Anda di halaman 1dari 8

Nurmufthi G.

Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

[LAPORAN KASUS]

DYSARTHRIA POST STROKE ATTACK WITH UNCONTROLLED


HYPERTENSION AND OBESITY ON A HOUSEWIFE
Ghina Yona Nurmufthi
Faculty of Medicine, Lampung University

Abstract
Disarthria (slurred speech) is the symptom that can be seen from a stroke. This occur 15% incidence of the stroke.
Hypertension, as a stroke risk factor is still not well controlled. It increase from 7,6% (2007) to 9,5% (2013) in
Indonesia. Mrs. U, 55 years, BMI (Body Mass Index): 25.88 kg / m 2, BP (Blood Pressure): 180/100 mmHg have the
history of recurrent stroke attack as much as twice with sequele of disarthria. The other identified risk factors in this
patient are uncontrolled hypertension, bad habit, lack of physical exercise and unsupported to control the BP by her
family members. Patient was treatment with antihypertension drug, education obout control the hypertension, did
the ‘lifestyle modification Program’ and support her family members to control the blood pressure. In the metabolic
disease intervention, the doctor not only look the clinical symptoms but also look the psychosocial in our patient. So
that we need the holistic, comprehensive and sustainable in examination and treatment for the patient.

Keywords: Dysarthria, stroke, hypertension, obesity, Family Medical Care

Abstrak
Disartria (bicara pelo atau cadel) merupakan gejala yang dapat terlihat dari stroke. Gejala ini terjadi 15% dari
kejadian stroke. Hipertensi sebagai faktor resiko stroke belum dapat terkendali dengan baik. Hipertensi meningkat
dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013 di Indonesia. Ny. U, 55 tahun, IMT (Index Massa Tubuh): 25,88
kg/m2, TD (Tekanan Darah): 180/100 mmHg memiliki riwayat serangan stroke berulang sebanyak dua kali dengan
gejala sisa disarthria. Faktor resiko lain yang teridentifikasi pada pasien yaitu hipertensi tidak terkontrol, lifestyle
yang buruk, kurangnya latihan fisik dan kurangnya dukungan anggota keluarga dalam mengontrol TD. Pasien
diberikan tatalaksana dengan pemberian obat antihipertensi (OAH), edukasi mengenai pengontrolan hipertensi,
melaksanakan Lifestyle Modification Program dan dukungan anggota keluarga untuk mengontrol TD. Dalam
intervensi suatu penyakit metabolik, seorang dokter tidak hanya memandang dalam hal klinis tetapi juga terhadap
psikososialnya. Oleh karenanya diperlukan pemeriksaan dan penanganan yang holistik, komprehensif dan
berkesinambungan.

