Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN
HIPERTENSI DI RSI SAKINAH MOJOKERTO

Abstrak

Pengaruh Pemberian Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Kadar Glukosa Darah


Dan Tekanan Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Hipertensi.
Irmayanti, Risa (2018). Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang,
Poltekkes Kemenkes Malang. Pembimbing (utama) Dra, Mustayah M.Kes,
pembimbing (Pendamping) Abdul Hanan, APP, S.Kep, Ns,M.Kep.

Diabetes Mellitus merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya Hipertensi.


Penanganan penyakit diabetes mellitus dengan hipertensi salah satunya adalah
dengan teknik relaksasi. Secara fisiologis, relaksasi dapat menurunkan stres.
Dengan relaksasi hipotalamus akan mengatur dan menurunkan aktivitas sistem
saraf simpatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah dan tekanan darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi. Penelitian ini menggunakan
desain Pra Eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest –
posttest design. Peneliti menggunakan teknik consecutive sampling dengan besar
sample 15 responden yang diberi perlakuan dan pengukuran yang sama (pre-post).
Hasil penelitian dengan uji Paired T-test pada perlakuan didapatkan p
value=0,000 < 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian teknik relaksasi
autogenik terhadap kadar glukosa darah dan tekanan darah pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi. Diharapkan perawat dapat menerapkan
terapi nonfarmakologis seperti teknik relaksasi autogenik sebagai pendamping
dari terapi farmakologis untuk menurunkan kadar glukosa darah dan tekanan
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan hipertensi.

Kata kunci :Relaksasi Autogenik, Diabetes Mellitus Tipe 2, Hipertensi

Abstract

The Effect Of Autogenic Relaxation Therapy On Blood Glucose Level And Blood
Pressure In Diabetes Mellitus Type 2 Diabetes With Hypertension. Irmayanti,
Risa (2018). Undergraduate Program of applied Lawang Nursing, Departement of
Nursing, State Health PolytechnicOf Malang. Advisor (main) Dra, Mustayah
M.Kes, Advisor (Companion) Abdul Hanan, APP, S.Kep, Ns,M.Kep.

Diabetes mellitus is one of the trigger factors of hypertension. Handling diabetes


mellitus type 2 with hipertension one of them is relaxation technique.
Physiologically, relaxation can reduce stress. With relaxation the hypothalamus
will regulate and decrease the activity of the sympathetic nervous system. The
purpose of this study was to determine the effect of autogenic relaxation on blood
glucose levels and blood pressure in people with type 2 diabetes mellitus with
hypertension. This research uses Pre Experimental Design using one group pretest
- posttest design. he researchers used consecutive sampling technique with a large
sample of 15 respondents who were given the same treatment and measurement
(pre-post). The result of this research with Paired T-test on treatment got p value =
0,000 <0,05 which means there is effect of autogenic relaxation technique on
blood glucose level and blood pressure in people with type 2 diabetes mellitus
with hypertension. Expected nurses can apply nonfarmakologis therapy such as
autogenic relaxation techniques as a pendampig of pharmacological therapy
decreased blood glucose levels and blood pressure in people with type 2 diabetes
mellitus with hypertension.

Keywords: Relaksasi Autogenik, diabetes mellitus type 2, Hypertension.

