Anda di halaman 1dari 18

RELAKSASI KESADARAN INDERA UNTUK MENURUNKAN

TINGKAT KECEMASAN PENDERITA DIABETES MELLITUS

SENSORY RELAXATION AWARENESS TO LOWER ANXIETY


AMONG DIABETES MELLITUSS PATIENT

Baiq Ratna Ayunsari,


Siti Suminarti Fasikhah
Diah Karmiyati
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail: ayunsari@yahoo.com / fasikhahss@yahoo.com

ABSTRACT
This study was aimed to reveal the influence of sensory awareness relaxation to reduce the anxiety felt
by patients with diabetes mellitus.This study was a single case study. The design in this study using
ABA design. Subjects in this study amounted to two men who are diagnosed with diabetes mellitus
and anxiety. Selection of subjects with anxiety viewed using Subjective Units of Discomfort Scale
(Suds) and the Beck Anxiety Inventory (BAI). The study was conducted starting from the pre-therapy,
therapy, after therapy, and follow-up for seven sessions and one week to monitor the condition of
the subject after therapy is stopped. In this study using two male subjects. These results indicate that
sensory awareness relaxation can reduce the anxiety felt by patients with diabetes mellitus.

Key Words: Sensory Awareness Relaxation, Anxiety, Diabetes Mellitus

ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud mengetahui efektivitas terapi relaksasi kesadaran indera dalam menurunkan
tingkat kecemasan terhadap penyakit kronis yang dialami oleh klien. Penelitian ini merupakan
penelitian kasus tunggal. Desain dalam penelitian ini menggunakan desain ABA. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah dua orang yang didiagnosis menderita penyakit diabetes mellitus dan
mengalami kecemasan. Pemilihan subjek yang mengalami kecemasan dilihat dengan menggunakan
Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) dan Beck Anxiety Inventory (BAI). Penelitian dilakukan
mulai dari pra terapi, terapi, pasca terapi, dan follow-up selama tujuh sesi dan satu minggu untuk
memantau kondisi subjek setelah terapi dihentikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi
kesadaran indera mampu menurunkan kecemasan yang dirasakan oleh pasien penderita penyakit
diabetes mellitus.

Kata Kunci: Relaksasi Kesadaran Indera, Kecemasan, Diabetes Mellitus

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 269


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kronik dan tidak bisa sembuh sempurna,
penyakit di mana kadar glukosa (gula perlu perawatan seumur hidup, dan dapat
sederhana) di dalam darah tinggi karena menimbulkan perubahan psikologis yang
tubuh tidak dapat melepaskan atau mendalam pada penderita, keluarga
menggunakan insulin secara adekuat. dan kelompok sosialnya. Individu yang
Menurut American Diabetes Association, terkena label DM harus memakai label
DM adalah penyakit metabolis dengan tersebut seumur hidupnya. Penderita DM
harus selalu menjaga pola makan, olah
karakteristik hiperglikemia (peningkatan
raga rutin, melakukan check-up, bahkan
glucose pada darah) yang terjadi karena
dapat dikatakan harus mengubah seluruh
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
pola hidupnya.
keduanya. Saat produksi insulin sel betta
terganggu kemampuan tubuh melakukan Individu yang belum dapat menerima
kenyataan bahwa dirinya menderita
metabolisme glukosa menurun dan kadar
DM seringkali menunjukkan berbagai
gula darah meningkat tajam (Kartika &
perubahan perilaku dan perasaan, seperti
Hasanat, 2008).
perasaan menjadi tidak adekuat lagi,
Penderita penyakit DM ini secara timbul ketakutan, kecemasan, menuntut
signifikan terus bertambah dari tahun dirawat orang lain dengan berlebihan
ke tahun. Laporan data epidemiologi dan mereka mengembangkan sikap
McCarty dan Zimmet (Kartika & Hasanat, permusuhan. Oleh karena itu, penderita
2008) menunjukkan bahwa jumlah diabetes seringkali diasosiasikan dengan
penderita DM di dunia dari 110,4 juta gangguan psikososial, yaitu depresi,
pada tahun 1994 melonjak dua kali lipat kecemasan, ketegangan dan stres yang
(239,3 juta orang) pada tahun 2010. Di menekan (Ambarwati, 2008). Hal ini
Indonesia sendiri pada tahun 1994 jumlah juga dirasakan oleh kedua klien dalam
penderita DM sekitar 2,5 juta orang, penelitian ini yang didiagnosis mengidap
kemudiaan pada tahun 2000 menjadi penyakit diabetes mellitus disertai
empat juta orang dan diperkirakan hipertensi dan gastritis akut oleh dokter.
pada tahun 2010 jumlah penderita DM
Menurut Hudak dan Galo (1995),
minimal lima juta orang. Sedangkan data
perasaan-perasaan takut dan cemas
dari WHO menunjukkan pada tahun
yang dirasakan pasien dikarenakan oleh
1995 Indonesia berada pada urutan
rasa ketidakberdayaan, ketakutan akan
ke tujuh dan pada tahun 2025 jumlah
ditinggalkan oleh keluarga dan teman-
penderita DM diperkirakan meningkat ke
teman, rasa tidak aman serta yang paling
posisi kelima terbesar di dunia.
menimbulkan kecemasan adalah bahwa
Menurut David (Ambarwati, 2008), dirinya sewaktu-waktu dapat meninggal.
penyakit diabetes adalah penyakit yang Perasaan-perasaan takut yang dialami

270 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan ......

