrat sederhana seperti gula, sirup
dikaitkan dengan hipertensi dan diabetes mellitus. atau permen. Fruktosa dalam krbohidrat
Pada pasien dengan gangguan toleransi glukosa sederhana dapat meningkatkan kadar asam urat
yang sudah ada sebelumnya, efek diabetogenic serum. Penderita asam urat harus menjalani diet
terkait dengan glukokortikoid dapat sangat besar . rendah protein karena protein dapat
meningkatkan asam urat, terutama protein
Tiga hari setelah kunjungan pertama, maka hewani. Protein diberikan 50-70 g per hari.
dilanjutkan dengan kunjungan ke dua untuk Sedangkan sumber protein yang dianjurkan adalah
melakukan intervensi terhadap pasien dengan sumber protein nabati dan protein yang berasal
menggunakan media brosur dan poster bergambar dari susu, keju dan telur.Sangat disarankan untuk
tentang gizi seimbang dan makanan rendah purin. membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat
Dipilih media gambar agar pasien lebih tertarik menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
untuk melihat dan mendengarkan edukasi yang Batasi makanan yang digoreng, penggunaan
diberikan. Intervensi ini dilakukan dengan tujuan margarin, mentega dan santan. Ambang batas
untuk merubah pola makan pasien yang tidak lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % dari
teratur meskipun untuk merubah hal tersebut total kalori/hari. Dan juga disarankan untuk
bukanlah hal yang dapat dilihat hasilnya dalam banyak minum air putih, minimal 2.5 liter/hari.
kurun waktu yang singkat. Ada beberapa langkah Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu
atau proses sebelum orang mengadopsi perilaku mengeluarkan asam urat melalui urin. Sedangkan
baru. Pertama adalah awareness (kesadaran), alkohol,tape dan brem harus dijauhi. Bahan
dimana orang tersebut menyadari stimulus pangan mengandung alkohol ini dapat
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). meningkatkan asam laktat plasma, asam yang
Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang- dapat menghambat pengeluaran asam urat dari
nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut dalam tubuh melalui urin.10
(evaluation). Setelah itu, dia akan mencoba Kunjungan ketiga dilakukan satu minggu setelah
melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus kunjungan kedua, dari hasil anamnesis lanjut
(trial). Pada tahap akhir adalah adoption, didapatkan bahwa pasien sudah mulai
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, membiasakan makan sehari 3 kali dengan
kesadaran dan sikapnya.13 Ketika intervensi beberapa selingan berupa biskuit dan buah.
dilakukan, keluarga juga turut serta mendampingi Namun untuk porsi jumlahnya masih sangat
dan mendengarkan apa yang disampaikan pada sedikit kira-kira setengah sendok nasi. Keluarga
pasien. pasien juga lebih memperhatikan makanan yang
dimakan pasien seperti melarang pasien untuk
Agar terhindar dari penyakit gout, salah satu mengkonsumsi makanan kaya purin. Olahraga
caranya adalah menjaga kadar asam urat dalam rutin setiap pagi masih sulit dilakukan mengingat
darah di posisi normal, yaitu 5-7 mg%. Batasan kondisi kaki pasien yang masih sakit. Pasien
tertinggi untuk pria adalah 7,5 mg% sedangkan mengatakan bahwa nyeri sendi kakinya masih
untuk wanita 6,5 mg%. Di atas batas ini, biasanya terasa sakit namun sudah mulai berkurang. Rumah
akan terjadi pengkristalan. Diet normal biasanya masih terlihat berantakan namun jendela yang
mengandung 600-1.000 mg purin per hari. Namun biasanya tertutup sudah mulai dibuka setiap hari.
bagi penderita gout, asupan purin harus dibatasi
sekitar 100-150 mg purin per hari. Kita susah Faktor pendukung dalam penyelesaian masalah
menghilangkan sama sekali asupan purin ke dalam pasien dan keluarga adalah pasien dan seluruh
tubuh karena hampir semua bahan pangan anggota keluarga yang harus menerapkan pola
terutama sumber protein mengandung purin. hidup sehat. Sedangkan faktor penghambatnya
Namun kita bisa mengontrol asupan purin dengan adalah pelaku rawat yang serumah dengan pasien
cara memilih bahan pangan yang rendah masih belum optimal karena kesibukan masing-
kandungan purinnya. Sedangkan karbohidrat masing dan beberapa anggota keluarga yang lain
berada pada usia yang terlalu dini untuk menjadi with urate-lowering therapies for the
pelaku rawat terhadap pasien. treatment of gout. 2009. Published: 27 Mar
2009.