A. PENDAHULUAN defisiensi fungsional kerja insulin.


Defisiensi efek insulin dapat
Diabetes Mellitus merupakan disebabkan oleh penurunan sekresi
salah satu penyakit keturunan, artinya insulin oleh sel B pankreas, penurunan
bila orang tuanya menderita diabetes, respon terhadap insulin oleh jaringan
anak-anaknya kemungkinan akan sasaran (resistensi insulin), atau
menderita diabetes juga. Tetapi faktor peningkatan hormon counterregulatory
keturunan saja tidak cukup, diperlukan yang melawan efek insulin (Stephen
faktor lain misalnya, adanya infeksi J.McPhee & William F.Ganong (2011)
virus (DM tipe-1), kegemukan, pola hal 556).
makan yang salah, kurang aktifitas Hipertensi merupakan Tekanan
fisik, proses menua, stres dan lainnya. darah yang terus meningkat secara
Oleh karena itu, titik berat abnormal terjadi terus menerus dalam
pengendalian Diabetes Mellitus melalui beberapa kali pemeriksaan yang
aspek preventif dan promotif secara disebabkan oleh satu atau beberapa
integrasi dan menyeluruh (Wulandari, faktor resiko yang gagal dalam
2014). mempertahankan tekanan darah secara
Diabetes Mellitus merupakan normal menurut Wijaya & Putri (2013)
salah satu faktor pencetus terjadinya dalam Kamaluddin (2010).
Hipertensi. Hubungannya sangatlah International Diabetes
kompleks, terdapat spekulasi bahwa Federation (IDF) tahun 2012
resistensi insulin menyebabkan menyebutkan lebih dari 371 juta orang
peningkatan sekresi insulin dan di seluruh dunia mengalami Diabetes
hiperinsulinemia yang terjadi Mellitus, 4,8 juta orang meninggal
merangsang sistem saraf simpatis dan akibat penyakit metabolik ini.
menyebabkan Hipertensi (Stephen Association of Southeast Asian
J.McPhee & William F.Ganong (2010) Nations (ASEAN) menyebutkan bahwa
hal 340-346). pada tahun 2010 terdapat 19,4 juta
Diabetes Mellitus adalah suatu penderita Diabetes melitus (Amir,
penyakit heterogen yang didefinisikan 2015).
berdasarkan adanya hiperglikemia yang InternationalDiabetes Federation
pada semua kasus disebabkan oleh (IDF) tahun 2011 menyebutkan jumlah
penderita Diabetes melitus di Indonesia hipertensi, diketahui belum ada
pada tahun 2011 telah mencapai 366 tindakan independen perawat yang
juta orang.Berdasarkan laporan signifikan untuk penanganan kadar
nasional Riskesdas (2007), data Jawa gula darah dan tekanan darah pada
Timur menunjukkan prevalensi pasien diabetes melitus dengan
Diabetes melitus sebesar 1,3%. Data hipertensi.
awal yang di peroleh jumlah penderita Berbagai macam tindakan
Diabetes Mellitus di Rumah Sakit dilakukan untuk mencegah terjadinya
Islam Surabaya pada tahun 2012 adalah hiperglikemi pada penderita Diabetes
280 orang, sedangkan pada tahun 2013 melitus tipe 2, seperti edukasi, nutrisi,
adalah 272 orang (Astuti, 2014). latihan jasmani, dan intervensi
WHO ( World Health farmakologis, non farmakologis seperti
Organization ) mencatat pada tahun terapi keperawatan. Sedangkan dalam
2012 sedikitnya sejumlah 839 juta algoritme penanganan hipertensi, terapi
kasus Hipertensi, dan diperkirakan nonfarmakologis melalui teknik
menjadi 1,15 milyar pada tahun 2025 relaksasi dapat menurunkan tekanan
