Anda di halaman 1dari 12

LITERATURE REVIEW

PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP


KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA
DIABETES MELLITUS TIPE 2

Novanda Virdiany Prameswary, Minarti, Lembunai Tat Alberta, Supriyanto


Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya
Jl. Mayjend Prof. Dr Moestopo No 8 C
Surabaya Email : Novanda.virdiany@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia dan menduduki sepuluh besar penyakit penyebab kematian dan kasus
terbanyak, salah satunya diabetes mellitus. Penderita diabetes bisa mengalami
berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik.
Salah satu terapi non farmakologi bagi penderita diabetes mellitus adalah
progressive muscle relaxation. Tujuan : Literature review ini bertujuan
mengetahui pengaruh progressive muscle relaxation terhadap kadar gula darah
sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Metodologi : Penelitian ini
menggunakan metode literature review, dalam pencarian artikel menggunakan
database Google Scholar, Portal Garuda, dan Research Gate. Hasil : Berdasarkan
pencarian literatur didapatkan 8 jurnal yang sesuai dengan kriteria. Hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh progressive muscle relaxation terhadap
kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Diskusi :
Penegangan dan pelemasan otot secara rutin dapat meningkatkan transport
glukosa ke dalam membran sel dan membuat penggunaan kadar glukosa menjadi
lebih efektif sehingga kadarnya mendekati normal atau stabil. Kesimpulan :
Penting bagi penderita diabetes mellitus untuk mengendalikan kadar gula
darahnya, salah satunya dengan progressive muscle relaxation. Terapi ini adalah
pendamping terapi farmakologis/medis (terapi komplementer).
Kata Kunci : Progressive Muscle Relaxation, Gula Darah Sewaktu, Diabetes
Mellitus Tipe 2
ABSTRACT
Background: Non-communicable diseases are a public health problem in
Indonesia and occupy the top ten diseases that cause death and the most cases, one
of which is diabetes mellitus. Diabetics can experience various long-term
complications if their diabetes is not managed properly. One of the non-
pharmacological therapies for people with diabetes mellitus is progressive muscle
relaxation. Purpose: This literature review aims to determine the effect of
progressive muscle relaxation on random blood sugar levels in diabetes mellitus
type 2. Methodology: This study uses the literature review method, in searching
for articles using the database Google Scholar, Garuda Portal, and Research Gate.
Results: Based on the literature search, 8 journals were found that match the
criteria. The results of the analysis show that there is an effect of progressive
muscle relaxation on random blood sugar levels in diabetes mellitus type 2.
Discussion:

1
2

Routine muscle tension and relaxation can increase glucose transport into cell
membranes and make glucose levels more effective so that levels can approach
normal or stable. Conclusion: It is important for people with diabetes mellitus to
control their blood sugar levels, one of which is by progressive muscle relaxation.
This therapy is a companion to pharmacological / medical therapy
(complementary therapy).

Keywords: Progressive Muscle Relaxation, Random Blood Sugar, Diabetes


Mellitus Type 2

PENDAHULUAN (Riskesdas) tahun 2018 provinsi


Penyakit Tidak Menular Jawa Timur dinyatakan bahwa
(PTM) menjadi masalah kesehatan prevalensi diabetes mellitus
masyarakat di Indonesia, menduduki berdasarkan diagnosis dokter pada
sepuluh besar penyakit penyebab penduduk umur
kematian dan kasus terbanyak, salah ≥ 15 tahun di Jawa Timur mengalami
satunya diabetes mellitus (Dewi peningkatan, yang semula sebesar
et.all, 2020). Diabetes mellitus sering 2,1% di tahun 2013 menjadi 2,6% di
disebut sebagai “silent killer”. tahun 2018, dan di Kota surabaya
Ancaman komplikasi diabetes mengalami peningkatan, yang semula
mellitus terus membayangi sebesar 4,4% di tahun 2013 menjadi
kehidupan masyarakat. Sekitar 12- 4,8% di tahun 2018 (Kemenkes,
20% penduduk dunia diperkirakan 2018).
mengidap penyakit ini dan setiap 10 Diabetes adalah penyakit
detik di dunia, orang meninggal menahun (kronis) berupa gangguan
akibat komplikasi yang ditimbulkan metabolik yang ditandai dengan
(Nurrahmani, 2015). Kadar gula kadar gula darah yang melebihi batas
darah yang tinggi terus menerus normal. Diabetes mellitus tipe 2
berakibat rusaknya pembuluh darah, adalah diabetes yang disebabkan
saraf, dan struktur internal lainnya. kenaikan gula darah karena
Penderita diabetes bisa mengalami penurunan sekresi insulin yang
berbagai komplikasi jangka panjang rendah oleh kelenjar pankreas.
