Anda di halaman 1dari 7

UPAYA MENGATASI KETIDAKSTABILAN KADAR

GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM DENGAN TERAPI


RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Devi Wulandani

Program studi diploma III, Akademi Keperawatan HKBP Balige


Email: deviwulandanisamosir@gmail.com

Abstract

Latar belakang: Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan metabolisme yang besifat heterogen
yang ditandai tingginya kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia . Pasien dengan diabetes
mellitus cenderung memiliki gula darah yang tinggi (hiperglikemia). Diabetes mellitus memerlukan
penanganan yang serius, ketidakpatuhan penderita diabetes mellitus terhadap pengobatan dapat
menimbulkan beberapa permasalahan. Diabetes Mellitus merupakan penyebab utama kebutaan,
serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan amputasi kaki
Tujuan: Menyusun resume keperawatan medikal bedah dalam pemberian terapi relaksasi progresif
untuk meningkatkan kontrol metabolik, menurunkan gula darah, menurunkan ketegangan otot,
meningkatkan rasa kebugaran.
Metode pengumpulan data: pengumpulan data menggunakan hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi.

Hasil: setelah dilakukannya terapi relaksasi otot progresif selama 5 hari yaitu GDS puasa
mengalami nilai stabil pada hari ke 4 dan ke 5, untuk GDS 2 jam setelah makan dari hari 1 – 5 tetap
tidak mengalami nilai stabil. Untuk setiap indikator yang paling menonjol dari hari pertama sampai
hari kelima yang mengalami penurunan meliputi keluhan pusing, lelah/lesu dan gemetaran, tetapi
untuk indikator keluhan lapar, rasa haus dan kesulitan bicara masih tetap dialami klien karena
gejala ini merupakan gejala umum yang dialami penderita diabetes mellitus dan gejala ini hanya
bisa dikontrol supaya tidak terjadi peningkatan.

Kata kunci: kadar glukosa darah, Diabetes mellitus, terapi relaksasi otot progresif

PENDAHULUAN pada tahun 2015 dan diperkirakan akan


meningkat sampai 642 juta pada tahun
Diabetes mellitus merupakan 2040. Menurut World Health
sekelompok kelainan metabolisme yang Organitation (WHO) pada tahun 2013,
besifat heterogen yang ditandai tingginya jumlah penderita DM mencapai 200 juta
kadar glukosa dalam darah atau jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi
hiperglikemia (Handayani, T, L,2016). 333 juta jiwa di tahun 2025
Berdasarkan data International Diabetes mendatang.Setengah dari angka tersebut
Federation (IDF, 2015) menyatakan terjadi di negara berkembang, termasuk
bahwa ada 415 juta jiwa berusia dewasa negara Indonesia. Angka kejadian DM di
yang menyandang penyakit DM di dunia

44
Indonesia menempati urutan ke-4 (Galvani, 2017). Menurut Penelitian
tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. (Tati, 2019) yang dilakukan di rumah
Pasien dengan Diabetes Mellitus sakit Grand Medistra Lubuk Pakam
cenderung memiliki gula darah yang terapi relaksasi otot progresif merupakan
tinggi (hiperglikemia). Diabetes Mellitus salah satu terapi modalitas keperawatan
memerlukan penanganan yang serius, yang mudah dan dapat diterapkan pada
ketidakpatuhan penderita Diabetes tindakan keperawatan dengan pasien
Mellitus terhadap pengobatan dapat diabetes mellitus yang mengalami
menimbulkan beberapa permasalahan. kenaikan kadar gula darah.
Menurut WHO (2016) Diabetes Mellitus
merupakan penyebab utama kebutaan, METODE
serangan jantung, stroke, gagal ginjal,
dan amputasi kaki. Berdasarkan hasil Metode studi kasus adalah suatu
konsensus para ahli diabetes di desain pembelajaran berbasis tingkat
Indonesia, terdapat 5 pilar dalam satuan pendidikan metode ini berbentuk
pengelolaan DM yang terdiri dari atas penjelasan tentang masalah, kejadian
perencanaan makan (diet), latihan atau situasi tertentu, kemudian
jasmani atau aktivitas fisik, obat mahasiswa ditugasi mencari alternatif
hipoglikemik, edukasi, dan pemantauan pemecahannya kemudian metode ini
kadar glukosa darah secara mandiri dapat juga digunakan untuk
(Akhsan, 2012). Pengelolan DM salah mengembangkan berpikir kritis dan
satunya adalah latihan jasmani atau menemukan solusi baru dari sutu topik
aktivitas fisik dengan terapi relaksasi otot yang dipecahkan (Yamin, 2011:156).
progresif yang dapat mengatasi Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
ketidakstabilan kadar glukoa darah pada menggunakan penelitian deskriptif. Studi
penderita diabetes mellitus. kasus ini dilakukan di rumah klien yang
Terapi relaksasi otot progresif berada di Desa Sibolahotang, Balige pada
merupakan suatu terapi nonfarmakologi tanggal 06-10 juni 2021. Pengumpulan
dan bagian dari terapi komplementer data yang digunakan peneliti bersumber
yang dapat menurunkan kadar glukosa dari wawancara kepada responden,
darah pada penderita diabetes mellitus keluarga responden dan observasi
(Avianti dkk, 2016). Terapi relaksasi otot langsung.
progresif yang dilakukan pada pasien Peneliti mengajukan permintaan
DM yang mengalami ketegangan pada menjadi subjek studi kasus dan
otot-otot tertentu dengan memberikan informed consent. Peneliti
mengkombinasikan dengan latihan nafas juga menjelaskan instrumen apa yang
dalam maka diharapkan hasilnya adalah akan digunakan dalam studi kasus ini dan
terjadinya penurunan ketegangan pada subjek studi kasus telah menyetujui
otot diikuti dengan penurunan kadar gula penggunaan instrumen tersebut. Peneliti
dalam darah (Damayanti, 2015). melakukan studi kasus meliputi
Penelitian Mashudi (2012) menunjukkan pengkajian keperawatan secara
terapi relaksasi otot progresif yang komprehensif menggunakan format
dilakukan selama tiga hari dalam pengkajian, memberikan terapi relaksasi
seminggu memberikan pengaruh yang otot progresif selama 15-20 menit dan
berarti terhadap penurunan kadar gula dilakukan mengecekan GDS sebelum
darah pasien diabetes mellitus. dan sesudah makan dalam 5 hari. Peneliti
Beberapa penelitian yang mendokumentasikan respon klien
membuktikan bahwa terapi relaksasi otot Diabetes mellitus setiap setelah diberikan
progresif dapat mempengaruhi terapi relaksasi otot progresif dan
penurunan kadar gula darah oleh mengevaluasi tanda dan gejala serta

45
kadar glukosa darah menggunakan Subjek Studi Kasus
lembar observasi pada hari kelima
setelah diberikan terapi relaksasi otot Subyek studi kasus dalam penelitian
progresif. ini adalah pasien Dibetes Mellitus yang
terdapat di Desa Sibolahotang, Balige.
Upaya mengatasi ketidakstabilan Studi kasus ini menggunakan kriteria
kadar glukosa darah pada pasien diabetes inklusi dan eksklusi dalam pemilihan
melitus dengan terapi relaksasi otot subyek studi kasus yakni
progresif Kriteria inklusi
Tabel 1 Defenisi Operasional 1. Pasien dengan Diabetes Mellitus
tipe II
Variabel Defenisi Operasional 2. Pasien yang bersedia menjadi
subyek studi kasus
Diabetes Suatu penyakit yang
Kriteria eksklusi :
Mellitus berlangsung lama atau
menahun yang 1. Pasien diabetes mellitus dengan
menganggu metabolisme komplikasi stroke
tubuh ditandai dengan 2. Pasien yang mengalami
tingginya kadar gula keterbatasan gerak
darah. 3. Pasien yang bed rest atau tirah
Ketidakst Dimana kadar baring
abilan glukosa darah dalam Instrumen
kadar tubuh mengalami
glukosa kenaikan atau Jenis Instrumen yang digunakan oleh
darah penurunan dalam peneliti pada studi kasus ini adalah:
batas normal. 1. Format Pengkajian Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah
Terapi Terapi relaksasi yang 2. Lembar Observasi.
relaksasi memberikan efek relaks 3. Terapi Relaksasi otot progresif
otot dengan suatu aktivitas 4. SOP Terapi Relaksasi otot progresif
progresif otot yang kemudian 5. Nursing Kit
dapat menurunkan
ketegangan pada otot. Etika Penelitian
Etika penelitian yang digunakan adalah:
Design Studi Kasus 1. Autonomi (Kemandirian)
Dalam penyusunan karya tulis 2. Justice (Keadilan)
ilmiah ini menggunakan penelitian 3. Confidentiality (Kerahasiaan)
deskriptif. Penelitian deskriptif 4. Beneficience (Berbuat baik)
adalah penelitian yang berusaha 5. Non-maleficcence (Tidak
untuk menuturkan pemecahan merugikan)
masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, dengan
HASIL
menyajikan, menganalisis dan
menginterpretasikannya (Narbuko, Pada lembar observasi sebelum
2015). pemberian terapi relaksasi otot progresif
Studi kasus adalah dimana menurut standart ADA (American
peneliti melakukan eksplorasi secara Diabetes Association) kadar glukosa
mendalam terhadap progam, darah belum memenuhi standart dan
kejadian, proses, aktivitas, terhadap untuk setiap indikator gejala yang timbul
pada klien diabetes mellitus seperti
satu atau lebih (Sugiyono, 2016).

46
pusing, lelah/lesu, keluhan lapar, meliputi keluhan pusing, lelah/lesu dan
gemetaran, rasa haus dan kesulitan bicara gemetaran, tetapi untuk indikator
tidak dapat terkontrol setelah keluhan lapar, rasa haus dan kesulitan
dilakukannya terapi relaksasi otot bicara masih tetap dialami klien karena
progresif selama 5 hari yaitu GDS puasa gejala ini merupakan gejala umum yang
mengalami nilai stabil pada hari ke 4 dan dialami penderita diabetes mellitus dan
ke 5, untuk GDS 2 jam setelah makan gejala ini hanya bisa dikontrol supaya
dari hari 1 – 5 tetap tidak mengalami nilai tidak terjadi peningkatan.
stabil. Untuk setiap indikator yang paling
menonjol dari hari pertama sampai hari
kelima yang mengalami penurunan

Tabel 2 Lembar observasi


Indikator Sebelum Setelah pemberian
pemberian
Hari ke-1 Hari-2 Hari-3 Hari-4 Hari-5

Koordinasi 3 3 3 3 4 4

Kesadaran 5 5 5 5 5 5

Pusing 1 1 2 3 4 4

Lelah/lesu 1 1 2 3 4 4

Keluhan lapar 1 1 2 3 3 3

Gemetaran 3 3 3 3 4 4

Rasa haus 3 3 3 3 3 3

Kesulitan 3 3 3 3 4 4
bicara

Kadar glukosa 3 3 3 3 3 3
dalam darah
puasa

Kadar glukosa 3 3 3 3 3 3
darah 2 jam
setelah makan

Keterangan Skor :

1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

47
PEMBAHASAN menurun terjadi karena pelepasan
hormon endorphin yang dapat
Diabetes mellitus umumnya menghambat produksi epineprin dan
mengalami ketidakstabilan kadar glukosa kortisol sehingga sekresi insulin lebih
darah yang disebabkan oleh sel-sel β banyak dan dapat menurunkan kadar gula
pankreas yang tidak mampu darah pada saat melakukan relaksasi otot
menghasilkan insulin. Salah satu progresif. Hal ini sejalan dengan
mengatasi ketidakstabilan kadar glukosa penelitian Deno dkk, (2020) yang
darah adalah dengan melakukan terapi mengatakan dengan latihan terapi
relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi relaksasi otot progresif dapat
otot progresif merupakan salah satu menghambat jalur umpan balik stres dan
tindakan nonfarmakologis yang dapat membuat tubuh pasien rileks.
menurunkan kadar glukosa darah pada
penderita diabetes mellitus (Avianti,dkk Respon verbal dari klien adalah
2016). klien mengatakan sebelum melakukan
terapi relaksasi otot progresif klien
Pada study kasus yang peneliti merasakan gelisah, cemas, tegang
lakukan intervensi terapi relaksasi otot dikarenakan penyakit yang sudah
progresif yang dilakukan selama 5 hari berangsur lama dengan melakukan terapi
pada klien diabetes mellitus relaksasi otot progresif yang
menunjukkan adannya penurunan kadar mengkombinasikan latihan nafas dalam
glukosa darah. Didapatkan terjadi adanya terjadi penurunan ketegangan,
penurunan kadar glukosa darah sebelum kecemasan diikuti dengan penurunan
dilakukan terapi relaksasi otot progresif kadar gula dalam darah. Hal ini sejalan
dan sesudah dilakukan terapi relaksasi dengan penelitian (Riduan, 2019) yang
otot progresif. Hal ini sejalan dengan mengatakan dengan melakukan terapi
penelitian (Widaningsih, 2017) relaksasi otot progresif yang
mengatakan ada pengaruh terapi mengkombinasikan latihan nafas maka
relaksasi otot progresif terhadap diharapkan hasilnya adalah terjadinya
penurunan kadar glukosa darah yang penurunan ketegangan pada otot dan
membuktikan perbedaan antara kadar kecemasan diikuti dengan penurunan
gula darah sebelum dan sesudah kadar gula dalam darah. Hal ini sejalan
dilakukan terapi relaksasi otot progresif. dengan penelitian Junaidin, (2018)
Hal ini sejalan dengan penelitian mengatakan terapi relaksasi otot
Marthalena dkk, (2017) ada perbedaan progresif dengan latihan nafas dalam
kadar gula darah sebelum intervensi, dapat meredakan ketegangan emosional,
kadar gula darah sesudah intervensi dan stress dan kecemasan diikuti dengan
pengaruh relaksasi otot progresif penurunan kadar gula darah.
terhadap penurunan kadar gula darah.
Dalam penelitian ini, saat sebelum
Penelitian yang dilakukan selama tindakan terapi relaksasi otot progresif
lima hari klien mengatakan merasa relaks dilakukan, peneliti menggunakan
setelah dilakukan terapi relaksasi otot komunikasi teraupetik dan melakukan
progresif. Hal ini sejalan juga dengan pendekatan agar membantu klien dalam
penelitian (Yanti, 2012) yang mengatasi keluhan yang dialami oleh
mengatakan terapi relaksasi otot klien kemudian menganalisis respon
progresif dapat memberikan perasaan ataupun pesan komunikasi verbal yang
rileks bagi penderita diabetes mellitus, disampaikan oleh klien. Penerapan
membuat tubuh melepaskan hormon komunikasi teraupetik dapat
endorphin yang dapat menenangkan mempengaruhi kepuasan klien dan
sistem saraf sehingga hormon stres