atau sekitar 29% dari total penduduk darah (Kamaluddin, 2010).
dunia. Di bagian Asia tercatat tahun Ada beberapa teknik relaksasi
2000 sebesar 38,4 juta penderita yang bisa dilakukan untuk mengontrol
hipertensi dan tahun 2025 sebesar 67,3 kadar gula darah dan tekanan darah
juta. Di Indonesia penderita hipertensi diantaranya adalah terapi Progressive
diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya Muscle Relaxation, benson, nafas
4% yang merupakan hipertensi dalam, dan relaksasi autogenik. Tehnik
terkontrol, 96 % merupakan hipertensi relaksasi dengan gerakan dan instruksi
esensial (Kamaluddin, 2010). yang lebih sederhana daripada tehnik
Berdasarkan laporan tahunan relaksasi lainnya, dapat dilakukan
rumah sakit di Provinsi Jawa Timur dengan posisi berbaring, duduk dikursi
tahun 2012 (per 31 Mei 2013) kasus dan duduk bersandar yang
penyakit terbanyak pasien rawat inap di memungkinkan klien dapat
rumah sakit umum pemerintah tipe A melakukannya dimana saja tanpa
adalah Anemia (20.077 kasus) dan menyita banyak waktu adalah relaksasi
Hipertensi (12.590 kasus), sedangkan autogenik (Limbong, Jaya, & Ariani,
pada rumah sakit tipe B adalah Diare 2015).
(9.404 kasus) dan Diabetes Melitus Penelitian tentang relaksasi
(8.370kasus). Pada rumah sakit tipe C, autogenik yang dilakukan oleh
dua besar penyakit terbanyak pasien M.Limbong, R.Jaya, Y.Ariani (2015)
rawat inap adalah Diabetes Melitus menyatakan bahwa relaksasi autogenik
(9.620 kasus) dan Hipertensi (7.355 dapat menurunkan kadar glukosa darah
kasus) (Kurniawan, 2017). pada pasien diabetes. Dan penelitian
Hasil studi pendahuluan yang Hartanti, Wardana, & Fajar (2015)
dilakukan peneliti survey di rawat inap tentang terapi imajinasi terpimpin
RSI Sakinah Mojokerto pada tanggal menurunkan hipertensi di Pekalongan
14 Oktober 2017. Hasil wawancara terbukti bahwa ada pengaruh
yang dilakukan perawat dan peneliti, pemberian terapi imajinasi terpimpin
dengan angka kejadian Diabetes terhadap penurunan tekanan darah pada
melitus dengan Hipertensi. Pada tahun pasien hipertensi.
2016 sebanyak 295 orang yang Autogenik adalah teknik relaksasi
menderita diabetes melitus dengan yang menggunakan serangkaian
pemusatan perhatian, dan ditujukan visual dan verbal yang membuat tubuh
untuk menimbulkan relaksasi dan merasa hangat, berat dan santai
meningkatkan kemampuan tubuh merupakan standar latihan relaksasi
dalam menyembuhkan dirinya sendiri. autogenik. Sensasi tenang, ringan, dan
Sebagaimana auto-hipnosis dan hangat menyebar ke seluruh tubuh
meditasi, sasarannya adalah agar kita merupakan efek yang bisa dirasakan
belajar cara membawa diri ke keadaan dari relaksasi autogenik.
rileks dengan melepas ketegangan otot- Tubuh merasakan kehangatan,
otot, dan mengatasi kecemasan dan merupakan akibat dari arteri perifer
kondisi psikosomatis lain tanpa yang mengalami vasodilatasi,
bantuan pelatih atau terapis (I. sedangkan ketegangan otot tubuh yang
Hadibroto, S. Alam. 2006: 60-61). menurun mengakibatkan munculnya
Autogenik adalah pengaturan diri atau sensasi ringan. Perubahan-perubahan
pembentukan diri sendiri. Istilah yang terjadi selama maupun setelah