jika diabetesnya tidak dikelola (Kemenkes,2020). Ketika terlalu
dengan baik (Sari, 2020) banyak gula menetap dalam aliran
Dari hasil utama Riset darah untuk waktu yang lama, hal itu
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun dapat mempengaruhi pembuluh
2018 di Indonesia menunjukkan darah, saraf, mata, ginjal, dan sistem
bahwa prevalensi diabetes mellitus kardiovaskular. Komplikasi termasuk
berdasarkan hasil pengukuran pada serangan jantung dan stroke, infeksi
penduduk umur ≥ 15 tahun menurut kaki yang berat (menyebabkan
konsesus Perkeni mengalami gangren, dapat mengakibatkan
peningkatan, yang semula sebesar amputasi), gagal ginjal stadium akhir
6,9% di tahun 2013 menjadi 10,9% dan disfungsi seksual (P2PTM,
di tahun 2018 (Kemenkes, 2018). 2019).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Terapi non farmakologis
sering menjadi pilihan yang
dilakukan pada penderita diabetes
mellitus karena terapi non NOT) serta disesuaikan dengan
farmakologis ini mudah untuk Medical Subject Heading (MeSH)
dilakukan, tidak menghabiskan biaya dengan kata kunci sebagai berikut :
yang mahal, dan tidak “Progressive Muscle Relaxation”,
mengakibatkan efek yang fatal atau “Relaksasi Otot Progresif”, “Blood
memperburuk keadaan penyakit glucose”, “Gula darah”, “Glukosa
(Sukarmiasih, 2019). Adapun terapi darah”, “Diabetic”, “Diabetes
non farmakologi bagi penderita Mellitus Tipe 2”. Strategi yang
diabetes mellitus salah satunya digunakan untuk mencari artikel
adalah progressive muscle jurnal menggunakan PICOST,
relaxation. Pada keadaan rileks maka dengan kriteria inklusi sebagai
otak akan mendapat suplay oksigen berikut, Population : Penelitian
yang optimal. Kondisi ini akan ditujukan untuk penderita diabetes
membantu tercapainya kestabilan mellitus tipe 2, Intervention :
kerja kelenjar adrenal untuk Intervensi penelitian dengan terapi
memproduksi hormon penenang progressive muscle relaxation untuk
yang akan berdampak pada mengurangi kadar gula darah,
penurunan stres. Jika kondisi stres Comparation : Terdapat kelompok
dapat dikendalikan maka gula darah kontrol dan kelompok intervensi atau
juga akan menurun (Hidayati,2018). terdapat pre-post test design, Output
Berdasarkan penjelasan yang telah : Kadar gula darah sewaktu pada
dikemukakan, maka penulis tertarik penderita diabetes mellitus tipe 2,
untuk mereview beberapa literatur Study : Quasi Eksperimental, Time :
terkait tentang pengaruh progressive Publikasi terbitan dari tahun 2016-
muscle relaxation terhadap kadar 2020, Languange : Bahasa yang
gula darah pada penderita diabetes digunakan yaitu Bahasa Indonesia
mellitus tipe 2. dan Bahasa Inggris. Setelah itu
melakukan pencarian berdasarkan
METODE full text, melakukan ceking duplikasi
Metode penelitian ini dan mengeliminasi jurnal duplikat,
menggunakan metode penelitian melakukan skrining inklusi,
kualitatif dengan literature review mengeliminasi jurnal eksklusi dan
tentang pengaruh progressive muscle dilakukan uji kelayakan.