Kata kunci: Disarthria, stroke, hipertensi, Pelayanan Kedokteran Keluarga

...
Korespondensi : Ghina Yona Nurmufthi |ghina.yona@gmail.com

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 28


Nurmufthi G.Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

Pendahuluan
Stroke adalah sindrom yang menggiring kearah morbiditas,
disebabkan oleh gangguan peredaran mortalitas, dan pemakaian sumber
darah otak (GPDO) dengan awitan akut, daya kesehatan secara substansial.(6)
disertai manifestasi klinis berupa defisit George Engel memperkenalkan
neurologis dan bukan sebagai akibat suatu konsep dalam penanganan
tumor, trauma, ataupun infeksi gangguan medis yaitu konsep
susunan saraf pusat.(1) Menurut World biopsikososial. Konsep ini melibatkan
Health Organization (WHO), stroke interaksi antara faktor biologis,
memiliki gejala mayor dan minor psikologis dan sosial dalam upaya
dengan gejala mayor dapat berupa memahami proses penyakit dan
gangguan motorik unilateral / bilateral sakitnya seseorang yang memandang
(termasuk berkurangnya koordinasi), pikiran dan tubuh sebagai satu
gangguan sensorik unilateral / bilateral, kesatuan. Interaksi antara komunitas
Afasia/ disfasia (bicara yang terganggu) sosial dan keluarga dengan bantuan
dan hemianopia (gangguan pada lingkungan komunitasnya sangat
separuh sisi lapang pandang). Gejala membantu menyelesaikan masalah
minor dapat berupa disartria (bicara klinis dan psikososial pasien.(7)
pelo atau cadel), pusing, vertigo, Dokter keluarga terutama
diplopia dan kejang.(2,3) bertugas meningkatkan taraf kesehatan
Stroke merupakan masalah pasien dengan mencegah timbulnya
kesehatan yang cukup besar di penyakit, segera membuat diagnosis
Indonesia. Diperkirakan bahwa setiap dan mengobati penyakit yang
tahun kurang lebih 500.000 penduduk ditemukan, mencegah timbulnya
mengalami serangan stroke, dengan kecacatan serta mengatasi
jumlah kematian sekitar 2,5 % atau keterbatasan akibat penyakit
125.000 orang dengan gejala sisa tersebut. (8) Untuk itu pentingnya
meliputi cacat ringan maupun berat. penatalaksanaan suatu penyakit yang
Jumlah penderita stroke cenderung berdasarkan pada patient centered dan
terus meningkat setiap tahun. Secara family approach sesuai dengan
ekonomi, dampak yang ditimbulkan penerapan prinsip kedokteran
dari stroke akan memberikan pengaruh keluarga.
terhadap menurunnya produktivitas.(4)
Di Amerika Serikat (AS), Kasus
terdapat 77.9 juta jiwa yang menderita Ny. U, berusia 55 tahun, datang
hipertensi sedangkan di Indonesia ke Puskesmas Kota Panjang dengan
terjadi peningkatan prevalensi stroke keluhan nyeri kepala sejak 1 hari yang
dari 8,3 persen tahun 2007 menjadi lalu, nyeri kepala dirasakan di daerah
12,1 persen tahun 2013.(3,5) kepala bagian belakang dekat tengkuk.
Hipertensi ini masih belum Nyeri kepala tidak berkurang dengan
dapat terkendali dengan baik. Hanya istirahat dan cukup mengganggu
19-27% kasus hipertensi yang aktifitas. Pasien mengeluh jika sakit
terkontrol di AS. Meskipun dikenal kepala ini sering kambuh-kambuhan
secara umum terapi yang efektif, dan jika gejala timbul pasien baru
hipertensi sering tidak terkontrol lalu memeriksakan diri ke puskesmas. Nyeri