oleh pasien tersebut akan menimbulkan kadar gula dalam darah yang bisa berakibat
kecemasan, dan perasaan cemas yang fatal bagi organ tubuh lainnya. Hal ini
terus menerus akan memberikan pengaruh disebabkan adrenalin yang ditimbulkan
yang semakin memperburuk kesehatan ketika pasien mengalami kecemasan
pasien itu sendiri. Hal ini dikarenakan akan memengaruhi kerja insulin yang
adanya hubungan antara emosi dengan berfungsi untuk mengeluarkan glukosa
kesehatan fisik. Menurut Felten (Goleman, dalam darah. Melihat hasil penelitian di
1996), emosi berpengaruh secara dahsyat atas, maka tampak bahwa kecemasan
terhadap sistem syaraf autonom yang yang dirasakan oleh penderita DM dapat
mengatur segala macam, mulai dari berpengaruh pada penyakitnya dan bisa
jumlah insulin yang dikeluarkan tubuh berakibat fatal bagi hidup penderita
sampai tingginya tingkat tekanan darah. diabetes. Melihat prevalensi penderita
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat yang semakin meningkat dan bahaya
Nezhat (Goleman, 1996), seorang ahli dari dampak kecemasan terhadap
bedah, yang mengatakan bahwa jika perkembangan penyakit ini, dirasa
seorang yang telah dijadwalkan untuk perlu untuk melakukan sebuah cara
melakukan sebuah operasi merasa panik untuk mengurangi kecemasan tersebut.
dan cemas maka dia akan membatalkan Oleh karenanya, dalam penelitian ini
operasinya. Alasannya karena rasa diajukan sebuah metode relaksasi untuk
panik dan cemas dapat meningkatkan menurunkan tingkat kecemasan penderita
tekanan darah dan pembuluh darah yang penyakit kronis agar semua resiko yang
melebar akibat meningkatnya tekanan diakibatkan oleh kecemasan terhadap
darah. Hal ini selanjutnya akan banyak penyakit diabetes dapat dicegah.
mengeluarkan darah apabila dipotong. Selama sistem-sistem berfungsi normal
Pendarahan yang hebat merupakan dalam keseimbangan, bertambahnya
salah satu komplikasi operasi yang dapat aktivitas sistem yang satu akan
menyebabkan kematian. menghambat atau menekan efek sistem
Penelitian lain yang dilakukan oleh yang lain. Pada waktu orang mengalami
Afiah (2010) pada penderita penyakit ketegangan dan kecemasan yang bekerja
diabetes yang juga merupakan salah adalah sistem saraf simpatetis, sedangkan
satu penyakit kronis memberikan hasil pada waktu rileks yang bekerja adalah
bahwa pasien yang didiagnosis menderita sistem saraf parasimpatetis. Dengan
penyakit DM dan mengalami kecemasan demikian relaksasi dapat menekan rasa
akan mengakibatkan meningkatnya tegang dan rasa cemas dengan resiprok,
kadar gula dalam darahnya, sehingga sehingga timbul counter conditioning dan
menyebabkan tidak pernah stabilnya penghilangan (Subandi, 2002)

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 271


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Dasar pikiran relaksasi adalah kecepatan denyut jantung yang lambat,


sebagai berikut. Relaksasi merupakan peningkatan aliran darah perifer dan
pengaktifan dari saraf parasimpatetis stabilitas neuromuskular.
yang menstimulasi turunnya semua Burn (Subandi, 2002) melaporkan
fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf
beberapa keuntungan yang diperoleh dari
simpatetis, dan menstimulasi naiknya
latihan relaksasi. Salah satunya adalah
semua fungsi yang diturunkan oleh
untuk mengurangi tingkat kecemasan.
saraf simpatetis. Masing-masing saraf
Ada beberapa bukti bahwa individu
parasimpatetis dan simpatetis saling
dengan tingkat kecemasan yang tinggi
berpengaruh. Karenanya, bertambahnya
dapat menunjukkan efek fisiologis positif
salah satu aktivitas sistem yang satu akan
melalui latihan relaksasi. Selain itu juga,
menghambat atau menekan fungsi yang
relaksasi dapat mengurangi kemungkinan
lain (Subandi, 2002). Relaksasi dapat
gangguan yang berhubungan dengan
digunakan sebagai active coping skill jika
stres, dan mengontrol anticipatory anxiety
digunakan untuk mengajar individu kapan
sebelum situasi yang menimbulkan
dan bagaimana menerapkan relaksasi di
kecemasan, seperti pada pertemuan
bawah kondisi yang diinginkan, misalnya
penting, wawancara dan sebagainya.
digunakan untuk mengurangi gangguan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
insomnia, mengurangi kecemasan atau
relaksasi dapat mengurangi kecemasan
untuk membuat tubuh istirahat sejenak.
pada waktu wawancara bagi pasien
Apabila individu melakukan relaksasi
psikiatri (Subandi, 2002).
ketika mengalami ketegangan atau
kecemasan, maka reaksi-reaksi fisiologis Pelatihan relaksasi semakin sering
yang dirasakan individu akan berkurang, dilakukan karena dari hasil penelitian-
sehingga ia akan merasa rileks. Apabila penelitian yang dilakukan Jacobson dan
kondisi fisiknya sudah rileks, maka kondisi Wolpe terbukti bahwa relaksasi secara
psikisnya juga tenang (Purwanto, 2006). efektif dapat mengurangi ketegangan
dan kecemasan (Ramdhani, tanpa tahun).
Teknik relaksasi banyak digunakan
untuk menangani penderita penyakit Teknik relaksasi ada beberapa macam
kronik termasuk penderita kanker, karena yaitu relaksasi otot, relaksasi kesadaran
dapat menurunkan kecemasan dan mual indera, relaksasi melalui hipnosa, yoga,
akibat kemoterafi dan radioterafi serta dan meditasi. Namun melihat kondisi
menurunkan nyeri pada penderita kanker pasien yang mengidap penyakit kronis
(Taylor, 1995). Di samping itu, Kaplan dan sebagian juga mengalami konflikasi
dkk (1997) mengatakan bahwa relaksasi dengan tekanan darah tinggi sehingga
dapat menghasilkan efek fisiologis yang dilakukan relaksasi dengan menggunakan
berlawanan dengan kecemasan, seperti relaksasi kesadaran indera. Relaksasi

272 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan ......