relaxation terhadap kadar gula darah
sewaktu pada penderita diabetes HASIL
mellitus tipe 2. Sumber data 1) Karakteristik Studi
sekunder yang didapat berupa artikel No Database Jumlah
jurnal bereputasi baik nasional 1. Google Scholar 6
2. Portal Garuda 1
maupun internasional dengan tema
3. Research Gate 1
yang sudah ditentukan (Nursalam, Total 8
2020). Penelusuran dilakukan No Tahun Publikasi Jumlah
menggunakan tiga data base yaitu 1. 2016 1
Google Scholar, Portal Garuda, 2. 2017 2
Research Gate. Pencarian artikel atau 3. 2018 2
jurnal menggunakan keyword dan 4. 2019 1
boolean operator (AND, OR NOT or 5. 2020 2
AND
Total 8
No Desain Penelitian Jumlah Simanjuntak, 15-20 menit
1. Quasy 8 et al / 2017 sebanyak 3 kali
Experimenta sehari selama satu
l minggu
Design Sari, et al / 15-20 menit
Total 8 2020 sebanyak 3 kali
No Bahasa Jumlah sehari selama satu
1. Indonesia 5 minggu
2. Inggris 3 Junaidin / tiga hari dengan
Total 8 2018 frekuensi latihan dua
kali sehari dan
2) Karakteristik Responden durasi masing-
Karakteristik responden masing sesi
Penulis Jumlah Jenis Usia ± 15 menit serta
/Tahun Respon Kelamin pengukuran kadar
den L P glukosa darah
Meilan 24 6 18 15-64 dilakukan tiga sesi
i, et al / yaitu jam 08.00,
2020 12.00, dan 17.00
Simanj 30 - - 46-79 baik sebelum dan
untak, sesudah
et al / intervensi
2017 Jannah et al / 15 menit
Sari, et 10 - - - 2019
al / Akbar et al / 3 kali pada tiga hari
2020 2018 berturut-turut dengan
Junaidi 9 2 7 55-60 durasi 25-30 menit
n / Antoni / 2017 tidak dicantumkan
2018 Avianti et al / tiga hari berturut-
Jannah 30 15 15 30-60 2016 turut sebanyak 6 kali
et al / 4) Pengaruh Progressive Muscle
2019 Relaxation terhadap Kadar Gula
Akbar 30 4 11 49-51 Darah Sewaktu pada Penderita
et al / Diabetes Mellitus
2018
Tipe 2
Antoni 66 - - -
Penulis Kel. Kel. Nilai
/ 2017 /Tahun Intervensi Kontrol P
Avianti 48 8 40 38-70 Pre Post Pre Post
et al / 41-70 Test Test Test Test
2016 Meilani 240, 195, 209, 210, 0,000
Total 247 35 91 15-79 , et al / 5 0 5 9
2020
3) Durasi dan Frekuensi Simanj 213, 180, - - 0,001
Intervensi Progressive Muscle untak, 43 43
Relaxation et al /
Penulis / Durasi dan 2017
Tahun Frekuensi Sari, et 245, 170, - - 0,000
Meilani, et al / 25 menit al / 34 83
2020 2020
Junaidi 233 157, 231, 212 0,000 menunjukkan bahwa prevalensi
n/ 242, 6 25 227, diabetes mellitus berdasarkan hasil
2018 8 173, 245 75 pengukuran pada penduduk umur ≥
233 4 235 211, 15 tahun menurut konsesus Perkeni
157, 25 mengalami peningkatan, yang semula
6
sebesar 6,9% di tahun 2013 menjadi
Jannah 313 276, - - 0,000
et al / 87 10,9% di tahun 2018. Kasus diabetes
2019 mellitus tertinggi berdasarkan
Akbar 292, 211, 294, 230, 0,000 diagnosis dokter terjadi pada usia 55-
et al / 07 60 13 33 64 tahun yaitu sebesar 6,3%
2018 (Kemenkes, 2018). Hal ini sejalan
Antoni 218, 171, 217, 202, 0,001 dengan penelitian yang dilakukan
/ 2017 27 61 48 58 oleh Chaidir (2017) yang
Avianti 262, 183, 151, 180 0,000 menyebutkan bahwa diabetes
et al / 00 87 41 mellitus pada usia 55-59 tahun
2016 adalah awal memasuki lansia dimana
lansia sudah mulai mengalami
PEMBAHASAN terjadinya penurunan kerja pada
Berdasarkan hasil analisis dari pankreas ketika memproduksi insulin
8 artikel penelitian menunjukkan dan ini menyebabkan terjadinya
bahwa penderita yang mengalami peningkatan pada kadar gula darah.
diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak Berdasarkan hasil analisis 8
berjenis kelamin perempuan yaitu artikel ditemukan perbedaan durasi
sebanyak 91 orang dibandingkan dan frekuensi pelaksanaan intervensi.
laki- laki yaitu sebanyak 35 orang. Pada penelitian Meilani et al (2020)
Hal ini sesuai dengan teori yang intervensi diberikan selama 25 menit.