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 29


Nurmufthi G.Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

kepala tanpa disertai rasa mual dan tinggi garam, karbohidrat namun jarang
muntah ataupun sensasi berputar. mengkonsumsi sayur-sayuran. Pasien
Riwayat hipertensi (+), asam juga jarang berolahraga.
urat (+) dan serangan stroke sebanyak Pasien tinggal serumah hanya
2 kali disertai gejala sisa berupa bicara berdua dengan suami, TN. M.Y, yang
pelo / cadel. Pasien mengetahui menderita penyakit Diabetes Mellitus
terkena hipertensi dikarenakan 5 tahun (DM) sejak 15 tahun dan memiliki
yang lalu pasien mengalami serangan kebiasaan merokok 8 batang/ hari sejak
stroke pertama kali dengan kelemahan 30 tahun yang lalu. Dukungan keluarga
pada sisi tubuh sebelah kiri dan mulut untuk mengingatkan pasien kontrol
yang mencong ke kanan dan pelo tanpa berobat tidak ada.
penurunan kesadaran, muntah/nyeri Selama ini, pasien tidak rutin
kepala hebat (-). Seminggu sejak awal mengontrolkan TD ke dokter. Pasien
serangan pertama, gejala kelemahan datang berobat hanya jika ada keluhan
dan bicara pelo mulai berkurang namun jika persediaan obat yang
sehingga akhirnya pasien dapat dikonsumsi akan habis pasien tidak
berbicara normal dan beraktivitas segera berobat.
seperti biasa. Sejak kejadian tersebut Hasil pemeriksaan didapatkan
pasien tetap tidak rutin untuk kesadaran kompos mentis, TD: 180/100
mengontrolkan penyakitnya ke mmHg, frek. nadi: 72x/menit, frek.
pelayanan kesehatan dan mengukur TD nafas: 20 x/menit, suhu: 36,2 oC, berat
sehingga 6 bulan yang lalu serangan badan: 60 kg, tinggi badan: 154 cm dan
stroke kedua timbul dengan gejala status gizi: obesitas (IMT: 25,88).(3) Pada
berupa tidak dapat berbicara pemeriksaan neurologis didapatkan
(walaupun pasien paham akan kelainan pada N. XII deviasi ke arah
pertanyaan orang lain) dan timbul kanan dengan reflek fisiologis normal
kelemahan pada sisi tubuh sebelah dan tidak didapatkan tanda-tanda
kanan. Setelah pasien berobat jalan ke rangsang meningeal. Kekuatan motorik
klinik dokter X, esok harinya pasien 5 (dapat melawan tahanan yang
mulai dapat mengeluarkan suara diberikan) pada keempat ekstrimitas
namun tetap kesulitan berbicara jelas dan kekuatan sensorik tidak didapatkan
seperti orang normal hingga saat ini. kelainan.
Riwayat keluarga yang terkena Pengobatan yang didapat oleh
hipertensi, asam urat, stroke dan PPOK Ny.U post serangan stroke selama di
ada dan penyakit jantung, ginjal tidak puskesmas X adalah antihipertensi
ada. golongan ACEI (captopril 2x25 mg),
Aktivitas sehari-hari pasien NSAID (Ibuprofen 3x400mg) dan
sebagai ibu rumah tangga (pasien tidak antiplatelet (asam salisilat 1x100 mg).
berdagang lagi setelah terkena
serangan stroke kedua) dengan Pembahasan
perilaku kesehatan pribadi yang kuratif Diagnosa hipertensi ditegakkan
disertai pengetahuan tentang apabila TD lebih tinggi atau sama
hipertensi dan gejala stroke yang dengan 140/90 mmHg, yang menetap
kurang. Pasien juga memiliki kesukaan pada pengukuran berulang minimal dua
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kali selama beberapa minggu, kecuali
bila TD sangat tinggi yang memerlukan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 30


Nurmufthi G.Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

tindakan atau terapi segera.(9) (penurunan kesadaran (-), nyeri kepala


Hipertensi pada kasus ini ditegakkan (-), kaku kuduk (-))(1) untuk mencegah
berdasarkan kriteria hipertensi sesuai timbulnya serangan lanjutan (1) dengan
dengan JNC 7.(10) pemberiannya yang harus terus
Pada pasien ini dari hasil dievaluasi.
pemeriksaan didapatkan TD 180/100 Untuk tatalaksana hipertensi
mmHg dengan tiga kali pengukuran pada pasien ini diberikan. Captropril 2 x
25 mg tablet sehari (golongan
jarak 15 menit. Sehingga pasien
Angiotensin Converting Enzim Inhibitor)
termasuk kedalam hipertensi grade 2 kemudian diganti dengan amlodipine
(10) yang tidak terkontrol.
1x10 mg sehari (Golongan Calcium
Pada penatalaksanan hipertensi Channel Blocker).
harus dilakukan stratifikasi pasien Angiotensin Converting Enzim
berdasarkan klasifikasi tingginya TD, Inhibitor (ACEI), obat ini menghambat
identifikasi kerusakan organ sasaran konversi angiotensin I menjadi
yang telah terjadi dan keadaan klinis angiotensin II, mengurangi resistensi
terkait akibat hipertensi. Berdasarkan perifer, menurunkan absorpsi natrium
hal tersebut, ada lima prinsip dan sekresi aldosterone di ginjal.
penatalaksanaan hipertensi. Prinsip Dilaporkan juga bahwa insiden DM dan
pertama adalah deteksi dini dan terapi komplikasi DM yang lebih rendah telah
dini sebelum timbul kerusakan organ ditunjukkan dengan jelas pada
sasaran. Prinsip kedua memulai terapi penggunaan terapi ACEI. (13)