kesadaran indera ini dikembangkan sebagai mekanisme yang melindungi


oleh Golfried yang dipelajarinya dari ego karena kecemasan memberi sinyal
Weitzman (Subandi, 2002). Relaksasi kepada kita bahwa ada bahaya dan
kesadaran indera ini memfokuskan kalau tidak dilakukan tindakan yang
individu untuk bisa merasakan tubuhnya tepat maka bahaya itu akan meningkat
sendiri khususnya panca indera sehingga sampai ego dikalahkan. Keadaan yang
individu bisa merasakan ketenangan. tidak menyenangkan ini sering kabur dan
Pada teknik relaksasi kesadaran sulit menunjuk pada hal yang tepat, tetapi
indera ini, klien diberi satu seri pertanyaan kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.
yang tidak untuk dijawab secara lisan Reaksi cemas terhadap situasi
namun untuk dirasakan sesuai dengan yang menekan merupakan bagian
apa yang dapat dan tidak dapat dialami dari pengalaman manusia sehari-hari.
individu pada waktu instruksi diberikan, Kecemasan memiliki tingkatan tertentu
sehingga klien diharapkan untuk bisa yaitu kecemasan yang wajar atau tidak.
mengalami kondisi rileks yang mendalam Kecemasan yang wajar tidak akan
untuk membantu klien mengurangi rasa mengganggu kehidupan manusia sehari-
cemas yang sedang dihadapinya. Menurut hari, dan akan mendorong individu untuk
Desminarti (2003) dalam penelitiannya lebih berhati-hati dalam menghadapi
tentang relaksasi kesadaran indera situasi yang mengancam (Pratiwi, 2010).
pada penderita kanker payudara bahwa Kecemasan sebagai sesuatu emosi yang
pemberian relaksasi kesadaran indera muncul dari pengalaman subjektif individu
pada penderita kanker payudara melalui biasanya tidak dapat dikenali secara
kaset sama efektifnya jika dibandingkan nyata. Kecemasan merupakan perasaan
dengan relaksasi kesadaran indera yang subjektif yang dialami oleh individu. Hal
diberikan melalui liflet. ini disebabkan oleh situasi-situasi yang
Sementara itu, kecemasan atau mengancam sehingga menyebabkan
dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” ketidakberdayaan individu (Semium,
berasal dari Bahasa Latin yaitu “angustus” 2006). Kecemasan pada tingkat tertentu
yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang dapat dianggap sebagai bagian dari
berarti mencekik (Pratiwi, 2010). Menurut respon normal untuk mengatasi masalah
Freud (Semium, 2006) mengatakan sehari-hari. Kecemasan merupakan suatu
bahwa kecemasan adalah fungsi ego penyerta normal dari pertumbuhan,
untuk memperingatkan individu tentang perubahan, pengalaman sesuatu yang
kemungkinan datangnya suatu bahaya baru dan belum dicoba serta penemuan
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif identitas diri dan juga menemukan arti
yang sesuai. Kecemasan berfungsi hidup (Kaplan, dkk, 1997).

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 273


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Pengertian kecemasan menurut dikaitkan dengan relaksasi. Oleh karena


teori behavioristik menganggap efek yang dihasilkan adalah perasaan
kecemasan sebagai suatu respon yang senang, relaksasi mulai digunakan
telah dibiasakan terhadap stimulus yang untuk mengurangi ketegangan, terutama
spesifik. Kecemasan merupakan bentuk ketegangan psikis yang berkaitan dengan
yang terkondisikan dari reaksi rasa permasalahan kehidupan.
sakit. Kecemasan memilki fungsi paling Menurut Suryani (dalam Susanti,
bermanfaat untuk memotivasi individu 2009) relaksasi adalah salah satu cara
menghindar atau melindungi diri dari untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan
stimulus yang dapat mengakibatkan rasa mental sehingga menjadi rileks. Selain itu
sakit (Monte & Sollod, 2003). juga merupakan upaya untuk melupakan
Kenyon (1985) berpendapat gejala kecemasan dan mengistirahatkan pikiran
utama dari kecemasan adalah bahwa dengan cara menyalurkan kelebihan
mulut kering, merasa mual atau benar- energi atau ketegangan psikis melalui
benar muntah, berdebar-debar, nadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan.
berdenyut dengan cepat, perut kembung, Burn (Subandi, 2002) melaporkan
gemetaran, berkeringat, sering ingin beberapa keuntungan yang diperoleh dari
buang air dan mencret-mencret. Selain latihan relaksasi adalah:
itu mungkin adanya perasaan melayang- 1. Relaksasi akan membuat individu
layang, kaki gemetaran, cepat tersinggung, lebih mampu menghindari reaksi
menggigit kuku, merokok, makan atau yang berlebihan karena adanya stres.
minum-minuman keras terlalu banyak 2. Masalah-masalah yang berhubungan
merupakan gejala dari kecemasan. dengan stres seperti hipertensi, sakit
Relaksasi adalah salah satu kepala, insomnia dapat dikurangi atau
teknik dalam terapi perilaku yang diobati dengan relaksasi. Beberapa
dikembangkan oleh Jacobson dan penelitian juga menunjukkan bahwa
Wolpe untuk mengurangi ketegangan relaksasi dapat menurunkan tekanan
dan kecemasan. Penggunaan relaksasi darah systolic dan diastolic pada
memiliki sejarah yang luas dalam penderita hipertensi, mengurangi
bidang kedokteran, psikologi klinis, & insomnia, dan mampu mengobati
psikiatri (Goldfried & Davison, 1976). sakit kepala (Walker dkk, Heffler,
Oleh orang awam istilah relaksasi sering dalam Subandi, 2002)
digunakan untuk menjelaskan aktivitas 3. Mengurangi tingkat kecemasan.
yang menyenangkan. Rekreasi, olah Ada beberapa bukti bahwa individu
raga, pijat, dan nonton bioskop yang dengan tingkat kecemasan yang tinggi
dilakukan untuk mendapatkan suasana dapat menunjukkan efek fisiologis
rileks merupakan contoh yang banyak positif melalu latihan relaksasi.

274 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan ......