menyebutkan bahwa perempuan Pada penelitian Simanjuntak et al
lebih beresiko menderita diabetes (2017) intervensi diberikan selama
mellitus tipe 2 daripada laki-laki. 15-20 menit sebanyak 3 kali sehari
Perempuan lebih beresiko mengidap selama satu minggu. Pada penelitian
diabetes karena secara fisik Sari et al (2020) intervensi diberikan
perempuan memiliki peluang selama 15-20 menit sebanyak 3 kali
peningkatan indeks masa tubuh yang sehari selama satu minggu. Pada
lebih besar. Sindroma siklus penelitian Junaidin (2018) intervensi
bulanan diberikan selama tiga hari dengan
(premenstrual syndrome), pasca- frekuensi latihan dua kali sehari dan
menopouse yang membuat distribusi durasi masing-masing sesi ± 15
lemak tubuh menjadi mudah menit serta pengukuran kadar
terakumulasi akibat proses hormonal glukosa darah dilakukan tiga sesi
tersebut sehingga perempuan yaitu jam 08.00, 12.00, dan 17.00
beresiko menderita diabetes mellitus baik sebelum dan sesudah intervensi.
tipe 2 (Irawan, 2010). Pada penelitian Jannah et al (2019)
Rata-rata usia pada responden intervensi diberikan selama 15 menit.
yang terdapat di 8 artikel penelitian Pada penelitian Akbar et al (2018)
yaitu rentang usia 15-79 tahun. Dari intervensi diberikan sebanyak 3 kali
hasil utama Riset Kesehatan Dasar pada tiga hari berturut-turut dengan
(Riskesdas) tahun 2018 di Indonesia
durasi 25-30 menit. Pada penelitian
Antoni (2017) durasi pelaksanaan et al (2017), Sari et al (2020), dan
intervensi tidak dicantumkan. Pada Jannah et al (2019) menggunakan uji
penelitian Avianti et al (2016) analisis yang sama yaitu uji T
intervensi diberikan selama tiga hari dependent. Pada penelitian Akbar et
berturut-turut sebanyak 6 kali setiap al (2018) dan Antoni (2017)
pagi dan sore. Berdasarkan penelitian menggunakan uji analisis yang sama
diatas, meskipun ada perbedaan yaitu uji T dependent dan uji T
dalam durasi dan frekuensi Independent. Pada penelitian Meilani
pelaksanaan intervensi tetapi tetap et al (2020) menggunakan uji analisis
menunjukkan perubahan yang uji T Independent. Pada penelitian
signifikan terhadap kadar gula darah Avianti et al (2016) menggunakan uji
sewaktu pada penderita diabetes analisis Wilcoxon-Mann Whitney
mellitus tipe 2 setelah dilakukan Test. Dari 8 artikel penelitian diatas,
Progressive Muscle Relaxation. uji analisis yang paling banyak
Hal ini sejalan dengan digunakan adalah uji T dependent.
penelitian yang dilakukan oleh Dependent sample t-test atau paired
Isnaini et al (2017), dengan sample t-test adalah jenis uji statistik
dilakukannya terapi relaksasi otot yang bertujuan untuk
progresif secara teratur selama 3 hari membandingkan rata-rata dua
dengan durasi 15 menit dapat kelompok yang saling berpasangan.
meningkatkan aktivitas otot dan Sampel berpasangan dapat diartikan
meningkatkan metabolisme glukosa sebagai sebuah sampel dengan
dalam tubuh serta meningkatkan subjek yang sama namun mengalami
sekresi insulin oleh pankreas. dua pengukuran yang berbeda, yaitu
Penelitian Herlambang et al (2019), pengukuran sebelum dan sesudah
dengan dilakukan latihan PMR 2 kali perlakuan diberikan (Miftakhul'Ulum
selama 3 hari berturut- turut dapat et al, 2016)
menurunkan stress dan kadar gula Berdasarkan hasil analisis 8
darah pada pasien DM tipe 2 secara artikel, seluruh artikel menggunakan
signifikan. metode penelitian yang sama yaitu
Terapi relaksasi otot progresif quasy experimental. Pada penelitian
yang dilakukan dengan prosedur Simanjuntak et al (2017), Sari et al
yang tepat dan secara rutin maka (2020), dan Jannah et al (2019)
akan mendapatkan hasil dan manfaat menerapkan pendekatan one group
yang optimal sehingga dapat pre-post test design. Pada penelitian
mengontrol kestabilan kadar gula Meilani et al (2020), Junaidin (2018),
darah. Selain itu juga perlu dilakukan Akbar et al (2018), Antoni (2017),
penelitian untuk kedepannya guna dan Avianti (2016) menerapkan
melihat efektifitas terapi relaksasi pendekatan pre-post test with control
otot progresif terhadap kadar gula group design. Kelompok kontrol
darah dengan membedakan durasi adalah kelompok yang tidak diberi
waktu dan frekuensi pemberian atau dikenakan perlakuan. Kelompok
terapi berdasar penelitian yang telah kontrol berfungsi sebagai
dilakukan sebelumnya. pembanding untuk mengetahui
Berdasarkan hasil analisis 8 perbedaan yang mungkin tampak
artikel, pada penelitian Simanjuntak antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol (Soesilo, 2018).
Maka dari itu lebih baik jika dalam 211,60 mg/dl lalu kelompok kontrol
penelitian disertakan kelompok 294,13 mg/dl dan 230,33 mg/dl. Uji-t
kontrol sebagai pembanding. berpasangan pada kelompok
Berdasarkan hasil analisis 8 intervensi menunjukkan nilai p 0,000
artikel penelitian didapatkan bahwa dan Uji independent t-test pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 kelompok kontrol menunjukkan nilai
mengalami penurunan kadar gula p=0,015. Penelitian Antoni (2017)
darah sewaktu yang signifikan menunjukkan bahwa rata-rata kadar
setelah dilakukan intervensi glukosa darah pretest dan postest
progressive muscle relaxation. kelompok intervensi adalah 218,27
Penelitian Meilani, et al (2020) mg/dl dan 171,61 mg/dl lalu
menunjukkan bahwa rata-rata kadar kelompok kontrol 217,48 mg/dl dan
gula darah sebelum dan setelah 202,58 mg/dl dengan nilai p 0,001.
diberikan relaksasi otot progresif Penelitian Avianti, et al (2016)
pada kelompok intervensi yaitu menunjukkan bahwa rata-rata KGD
240,5 mg/dl dan 195,0 mg/dl lalu kelompok perlakuan sebelum dan
pada kelompok kontrol yaitu 209,5 setelah dilakukan relaksasi otot
mg/dl dan 10,9 mg/dl dengan nilai p progresif adalah 262,00 mg/dl dan
0,000. Penelitian Simanjuntak, et al 183,87 mg/dl lalu kelompok kontrol
(2017) menunjukkan bahwa rata-rata 151,41 dan 180 mg/dl dengan nilai p
kadar gula darah sebelum dan setelah = 0,000.
dilakukan relaksasi otot progresif Hal ini sejalan dengan
sebesar 213,43 mg/dl dan 180,43 penelitian yang dilakukan oleh
mg/dl dengan nilai p 0,001. Hasaini (2015) yang menyebutkan
Penelitian Sari, et al (2020) bahwa latihan relaksasi otot progresif
menunjukkan bahwa nilai rata-rata dapat dilakukan sebagai salah satu
gula darah sebelum dan sesudah latihan fisik bagi pasien DM. Latihan
dilakukan relaksasi otot progresif ini dilakukan untuk mendapatkan
yaitu 245,34 mg/dl dan 170,83 mg/dl relaksasi dengan cara penegangan
dengan nilai p=0,000. Penelitian dan pelemasan otot. Dengan
Junaidin (2018) menunjukkan melakukan penegangan dan
adanya perbedaan rata- rata KGD peregangan pada otot secara rutin
baik KGD jam 08.00, 12.00, dan berdampak pada meningkatnya
17.00 sebelum dan setelah latihan transport glukosa ke dalam membran
relaksasi otot progresif, yaitu sel. Peningkatan ini membuat
mengalami penurunan kadar glukosa penggunaan kadar glukosa menjadi
darah. Penelitian Jannah, et al (2019) lebih efektif sehingga kadarnya dapat
menunjukkan bahwa rata-rata nilai mendekati normal atau stabil. Kadar
kadar gula darah sebelum dan setelah gula darah pada pasien DM
dilakukan relaksasi otot progresif berhubungan dengan stress yang
adalah 313 mg/dl dan 276,87 mg/dl dihadapinya. Stress mengaktifkan
dengan nilai p 0,000. Penelitian system neuroendokrin dan system
Akbar, et al (2018) menunjukkan saraf simpatis melalui hipotalamus
bahwa rata-rata kadar glukosa darah pituitari-adrenal
pretest dan postest kelompok sehingga menyebabkan pelepasan
intervensi adalah 292,07 mg/dl dan hormon-hormon seperti epinefrin,
kortisol, glukagon, ACT,
kortikosteroid, dan tiroid yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah efek yang fatal atau memperburuk
penderita diabetes. keadaan penyakit dan dapat
Progressive dilakukan sebagai pendamping terapi
farmakologis/medis (terapi
Muscle Relaxation merupakan salah komplementer). Kadar gula darah
satu terapi nonfarmakologi, manfaat yang tinggi terus menerus berakibat
Progressive Muscle Relaxation akan rusaknya pembuluh darah, saraf, dan
terlihat apabila dilakukan secara struktur internal lainnya. Penderita
teratur. Dengan begitu maka diabetes bisa mengalami berbagai
seseorang akan lebih mudah untuk komplikasi jangka panjang jika
memusatkan pikiran dan kondisi diabetesnya tidak dikelola dengan
rileks akan lebih cepat tercapai. Pada baik. Maka dari itu penting bagi
keadaan rileks maka otak akan penderita diabetes mellitus untuk
mendapat suplay oksigen yang mengendalikan kadar gula darahnya,
optimal. Oksigen yang memenuhi hal ini dapat dilakukan salah satunya
seluruh area otak akan beredar yaitu dengan progressive muscle
seiring dengan denyut jantung untuk relaxation, terapi relaksasi dengan
didistribusikan ke seluruh organ gerakan mengencangkan dan
tubuh. Kondisi ini akan membantu melemaskan otot-otot pada satu
tercapainya kestabilan kerja adrenal bagian tubuh pada satu waktu untuk
untuk memproduksi hormon memberikan perasaan relaksasi
penenang yang akan berdampak pada secara fisik yang berdampak pada
penurunan stress. Hal ini bertolak meningkatnya transport glukosa ke
belakang dengan dampak stres itu dalam membran sel. Peningkatan ini
sendiri dimana pada kondisi stress membuat penggunaan kadar glukosa
maka gula dalam darah pasien DM menjadi lebih efektif sehingga
akan meningkat. Jika kondisi stress kadarnya dapat mendekati normal
dapat dikendalikan maka gula darah atau stabil. Selain itu juga kondisi
juga akan menurun (Hidayati, 2018). relaks ini membantu tercapainya
Diabetes mellitus tipe 2 kestabilan kerja adrenal untuk
adalah diabetes yang disebabkan memproduksi hormon penenang yang
kenaikan gula darah karena akan berdampak pada penurunan
penurunan sekresi insulin yang stress dan kadar gula darah.
rendah oleh kelenjar pankreas. Diharapkan penderita diabetes
Penatalaksanaan dan pengelolaan mellitus dapat meningkatkan
DM yaitu 4 pilar penatalaksanaan pengetahuan tentang progressive
DM: edukasi, terapi gizi medis, muscle relaxation ini, tidak hanya
latihan jasmani dan intervensi pada tenaga kesehatan saja. Selain itu
farmakologis. Latihan jasmani salah juga dukungan keluarga merupakan
satunya dengan relaksasi seperti salah satu faktor yang mempengaruhi
progressive muscle relaxation. keteraturan kontrol kadar gula darah.
Terapi non farmakologis ini sering Diharapkan keluarga yang merawat
menjadi pilihan yang dilakukan pada dapat membantu terlaksananya terapi
penderita diabetes mellitus karena relaksasi otot progresif ini.
mudah untuk dilakukan, tidak
menghabiskan biaya yang mahal,
tidak mengakibatkan
KESIMPULAN
Dari 8 artikel penelitian yang Diharapkan dapat
sudah dipaparkan dalam hasil dan meningkatkan pengetahuan
pembahasan menunjukkan bahwa masyarakat tentang cara
terdapat pengaruh Progressive mengendalikan kadar gula darah
Muscle Relaxation terhadap kadar secara non farmakologi seperti
gula darah sewaktu pada penderita progressive muscle relaxation,
diabetes mellitus tipe 2. Diabetes serta dapat menerapkannya pada
mellitus tipe 2 adalah diabetes yang masyarakat sekitar yang
disebabkan kenaikan gula darah menderita diabetes mellitus tipe
karena penurunan sekresi insulin 2
yang rendah oleh kelenjar pankreas.