Prognosis pada pasien ini dalam hal quo ad vitam: 7. Putra Tjokorda Raka. Hiperurisemia. In : Aru
dubia ad bonam dilihat dari kesehatan dan tanda- W .Sudoyo,Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,
tanda vitalnya masih baik; quo ad functionam: Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati (Ed): Buku
dubia ad bonam karena pasien masih bisa Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, p.2250.
beraktivitas sehari-hari secara mandiri; dan quo ad Interna Publishing, Jakarta; 2009.
sanationam: dubia ad bonam karena pasien masih 8. Anand, B.S., Katz, J., Peptic Ulcer Disease,
bisa melakukan fungsi sosial kepada masyarakat Medscape Reference, Professor. Department of
sekitar. Internal Medicine, Division of
Gastroenterology, Baylor College of Medicine
Kesimpulan [internet]. 2011. Available
1. Diagnosis gout arthritis pada kasus ini sudah from:http://emedicine.medscape.com/(Access
ditegakkan berdasarkan anamnesis, ed 26 Februari 2018)
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 9. Fourrier-Réglat A, Bazin F, et al. Cardiovascular
2. Telah dilakukan penatalaksanaan pada pasien and gastrointestinal safety of NSAIDs: a
secara holistik, pasien center, family systematic review of meta-analyses of
appropried dengan sebagian pengobatan randomized clinical trials. Clin Pharmacol Ther.
artritis gout sudah sesuai secara literatur 2011;89:855–866
berdasarkan EBM. 10.Mulyatno, Kris Cahyo. 2014. Intitute of Tropical
3. Proses perubahan perilaku pada Ny. S untuk Disease (ITD) . Uiversitas Airlangga
mengontrol kadar asam uratnya terlihat 11.James PA. Evidence‐based guideline for the
setelah pasien diberikan intervensi dan management of high blood pressure in adults:
mencoba mengubah gaya hidupnya dengan report from the panel members appointed to
mengurangi makanan mengandung tinggi the Eighth Joint National Committee (JNC 8).
purin, dan makanan berlemak. JAMA. 2014; 311(5):507‐20.
4. Dukungan keluarga diperlukan untuk 12.Doherty M, Bardin T, et al. EULAR evidence
membantu pasien dalam mengendalikan based recommendations for gout. Part II:
penyakitnya. Management. Report of a task force of the
EULAR Standing Committee for International
Daftar Pustaka Clinical Studies Including Therapeutics (ESCISIT)
1. Jurnal Medika. Kegiatan Temu Ilmiah Geriatri Ann Rheum Dis. 2006;65:1312–1324. [PMC free
dan Kepedulian terhadap Lansia Indonesia. article] [PubMed]
2011. Edisi No 07 Vol XXXVII. 13.Notoatmodjo. Pendidikan dan perilaku
2. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan 14.Khanna D, Fitz Gerald JD, Khanna PP, Bae S,
pengembangan Kesehatan Kementrian Singh M, Neogi T, et al. American College of
Kesehatan RI. 2013. Rheumatology Guidelines for Management of
3. Hidayat R. Gout dan hiperurisemia. Medicinus. Gout Part I: Systematic Non-pharmacologic and
2009; 22(2):47‐50. Pharmacologic Therapeutic Approaches to
4. Nainggolan, O. Prevalensi dan Determinan Hyperuricemia. Arthritis Care Res (Hoboken).
Penyakit Rematik di Indonesia. Maj Kedokt 2012; 64(10):1431–46.
Indon. 59(12): 588-94. 2009.
5. Chumacher HR, Hunsche E, Wertheimer A, Kong
S. A literature review of epidemiology and
treatment in acute gout. Clin Ther.
2003;25:1593–1617. doi: 10.1016/S0149-
2918(03)80158-3. [PubMed] [Cross Ref]
6. Leslie R Harrold, Susan E Andrade, Becky A
Briesacher, Marsha A Raebel, Hassan Fouayzi1,
Robert A Yood and Ira S Ockene. Adherence

Anda mungkin juga menyukai