4. Mengurangi kemungkinan yang indera pendengaran, penglihatan, pen-


berhubungan dengan stres, dan ciuman, perabaan dan percakapan.
mengontrol anticipatory anxiety Dengan kata lain respon relaksasi
sebelum situasi yang menimbulkan diperoleh melalui kegiatan imajeri
kecemasan, seperti wawancara dan (membayangkan) yang dilakukan oleh
pertemuan penting. seseorang terhadap suatu yang pernah ia
5. Menurunkan tingkat ketegangan. terima melalui alat indranya.
6. Kelelahan, aktivitas mental dan Menurut Davis (1995), kegiatan
atau latihan fisik yang tertunda membayangkan atau kesan batin yang
dapat di atasi lebih cepat dengan diciptakan dengan sadar dapat melatih
menggunakan keterampilan relaksasi. diri menjadi rileks dan mengabaikan stres.
7. Relaksasi merupakan bantuan untuk Davis juga mengatakan bahwa untuk
menyembuhkan penyakit tertentu mengatasi perasaan tidak bahagia dan
dan operasi. tegang, seseorang dapat mengubah pusat
Menurut Utami (Subandi, 2002), fikiran ke arah positif melalui bayangan
ada berbagai macam teknik relaksasi yang ia ciptakan (penyembuhan dengan
sebagaimana telah dikemukakan di atas, imajinasi).
salah satu diantaranya adalah relaksasi Berdasarkan kerangka pemikiran di
kesadaran indera.. Dalam penelitian atas, melalui penelitian ini diharapkan
ini yang digunakan adalah relaksasi relaksasi kesadaran indera dapat
kesadaran indera yang dikembangkan dijadikan alternatif intervensi yang dapat
oleh Golfried yang dipelajari oleh digunakan untuk membantu menurunkan
Weitzman (Goldfried & Davison, 1976). tingkat kecemasan pada penderita
Teknik ini tidak membutuhkan latihan otot penyakit diabetes. Peneliti juga berharap
atau ketegangan otot, yang apabila salah bahwa penelitian ini dapat memberikan
melakukannya maka akan menyebabkan gambaran mengenai kondisi psikologis
rasa nyeri dan cedera otot. Di samping itu yang terkait dengan kecemasan pada
relaksasi kesadaran indera mengandung penderita penyakit diabetes jika penelitian
pengkondisian kata-kata isyarat rileks atau ini terbukti dapat menurunkan tingkat
tenang terhadap pengalaman relaksasi kecemasan pada penderita penyakit
yang dalam, serta diberikan gambaran- diabetes tersebut. Dengan demikian,
gambaran yang memberi induksi relaksasi hipotesis yang diajukan dalam penelitian
(Subandi, 2002). ini adalah relaksasi kesadaran indera
Respon kesadaran indera diperoleh dapat digunakan untuk menurunkan
melalui daya imajinasi seseorang dalam kecemasan pasien penderita penyakit
membayangkan dan merasakan sensasi diabetes mellitus.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 275


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data

Subjek Penelitian Pengumpulan data menggunakan


beberapa metode berikut:
Subjek penelitian dalam penelitian
1. Daftar riwayat hidup, yaitu metode
ini adalah pasien yang datang berobat ke
yang berisi tentang data demografi
praktek dokter dan didiagnosis menderita
mengenai identitas subjek, meliputi
penyakit diabetes serta mengalami
tempat tinggal, status perkawian,
kecemasan dengan penyakitnya tersebut.
agama dan latar belakang keluarga,
Jenis kelamin tidak dibatasi karena jenis
kesehatan, dan riwayat pendidikan.
kelamin tidak diteliti dalam peneltian
Metode ini diberikan kepada subjek
ini. Subjek penelitian ini berjumlah dua
pada saat asesmen awal.
orang yang terdiagnosis terkena diabetes.
2. Wawancara, yaitu pertemuan dua
Adapun karakteristik subjek yang diambil
orang untuk bertukar informasi dan
dalam penelitian ini adalah:
ide untuk bertukar informasi dan
1. Subjek penelitian berusia antara
ide melalui tanya jawab, sehingga
30-55 tahun berjenis kelamin laki-
dapat dikonstruksikan makna dalam
laki maupun perempuan.
suatu topik tertentu. Ditambahkan
2. Subjek merupakan pasien yang didiag-
juga bahwa dalam wawancara
nosis menderita penyakit diabetes.
terdapat 3 teknik, yaitu wawancara
3. Subjek mengalami kecemasan ter- terstruktur, semi terstruktur dan
hadap penyakit yang sedang diderita- tidak terstruktur. Sedangkan dalam
nya dan diukur dengan alat ukur penelitian ini digunakan wawancara
kecemasan BAI. tidak terstruktur (Esterberg, dalam
Rancangan Penelitian Sugiyono, 2010). Menurut Sugiyono
(2010), wawancara tidak terstruktur
Rancangan penelitian yang
adalah wawancara yang bebas
digunakan adalah rancangan penelitian
dimana peneliti tidak menggunakan
dengan single case design ABA design. A
pedoman wawancara yang telah
dalam penelitian ini adalah fase baseline
tersusun secara sistematis dan
atau fase sebelum terapi, sedangkan B
lengkap untuk pengumpulan datanya.
adalah fase terapi dan A yang kedua
Wawancara ini sering digunakan
adalah fase tindak lanjut. Pada penelitian
untuk mengawali penelitan dan
ini subjek diberikan pengukuran sebelum
mendapatkan data tentang klien
dan sesudah pemberian perlakuan
secara lebih mendalam. Wawancara
pada subjek. Perbedaan kedua hasil
ini akan dilakukan dalam beberapa
pengukuran dianggap sebagai efek
tahap yaitu :
perlakuan (Latipun, 2002).

276 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan ......

a. Praterapi dikembangkan oleh Aaron T. Beck


b. Selama proses terapi dan teman-temannya dan merupakan
c. Pascaterapi skala psikologis yang terdiri dari
d. Follow-up 21 aitem dan berbentuk skala likert
3. Observasi, yaitu pengamatan lang- dengan range mulai dari 0-3 di
sung para pembuat keputusan mana angka ini mewakili frekuensi
berikut lingkungan fisiknya dan timbulnya simptom kecemasan
atau pengamatan langsung suatu yang dialami oleh klien untuk
kegiatan yang sedang berjalan. kepentingan klinis dan penelitian.
Observasi dilakukan selama proses Aitem-aitem yang terdapat pada
terapi. Observasi dilakukan untuk BAI ini menggambarkan kondisi
mendapatkan data faktual selama sesi emosi, psikis dan kognitif yang
terapi, misalnya bagaimana tingkat merupakan simptom kecemasan dan
keseriusan subjek dalam mengikuti bukan depresi. Skala kecemasan ini
setiap kegiatan, kemampuan meng- dijadikan sebagai acuan alat ukur
ungkapkan permasalahan mereka, tingkat kecemasan pada pasien
serta bagaimana kemampuan subjek penderita penyakit diabetes. Dalam
untuk melakukan latihan relaksasi penelitian ini skala kecemasan
sesuai dengan instruksi yang diberikan. diberikan pada saat asesmen awal,
4. SUDs (Subjective Unit of Discomfort fase akhir terapi (pasca terapi) dan
scale), yaitu penentuan range tingkat ketika dilakukannya follow-up.
kecemasan berdasar pada apa yang
dirasakan subjek. Prosedur Intervensi
5. Skala Kecemasan. Dalam penelitian Penelitian ini menggunakan prosedur
ini pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
dengan skala. Menurut Azwar (1999), 1. Penentuan subjek penelitian
istilah skala disamakan dengan istilah Penentuan subjek penelitian ber-
tes namun dalam pengembangan
dasarkan kriteria kecemasan pasien
instrumen ukur, umumnya istilah
yang didiagnosis menderita penyakit
tes digunakan untuk mengukur
diabetes. Di sini ada keluhan gejala-
kemampuan kognitif sedangkan
gejala fisiologi yang mengganggu
skala lebih banyak digunakan untuk
begitu juga dengan psikologis. Den-
mengukur aspek afektif. Skala
gan adanya kriteria tersebut, maka
kecemasan yang digunakan adalah
peneliti memutuskan meminta per-
skala BAI (Beck anxiety inventory)
setujuan subjek agar kasus yang dial-
untuk mengungkap kecemasan yang
ami subjek dilakukan intervensi
menetap dalam diri individu. BAI ini