Kadar gula darah yang tinggi terus DAFTAR PUSTAKA
menerus berakibat rusaknya Akbar, M. A., Malini, H., &
pembuluh darah, saraf, dan struktur Afriyanti, E. (2018).
internal lainnya. Penderita diabetes Progressive Muscle Relaxation
bisa mengalami berbagai in Reducing Blood Glucose
komplikasi jangka panjang jika Level among Patients with
diabetesnya tidak dikelola dengan Type 2 Diabetes. Jurnal
baik Maka dari itu penting bagi Keperawatan
penderita diabetes mellitus untuk Soedirman, 13(2), 77-83.
mengendalikan kadar gula
darahnya, hal ini dapat dilakukan Antoni, A. (2017). The Effect Of
salah satunya yaitu dengan Progressive Muscle Relaxation
progressive muscle relaxation. On Blood Glucose Levels And
Fatiguesymptom Of People
SARAN With Type 2 Diabetes
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Mellitus. Jurnal Kesehatan
Ilmiah Indonesia (Indonesian
Diharapkan peneliti Health
selanjutnya dapat meneliti lebih
lanjut terkait efektifitas terapi Scientific Journal), 2(3), 21-26.
progressive muscle relaxation
terhadap kadar gula darah Avianti, N., Desmaniarti, Z., &
sewaktu pada penderita diabetes Rumahorbo, H. (2016).
mellitus tipe 2 dengan Progressive Muscle Relaxation
membedakan durasi waktu dan Effectiveness of The Blood
frekuensi pemberian terapi Sugar Patients With Type 2
Diabetes. Open Journal of
2. Bagi Institusi Pendidikan Nursing, 6(3), 248-254.
Diharapkan literatur review Chaidir, R., Wahyuni, A.S., Furkhani,
ini dapat digunakan sebagai D.W. (2017). Hubungan Self
bahan bacaan bagi mahasiswa Care dengan Kualitas Hidup
guna menambah pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus.
mahasiswa Journal Endurance. Vol 2(2)
3. Bagi Masyarakat hal 132-144
Debora Kartika, S. (2019).
Hubungan stress dengan kadar Nutrition and Health, 2(3),
gula darah sewaktu pada 89842.
mahasiswa rekognisi Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan
pembelajaran lampau (RPL) Faktor Risiko Kejadian
jurusan keperawatan angkatan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
II di Poltekkes Kemenkes Daerah Urban Indonesia
(Analisa Data Sekunder
Palangka Raya (Doctoral Riskesdas 2007). Thesis
Dissertation, Poltekkes Universitas Indonesia
Kemenkes Palangka Raya).
Isnaini, Nur, Trihadi, D., Linggardini,
Decroli, E., 2019. Diabetes Mellitus K. 2017. The effect
Tipe 2. Padang : Pusat Progressive Muscle Relaxation
Penerbitan Bagian Ilmu Exercise on Blood Sugar
Penyakit Dalam Fakultas Levels. International Seminar
Kedokteran Universitas on Psychology, hal. 67-73
Andalas.
Jannah, W. Y. M., Hidayah, N., &
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Utomo, A. S. (2019).
melitus tipe 2. Jurnal
Efektivitas antara Brisk Walk
Majority, 4(5).
Exercise dan Relaksasi Otot
Hasaini, A. (2015). Efektifitas Progresif terhadap Penurunan
Progressive Muscles Kadar Gula Darah pada
Relaxation (PMR) terhadap Diabetes Mellitus tipe 2.
Kadar Gula Darah pada Jurnal Keperawatan Terapan
Kelompok Penderita Diabetes (e- Journal), 5(1), 65-75.
Mellitus Tipe II di Puskesmas
Junaidin, N. (2018). Pengaruh
Martapura. Caring Vol.2, No.
Relaksasi Otot Progresif
1, 16-27
Terhadap Penurunan Kadar
Hidayati, R. (2018). Pengaruh Gula Darah Pada Pasien
Progressive Muscle Relaxation Diabetes Melitus Di Wilayah
Terhadap Gula Darah Pada Puskesmas Woha–Bima Tahun
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2018. Jurnal Ilmiah Mandala
2 Di Panti Sosial Tresna Werda Education, 4(1), 189-196.
Sabai Nan Aluih Sicincin
Kasengke, J., Assa, Y.A., & Paruntu,
Tahun 2016.
M.E. 2015. Gambaran Kadar
Menara
Gula Darah Sesaat pada
Ilmu, 12(4).
Dewasa Muda Usia 20-30
Immawati, F. R., & Wirawanni, Y. Tahun dengan Indeks Massa
(2014). Hubungan Konsumsi Tubuh (IMT) ≥ 23 kg/m².
Karbohidrat, Konsumsi Total Jurnal e-Biomedik (eBm), Vol.