dengan memberikan komponen dasar Pemberian pengobatan


yaitu komponen non obat (modifikasi captopril 2x25 mg selama 10 hari,
gaya hidup) yang diikuti dengan dengan diet rendah garam dari tanggal
pemberian OAH apabila TD belum 17 Maret 2014 hingga tanggal 26 Maret
terkendali. Prinsip ketiga adalah 2014 memberikan hasil penurunan TD
menurunkan target TD diastolik (TDD) menjadi 160/90 mmHg. Kemudian
yang dilakukan secara bertahap dengan pemberian amlodipin dosis 1x10 mg
memantau kualitas hidup dan tanda dengan diet stroke rendah garam dan
vital pasien. Prinsip keempat olahraga intensitas ringan 1 kali
mempertimbangkan derajat tingginya seminggu dari tanggal 27 Maret 2014
TD dalam menetapkan prognosis hingga 3 April 2014 memberikan hasil
hipertensi. Prinsip kelima memilih OAH penurunan TD menjadi 145/85 mmHg
yang sesuai atau sedikitnya mendekati disertai hasil pemeriksaan kadar asam
faktor penyebab hipertensi. (10) urat 7,7 mg/dl.
Pemberian terapi antihipertensi Pemberian obat golongan CCB
pada pasien ini sudah sesuai dapat dipertimbangkan sebagai terapi
berdasarkan Guideline Hipertensi 2014 obat lini pertama dan obat
JNC 8.(11,12) Pemberian NSAID dapat tambahan.(14,15,16) On et al. (2002)
dipertimbangkan bagi pasien yang melaporkan bahwa pemberian
memiliki gejala tension type amlodipin dan vitamin C secara terus
headache. (1) Antiplatelet dapat menerus dalam jangka waktu lama
dipertimbangkan bagi pasien yang akan memperbaiki fungsi endotel pada
memiliki riwayat gejala stroke iskemik pasien hipertensi. Selain itu golongan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 31