otogenik secara spesifik menyiratkan relaksasi mempengaruhi kerja saraf
bahwa kita memiliki kemampuan untuk otonom. Efek menenangkan yang
mengendalikan beragam fungsi tubuh, ditimbulkan oleh relaksasi ini
seperti frekuensi jantung, aliran darah mengubah fisiologi dominan simpastis
dan tekanan darah. menjadi dominan sistem parasimpatis
Relaksasi otogenik menurut (I. Hadibroto, S. Alam. 2006: 60-61).
Greenberg (2002) akan mampu :
Menstimulasi kelenjar adrenal, paru- B. METODOLOGI
paru, pankreas dan hati untuk bisa Penelitian ini menggunakan jenis
membantu menjaga gula darah dalam penelitian Pra Eksperimental Design
batas normal. Menstimulasi sistem dengan menggunakan rancangan One
syaraf parasimpatis yang membuat otak Group Pretest-Posttest Design.
memerintahkan pengaturan renin Populasi targetnya adalah semua pasien
angiotensin pada ginjal sehingga diabetes melitus dengan hipertensi di
membantu menjaga tekanan darah Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto.
dalam batas normal. Menjaga organ- Populasi ini dilakukan secara infinite (
organ yang terluka, artinya dengan Jumlah tidak diketahui secara pasti )
relaksasi otogenik yang teratur maka dengan perkiraan jumlah populasi
akan menjaga pasien dari situasi-situasi sebanyak 295 pasien yang berasal dari
yang cepat berubah sehingga stressor ruang rawat inap Rumah Sakit Islam
terkurangi. Relaksasi akan mengurangi Sakinah Mojokerto pada periode tahun
stress dan tekanan, dimana hal ini 2016.
disebabkan oleh banyaknya masalah. Teknik sampling yang digunakan
Tekanan atau stressor yang banyak yaitu consecutive sampling sesuai
akan mempersulit seseorang dengan dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
DM dengan hipertensi, karena akan Pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan
mampu menaikkan tekanan darah dan hipertensi yang dirawat di RSI Sakinah
kadar glukosa darah. Mojokerto, bersedia menjadi responden
Relaksasi autogenik akan dan telah menandatangai informent
membantu tubuh membawa perintah consent, pasien sadar penuh (Compos
melalui autosugesti untuk rileks mentis), pasien yang dijadwalkan
sehingga dapat mengendalikan puasa.
pernafasan, tekanan darah, denyut Analisis statistik yang digunakan
jantung, serta suhu tubuh. Imajinasi meliputi usia, jenis kelamin dan
riwayat merokok dalam bentuk perempuan lebih dari setengah
distribusi frekuensi berupa presentase. menderita diabetes mellitus tipe 2
Jenis kelamin, Riwayat merokok, kadar dengan hipertensi dibandingkan dengan
glukosa darah, tekanan darah sistolik laik-laki.
dan diastolik berupa mean, nilai
minimum, nilai maksimum, dan standar TABEL 3
devisi. Uji normalitas yang digunakan N Riway Perlakuan
adalah Shapiro Wilk untuk mengetahui o. at
persebaran data normal/tidak. Merok Juml Present
Untuk analisis data berpasangan ok ah ase (%)
(pre and post test) pada variabel kadar
1 Merok 5 33,3 %
glukosa darah dan tekanan darah jika
ok
distribusinya normal digunakan uji
Paired t-test karena kadar glukosa 2 Tidak 10 66,7 %
darah dan tekanan darah berskala merok
Rasio, jika tidak normal digunakan uji ok
Wilcoxon sign rank test. Jumlah 15 100 %