Energi, Konsumsi Serat, Beban 3, No. 3, sep-Des 2015
Glikemik dan Latihan Jasmani
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama
Dengan Kadar Glukosa Darah
RISKESDAS 2018. Jakarta:
Pada Pasien Diabetes Mellitus
Badan Penelitian dan
Tipe 2. Diponegoro Journal
of
Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Nursalam. (2020). Penulisan
Literature Review dan
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Systematic Review pada
RISKESDAS 2018 Provinsi Pendidikan
Jawa Timur. Jakarta: Badan Kesehatan
Penelitian dan Pengembangan (contoh). Surabaya: Fakultas
Kesehatan Puslitbang Keperawatan Universitas
Humaniora dan Manajemen Airlangga
Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI Poltekkes Kemenkes Surabaya.
(2020). Pedoman Penyusunan
Kemenkes RI. (2020). INFODATIN: Literatur Review bagi
Tetap Produktif, Cegah, dan Mahasiswa dan Dosen.
Atasi Diabetes Melitus. Jakarta Surabaya: Program Pendidikan
Selatan: Pusat Data dan Sarjana Terapan Keperawatan
Informasi Kementerian dan Profesi Ners Poltekkes
Kesehatan RI Kemenkes Surabaya
Meilani, R., Alfikrie, F., & Purnomo, P2PTM Kemenkes RI. (2019). Apa
A. (2020). Efektivitas Saja Komplikasi dan Akibat
Relaksasi Otot Progresif dari Diabetes?.
Terhadap Kadar Gula Darah: http://p2ptm.kemkes.go.id/info
Penelitian Kuasi Eksperimen graphic-p2ptm/penyakit-
Pada Pendertia Diabetes diabetes-melitus/page/6/apa-
Militus Tipe 2 Usia Produktif. saja-komplikasi-dan-akibat-
Borneo Nursing Journal (Bnj), dari-diabetes. Diakses pada 11
2(2), 22-29. Desember 2020 jam 14.00
Miftakhul'Ulum, W., & Hasyim, M. WIB
(2016). Eksperimentasi Metode PERKENI (2015). Pengelolaan dan
Jarimatika Modern Tontalkog pencegahan diabetes melitus
Berbasis Multimedia Pada tipe 2 di Indonesia. Pb.
Siswa Sekolah Dasar. JP2M Perkeni.
(Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Sari, N. P., & Harmanto, D. (2020).
Matematika), 2(2), 79-91. Pengaruh Terapi Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Kadar
Ndraha, S. (2014). Diabetes melitus Glukosa Darah dan Ankle
tipe 2 dan tatalaksana Brachial Index Diabetes
terkini. Medicinus, 27(2), 9-16. Melitus II. Journal of Nursing
Nurrahmani, U. (2015). Stop! and Public Health, 8(2), 59-64.
Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi
Familia Modalitas Keperawatan Jiwa
Nursalam. (2016). Metodologi pada Klien Psikogeriatrik.
Penelitian Ilmu Keperawatan: Jakarta: Salemba Medika
Pendekatan Praktis Edisi 4. Simamora, M and Simanjuntak, G.
Jakarta: Saslemba Medika V. 2017. Ankle Brachial Index
(ABI). Review Article
International Journal of Basic
and Applied Physiology INT.
Int. J Basic Appl. Physiol. 5(1),
p. 2016 Diabetes dari Kepala Sampai
Kaki. Jakarta: PT. Gramedia
Simanjuntak, G. V., & Simamora,
M. (2017). Pengaruh Latihan
Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kadar Gula Darah
Dan Ankle Brachial Index
Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe
II. Idea Nursing Journal, 8(1),
45-51.
Smeltzer, S.C.O. et al. 2013.
Brunner & Suddarth’s
Textbook of Medical-Surgical
Nursing 10th ed., USA: Wolters
Kluwer Health/Lippincott
Williams & Wilkins, 530
Walnut Street, Philadelphia
Soegondo dan Sidartawan. 2011.
Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu Edisi Kedua.
Jakarta:FKUI
Soesilo, Tritjahjo Danny. 2018.
Penelitian Inferensial dalam
Bidang Pendidikan. Satya
Wacana University Press.
Salatiga
Solehati, T. dan Kosasih, E. C. 2015.
Konsep dan Aplikasi Relaksasi
dalam Keperawatan
Maternitas. PT Refika
Aditama. Bandung
Sukarmiasih, S., & Pramudaningsih,
I. N. (2019). Penerapan
Progressive Muscle Relaxation
(PMR) terhadap gula darah
pada pasien Diabetes Mellitus
di Desa Puncel Kecamatan
Dukuh seti Kabupaten
Pati. Jurnal

Profesi Keperawatan (JPK),


6(2).
Tandara, Hans. 2014. Strategi
Mengalahkan Komplikasi

Anda mungkin juga menyukai