ABSTRACT
This study was aimed to reveal the influence of sensory awareness relaxation to reduce the anxiety felt
by patients with diabetes mellitus.This study was a single case study. The design in this study using
ABA design. Subjects in this study amounted to two men who are diagnosed with diabetes mellitus
and anxiety. Selection of subjects with anxiety viewed using Subjective Units of Discomfort Scale
(Suds) and the Beck Anxiety Inventory (BAI). The study was conducted starting from the pre-therapy,
therapy, after therapy, and follow-up for seven sessions and one week to monitor the condition of
the subject after therapy is stopped. In this study using two male subjects. These results indicate that
sensory awareness relaxation can reduce the anxiety felt by patients with diabetes mellitus.
ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud mengetahui efektivitas terapi relaksasi kesadaran indera dalam menurunkan
tingkat kecemasan terhadap penyakit kronis yang dialami oleh klien. Penelitian ini merupakan
penelitian kasus tunggal. Desain dalam penelitian ini menggunakan desain ABA. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah dua orang yang didiagnosis menderita penyakit diabetes mellitus dan
mengalami kecemasan. Pemilihan subjek yang mengalami kecemasan dilihat dengan menggunakan
Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) dan Beck Anxiety Inventory (BAI). Penelitian dilakukan
mulai dari pra terapi, terapi, pasca terapi, dan follow-up selama tujuh sesi dan satu minggu untuk
memantau kondisi subjek setelah terapi dihentikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi
kesadaran indera mampu menurunkan kecemasan yang dirasakan oleh pasien penderita penyakit
diabetes mellitus.
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kronik dan tidak bisa sembuh sempurna,
penyakit di mana kadar glukosa (gula perlu perawatan seumur hidup, dan dapat
sederhana) di dalam darah tinggi karena menimbulkan perubahan psikologis yang
tubuh tidak dapat melepaskan atau mendalam pada penderita, keluarga
menggunakan insulin secara adekuat. dan kelompok sosialnya. Individu yang
Menurut American Diabetes Association, terkena label DM harus memakai label
DM adalah penyakit metabolis dengan tersebut seumur hidupnya. Penderita DM
harus selalu menjaga pola makan, olah
karakteristik hiperglikemia (peningkatan
raga rutin, melakukan check-up, bahkan
glucose pada darah) yang terjadi karena
dapat dikatakan harus mengubah seluruh
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
pola hidupnya.
keduanya. Saat produksi insulin sel betta
terganggu kemampuan tubuh melakukan Individu yang belum dapat menerima
kenyataan bahwa dirinya menderita
metabolisme glukosa menurun dan kadar
DM seringkali menunjukkan berbagai
gula darah meningkat tajam (Kartika &
perubahan perilaku dan perasaan, seperti
Hasanat, 2008).
perasaan menjadi tidak adekuat lagi,
Penderita penyakit DM ini secara timbul ketakutan, kecemasan, menuntut
signifikan terus bertambah dari tahun dirawat orang lain dengan berlebihan
ke tahun. Laporan data epidemiologi dan mereka mengembangkan sikap
McCarty dan Zimmet (Kartika & Hasanat, permusuhan. Oleh karena itu, penderita
2008) menunjukkan bahwa jumlah diabetes seringkali diasosiasikan dengan
penderita DM di dunia dari 110,4 juta gangguan psikososial, yaitu depresi,
pada tahun 1994 melonjak dua kali lipat kecemasan, ketegangan dan stres yang
(239,3 juta orang) pada tahun 2010. Di menekan (Ambarwati, 2008). Hal ini
Indonesia sendiri pada tahun 1994 jumlah juga dirasakan oleh kedua klien dalam
penderita DM sekitar 2,5 juta orang, penelitian ini yang didiagnosis mengidap
kemudiaan pada tahun 2000 menjadi penyakit diabetes mellitus disertai
empat juta orang dan diperkirakan hipertensi dan gastritis akut oleh dokter.
pada tahun 2010 jumlah penderita DM
Menurut Hudak dan Galo (1995),
minimal lima juta orang. Sedangkan data
perasaan-perasaan takut dan cemas
dari WHO menunjukkan pada tahun
yang dirasakan pasien dikarenakan oleh
1995 Indonesia berada pada urutan
rasa ketidakberdayaan, ketakutan akan
ke tujuh dan pada tahun 2025 jumlah
ditinggalkan oleh keluarga dan teman-
penderita DM diperkirakan meningkat ke
teman, rasa tidak aman serta yang paling
posisi kelima terbesar di dunia.
menimbulkan kecemasan adalah bahwa
Menurut David (Ambarwati, 2008), dirinya sewaktu-waktu dapat meninggal.