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel distribusi 4.2.3


TABEL 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
Klasifikasi Perlakuan responden yang menderita diabetes
Usia
Frekuensi Presentase (%) mellitus tipe 2Min
Mean dengan Max
hipertensi tidak
memiliki riwayat merokok.
30 – 60 8 53,5 % 55,53 31 71
tahun TABEL 4
> 60 tahun 7 46,8 % N De Perlakuan
Jumlah 15 100 % o scri
. pti Fr Pre M M M
Berdasarkan tabel ditribusi 4.2.1 ve ek sen e i a
menunjukkan bahwa data responden ue tas a n x
yang menderita diabetes mellitus tipe 2 nsi e n
dengan hipertensi usia 30-60 tahun (%
lebih dari setengah. )
1 KG 2 1 3
TABEL 2 . D 8 6 8
N Jenis Perlakuan Pre 15 10 7, 7 5
o. Kelami 0 6
n Juml Present %
ah ase (%) 2 Sy 1 1 1
. ast 6 4 8
1 Laki- 6 40 % ole 1, 4 1
laki Pre 4
2 Peremp 9 60 % 7
uan
Jumlah 15 100 % 3 Dia 9 8 1
. stol 9, 8 2
Berdasarkan tabel distribusi 4.2.2 e 2 0
menunjukkan bahwa responden Pre 7
Jumla 15 10 Berdasarkan tabel 4.3.2
h 0 menunjukkan bahwa hasil uji
% descriptive Kadar Glukosa Darah dan
Tekanan Darah post intervensi pada
Berdasarkan tabel 4.3.1 pasien diabetes mellitus tipe II dengan
menunjukkan bahwa hasil uji hipertensi sejumlah 15 responden
descriptive kadar glukosa darah dan diberi perlakuan yang sama dan
tekanan darah pre intervensi pada pengukuran yang sama post intervensi
pasien diabetes mellitus tipe II dengan didapatkan bahwa kadar glukosa darah
hipertensi sejumlah 15 responden mengalami penurunan sebesar 50,73
diberi pengukuran yang sama mg/dL dan tekanan darah siastolik
didapatkan hasil pre intervensi Kadar diastolik mengalami penurunan dengan
Glukosa Darah Minimal 167 mg/dL; sistolik 8,2 mmHg dan diastolik 12,4
Maximal 385 mg/dL; Mean 287,6, pre mmHg.
intervensi tekanan darah syastole TABEL 6
Minimal 144 mmHg; Maximal 181 Tests of Normality
mmHg; Mean 161,47, Pre intervensi
Kolmogorov-Smirnova
tekanan darah diastole Minimal 88
mmHg; Maximal 120 mmHg; Mean Statistic Df Sig. Sta
*
99,27. GDPre ,171 15 ,200
GDPost ,117 15 ,200*
TABEL 5 SysPre ,135 15 ,200*
N Des Perlakuan DiasPre ,264 15 ,006
o crip SysPost ,124 15 ,200*
. tive Fre Per M M M S DiasPost ,135 15 ,200*
ku sen ea i a el *. This is a lower bound of the true significanc
ens (% n n x is a. Lilliefors Significance Correction
i ) ih Keterangan : Uji normalitas Pvalue
1 KG 2 1 3 5 >0,05. Hasil pre intervensi dan
. D 3 4 1 0, post intervensi berditribusi
Pos 15 10 6, 8 0 7 normal karena nilai >0,05.
t 0 8 3 Dikarenakan hasil berdistribusi
% 7 normal, peneliti selanjutnya
melakukan uji Paired Sample
2 Sya 1 1 8, Test.
. stol 5 1 7 2
e 3, 3 2
Pos 2 5
t 7
3 Dia 8 1 1
. stol 6, 7 0 2,
e 8 8 1 4
Pos 7
t
Jumlah 15 10 TABEL 7
0 Paired Diffe
%
Mean Std. Std.
setelah dilakukan
Deviati Error relaksasi
Interval ofautogenik
the
selama
on tiga
Meanhari sebanyak 6 x berturut-
Difference
turut dapat menurunkan kadar glukosa
darah sebesar 50,73 Lowermg/dL,Upper
tekanan
Pair 1 KGD Pre – Post 50,7 darah
30,05 sistolik
7,75 sebesar 8,02
34,09 mmHg
67,37 dan
tekanan ,000
Intervensi 3333 344 darah 977 diastolik
029 sebesar638 12,4
mmHg.
Pair 2 TD sys Pre-Post 8,20 9,374Peneliti
2,42 berpendapat
3,008 13,39bahwa ,004
Intervensi 000 74
relaksasi 055
autogenik 44adalah 156 teknik
relaksasi yang menyebabkan seseorang
Pair 3 TD dyas Pre- 12,4 4,968 1,28 9,648 15,15
berada dalam keadaan rileks dan ,000
Post Intervensi 0000 47 285 55 145
berefek langsung terhadap sistem saraf
Keterangan : otonom, menyebabkan penurunan kerja
Paired Sample Test Pvalue <0,05. Hasil sistem saraf simpatis, peningkatan
ada pengaruh antara pre intervensi dan kerja sistem saraf parasimpatis,
post intervensi karena nilai Sig.(2- penurunan pengeluaran
tailed) ,000 artinya Pvalue <0,05. counterregulatory hormon epinefrin,
Dari hasil uji statistik penelitian glukagon, adrenocorticotropic hormone
pada uji normalitas diatas dapat (ACTH), kortikosteroid, kotisol dan
disimpulkan bahwa salah satu nilai tiroid) sehingga kadar glukosa darah
Pvalue berdistribusi normal yaitu menurun.
Pvalue<0,05 maka ditarik kesimpulan Sesuai dengan teori yang sudah
selanjutnya peneliti menggunakan uji ada relaksasi autogenik diketahui dapat
Paired Samples test hasilnya membantu menurunkan kadar glukosa
menunjukkan ada pengaruh antara pre darah pada pasien diebetes mellitus
dan post intervensi karena nilai karena dapat menekan pengeluaran
Pvalue<0,05 menunjukkan hasil nilai hormon-hormon yang dapat
Pvalue=0,000<0,05 yang berarti ada meningkatkan kadar glukosa darah.
pengaruh yang signifikan kadar Epinefrin bereaksi pada hati
glukosa darah dan tekanan darah antara meningkatkan konversi glikogen
sebelum dan sesudah diberikan menjadi glukosa dalam keadaan stres.
intervensi diketahui jumlah responden Kortisol memiliki efek meningkatkan
15 setelah diberikan 6x perlakuan metabolisme glukosa, sehingga asam
relakasasi autogenik mengalami amino, laktat, dan pirufat diubah di hati
penurunan kadar glukosa darah dan menjadi glukosa (glukoneogenesis)
tekanan darah. akhirnya menaikkan kadar glukosa
PEMBAHASAN darah. Glukagon meningkatkan kadar
Hasil analisa data pada tabel 7 diatas glukosa darah dengan cara
menunjukkan bahwa nilai p value pada mengkonversi glikogen dihati (bentuk
kadar glukosa darah adalah 0,000, karbohidrat yang tersimpan pada
tekanan darah sistolik 0,004, dan mamalia) menjadi glukosa, sehingga
tekanan darah diastolik setelah glukosa darah menjadi naik. ACTH dan
intervensi adalah 0,000, artinya ada glukokortikoid pada korteks adrenal
perbedaan yang signifikan dari kadar dapat meningkatkan kadar glukosa
glukosa darah dan tekanan darah darah dengan cara meningkatkan
sistolik diastolik sebelum dan sesudah pembentukan glukosa baru oleh hati.
dilakukan terapi relaksasi autogenik. ACTH dan glukokortikoid juga
Dari penelitian ini didapatkan bahwa meningkatkan lipolisis dan katabolisme
karbohidrat (Smeltzer, Bare, Hinkle, & sekuncup, curah jantung yang
Cheever, 2008 dalam A, Kuswandi et menghasilkan suatu efek inotropik
al (2015)). negative. Keadaan tersebut
Peneliti juga berpendapat bahwa mengakibatkan penurunan volume
relaksasi autogenik dapat menurunkan sekuncup dan curah jantung, pada otot
tekanan darah karena adanya rangka beberapa serabut vasomotor
penurunan aktivitas simpatis sehingga mengeluarkan asetilkolin yang
dapat merileksasi otot polos pembuluh menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
darah. Selain itu relaksasi autogenik Akibat penurunan curah jantung,
akan merangsang otak untuk kontraksi otot serat-serat jantung dan
mengeluarkan hormon serotonin. volume darah membuat tekanan darah
Horman serotonin akan memberikan menjadi menurun (Putra, 2013).
efek untuk meningkatkan reflek
baroreseptor. Meningkatnya reflek KESIMPULAN DAN SARAN
baroreseptor dapat merangsang pusat Berdasarkan hasil penelitian dan
saraf parasimpatis sehingga frekuensi pembahasan maka dapat diambil
denyut jantung dan kekuatan kontraksi kesimpulan sebagai berikut :
jantung berkurang akibatnya tekanan 1. 1. Gambaran kadar glukosa darah dan
darah menurun. tekanan darah sebelum dilakukan terapi
Mekanisme relaksasi nafas dalam relaksasi autogenik tinggi.
pada sistem pernafasan berupa suatu 2. 2. Gambaran kadar glukosa darah dan
keadaan inspirasi dan ekspirasi tekanan darah sesudah dilakukan terapi
pernafasan dengan frekuensi pernafasn relaksasi autogenik mengalami
6-10 kali permenit sehingga terjadi penurunan.
peningkatan pereganggan3. 3. Ada pengaruh pemberian terapi
kardiopulmonari. Stimulus peregangan relaksasi autogenik terhadap kadar
di arkus aorta dan sinus karotis glukosa darah dan tekanan darah pada
diterima dan diteruskan oleh saraf penderita diabetes mellitus tipe 2
vagus ke medula oblongata (pusat dengan hipertensi.
regulasi kardiovaskuler), selanjutnya 4. Saran
merespon terjadinya peningkatan reflek Bagi Masyarakat dan Responden
baroreseptor. Implus aferen dari Saran bagi masyarakat untuk
baroreseptor mencapai pusat jantung lebih memahami lagi tentang gejala,
yang akan merangsang aktivitas saraf penyebab, dan penanganan diabetes
parasimpatis dan menghambat pusat melitus dengan hipertensi sehingga