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 277


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

2. Identifikasi Kasus yang kemudian uraikan dalam self


Pada tahapan ini, peneliti menggali monitoring. Peneliti juga merancang
beberapa data tentang subjek. Peneliti teknik terapi yang digunakan untuk
juga mengklarifikasi permasalahan mengatasi kecemasan. Kemudian
utama subjek, memz-bicarakan per- baru menyepakati jadwal pelaksanaan
masalahan yang dirasakan subjek terapi dan tempatt dilaksanakannya
secara lebih mendalam. Mengetahui terapi ini
kondisi subjek dengan mengetahui 5. Pelaksanaan terapi
gejala kecemasan dan pemikiran Dalam penelitian ini intervensi
negatif yang dirasakan subjek. yang digunakan adalah relaksasi
3. Melakukan kontrak penelitian kesadaran indera. Hal pertama kali
Mengingat pentingnya permasala- yang dilakukan ada mengajarkan
han yang dihadapi subjek, maka relaksasi kesadaran indera. Pada
peneliti menawarkan agar subjek relaksasi ini subjek diminta untuk
bersedia mengikuti proses intervensi merasa lebih nyaman dan tenang
serta menjadi subjek yang sangat dengan mendengarkan isntruksi
mendukung dalam penelitian yang dari terapis. Peneliti meminta
akan dilakukan. Peneliti mena- subjek untuk menjawab pertanyaan
warkan teknik terapi sebagai solusi yang diberikan. Menurut Subandi
atas permasalahan yang subjek (2002), relaksasi kesadaran indera
alami. Menjelaskan prosedur dan ini merupakan teknik relaksasi saat
jenis terapi yang akan diberikan individu diberi satu seri pertanyaan
kepada subjek, menjelaskan manfaat yang tidak untuk dijawab secara
terapi, kemudian menetapkan target lisan, tetapi untuk dirasakan sesuai
perubahan yang diharapkan. Tidak dengan apa yang dapat atau tidak
lupa peneliti memberi motivasi dapat dialami individu pada waktu
bahwa subjek bisa mengatasi instruksi diberikan.
kecemasan yang dialaminya. 6. Proses Penghentian Terapi
4. Merancang pelaksanaan Terapi akan dihentikan ketika
Dalam hal ini terapi mengajak tujuan penelitian yang sudah
subjek untuk mempelajari prosedur disepakati dengann klien sudah
yang dilakukan oleh subjek dan terapi tercapai yaitu: (1) Menurunnya
sekaligus membuat kesepakatan tingkat kecemasan secara relatif
mengenai perilaku apa saja yang cukup meyakinkan dari waktu ke
akan di rubah, dan gejala apa saja waktu; (2) Tujuan atau terget terapi
dari kecemasan yang akan dirubah relatif sudah tercapai; (3) Subjek

278 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan ......

merasa sudah terbiasa menghadapi 1. Dalam teknik ini individu diberikan


situasinya, cukup yakin pada dirinya satu seri pertanyaan yang tidak
sendiri untuk dapat menghadapi untuk dijawab secara lisan, tetapi
simtomnya sendiri tanpa bantuan untuk dirasakan sesuai dengan apa
dari peneliti lagi. Tahap ini dilakukan yang dapat atau tidak dapat dialami
pada saat sesi terakhir. individu pada waktu instruksi
7. Pemberian tugas rumah diberikan.
Tugas rumah diberikan setelah 2. Setiap pertanyaan yang diberikan
subjek paham dan mengerti masing-masing dapat dijawab
bagaimana melakukan relaksasi dengan ‘ya’ atau ‘tidak’, tetapi tidak
kesadaran indera. Subjek diminta perlu menjawab dengan suara yang
untuk melakukan relaksasi sebanyak keras atau jawaban untuk diri sendiri,
1 kali dalam sehari dan disaat simtom- karena jawaban dari masing-masing
simtom kecemasan subjek muncul. pertanyaan tersebut tampak dari
8. Follow-up reaksi subjek yang bersifat pribadi
sekali atas pertanyaan yang diajukan.
Tahap tindak lanjut ini
Semua jawaban itu tampak jelas
akan dilakukan 2 minggu pasca
sekali sewaktu anda melaksanakan
dihentikannya terapi. Hal ini bertujuan
apa yang ditanyakan.
untuk mengetahui perubahan subjek
setelah terapi ini dihentikan selama 3. Dengarkanlah pertanyaan-pertanyaan
2 minggu. Metode yang dilakukan yang diajukan dan janganlah
dalam tahap ini adalah wawancara, terpengaruh oleh perasaan-perasaan
dan membandingkan hasil BAI dan yang aneh dan tidak enak, atau
self report sebelum, selama dan perasaan apapun yang dirasakan.
setelah terapi. Tangkaplah setiap pertanyaan
sebagaimana biasanya anda mem-
Dalam penelitian ini, intervensi yang berikan reaksi atas pertanyaan biasa.
diberikan kepada subjek dimaksudkan 4. Reaksi atas pertanyaan-pertanyaan
untuk mengurangi kecemasan subjek itu adalah jawaban yang benar-benar
dengan menggunakan relaksasi kesadaran untuk diri sendiri.
indera. Dalam teknik kesadaran indera
Di akhir terapi dilakukan evaluasi
subjek akan diajak untuk lebih merasakan
dan subjek diminta untuk melakukan
ketenangan dengan merasakan atau
terapi di rumah secara mandiri.
membayangkan dengan menggunkan
indera. Adapun proses relaksasi kesadaran
indera ini adalah sebagai berikut:

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 279


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Teknik Analisis Data diberikan saat pra intervensi, selama


Seperti yang diungkapkan di atas intervensi, dan setelah intervensi. Proses
bahwa penelitian ini menggunakan desain penilaian dan pengukuran tersebut
ABA. Mula-mula target behavior diukur dilakukan untuk mengetahui apakah
secara kontinyu pada kondisi baseline (A) teknik relaksasi kesadaran indera yang
dengan periode waktu tertentu kemudian telah diterapkan mampu membantu
diukur lagi pada kondisi intervensi (B) menurunkan kecemasan pada penderita
setelah itu baru kemudian dilakukan diabetes melitus.
lagi pengukuran pada kondisi A yang
kedua. Adapun metode penilaian dan HASIL PENELITIAN
pengukuran pada penelitian ini adalah
Deskripsi Subjek
dengan menggunakan range tingkat
kecemasan SUDS (Martin & Pear, 2003), Dari penelitian ini didapatkan hasil
self monitoring dan dengan BAI (Beck sebagai berikut:
Anxiety Inventori) yang masing-masing

12
1. Tingkat kecemasan yang diperoleh dari BAI

Gambar 1. Gafik penurunan kecemasan berdasarkan hasil BAI


Gambar 1. Gafik penurunan kecemasan berdasarkan hasil BAI

2. Tingkat kecemasan yang diperoleh dari hasil SUDs

280 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Gambar 1. Gafik penurunan
Relaksasi kecemasan
Kesadaran berdasarkan
Indera untuk Menurunkan hasil BAI
Tingkat Kecemasan ......

2. Tingkat
2. Tingkat kecemasan
kecemasan yangyang diperoleh
diperoleh daridari hasil
hasil SUDsSUDs

Gambar 2. Grafik penurunan tingkat kecemasan berdasarkan SUDs


Gambar 2. Grafik penurunan tingkat kecemasan berdasarkan SUDs

Dari gambar di atas tampak jelas terjadi penurunan tingkat kecemasan yang dirasakan
klien padaDari gambar di atas tampak jelas dirinya menjadi cemas, yaitu melihat ada
setiap proses terapi mulai dari pasca terapi. Dalam proses ini tidak dilakukan
terjadi penurunan tingkat kecemasan tetangga mertuanya yag meninggal akibat
treatment pada klien sehingga tampak tingginya tingkat kecemasan yang terjadi pada diri
yang dirasakan klien pada setiap proses komplikasi diabetes. Ketika itu klien
klien. Namun terjadidari
terapi mulai penurunan ketika Dalam
pasca terapi. sesi I diberikan
merasa dengan melihat
sangat cemas, hasil dari
namun SUDs klien.
kemudian
prosesI ini
Pada sesi ini tidak
terjadidilakukan
penurunan treatment pada
sekitar klien
sekitar langsung
5 poin melakukan
pada klien HP maupun relaksasi
klien RA.
klien sehingga tampak tingginya tingkat kesadaran indera ini sendiri dirumah
Sedangkan pada sesi kedua terjadi penurunan yang lumayan besar bagi klien RA, yaitu
kecemasan yang terjadi pada diri klien. mertuanya. Ketika itu klien merasa
sekitarNamun
15 poin,terjadi
sedangkan bagi klien
penurunan ketikaHPsesipenurunan
I simptom yang terjadi hanya
kecemasan yangsebesar 5 poin.
dirasakannya
Pada sesidengan
diberikan III, klien RA mengalami
melihat penurunan
hasil dari SUDs tidak sekitar
terlalu 5parah
poin. jika
Penurunan yang terjadi
dibandingkan
tampakklien.
tidakPada
terlalusesibesar
I ini karena
terjadi penurunan
sehari sebelum sebelum
sesi IIIklien mengkuti
dilakukan, terapi
klien relaksasi situasi
mengalami
sekitar sekitar 5 poin pada klien HP ini. Saat itu klien merasa kecemasannya
yang membuat dirinya menjadi cemas, yaitu melihat ada tetangga mertuanya yag meninggal
maupun klien RA. Sedangkan pada sesi sekitar 80, namun klien terus melatihkan
akibat kedua
komplikasi
terjadidiabetes.
penurunan Ketika
yang itu klien merasa
lumayan sangat
relaksasi cemas, namun
kesadaran indera kemudian
secara klien
langsung
besarmelakukan
bagi klien RA, relaksasi kesadaran
yaitu sekitar 15 poin,indera ini sendiri
mandiri sehinggadirumah mertuanya.
kecemasannya Ketika itu
mulai
sedangkan
klien merasa bagi klien
simptom HP penurunan
kecemasan yangyang berkurang.
dirasakannya tidakSedangkan pada jika
terlalu parah klien HP
dibandingkan
terjadi hanya sebesar 5 poin. terjadi penurunan sekitar 5 poin lagi dari
sebelum klien mengkuti terapi relaksasi ini. Saat itu klien merasa kecemasannya sekitar 80,
Pada sesi III, klien RA mengalami sebelumnya.
penurunan sekitar 5 poin. Penurunan Pada sesi IV, klien RA mengalami
yang terjadi tampak tidak terlalu besar penurunan sekitar 15 poin, sedangkan
karena sehari sebelum sesi III dilakukan, klen HP sekitar 5 poin. Setelah sesi IV
klien mengalami situasi yang membuat ini kemudian dilakukan sesi pasca terapi

