Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Cendikia Muda

Volume 2, Nomor 3, September 2022


ISSN : 2807-3469

Penerapan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2

Application of Progressive Muscle Relaxation to Blood Sugar levels in Patients With Tipe 2
Diabetes Mellitus

Putri Artini Saras 1, Janu Purwono 2, Asri Tri Pakarti 3


123
Akper Dharma Wacana Metro
Email: putri29.mk@gmail.com

Abstrak
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula
darah). Untuk mencegah terjadinya komplikasi DM, diperlukan pengontrolan terapeutik dan teratur melalui
gaya hidup terutama pada pasien tipe 2. Faktor risiko terjadinya diabetes mellitus yaitu antara lain sebagai
berikut: riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, kegemukan, resistensi insulin, konsumsi alkohol berlebihan, stres.
Penatalaksanaan diabetes mellitus yang diterapkan penulis dalam karya tulis ilmiah ini yaitu relaksasi otot
progresif. Tujuan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kadar
gula darah pada psien diabetes mellitus tipe 2. Rancangan karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus
(case study). Subyek yang digunakan yaitu 2 pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil penerapan menunjukkan
bahwa setelah dilakukan relaksasi otot progresif selama 3 hari, tidak terjadi penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe 2. Bagi keluarga pasien diabetes mellitus hendaknya dapat melakukan relaksasi otot
progresif secara mandiri untuk membantu penurunan kadar gula darah pada diabetes mellitus tipe 2.

Kata Kunci:Diabetes Mellitus Tipe 2, Kadar Gula Darah, Relaksasi Otot Progresif

Abstrak

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic diasease characterized by hyperglikemia (increased blood sugar levels).To
prevent complications of DM, therapeutic and regular control is needed through lifestyle, especially in type 2.
Risk factors for diabetesmellitus type 2 include the following: family history, age, gender, obesity, insulin
resistance, excessive alcohol consumption, stress. The management of diabetes mellitus type 2 applied by the
author in this scientific paper is progressive muscle relaxation. The purpose of this scientific paper is to
determine the effect of progressive muscle relaxation on blood sugar levels in patients with type 2 diabetes
mellitus. The design of this scientific paper uses a case study design. The subjects used were 2 patients with
type 2 diabetes mellitus.. The results of the application showed that after progressive muscle relaxation for 3
days, There was no decrease in blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus. For families of
patients with diabetes mellitus, they should be able to do progressive muscle relaxation independently to help
decrease blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus.

Keywords: Diabetes Mellitus Type 2, Blood Sugar Level, Progressive Muscle Relaxation

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 383


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 3, September 2022

PENDAHULUAN Sari Kec.Metro Utara pada tahun 2021, kasus

Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan diabetes mellitus menempati urutan ke-6 dari

dampak dari gangguan sekresi insulin atau 10 penyakit besar Dengan 3.759 penderita.5

insensitivitas sel terhadap insulin.1 Angka Komplikasi diabetes mellitus meliputi

kejadian diabetes mellitus setiap tahunnya penyakit mikrovaskuler, termasuk retinopati,

terus meningkat, menurut Organisasi nefropati, dan neuropati, dislipidemia,

International Diabetes Federation (IDF) penyakit makroaskuler, termasuk penyakit

penderita diabetes mellitus pada tahun 2017 arteri koroner, arteri perifer, dan arteri serebri,

mencapai 371 juta orang dan mereka ketoasiadosis diabetik, sindrom hiperosmoler

menderita diabetes tipe 2.2 Indonesia hiperglikemik nonketotik, kenaikan berat

merupakan negara di urutan ke-6 dengan badan yang berlebihan, ulserasi kulit, dan

jumlah penderita diabetes mencapai 10,3 juta gagal ginjal kronis. Gejala awal diabetes

orang. Tidak jauh berbeda dengan hasil riset mellitus biasanya adalah hipoglikemia, hanya

kesehatan dasar (Riskesdas) juga menunjukan ditandai dengan penurunan kadar gula darah.

peningkatan kejadian penyakit diabetes dari Penurunan kadar gula darah pada awalnya

6,9% tahun 2013 menjadi 8,5% tahun 2018. sementara tetapi akhirnya menjadi permanen.

Sedangkan di Provinsi Lampung kejadian Ketika gejala muncul,biasanya samar. Gejala

diabetes mellitus pada tahun 2019 yaitu awal yang sering muncul pada diabetes

129%.3 Berdasarkan hasil laporan Seksi mellitus yaitu sakit kepala, rasa cepat lelah,

Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Metro, mengantuk.6

didapatkan sepuluh penyakit terbanyak di Selama ini, untuk mengatasi diabetes mellitus
tipe 2 dapat dilakukan berbagai upaya yaitu
Kota Metro tahun 2019 dan diabetes mellitus
dapat dilakukan pengendali kadar gula darah
menempati urutan pertama dari 10 penyakit
dengan cara mengubah gaya hidup (life style
terbanyak di Kota Metro,yaitu dengan jumlah modification). Namun terapi obat bukan satu-
satunya alternatif terapi yang dapat dipilih,
44.003 penderita.4
tetapi diperlukan sebuah terapi pendamping
Berdasarkan data medical record di Wilayah
untuk mengurangi ketergantungan terhadap
Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Banjar obat. Alternatif terapi lain yang sering
digunakan adalah terapi relaksasi. Terapi

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 384


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 3, September 2022

relaksasi disini tidak dimaksudkan untuk dengan adanya perubahan terhadap kadar gula
mengganti terapi obat yang selama ini darah sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi
digunakan penderita diabetes mellitus, terapi otot progresif.10 Penelitian lain menyebutkan
ini hanya membantu untuk menimbulkan rasa bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah
nyaman atau relaks. Dalam keadaan relaks, antara keliompok intervensi dan kelompok
tubuh melalui otak akan memproduksi kontrol setelah dilakukan relaksasi otot
endorphin yang berfungsi sebagai analgesik progresif.11
alami tubuh dan dapat meredakan rasa nyeri METODE
(keluhan-keluhan fisik). Selain itu dalam Desain penelitian karya tulis ilmiah ini
keadaan relaks tubuh akan mengaktifkan menggunakan desain studi kasus. Subjek yang
sistem saraf parasimpatis yang berfungsi untuk digunakan dalam studi kasus yang diambil
menurunkan detak jantung, laju pernapasan yaitu 2 pasien dengan diabetes mellitus tipe 2.
dan tekanan darah7. Terapi relaksasi ada Penerapan ini dilakukan selama 3 hari masing-
beberapa jenis yaitu relaksasi kesadaran masing dilakukan sehari sekali dengan waktu
indera, relaksasi melalui hipnosa, dan relaksasi 20-25 menit. Instrumen penerapan yang
otot progresif. Relaksasi otot progresif adalah digunakan adalah lembar kuesioner mengenai
suatu metode yang terdiri atas perenggangan karakteristik responden (usia, jenis kelamin,
dan relaksasi sekelompok otot, serta diagnosa medis, obat diabetes mellitus yang
memfokuskan pada perasaan rileks8. Tujuan diminum), kursi, alat cek gula darah meliputi
relaksasi otot progresif adalah bertujuan untuk (glucometer, alkohol, kasa/kapas, jarum
mencapai keadaan relaks menyeluruh, penusuk, alat penusuk dan Test Strip), from
mencakup keadaan relaks secara fisiologis observasi untuk mengumpulkan data, pena,
yang merangsang hipotalamus dengan dan SOP relaksasi otot progresif diabetes
mengeluargakan pituitary untuk merilekskan mellitus tipe 2.
pikiran. Terapi relaksasi otot progresif HASIL
bermanfaat untuk menurunkan resistensi Gambaran karakteristik pasien dan data-data
perifer dan menaikan elastisitas pembuluh yang ditetapkan pada saat pengkajian sesuai
darah. Otot-otot dan peredaran darah akan dengan tahapan rencana penerapan sebagai
lebih sempurna dalam mengambil dan berikut: subjek (1) Ny. Sr berusia 51 tahun,
mengedarkan oksigen, serta relaksasi otot berjenis kelamin perempuan, pendidikan
progresif dapat bersifat vasodilator yang SMA, agama islam, ibu rumah tangga, alamat
efeknya memperlebar pembuluh darah dan 29 Banjarsari. Diagnosa medis diabetes
dapat menurunkan kadar gula darah secara mellitus keluhan yang dirasakan yaitu Ny. Sr
langsung9. yaitu klien mengatakan rutin mengkomsumsi

Menurut penelitian relaksasi otot progresif obat penurunan gula. Kondisi karena klien

tidak terjadi memurunkan kadar gula darah mengeluh sakit dibagian tangan kanan seperti

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 385


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 3, September 2022

pegal dimalam hari, klien mengeluh sulit tidur Berdasarkan hasil penerapan yang telah
pada malam hari karna tangannya sakit, dilakukan di wilayah kerja UPTD
Berdasarkan pemeriksaan tekanan darah dan Puskesmas Rawat Inap Banjar Sari Kec.
GDS didapatkan hasil TD = 120/80 mmhg,
Metro Utara kota Metro didapatkan hasil
GDS = 315 mg/dl. (2) Ny. Sp berusia 54
yaitu relaksasi otot progresif tidak
tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan
membuat nilai kadar gula darah sewaktu
SD, beragama islam, ibu rumah tangga, alamat
mengalami penurunan, namun kadar gula
29 Banjarsari, Metro utara. keluhan yang
darah sewaktu mengalami peningkatan
dirasakan Ny. Sp yaitu klien mengatakan rutin
mengkomsumsi obat penurunan gula. Klien sebanyak 3-44 mg/dl. Hal ini dapat
mengatakan pegal pegal atau kram otot dibuktikan pada hasil kedua respon dan
dibagian badan, klien merasa pusing,klien penerapan yaitu Ny. Sr kadar gula darah
mengeluh batuk berdahak sejak 3 hari yang hari pertama sebelum dilakukan penerapan
lalu, Pemeriksaan Fisik : TD = 100/65 mmHg, relaksasi otot progresif 315 mg/dl dan
GDS : 389 mg/dl. Penerapan relaksasi otot setelah dilakukan penerapan relaksasi otot
progresif pada Ny. Sr dan Ny. Sp selama 3
progresif menjadi 336 mg/dl, di hari ke 2
hari dituangkan oleh penulis dalam tabel
kadar guladarah sebelum dilakukan
diagram batang berikut ini :
penerapan relaksasi otot progresif 257
Tabel 1 Kadar Gula Darah Ny. Sr Sebelum
mg/dl dan setelah dilakukan penerapan
Dan Sesudah Penerapan Relaksasi Otot
Progresif
relaksasi otot progresif menjadi 283 mg/dl,
dan di hari ke 3 sebelum dilakukan
Hari Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
tgl Jumat, 23 Minggu, 25 Rabu, 28 penerapan relaksasi otot progresif 254
jam Juli 2021 Juli 2021 Juli 2021
(11.00) (16.00) (09.00) mg/dl dan setelah dilakukan penerapan
Pre Post Pre Post Pre Post
GDS relaksasi otot progresif menjadi 298 mg/dl.
315 336 257 283 254 298 Sedangkan Pada Ny. Sp kadar gula darah
hari pertama sebelum dilakukan penerapan
Tabel 2 Kadar Gula Darah Ny. Sp Sebelum relaksasi otot progresif 389 mg/dl dan
Dan Sesudah Penerapan Relaksasi Otot
setelah dilakukan penerapan relaksasi otot
Progresif
progresif menjadi 392 mg/dl, di hari ke 2
kadar gula darah sebelum dilakukan
Hari Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3
tgl Jumat, 23 Minggu, 25 Rabu, 28
jam Juli 2021 Juli 2021 Juli 2021
penerapan relaksasi otot progresif 293
(13.00) (16.00) (09.00)
Pre Post Pre Post Pre Post mg/dl dan setelah dilakukan penerapan
GDS
relaksasi otot progresif menjadi 304 mg/dl,
389 392 293 304 278 301
dan di hari ke 3 sebelum dilakukan

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 386


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 3, September 2022

penerapan relaksasi otot progresif 278 memfokuskan pada perasaan rileks8.Terapi


mg/dl dan setelah dilakukan penerapan relaksasi otot progresif bermanfaat untuk
relaksasi otot progresif menjadi 301 mg/dl. menurunkan resistensi perifer dan menaikan
elastisitas pembuluh darah. Otot-otot dan
peredaran darah akan lebih sempurna dalam
PEMBAHASAN
mengambil dan mengedarkan oksigen, serta
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit
relaksasi otot progresif dapat bersifat
kronis yang umum terjadi pada dewasa yang
vasodilator yang efeknya memperlebar
membutuhkan supervisi medis berkelanjutan
pembuluh darah dan dapat menurunkan kadar
dan edukasi perawatan mandiri pada pasien.12
gula darah secara langsung9. Relaksasi otot
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kondisi
kadar glukosa darah tinggi kadar glukosa progresif merupakan relaksasi yang bisa

plasma puasa 126 mg/dl atau lebih,atau kadar menimbulkan perasaan rileks dengan gerakan

glukosa plasma sewaktu atau2 jam pasca- menegangkan otot-otot dan dilanjutkan

makan lebih dari 200 mg/dl. Diabetes mellitus relaksasi yang dapat memeperlancar peredaran

didefinisikan sebagai penyakit kronis progresif darah sehingga dapat menurunkan tekanan

yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh darah.

untuk melakukan metabolisme karbohindrat, Hal ini sesuai dengan penelitian yang berjudul

lemak, dan protein, mengarah ke pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). tidak ada perubahan kadar gula darah pada

Klien dengan kasus diabetes mellitus berat pasien diabetes mellitus menunjukkan bahwa

biasanya mengalami gejala antara lain: sakit ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan

kepala (rasa berat ditengkuk), kelelahan, terapi relaksasi otot progresif yaitu dengan

ansietas, keringat berlebih, tremor otot, nilai rata-rata kadar gula darah sewaktu pre
188,85 mg/dl dan setelah diberikan terapi
pandangan kabur, serta sulit tidur13.
relaksasi otot progresif dengan nilai kadar gula
Pengendalian kadar gula darah dapat darah sewaktu rata-rata 179,22 mg/dl.15 Hasil
dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan setelah dilakukan relaksasi otot progresif
modifikasi gaya hidup, pengurangan berat diabetes mellitus tipe 2 selama 3 hari masalah
badan, modifikasi diet lemak, Olahraga, teknik resiko ketidakstabilan kadar glukosa klien
relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok. tidak teratasi klien mengalami tidak terjadi
Salah satu penatalaksaan diabetes mellitus tipe penurunan kadar gula darah. Selisih kadar gula
1
2 yaitu dengan teknik relaksasi . Jenis-jenis darah antar kelompok setelah diberikan terapi
relaksasi salah satunya adalah relaksasi otot relaksasi otot progresif yaitu 43,6 mg/dl.10
progresif14. Relaksasi otot progresif adalah Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus tipe
suatu metode yang terdiri atas perenggangan 2 yaitu antara lain sebagai berikut:
dan relaksasi sekelompok otot, serta a) Usia

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 387


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 3, September 2022

Usia subyek dalam penerapan ini yaitu meningkatnya glikogenesis dan


Ny. Sr berusia 51 tahun dan Ny. Sp meningkatnya kadar glukosa dalam
berusia 54 tahun. Faktor usia yang darah.1
berisiko menderita DM tipe 2 adalah d) Obesitas
usia diatas 30 tahun, hal ini karena Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
adanya perubahan anatomis, fisiologis karena kadar gula darah pada setiap
dan biokimia. Perubahan dimulai dari individu dengan obesitas dapat
tingkat sel, kemudian berlanjut pada dipengaruhi oleh beberapa faktor
tingkat jaringan dan akhirnya pada lainnya IMT lebih dari sama dengan
tingkat organ yang dapat 25 kg/m2 pada orang dewasa dengan
mempengaruhi homeostasis dan obesitas.17 Obesitas mengakibatkan
diabetes mellitus, biasanya sel-sel beta pangkreas mengalami
terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan hipertropi pangkreas disebabkan
cenderung meningkat diatas usia 65 Karena penigkatan beban metabolisme
tahun. Diabetes mellitus dapat terjadi glukosa pada penderita obesitas untuk
setelah usia diatas 30 tahun atau lebih. mencakupi energy sel yang terlalu
Subyek dalam penerapan yaitu Ny. Sr banyak.1,10
berusia 51 tahun dan Ny. Sp berusia KESIMPULAN
54 tahun, sehingga kedua subyek Relaksasi otot progresif tidak membuat nilai
berisiko mengalami diabetes kadar gula darah sewaktu mengalami
mellitus.16 penurunan, namun kadar gula darah sewaktu
b) Aktivitas Fisik mengalami peningkatan sebanyak 3-44 mg/dl.
Salah satu faktor risiko terjadinya DAFTAR PUSTAKA
diabetes mellitus (DM) tipe 2 yaitu 1. Black, J M & Hawks, J H. (2014).
tidak adanya aktivitas fisik.1,6 Aktiitas Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
fisik berdampak terhadap aksi insulin Buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
pada orang yang berisiko DM. 2. Derek, M. I., Rottie, V. J., & Kallo, V.
Kurangnya aktivitas merupakan salah (2017). Hubungan tingkat stres dengan
satu faktor yang ikut berperan yang kadar gula pada pasien diabetes
menyebabkan resistensi insulin pada mellitus tipe II di rumah sakit
DM tipe 2.9 pancaran kasih gmim manado e
c) Stress Journal Keperawatan (e-Kp), 5
Stres akan meningkatkan aktifitas Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta :
saraf simpatis sehingga hipotalamus ARASKA
akan mengeluarkan katekolamin yang
berlebihan yang akan menyebabkan

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 388


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 3, September 2022

3. Dinkes Kota Metro. (2019). Profil stress Psikologis dan Perilaku


Kesehatan Kota Metro. Kota Metro: Perawatan Diri Pasien Diabetes
Dinas Kesehatan Kota Metro. Mellitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan
4. Dolongseda, F. V., Masi, G. N., & Masyarakat. Vol 10 No. 2
Bataha, Y. B. (2017). Hubungan pola 12. Mashudi. (2012). Pengaruh
aktivitas fisik dan pola makan dengan Progressive Muscle Relaxation
kadar gula darah pada pasien diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Pada
mellitus tipe II di poli penyakit dalam Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
rumah sakit pancaran kasih gmim Rumah Sakit Umum Daerah Raden
manado. E-journal Keperawatan (e- Mattaher Jambi. Jurnal Health &
Kp) Volume 5 Nomor 1, Sport. Vol 5 No. 3
5. Hasdianah. (2012). Mengenal 13. Medical Record Puskesmas Banjarsari
Diabetes mellitus Pada Orang Dewasa Kec. Metro Utara. (2021). Laporan
dan Anak-anak dengan Solusi Herbal. SP3 LB 1 Data Penyakit Puskesmas
Yogyakarta: Nuha Medika. Banjarsari Kec. Metro Utara.
6. International Diabetes Federation 14. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
(IDF). (2017). IDF Diabetes Atlas, 8th Fundamental Keperawatan (7 th ed.).
edn. Brussels, Belgium: International Jakarta : Salemba Medika.
Diabetes Federation. Diakespasa 6 15. Smeltzer, S C & Bare, B G. (2018).
Maret 2019, Website dari Keperawatan Medical Bedah Brunner
http://www.diabesatlas.org & Suddarth. Jakarta: EGC.
7. Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama 16. Solehati, Tetti & Cecep Eli
Riskesdas 2018. Kementrian Kosasih. (2015). Konsep Dan
Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Aplikasi Relaksasi Dalam
Pengembangan Kesehatan. Keperawatan Maternitas.
8. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset
Bandung:PT Refika Aditama.
Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013.
17. Simanjuntak, Galvani V., Simamora,
Jakarta : Kemenkes RI.
M. (2017). The Effet Of Progressive
9. Kowalak, Welsh, Wayer (2020). Buku
Muscle Relaxation On The Glukcose
Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Level And Ankle Brachial Index In
10. LeMone, P., Burke, KM & Bauldoff,
Patient Wint Type II Diabetes Melitus.
G. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Idea Nursing Journal, Vol VII (1),
Medikal Bedah Volume 3. Alih
hlm.45-51
Bahasa: Subekti, B N. Jakarta: EGC.
11. Maghfirah, Sholihatul. (2015).
Relaksasi Oot Progresif Terhadap

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 389


Jurnal Cendikia Muda, Volume 2, Nomer 3, September 2022

Saras, Penerapan Relaksasi Otot Progresif 390

Anda mungkin juga menyukai