48
kegiatan dipusakan untuk kesembuhan ditemukan hasil yang akurat tentang
klien (Juiane, 2011). pengaruh dari terapi relaksasi otot
progresif terhadap penurunan
ketidakstabilan kadar glukosa darah.
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI PENELITIAN REFERENSI
SELANJUTNYA Achmadi, A., dan Narbuko. (2015).
Kesimpulan Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Peneliti telah melakukan asuhan
keperawatan pada Tn.J dengan masalah Akhsan, R. (2012). Pengaruh Terapi
ketidakstabilan kadar glukosa darah. Progressive Muscle Relaxation
Intervensi keperawatan yang dilakukan Terhadap Kecemasan Dan
untuk mengatasi ketidakstabilan kadar Kualitas Hidup Pada Pasien
glukosa darah adalah terapi relaksasi otot Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rs
progresif yang bertujuan untuk Muhammadiyah Lamongan. 6.
menstabilkan kadar glukosa darah. Avianti, dkk. 2016. Progressive Muscle
Tindakan terapi relaksasi otot progresif Relaxation Effectiveness of the
dilakukan selama 5 hari yang diberikan Blood Sugar Patients with Type
20 menit setiap hari. Evaluasi 2 Diabetes. Published Online
keseluruhan yang ditemukan setelah March 2016 in SciRes.
dilakukannya terapi relaksasi otot http://www.scirp.org/journal/ojn
progresif selama 5 hari yaitu GDS puasa
mengalami nilai stabil pada hari ke 4 dan Damayanti, Santi. 2015. Diabetes
ke 5, untuk GDS 2 jam setelah makan Mellitus dan Penatalaksanaan
dari hari 1 – 5 tetap tidak mengalami nilai Keperawatan. Nuha Medika,
stabil. Untuk setiap indikator yang paling Yogyakarta.
menonjol dari hari pertama sampai hari
kelima yang mengalami penurunan Deno, Nengke Puspita Sari. 2020.
meliputi keluhan pusing, lelah/lesu dan Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
gemetaran, tetapi untuk indikator Progresif Terhadap Kadar
keluhan lapar, rasa haus dan kesulitan Glukosa Darah Dan Ankle
bicara masih tetap dialami klien karena Brachial Index Diabetes
gejala ini merupakan gejala umum yang Mellitus II. Bengkulu: Jurnal
dialami penderita diabetes mellitus dan Volume Keperawatan No.2
gejala ini hanya bisa dikontrol supaya Junaidin, Ns. (2018). Pengaruh
tidak terjadi peningkatan. Dapat Relaksasi Otot Progresif
disimpulkan bahwa masalah hanya Terhadap Penurunan Kadar
teratasi sebagian, artinya terapi relaksasi Gula Darah Pada Pasien
otot progresif hanya memiliki pengaruh Diabetes Mellitus Di Wlayah
terhadap kestabilan hipogklemia dan Puskesmas Woha. Stikes Yahya
menurunkan skor beberapa indikator Bima: Jurnal
saja.
Simanjuntak, Galvani dkk. 2017.
Rekomedasi Penelitian Selanjutnya Pengaruh Latihan Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Kadar
Diharapkan peneliti selanjutnya Gula Darah dan Ankle Bachial
dapat melakukan penelitian pada klien Index Pada Pasien Diabetes
yang kadar gula darahnya tidak Mellitus Tipe II. Medan:
terkontrol dengan baik, sehingga dapat Journal Penelitian.

49
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kadar Glukosa Darah Pasien
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Bandung: PT Alfabet RSUD Raden Matteher Jambi.
Depok: Tesis FIK UI.
Murni, Tati. 2019. Pengaruh Teknik http://lontar
Relaksasi Otot Progresif .ui.ac.id/file?file=digital/202816
Terhadap Penurunan Kadar 98-7%.20Mashudi.pdf Di unduh
Gula Darah Pada Pasien tanggal 19 Juli 2013.
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Riduan, Tati. (2019). Pengaruh Teknik
Pakam. Lubuk Pakam : Journal Relaksasi Otot Progresif
Penelitian. Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Pada Pasien
Handayani, T L, 2016. Studi Meta Diabetes Mellitus Tipe2 Di
Analisis Perawatan Luka Kaki Rumah Sakit Grandmed Lubuk
Diabetes dengan Modern Pakam. Deli Serdang: Jurnal
Dressing. The Indonesian
Journal of Health Science, Vol 6 Yanti, N. (2012). Perbandingan
No 2. Fakultas Ilmu Kesehatan. efektifitas terapi zikir dengan
Universitas Muhammadiyah relaksasi otot progresif terhadap
Jember. kadar glukosa darah pasien
diabetes melitus di sumatera
Marthalena, Volta. (2017) . Pengaruh barat. Tesis. Depok: Universitas
Latihan Relaksasi Otot Progresif Indonesia
Terhadap Kadar Gula Darah
Dan Ankle Brachial Index Pada Widaningsih, Herina Dwi Putri. 2017.
Pasien Diabetes Mellitus Tipe Relaksasi Otot Progresif
II. Medan: Jurnal Terhadap Penurunan Kadar
Gula Darah Pada Pasien
Mashudi. (2011). Pengaruh Progressive Diabetes Mellitus Tipe 2.
Muscle Relaxation Terhadap Jakarta: Jurnal

50

Anda mungkin juga menyukai