simpatis (kardioakselerator), sehingga mampu berupaya dan ber motivasi
menyebabkan vasodilatsi sistemik, mengendalikan berbagai faktor resiko
penurunan denyut dan daya kontraksi dan menanggulangi komplikasi dari
jantung. Sistem parasimpatis yang diabetes mellitus itu sendiri. Serta bisa
berjalan ke SA node melalui saraf menerapkan teknik relaksasi autogenik
vagus melepaskan neurotransmitter sebagai terapi nonfarmakologis untuk
asetilkolin yang menghambat mengontrol kadar gula darah dan
kecepatan depolarisasi SA node, tekanan darah yang tinggi.
sehingga terjadi penurunan kecepatan
denyut jantung. Perangsangan system Bagi Institusi penelitian di RSI
saraf parasimpatis ke bagian-bagian sakinah Mojokerto
miokardium lainnya mengakibatkan Agar dapat menerapkan teknik
penurunan kontraktilitas, volume relaksasi autogenik sebagai
pendamping dari terapi farmakologis Tahun 2013, (Dm), No.4 Diakses
untuk menurunkan kadar glukosa darah Pada Tanggal 26 November 2017,
dan tekanan darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 dengan hipertensi. Hasil Stephen J.Mcphee & William
penelitian ini diharapkan dapat dibuat F.Ganong. 2012. Patofisiologi
sebagai acuan bagi institusi penelitian Penyakit Pengantar Menuju
untuk menurunkan kadar glukosa darah Kedokteran Klinis. Jakarta : Egc
dan tekanan darah pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 dengan Kamaluddin, R. (2010). Pengalaman
hipertensi. Pasien Hipertensi Yang Menjalani
Bagi Institusi pendidikan Terapi Komplementer Bekam Di
Agar dapat menjadikan dokumen Kabupaten Banyumas, Hal 26,
ini sebagai bahan pertimbangan untuk Diakses Pada Tanggal 26
mengembangkan pengetahuan ilmu November 2017,
keperawatan, dan sebagai acuan
mengenai terapi nonfarmakologis yang Amir, S. M. J. (2015). Kadar Glukosa
akan diberikan pada pasien. Hasil Darah Sewaktu Pada Pasien
penelitian ini diharapkan dapat Diabetes Melitus Tipe 2 Di
dijadikan sebagai sumber ilmu atau Puskesmas Bahu Kota Manado,
referensi baru bagi para mahasiswa dan Vol 3, No.1, Hal 33, Diakses
pendidik sehingga dapat menambah Pada September 2017.
wawasan ilmu dan pengetahuan yang
lebih luas. diabetes, L. B., International, M.,
Bagi Peneliti Selanjutnya Federation, D., & Idf, D. (2012).
Dari hasil penelitian ini, Peranan Tidur Tehadap Kadar
diharapkan dapat dijadikan sebagai Gula Darah Dan Status Gizi,
tambahan masukan dan sumber bagi 6(Dm), Vol.6, Hal 1–6, Diakses
peneliti selanjutnya untuk melakukan Pada September 2017.
penelitian dengan jumlah variabel yang
lebih bervariasi, dengan jumlah sampel A. Kurniawan. (2017). Pengaruh
yang lebih banyak dan waktu yang Pemberian Teknik Relaksasi Otot
lebih lama agar hasil yang diharapkan Progesif Terhadap Penurunan
maksimal dan lebih akurat. Penelitian Tekanan Darah Pada Pasien
ini hanya membandingkan pre dan post Hipertensi, Diakses Pada
setelah diberikan intervensi, dan September 2017.
mungkin bisa dikembangkan lagi
dengan pemberian intervensi Limbong, M., Jaya, R. D., & Ariani, Y.
nonfarmakologis yang lainnya. (2015). Pengaruh Relaksasi
Autogenik Terhadap Kadar Gula
Darah Pada Pasien Diabetes
DAFTAR PUSTAKA Melitus Tipe Ii, Vol. 2, No.5, Hal :
3, Diakses Pada September 2017.
wulandari, P. (2014). Analisis Faktor-
Faktor Yang Berhubungan A. Kuswandi, R. Sitorus, D.Gayatri,
Dengan Kadar Gula Darah Pada 2015, Pengaruh relaksasi terhadap
Penderita Diabetes Mellitus (Dm) penurunan kadar gula darah pada
Tipe-2 Di Rsud Tugurejo pasien diabetes mellitus tipe 2 di
Semarang Periode September Rumah Sakit di Tasikmalaya,
Diakses pada Juni 2018. (Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan)
Dengan Kejadian Hipertensi Di
wardana, D. P., & Fajar, R. A. (2015). Propinsi Kepulauan Bangka
*** Perbedaan Efektivitas Terapi Belitung Tahun 2007, Hal 7-27,
Imajinasi Terbimbing Dengan Diakses Pada Oktober 2017.
Terapi Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tekanan Darah, Diakses Tambayong, J. 2012. Patofisiologi
Pada September 2017. Untuk Keperawatan. Jakarta : Egc

Nuarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Nurasiyah, S. H. (2016). Gambaran


Keperawatan Berdasarkan Tekanan Darah Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Posisi Tubuh Pada Pasien
(North American Nursing Hipertensi Di Kelurahan Ciamis
Diagnosis Association) Nic-Noc. Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis
Yogyakarta : Mediaction Tahun 2016, Hal 1-36, Diakses
Pada Oktober 2017,
R. Dafianto, 2016, Progressive Muscle
Relaxation terhadap kadar gula Nuraini, B. (2015). Risk Factors Of
darah di kabupaten Jember, Hypertension. J Majority, 4(5),
Diakses pada Oktober 2017 10–19.

Soegondo, S. Soewondo, P. Subekti, I. Pusparani, I. D. 2016. Gambaran Gaya


2011. Jakarta : Balai Penerbit Fkui Hidup Pada Penderita Hipertensi
Di Puskesmas Ciangsana
Muladi. (2017). Hubungan Status Gizi Kecamatan Gunung Putri
Dan Kadar Gula Darah, Hal 7–22, Kabupaten Bogor.
Diakses Pada Oktober 2017,
Http://Repository.Unimus.Ac.Id. Pramana, L. D. Y. 2016. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Saskia, T. I. (2012). Perbedaan Kadar Tingkat Hipertensi Di Wilayah
Glukosa Darah Sewaktu Dan Kerja Puskesmas Demak Ii,
Status Gizi Berdasarkan Kualitas Diakses Pada Oktober 2017.
Tidur Pada Mahasiswa Angkatan
2012 Fakultas Kedokteran Nelli Sapitri, Suyanto, W. R. B. 2016.
Universitas Lampung, Diakses Analisis Faktor Risiko Kejadian
Pada Oktober 2017. Hipertensi Pada Masyarakat Di
Pesisir Sungai Siak Kecamatan
Qurratuaeni. (2009). Faktor-Faktor Rumbai Kota Pekanbaru. Jom Fk,
Yang Berhubungan Dengan Vol 3, No.1, Hal 1–15, Diakses
Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Oktober 2017.
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di
Rumah Sakit Umum Pusat (Rsup) Mannan, H., Wahiduddin, &
Fatmawati Jakarta Tahun 2009, Rismayanti. (2012). Faktor Risiko
Hal 31–35, Diakses Pada Oktober Kejadian Hipertensi Di Wilayah
2017. Kerja Puskesmas Bangkala
Kabupaten Jeneponto Tahun 2012.
Lidya, H. A. (2009). Hubungan Antara
Variabel Karakteristik Demografi Soenarta, A. A., Erwinanto, Mumpuni,
A. S. S., Barack, R., Lukito, A. Beluk Pengobatan Alternatif Dan
A., Hersunarti, N., … Pratikto, R. Komplementer. Jakarta : Bhuana
S. 2015. Pedoman Tatalaksana Ilmu Populer ( Hal 60-61 ).
Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. In Pedoman Putra, E.K, 2013. Pengaruh Relaksasi
Tatalaksana Hipertensi Pada Nafas Dalam Terhadap Perubahan
Penyakit Kardiovaskuler (Vol. 1). Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi di Wilayah Kecamatan
.Nilawahyuni, Wibawa, Karas Kabupaten Magetan,
Luhnopiandayani, Nikowinaya, & Diaskes Pada Oktober 2018.
Vidiarijuhanna, 2015. Penelitian
Perbedaan Efektivitas Progressive Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan
Muscle Relaxation Dengan Slow Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Deep Breathing Exercise Graha Ilmu.
Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Hipertensi Derajat I Setiadi. (2013). Konsep Dan Penulisan
Di Kota Denpasar, Diakses Pada Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Oktober 2017. Graha Ilmu.

Tarakolo, B. A. (2014). Profil Sugiyono. (2008). Statistika Untuk


Penggunaan Obat Hipertensi Penelitian. Bandung. Cv. Alfabeta
Golongan Angiotensin Converting Sugiyono. (2010). Statistika Untuk
Enzym (Ace) Inhibitor Di Blud Penelitian. Bandung. Cv. Alfabeta
Rsud Dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo Kabupaten Kapuas, Nursalam. (2016). Metode Penelitian
Hal 1–44, Diakses Pada Oktober Ilmu Keperawatan Pendekatan
2017. Praktis (Edisi 4). Jakarta: Salemba
Medika.
Rabiatul, U. (2014). Persepsi Lansia
Dengan Upaya Pencegahan
Hipertensi Di Bumi Asri Rw Iv
Kelurahan Sambiroto Semarang,
Diakses Pada Oktober 2017.

Rahman, M.A, 2016, Pengaruh Terapi


Bekam Terhadap Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Klinik
Bekam Abu Zaky Mubarak,
Diakses Pada Oktober 2017.

Aisyah, C. S. (2010). Efektifitas


Relaksasi Dalam Menurunkan
Keluhan Fisik Pada Penderita
Migren Diklinik Kampus Iain
Sunan Ampel Surabaya, Vol Viii,
No.30, Hal 7–42, Diakses Pada
Oktober 2017.

I. Hadibroto, S. Alam. 2006. Seluk

Anda mungkin juga menyukai