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 281


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

di mana pada saat itu klien RA merasa panas dan bukan karena berolahraga,
kecemasannya turun sekitar 5 poin. Hal jantung berdegup ekstra cepat atau
ini disebabkan pada saat itu klien mulai terlalu keras, dingin pada tangan atau
sibuk karena ada proyek dari kantor yang kaki, mengalami gangguan pencernaan,
harus diselesaikan sehingga klien RA merasa mulut kering, merasa tenggorokan
hanya bisa melakukan latihan relaksasi kering, tampak pucat, sering buang air
ini sekali sehari. Sedangkan pada klien kecil melebihi batas kewajaran dan
HP penurunan terjadi 5 poin. lain-lain. Mereka juga sering mengeluh
Setelah pasca terapi kemudian proses pada persendian, kaku otot, cepat
terapi dihentikan sampai sekitar seminggu merasa lelah, tidak mampu rileks,
baru kemudan dilakukan follow-up karena sering terkejut, dan ada kalanya disertai
kedua klien mulai memiliki kesibukan gerakan-gerakan wajah atau anggota
dengan pekerjaannya. Pada saat follow-up tubuh dengan intensitas dan frekuensi
klien RA mengalami penurunan 5 poin. berlebihan, misalnya pada saat duduk
Menurut klien RA dirinya merasa lebih terus menerus, menggoyang-goyangkan
baik dan setiap mengalami situasi yang kaki, meregangkan leher, mengernyitkan
biasanya menimbulkan kecemasan dahi dan lain-lain (Gunarsa, Setiadarma,
dirinya langsung melakukan relaksasi & Soekasah, 1996).
kesadaran indera ini dan hasilnya, dirinya Kecemasan merupakan kebingungan,
merasa tenang dan bisa mengontrol kekhawatiran pada sesuatu yang akan
perasaannya. Sedangkan pada klien HP terjadi dengan penyebab yang tidak
terjadi penurunan sekitar 5 poin. jelas dan dihubungkan dengan perasaan
tidak menentu dan tidak berdaya dan
PEMBAHASAN kecemasan tidak dapat dihindarkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian yang
adalah perasaan ketakutan (baik realistis
sudah dipaparkan di atas tampak bahwa
maupun tidak realistis), yang disertai
terapi relaksasi kesadaran indera dapat
dengan keadaan peningkatan reaksi
menurunkan tingkat kecemasan terhadap
kejiwaan yang menyatakan kecemasan
penyakit kronis yang dialami oleh klien.
sebagai emosi yang tidak menyenangkan
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang ditandai dengan istilah seperti
merupakan dampak dari rasa cemas yang khawatir, prihatin dan rasa takut yang
dirasakan klien karena ketakutan akan kadang-kadang dialami dalam tingkat
semakin parahnya penyakit diabetes berbeda (Atkinson dkk, 1993). Jadi
yang dialaminya. Penderita kecemasan dapat disimpulkan bahwa kecemasan
sering mengalami gejala-gejala seperti merupakan keadaan suasana hati yang
berkeringat berlebihan walaupun udara tidak ditandai oleh efek negatif, di mana

282 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan ......

seseorang mengantisipasi kemungkinan benar merasakan rileks dan perasaan


datangnya bahaya atau kemalangan di nyaman. Relaksasi kesadaran indera
masa yang akan datang dengan perasaan ini memfokuskan individu untuk bisa
khawatir atau takut. merasakan tubuhnya sendiri khususnya
Pada umumnya pasien diabetes panca indera sehingga individu bisa
merasakan ketenangan (Gordfried &
mencoba untuk mematuhi manajemen
Davison, 1976).
diabetes yang ada namun lebih sering
kesulitan untuk mematuhinya karena Setelah menjalani beberapa sesi
dipengaruhi oleh penerimaan mereka dari terapi relaksasi kesadaran indera
terhadap simptom-simptom dalam diri ini tampak adanya penurunan tingkat
mereka seperti keengganan atau keadaan kecemasan pada diri klien. Klien yang
emosi mereka (Sarafino, dalam Hasanat, awalnya memiliki tingkat kecemasan
2008). Reaksi emosi yang muncul tinggi bisa turun dan berada pada taraf
dalam diri pasien diabetes tidak hanya kecemasan sedang. Penurunan kecemasan
memengaruhi kepatuhan pasien dalam yang terjadi pada klien karena klien
diet namun juga memengaruhi kehidupan membiarkan dirinya merasa rileks dan
psikologis dan kualitas hidup pasien tenang sehigga bekerja saraf simpatetis
tersebut (Miller & Schnoll, 2000). yang akan menimbulkan perasaan
tenang tersebut. Dalam proses ini klien
Paparan di atas sama dengan yang
juga mengalami proses belajar, bahwa
dialami oleh klien dalam penelitian ini, ketika dirinya mengalami ketegangan
sehingga diputuskan untuk diberikan dan kecemasan maka akan diikuti juga
terapi relaksasi kesadaran indera dengan dengan terjadinya keluhan fisik yang bisa
tujuan untuk mengurangi kecemasan klien memberi andil bagi penyakitnya. Disini
sehingga dapat berakibat baik untuk fisik klien belajar untuk mengembangkan
klien. Pemberian relaksasi ini bertujuan sebuah perilaku baru yang lebih baik
agar klien bisa merasakan tenang dan dalam menyikapi kecemasannya yaitu
rileks terutama ketika klien menghadapi dengan melakukan relaksasi kesadaran
situasi-situasi yang dapat menimbulkan indera. Hal ini sesuai dengan teori
kecemasan bagi klien. behavioristik di mana perilaku diarahkan
Terapi relaksasi kesadaran indera pada tujuan-tujuan memperoleh perilaku
merupakan salah satu teknik terapi yang baru dan menghapus perilaku lama yang
berupa pemberian instruksi kepada maladaptive serta mempertahankan
seseorang dalam bentuk pertanyaan yang perilaku perilaku yang diinginkan (Corey,
tersusun secara sistematis. Pertanyaan- 2007).
pertanyaan ini dimaksudkan agar individu Tingkat kecemasan kedua klien
yang melakukan relaksasi bisa benar- mengalami penurunan sampai pada