penyakit diabetes adalah penyakit yang Perasaan-perasaan takut yang dialami
oleh pasien tersebut akan menimbulkan kadar gula dalam darah yang bisa berakibat
kecemasan, dan perasaan cemas yang fatal bagi organ tubuh lainnya. Hal ini
terus menerus akan memberikan pengaruh disebabkan adrenalin yang ditimbulkan
yang semakin memperburuk kesehatan ketika pasien mengalami kecemasan
pasien itu sendiri. Hal ini dikarenakan akan memengaruhi kerja insulin yang
adanya hubungan antara emosi dengan berfungsi untuk mengeluarkan glukosa
kesehatan fisik. Menurut Felten (Goleman, dalam darah. Melihat hasil penelitian di
1996), emosi berpengaruh secara dahsyat atas, maka tampak bahwa kecemasan
terhadap sistem syaraf autonom yang yang dirasakan oleh penderita DM dapat
mengatur segala macam, mulai dari berpengaruh pada penyakitnya dan bisa
jumlah insulin yang dikeluarkan tubuh berakibat fatal bagi hidup penderita
sampai tingginya tingkat tekanan darah. diabetes. Melihat prevalensi penderita
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat yang semakin meningkat dan bahaya
Nezhat (Goleman, 1996), seorang ahli dari dampak kecemasan terhadap
bedah, yang mengatakan bahwa jika perkembangan penyakit ini, dirasa
seorang yang telah dijadwalkan untuk perlu untuk melakukan sebuah cara
melakukan sebuah operasi merasa panik untuk mengurangi kecemasan tersebut.
dan cemas maka dia akan membatalkan Oleh karenanya, dalam penelitian ini
operasinya. Alasannya karena rasa diajukan sebuah metode relaksasi untuk
panik dan cemas dapat meningkatkan menurunkan tingkat kecemasan penderita
tekanan darah dan pembuluh darah yang penyakit kronis agar semua resiko yang
melebar akibat meningkatnya tekanan diakibatkan oleh kecemasan terhadap
darah. Hal ini selanjutnya akan banyak penyakit diabetes dapat dicegah.
mengeluarkan darah apabila dipotong. Selama sistem-sistem berfungsi normal
Pendarahan yang hebat merupakan dalam keseimbangan, bertambahnya
salah satu komplikasi operasi yang dapat aktivitas sistem yang satu akan
menyebabkan kematian. menghambat atau menekan efek sistem
Penelitian lain yang dilakukan oleh yang lain. Pada waktu orang mengalami
Afiah (2010) pada penderita penyakit ketegangan dan kecemasan yang bekerja
diabetes yang juga merupakan salah adalah sistem saraf simpatetis, sedangkan
satu penyakit kronis memberikan hasil pada waktu rileks yang bekerja adalah
bahwa pasien yang didiagnosis menderita sistem saraf parasimpatetis. Dengan
penyakit DM dan mengalami kecemasan demikian relaksasi dapat menekan rasa
akan mengakibatkan meningkatnya tegang dan rasa cemas dengan resiprok,
kadar gula dalam darahnya, sehingga sehingga timbul counter conditioning dan
menyebabkan tidak pernah stabilnya penghilangan (Subandi, 2002)
12
1. Tingkat kecemasan yang diperoleh dari BAI
2. Tingkat
2. Tingkat kecemasan
kecemasan yangyang diperoleh
diperoleh daridari hasil
hasil SUDsSUDs
Dari gambar di atas tampak jelas terjadi penurunan tingkat kecemasan yang dirasakan
klien padaDari gambar di atas tampak jelas dirinya menjadi cemas, yaitu melihat ada
setiap proses terapi mulai dari pasca terapi. Dalam proses ini tidak dilakukan
terjadi penurunan tingkat kecemasan tetangga mertuanya yag meninggal akibat
treatment pada klien sehingga tampak tingginya tingkat kecemasan yang terjadi pada diri
yang dirasakan klien pada setiap proses komplikasi diabetes. Ketika itu klien
klien. Namun terjadidari
terapi mulai penurunan ketika Dalam
pasca terapi. sesi I diberikan
merasa dengan melihat
sangat cemas, hasil dari
namun SUDs klien.
kemudian
prosesI ini
Pada sesi ini tidak
terjadidilakukan
penurunan treatment pada
sekitar klien
sekitar langsung
5 poin melakukan
pada klien HP maupun relaksasi
klien RA.
klien sehingga tampak tingginya tingkat kesadaran indera ini sendiri dirumah
Sedangkan pada sesi kedua terjadi penurunan yang lumayan besar bagi klien RA, yaitu
kecemasan yang terjadi pada diri klien. mertuanya. Ketika itu klien merasa
sekitarNamun
15 poin,terjadi
sedangkan bagi klien
penurunan ketikaHPsesipenurunan
I simptom yang terjadi hanya
kecemasan yangsebesar 5 poin.
dirasakannya
Pada sesidengan
diberikan III, klien RA mengalami
melihat penurunan
hasil dari SUDs tidak sekitar
terlalu 5parah
poin. jika
Penurunan yang terjadi
dibandingkan
tampakklien.
tidakPada
terlalusesibesar
I ini karena
terjadi penurunan
sehari sebelum sebelum
sesi IIIklien mengkuti
dilakukan, terapi
klien relaksasi situasi
mengalami
sekitar sekitar 5 poin pada klien HP ini. Saat itu klien merasa kecemasannya
yang membuat dirinya menjadi cemas, yaitu melihat ada tetangga mertuanya yag meninggal
maupun klien RA. Sedangkan pada sesi sekitar 80, namun klien terus melatihkan
akibat kedua
komplikasi
terjadidiabetes.
penurunan Ketika
yang itu klien merasa
lumayan sangat
relaksasi cemas, namun
kesadaran indera kemudian
secara klien
langsung
besarmelakukan
bagi klien RA, relaksasi kesadaran
yaitu sekitar 15 poin,indera ini sendiri
mandiri sehinggadirumah mertuanya.
kecemasannya Ketika itu
mulai
sedangkan
klien merasa bagi klien
simptom HP penurunan
kecemasan yangyang berkurang.
dirasakannya tidakSedangkan pada jika
terlalu parah klien HP
dibandingkan
terjadi hanya sebesar 5 poin. terjadi penurunan sekitar 5 poin lagi dari
sebelum klien mengkuti terapi relaksasi ini. Saat itu klien merasa kecemasannya sekitar 80,
Pada sesi III, klien RA mengalami sebelumnya.
penurunan sekitar 5 poin. Penurunan Pada sesi IV, klien RA mengalami
yang terjadi tampak tidak terlalu besar penurunan sekitar 15 poin, sedangkan
karena sehari sebelum sesi III dilakukan, klen HP sekitar 5 poin. Setelah sesi IV
klien mengalami situasi yang membuat ini kemudian dilakukan sesi pasca terapi
di mana pada saat itu klien RA merasa panas dan bukan karena berolahraga,
kecemasannya turun sekitar 5 poin. Hal jantung berdegup ekstra cepat atau
ini disebabkan pada saat itu klien mulai terlalu keras, dingin pada tangan atau
sibuk karena ada proyek dari kantor yang kaki, mengalami gangguan pencernaan,
harus diselesaikan sehingga klien RA merasa mulut kering, merasa tenggorokan
hanya bisa melakukan latihan relaksasi kering, tampak pucat, sering buang air
ini sekali sehari. Sedangkan pada klien kecil melebihi batas kewajaran dan
HP penurunan terjadi 5 poin. lain-lain. Mereka juga sering mengeluh
Setelah pasca terapi kemudian proses pada persendian, kaku otot, cepat
terapi dihentikan sampai sekitar seminggu merasa lelah, tidak mampu rileks,
baru kemudan dilakukan follow-up karena sering terkejut, dan ada kalanya disertai
kedua klien mulai memiliki kesibukan gerakan-gerakan wajah atau anggota
dengan pekerjaannya. Pada saat follow-up tubuh dengan intensitas dan frekuensi
klien RA mengalami penurunan 5 poin. berlebihan, misalnya pada saat duduk
Menurut klien RA dirinya merasa lebih terus menerus, menggoyang-goyangkan
baik dan setiap mengalami situasi yang kaki, meregangkan leher, mengernyitkan
biasanya menimbulkan kecemasan dahi dan lain-lain (Gunarsa, Setiadarma,
dirinya langsung melakukan relaksasi & Soekasah, 1996).
kesadaran indera ini dan hasilnya, dirinya Kecemasan merupakan kebingungan,
merasa tenang dan bisa mengontrol kekhawatiran pada sesuatu yang akan
perasaannya. Sedangkan pada klien HP terjadi dengan penyebab yang tidak
terjadi penurunan sekitar 5 poin. jelas dan dihubungkan dengan perasaan
tidak menentu dan tidak berdaya dan
PEMBAHASAN kecemasan tidak dapat dihindarkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian yang
adalah perasaan ketakutan (baik realistis
sudah dipaparkan di atas tampak bahwa
maupun tidak realistis), yang disertai
terapi relaksasi kesadaran indera dapat
dengan keadaan peningkatan reaksi
menurunkan tingkat kecemasan terhadap
kejiwaan yang menyatakan kecemasan
penyakit kronis yang dialami oleh klien.
sebagai emosi yang tidak menyenangkan
Keluhan yang dirasakan oleh klien yang ditandai dengan istilah seperti
merupakan dampak dari rasa cemas yang khawatir, prihatin dan rasa takut yang
dirasakan klien karena ketakutan akan kadang-kadang dialami dalam tingkat
semakin parahnya penyakit diabetes berbeda (Atkinson dkk, 1993). Jadi
yang dialaminya. Penderita kecemasan dapat disimpulkan bahwa kecemasan
sering mengalami gejala-gejala seperti merupakan keadaan suasana hati yang
berkeringat berlebihan walaupun udara tidak ditandai oleh efek negatif, di mana