Nurmufthi G.Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

CCB tidak dipengaruhi asupan garam /NINDS (2003), disartria sebagai gejala
sehingga berguna bagi orang yang tidak sisa yang muncul pada pasien ini
mematuhi diet garam.(17) merupakan suatu bentuk defisit bahasa
Pada penelitian Kwon et al. yang ditandai gangguan pada artikulasi
(2013) dalam penelitian RCT nya dan pengucapan kata sedangkan
mengenai perbandingan losartan dan gramatika (tata bahasa), komprehensi
amlodipin, didapatkan hasil terjadi dan pemilihan kata tidak terganggu. Hal
penurunan TD variasi diurnal pada ini biasanya berarti kesulitan dalam
kelompok yang menggunakan menggerakkan palatum, lidah dan bibir
amlodipin dibandingkan losartan. Efek sewaktu berbicara.(1,23)
penurunan TD variasi diurnal ini Disartria merupakan motor speech
berpengaruh mencegah stroke pada disorder. Otot-otot mulut, wajah, dan
pasien hipertensi.(18) sistem pernapasan menjadi lemah, sulit
Pengaruh berat badan pada digerakkan, atau dapat tidak berfungsi
pengobatan hipertensi menurut sama sekali setelah kejadian stroke
penelitian Weber et al. (2013) melalui atau cedera otak lainnya. Jenis dan
penelitian RCT didapatkan hasil bahwa beratnya disartria tergantung pada
golongan amlodipin mempunyai daerah mana dari sistem saraf
efektivitas yang sama dalam dipengaruhi. Beberapa penyebab dari
menurunkan TD dimana dapat dysarthria diantaranya stroke, cedera
diaplikasikan untuk semua klasifikasi kepala, cerebral palsy, dan distrofi
grup sesuai IMT namun mempunyai otot.(24)
efek yang lebih besar pada penderita Seorang Speech - Language
non-obese hipertensi.(19) Pathologist (SLP) / ahli patologi wicara-
Pada perencanaan diet bahasa dapat mengevaluasi orang
makanan, dipilih diet stroke IIC dimana dengan kesulitan berbicara,
pasien dapat makan biasa dengan menentukan sifat dan tingkat
jumlah kalori maksimal 2100 kal. Pasien keparahan masalah. SLP akan melihat
juga dijelaskan beberapa pantangan gerakan bibir, lidah, wajah, serta breath
makanan yang tidak boleh sesuai support untuk berbicara, kualitas suara,
kandungannya masing-masing.(20) Selain dan banyak lagi. Gangguan motor
itu juga diberikan edukasi mengenai speech disorder lain adalah apraksia.
jadwal kontrol pengobatan di Peran penting dari SLP adalah untuk
puskesmas, jadwal berolahraga dan menentukan apakah masalah berbicara
kepada anggota keluarga diberikan seseorang dikarenakan disartria,
edukasi mengenai pentingnya apraksia (ketidakmampuan melakukan
dukungan dari anggota keluarga gerakan terampil dari otot wajah dan
sebagai aspek eksternal perilaku otot berbicara sedangkan tenaga otot
kesehatan bagi pasien. (7,21) dan koordinasi otot normal), atau
Pada pasien ini terdapat riwayat keduanya.(24)
stroke yang timbul sebanyak dua kali Pengobatan tergantung pada
dan merupakan serangan berulang penyebab, jenis, dan keparahan gejala.
sesuai dengan kriteria menurut Sebuah SLP memberikan terapi pada
WHO.(3,22) Menurut National Institute of individu untuk meningkatkan
Neurological Disorders and Stroke kemampuan komunikasi. Tujuan dari

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 32


Nurmufthi G.Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

terapi adalah memperlambat Penelitian Skov et al. (2014)


kecepatan bicara; meningkatkan breath juga menjelaskan bahwa aerobic
support sehingga orang dapat berbicara exercise dapat mencegah penyakit
lebih keras; memperkuat otot, metabolism seperti DM. Latihan fisik
meningkatkan gerakan mulut, lidah dan yang rutin menyebabkan sel akan
bibir; meningkatkan artikulasi sehingga terlatih dan lebih sensitif terhadap
berbicara lebih jelas; pengajaran pada insulin sehingga asupan glukosa yang
pengasuh, anggota keluarga, dan guru dibawa glukosa transporter ke dalam
untuk berkomunikasi lebih baik dengan sel meningkat. Maka latihan fisik juga
orang dengan disartria. (24) Dalam kasus perlu diterapkan pada kasus ini.(25)
yang parah, dapat juga diajarkan Perencanaan lebih lanjut
menggunakan cara alternatif pemeriksaan kualitas hidup bagi Ny. U
komunikasi (misalnya, gerakan diperlukan dengan penggunaan
sederhana, papan alfabet, atau kuesioner yang lebih spesifik pada
peralatan elektronik atau komputer).(24) penderita yang pernah mengalami
Menurut penelitian Skov et al. afasia dan disartria sehingga kuesioner
(2014) diketahui bahwa obesitas dan yang dapat digunakan adalah Stroke
hipertensi merupakan faktor resiko and Aphasia Quality of Life Scale-
yang dapat menyebabkan penyakit 39.(27,28)
metabolik (seperti DM) melalui
mekanisme pemberian stimulasi pada Simpulan
jaringan Renin-Angiotensin Sistem Dalam penatalaksanaan
(RAS). (25) Maka pemeriksaan kadar gula penyakit, khususnya yang terkait
darah untuk pasien dalam kasus ini dengan penyakit gangguan metabolik,
dapat dipertimbangkan. Pemeriksaan seorang dokter perlu memperhatikan
gula darah yang dilakukan adalah GDP pasien secara seutuh, tidak hanya
menggunakan glucometri dengan hasil tanda dan gejala penyakit namun juga
yang didapat adalah 113 mg/dl. psikologisnya. Pembinaan keluarga
Selain itu, satu dari tiga pasien yang dilakukan pada kasus ini tidak
stroke serangan berulang mengalami hanya mengenai penyakit pasien, tetapi
peningkatan kadar kolesterol dan 20% juga mengenai masalah-masalah
pasien memiliki riwayat kadar asam lainnya seperti fungsi psikosoial
urat darah yang tinggi sehingga keluarga dan perilaku kesehatan
pemeriksaan profil lipid dan kadar keluarga. Dalam hal ini, faktor
asam urat juga diperlukan untuk Ny. U psikososial dan pola hidup pasien
agar dapat menghindari komplikasi sehingga diharapkan dapat terawasinya
lanjutan. Kadar kholesterol total yang penyakit pasien dengan baik.
didapatkan pada Ny. U selama masa
intervensi adalah 195 mg/dl. Hal ini Daftar Pustaka
didukung dengan penelitian Mihalache 1. Dewanto D, Suwono WJ, Riyanto B,
et al. (2012) yang menjelaskan obesitas Turana Y. Diagnosa dan Tatalaksana
Penyakit Saraf. Jakarta: EGC; 2009.
merupakan faktor resiko terjadinya 2. Badan Penelitian dan Pengembangan
arterial hipertensi, diabetes dan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Riset
dislipidemia sehingga Ny.U perlu Kesehatan Dasar. Jakarta: Bakti Husada;
dilakukan screening lebih lanjut.(26) 2013.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 33


Nurmufthi G.Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

3. WHO. WHO Reference 2007 for Child and 16. On YK, kim CH, sohn DW, oh BH, Lee MM,
Adolescent. Geneva: WHO; 2007. Park YB. Improvement of Endothelial
4. Yayasan Stroke Indonesia. Tangani Function by Amlodipine and Vitamin C in
Masalah Stroke di Indonesia. 2012 [cited Essential Hypertension. Korean J Intern
2014 March 20]. Available from: Med. 2002;17(2):131-7.
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=4 17. Ong HT. Are Angiotensin-Converting
5. American Heart Association and American Enzyme Inhibitors and Angiotensin
Stroke Association. Statistical Fact Sheet Receptor Blockers Especially Useful for
2013 Update. 2013 [cited 2014 March 20]. Cardiovascular Protection?. J Am Board
Available from: www.heart.org/statistics Fam Med. 2009; 22(6):686-97.
6. Khan AN, McAlister AF, Rabkin WS. 18. Kwon H, Shin J, Lim J, Hong Y, Lee Y, Nam
Hypertension Education Program H. 2013. Comparison of the Effects of
Recommendations for the Management Amlodipine and Losartan on Blood
of Hypertension: Part II – Therapy. Can J Pressure and Diurnal Variation in
Cardiol. 2005; 22(7):583–593. Hypertensive Stroke Patients: A
7. Andri. Konsep Biopsikososial pada Prospective, Randomized, Double-Blind,
Keluhan Psikosomatik. J Indon Med Assoc. Comparative Parallel Study. Clin
2011; 61(9):259-264. Therapeutics. 2013; 35(12): 1975–1982.
8. Novack DH, Cameron O, Epel E, Ader R, 19. Weber M A, Jamerson K, Bakris GL, Weir
Waldstein SR, Levenstein S. MR Zappe D, Zhang Y, Dahlof B, Velazquez
Psychosomatic Medicine: The Scientific E, Pitt B. Effects of Body Size and
Foundation of The Biopsychosocial Model. Hypertension Treatments on
Academic Psychiatry. 2007; 31:388-401. Cardiovascular Event Rates: Subanalysis of
9. Aziza L. Peran Antagonis Kalsium dalam The Accomplish Randomised Controlled
Penatalaksanaan Hipertensi. Maj Kedokt Trial. The Lancet. 2013; 381(9866): 537-
Indon. 2007 August; 57(8):259-264. 545.
10. Chobanian A, Bakris G, Black. The Seventh 20. Almatsier S. Penuntun Diet. Jakarta:
Report of the Joint National Committee on percetakan PT SUN; 2010.
Prevention, Detection, Evaluation, and 21. Cramer H, Lauche R, Haller H, Steckhan N,
Treatment of High Blood Pressure. The Michalsen A, Dobos G. Effects of Yoga on
JNC 7 Report. JAMA. 2003; 289(19):2561- Cardiovascular Disease Risk Factors: A
2570. Systematic Review and Meta-Analysis. Int
11. Wolf Maier K, Cooper RS, Kramer H et al; J Cardiology. 2014; 173(2):170-183.
2004. Hypertension Treatment and 22. Yani FIA. Perbedaan Skor Kualitas Hidup
Control in The Five European Countries, Terkait Kesehatan antara Pasien Stroke
Canada and the United States. Iskemik Serangan Pertama dan Berulang.
Hypertension. 2004; 43(1):10-17. Surakarta: Universitas Sebelas Maret;
12. James A Paul, Oparil S. 2014. Evidence- 2010.
Based Guideline for the Management of 23. National Institute of Neurological Disorder
High Blood Pressure in Adults. Joint and Stroke. Stroke: Hope Through
National Committee (JNC8). JAMA. Research. 2013 [cited 2014 March 20].
2014;311(5):507-520. Available from:
13. Bosch J, Yusuf S, Pogue J. HOPE http://www.ninds.nih.gov/disorders/strok
Investigators Use of Ramipril in Preventing e/detail_stroke.htm.
Stroke : Double Blind Randomized Trial. 24. American Speech- Language- Hearing
BMJ. 2002;324:1-5. Association. Dysarthri. 2014 [cited 2014
14. Pedelty L, Gorelick PB. Update on Agust 18] Available from:
Management of Hypertension to Prevent http://www.asha.org/public/speech/disor
Stroke. Current Treatm Options in Neuro. ders/dysarthria/
2006;8:486-495. 25. Skov J, Persson F, Frøkiær J, Christiansen J
15. Basjiruddin A. The Management of S. Tissue Renin–Angiotensin Systems: A
Hypertension to Prevent Stroke. Dept. of Unifying Hypothesis of Metabolic Disease.
Neurology Medical Faculty. Padang: Front. Endocrinol. 2014 Feb; 5:23.
University of Andalas; 2008.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 34


Nurmufthi G.Y | Dysarthria Post Stroke Attack with Uncontrolled Hypertension and Obesity On A Housewife

26. Mihalache L, Graur LI, Popescu DS, Niţă


O, Graur M. Anthropometric parameters--
predictive factors for cardio-metabolic
diseases. Rev Med Chir Soc Med Nat Iasi.
2012 Jul;116(3):794-8.
27. Williams LS, Weinberger M, Harris LE,
Clark DO, Biller J. Development of A
Stroke-Speci!c Quality of Life Scale. Stroke.
1999 Jul; 30(7):1362-9.
28. Lata-Caneda MC, Piñeiro-Temprano M,
García-Fraga I. Spanish Adaptation of The
Stroke and Aphasia Quality of Life Scale-39
(SAQOL-39). Eur J Phys Rehabil Med. 2009;
45:379–84.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 35

Anda mungkin juga menyukai