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 283


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

tahap sedang yang artinya bahwa kedua SIMPULAN


klien ini sudah tidak merasakan simptom
Berdasarkan hasil penelitian yang
kecemasan yang berat dan bisa membuat
telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
mereka tidak bisa bertahan. Jadi klien
penerapan teknik relaksasi kesadaran
merasa symptom kecemasan yang mereka
indera yang dilakukan secara terus
rasakan masih ada namun tidak begitu
menerus (sehingga menjadi perilaku
mengganggu mereka. Hal ini juga sama
copying) pada klien yang mengalami
seperti hasil penelitian yang dilakukan
kecemasan terhadap penyakit diabetes
Goldfried dan Trier (Subandi, 2002)
ternyata dapat mengurangi simptom
menunjukkan efektivitas latihan relaksasi
kecemasan yang dirasakan oleh klien.
yang disajikan sebagai self control coping
skill. Penelitian tersebut menunjukkan Adapun perubahan yang dirasakan
bahwa subjek yang diberi latihan relaksasi klien yakni berkurangnya simptom
sebagai self control coping skill secara kecemasan yang dirasakan klien setelah
melakukan relaksasi kesadaran indera
signifikan menunjukkan pengurangan
baik dengan terapis maupun yang
kecemasan yang lebih besar daripada
dilakukan klien sendiri dirumah. Hal
subjek yang diberi latihan relaksasi yang
ini ditunjukkan dari hasil SUDs dan
disajikan sebagai prosedur otomatis untuk
BAI yang diberikan kepada klien. Selain
mengurangi kecemasan.
berkurangnya simptom kecemasan klien
Menurut pengalaman klien, mereka juga merasakan adanya penurunan
bisa merasakan relaksasi yang lebih symptom penyakit diabetes yang
dalam karena klien bisa merasakan masuk dirasakan oleh klien, hal ini ditunjukkan
lebih jauh kedalam keadaan yang relaks. dengan hasil laboratorium klien dan cek
Klien A juga mengalami hal ini ketika tekanan darah yang dilakukan setelah
sholat sehingga klien A mendapatkan melakukan latihan relaksasi kesadaran
kesimpulan bahwa proses relaksasi ini indera selama proses terapi berlangsung.
juga dapat dirasakan ketika sedang sholat.
Proses inilah yang mirip dengan proses DAFTAR PUSTAKA
relaksasi kesadaran indera. Relaksasi
sebagai jalan menuju alam bawah sadar Afiah, N. (2010). Metodelogi Riset Diabe-
akan mengendalikan dan menyelaraskan tes Mellitus Hubungan Tingkat Kece-
fungsi-fungsi tubuh, seperti memompa masan Dengan Peningkatan Kadar
darah keseluruh tubuh, mengendalikan Gua Darah Penderita Diabetes Mel-
pernapasan dan pencernaan. litus Tipe II di RS X. Laporan Peneli-
tian. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makasar.

284 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Relaksasi Kesadaran Indera untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan ......

Ambarwati, W. (2008). Hubungan antara Gunarsa, S.D, Setiadarma, M.P., &


persepsi dukungan sosial dengan Soekasah, M.H.R. (1996). Psikologi
tingkat kecemasan pada penderita Olahraga: Teori dan praktek. Jakarta
diabetes mellitus. Surabaya. Buletin : BPK Gunung Mulia.
Penelitian RSU Dr. Soetomo, Vol-
Hasanat, N.U. (2008). Dinamika Emosi
ume 10.
Kepatuhan Diet pada Pasien Dia-
Atkinson, R.L. Atkinson, R.C dan Smith, betes Melitus. Jurnal Penelitian
E.E (1993). Pengantar psikologi (jilid Psikologi, 13(1), 12-20.
2). Jakarta: Intraksara.
Hudak & Gallo. (1995). Keperawatan Kli-
Azwar, S. (1999). Penyusunan skala nis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pela-
Kaplan & Sadock. (1997). Sinopsis psiki-
jar Offset.
atri ilmu pengetahuan perilaku
Corey, G. (2007). Teori dan praktek kon- psikiatri klinis. Alih Bahasa : Widjaja
seling dan psikoterapi. Bandung: PT Kusuma. Jakarta : Binapura Aksara.
Refika Aditama.
Kartika, K.I dan Hasanat N.U. (2008).
Davis, M., Eshelman, E. R., & McKay, Dinamika Emosi Kepatuhan Diet
M. (1995). Panduan relaksasi dan pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal
reduksi stres (Terjemahan), Edisi Penelitian Psiklogi, 13. Universitas
III. Jakarta: Penerbit Buku Kedok- Gadjah Mada.
teran EGC.
Kenyon, F. E. (1985). Psikologi Populer:
Desminarti, Z. (2003). Efektivitas Latihan Berpikir Sehat Mengatasi Kekhawat-
Relaksasi Kesadaran Indera dengan iran. Jakarta: Arcan.
Menggunakan Kaset dan Dengan
Latipun. (2002). Psikologi eksperimen.
Menggunakan Liflet untuk Menu-
Malang: UMM Press.
runkan Kecemasan Penderita Penya-
kit Kanker Payudara. Tesis (tidak Martin, G. & Pear, J. (2003). Behavior
diterbitkan). Yogyakarta: UGM. Modification. What it is and How to
Do it (7th Ed). Upper Saddle River,
Goldfried, M.R. & Davison, G.C. (1976).
NJ: Prrentice-Hall.
Clinical Behavior Therapy. USA:
Holt, Rinehart and Winston. Miller, S.M. & Schnoll, R. A. (2000).
Handbook of Emotions: Second Edi-
Goleman, D. (1996). Emotional Intelli-
tion. New York: The Guilford.
gence. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka
Utama.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 285


Baiq Ratna Ayunsari, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Monte, C. F., & Sollod, R. N. (2003). Subandi, M.A. (2002). Psikoterapi:


Beneath The Mask: An Introduction Pendekatan konvensional dan
to Theories of Personality (7th ed). kotemporer. Yogyakarta: Unit
Hoboken, NJ: John Wiley & Son. Fakultas Psikologi UGM .

Pratiwi. R. (2010). Pengertian Kecema- Sugiyono. (2010). Memahami penelitian


san. www.psikologi.co.id. kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, S. (2006). Relaksasi Dzikir. Susanti, R. (2009). Teknik relaksasi.


Surakarta: Fakultas Psikologi Univer- Makalah, Universitas Negeri
sitas Muhammadiyah Surakarta. Malang, Retrieved from http://lutfi-
fauzan.wordpress.com/2009/12/29/
Ramdhani, N & Putra, A.A. Pengemban-
teknik-konseling-individu-relaksasi/
gan multimedia relaksasi. Laporan
Penelitian. Yogyakarta. Fakultas Taylor, D. N. (1995). Effects of a behav-
Psikologi Universitas Gadjah Mada. ioral stress-management program
on anxiety, mood, self-esteem,
Semium, Y. (2006). Teori Kepribadian &
and T-cell count in HIV-positive
Terapi Psikoanalitik Freud. Cetakan
men. Psychological Reports, 76(2),
1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
451-457.

286 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai