Anda di halaman 1dari 8

10

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

UPAYA PENURUNAN GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN SLOW DEEP


BREATHING EXERCISE PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II
DI RSU UKI JAKARTA TIMUR

Yanti Anggraini
Dosen Prodi DIII Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia, Jakarta
Email: Yanti.anggraini@uki.ac.id

ABSTRAK
Secara global, pasien diabetes mellitus sejumlah 463 juta orang pada tahun 2019 dan akan
terus meningkat sampai 578 juta pasien diabetes mellitus pada tahun 2030 dan 700 juta
pasien diabetes mellitus pada tahun 2045. Salah satu terapi komplementer yang dilakukan
adalah latihan slow deep breathing exercise yang dapat membantu menurunkan kadar gula
darah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Eksperimental dengan jenis design One
Group Pretest-PostTest dimana kelompok perlakukan diukur kadar gula darah sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi slow deep breathing exercise selama empat hari. Hasil
penelitian didapatkan ada perbedaan gula darah sebelumdan sesudah intervensi Slow Deep
Breathing Exercise dengan p-value 0,000 (<0,01). Slow deep breathing exercise terbukti
dapat membantu menurunkan kadar gula darah di dalam tubuh pasien diabetes mellitus
selama empat hari dimana latihan ini dilakukan tiga kali sehari. Direkomendasikan agar
pasien diabetes mellitus dapat melakukan slow deep breathing exercise sebagai latihan
mandiri tiga hari sekali dirumah.

Kata Kunci: gula darah, Slow Deep Breathing Exercise, diabetes mellitus

PENDAHULUAN sampai 578 juta pasien diabetes mellitus


Penyakit Tidak Menular (Non pada tahun 2030 dan 700 juta pasien
Communicable Disease) merupakan diabetes mellitus pada tahun 2045
penyakit yang menyebabkan kematian (International Diabetes Federation, 2019).
secara global yang diperkirakan 57 juta Di Amerika, pasien diabetes sejumlah
orang. Penyakit tidak menular terdiri dari 34,2 juta orang dan pasien yang
penyakit kardiovaskular, penyakit kanker, terdiagnosa diabetes mellitus sejumlah
penyakit kronik pernafasan dan diabetes 26,9 juta orang pada tahun 2018 (Centers
mellitus (WHO, 2018). Penyakit Diabetes For Disease control And Prevention,
Mellitus adalah penyakit kronis progresif 2020). Di Asia Tenggara, prevalence
yang ditandai dengan ketidakmampuan pasien Diabetes Mellitus 87,6 juta orang
tubuh untuk melakukan metabolisme dan pada Indonesia, pasien diabetes
karbohidrat, lemak dan protein (Black & mellitus sejumlah 10,7 juta orang (Saeedi
Hawks, 2009). et all, 2019:).
Penyakit diabetes mellitus Penatalaksanaan keperawatan
merupakan salah satu keadaan darurat pasien diabetes mellitus adalah
yang bertumbuh paling cepat secara global mempertimbangkan nutrisi yang tepat,
pada abad ke 21. Secara global, pasien aktivitas fisik secara teratur, berhenti
diabetes mellitus sejumlah 463 juta orang minum alkohol dan melakukan terapi
pada tahun 2019 dan akan terus meningkat komplementer (Black & Hawks, 2014).
11

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

Salah satu terapi komplementer yang parasimpatis. Saat saraf simpatis menurun,
dilakukan adalah latihan slow deep pembuluh darah menjadi lebih elastis dan
breathing exercise yang dapat sirkulasi darah lebih lancar sehingga
menurunkan atau mengurangi stress, membuat pernapasan menjadi lebih lancar,
kecemasan pasien, penurunan tekanan tubuh menjadi hangat, melancarkan sistem
darah, meningkatkan fungsi paru-paru dan metabolisme, dan kerja jantung lebih
saturasi oksigen serta membantu ringan (Tombokan, M., Ardi, A. M.,
menurunkan kadar gula darah (Tarwoto, Hamka, F., & Dalle, A, 2020).
2012). Dalam proses metabolisme, insulin
Slow Deep Breathing adalah teknik mempunyai peran yang penting. Dalam
bernapas secara dalam, lambat, dan rileks keadaan normal, insulin berfungsi untuk
yang dilakukan secara sadar yang mampu memasukkan glukosa dalam sel untuk
memberikan respon relaksasi. Slow Deep menghasilkan energi. Tetapi pada pasien
Breathing Exercise ini dilakukan dengan DM tipe 2, jumlah insulinnya tidak cukup
mengatur posisi responden senyaman atau keadaan insulin yang dihasilkan tidak
mungkin dengan duduk atau berbaring. bagus (resistensi insulin). Sehingga karena
Setelah itu, kedua tangan responden adanya kelainan di dalam sel walaupun
diminta untuk diletakkan di atas perut. reseptornya ada dan insulinnya juga ada,
Lalu, menganjurkan menarik nafas secara pintu masuk ke dalam sel tidak mampu
dalam dan perlahan melalui hidung selama terbuka. Sehingga gula darah tidak mampu
tiga detik, saat menarik nafas rasakan untuk masuk ke dalam sel untuk di bakar
perut mengembang. Kemudian, responden (dimetabolisme). Dengan menurunnya
diminta untuk menahan napasnya selama metabolisme akan terjadi penurunan
tiga detik. Lalu, hembuskan napas melalui proses glukogenolisis glukoneogenesis,
mulut secara pelan selama 6 detik dan dan glukogenesis. Saat proses tersebut
merasakan perut bergerak ke arah bawah. menurun, kebutuhan akan insulinpun
Responden diminta untuk mengulanginya menurun. Jika insulin menurun, maka
kembali selama 10 menit(Tombokan, M., kadar gula didalam darah juga ikut
Ardi, A. M., Hamka, F., & Dalle, A, menurun (Tombokan, M., Ardi, A. M.,
2020). Hamka, F., & Dalle, A, 2020).
Dengan melakukan Slow Deep Hasil penelitian yang dilakukan
Breathing Exercise secara sering dapat oleh Tartowo (2012) terhadap 20
membuat respon saraf parasimpatis responden pasien diabetes mellitus tipe 2
meningkat dan respon saraf simpatik dalam masing-masing kelompok
menurun, frekuensi kardiovaskuler dan intervensi dan kelompok kontrol di
pernafasan meningkat, stress berkurang . puskesmas kecamatan pasar minggu dan
Slow Deep Breathing Exercise mampu cilandak dimana didapatkan terdapat
mengirimkan sinyal ke otak dan juga perbedaan kadar gula darah sebelum dan
sistem limbik yang mengendalikan sesudah intervensi slow deep breathing
aktivitas tubuh, misalkan emosi, bangun, exercise dengan p-value 0,032 (<0,05).
rasa lapar, tidak tidur, dan pengaturan Pada kelompok intervensi sebelum
mood. Saraf simpatis bekerja saat Individu intervensi, mean kadar gula darah yaitu
sedang melakukan aktivitas tubuh. 246,10 dan sesudah intervensi mean kadar
Sedangkan, saat sedang rileks/beristirahat gula darah yaitu 226,40. Pada kelompok
maka yang akan bekerja adalah saraf kontrol, intervensi sebelum intervensi,
12

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

mean kadar gula darah yaitu 225,85 dan Besar sampel dalam penelitian ini
sesudah intervensi mean kadar gula darah adalah 30 pasien diabetes mellitus yang
yaitu 243,65. dipilih secara random sampling. Menurut
Penelitian ini dilakukan di RSU Sastroasmoro & Ismail (2011), sampel
UKI Jakarta karena ditemukan fenomena dihitung menggunakan rumus Rule of
angka kejadian pasien diabetes mellitus Thumb adalah jumlah subjek yang
yang tinggi sejumlah 2.163 orang dan diperlukan adalah antara 5-50 kali jumlah
ditemukan penanganan pasien diabetes independen. 9 X (usia, jenis kelamin dan
mellitus lebih banyak menggunakan pekerjaan). 9 X 3 = 27 pasien. Namun
farmakologi dan jarang melakukan slow kemungkinan berkurangnya sampel
deep breathing exercise yang diantisipasi agar presisi (ketelitian)
mengakibatkan pasien sering cemas penelitian terjaga. Menurut Thabane
karena takut gula darah naik. Kecemasan dalam Murti (2010) rumus untuk
membuat gula darah pasien meningkat dan mengantipasi berkurangnya subyek adalah
bisa membuat pasien masuk rawat inap sebagai berikut: N=n/1-L. Jika
kembali. Tujuan penelitian ini adalah dimasukkan dalam rumus, maka
untuk mengetahui upaya penurunan gula perhitungannya: N= 27/1-0,1 = 30 sampel.
darah dengan menggunakan slow deep Dengan demikian jumlah sampel yang
breathing exercise pada pasien diabetes perlu ditambahkan adalah 3. Maka jumlah
mellitus tipe II. keseluruhan sampel dalam penelitian
adalah 30 sampel.
METODE Variabel yang diteliti dalam
Jenis penelitian ini merupakan penelitian ini yaitu kadar gula darah
penelitian Eksperimental dengan jenis sebagai variabel dependen dan slow deep
design One Group Pretest-PostTest breathing exercise sebagai variabel
dimana kelompok perlakukan diukur kadar independen. Instrumen yang digunakan
gula darah sebelum dan sesudah dilakukan dalam penelitian ini adalah alat gula darah
intervensi slow deep breathing exercise sebagai alat untuk mengukur gula darah
selama empat hari. Populasi penelitian ini dan lembar observasi untuk
adalah pasien diabetes mellitus yang mengumpulkan data karakteristik dan hasil
berkunjung ke Rumah Sakit di Jakarta pengukuran gula darah responden.
Timur. Kriteria inklusi penelitian ini Responden diukur gula darah dan tanda-
adalah pasien diabetes mellitus tipe II, tanda vital dalam posisi duduk atau
pasien yang bersedia melakukan slow berbaring kemudian diajarkan slow deep
deep breathing exercise dalam tiga kali breathing exercise selama 15 menit.
sehari, pasien berumur diatas 17 tahun, Latihan slow deep dreathing exercise
pasien bisa membaca serta menulis dan dilakukan tiga kali sehari selama empat
pasien rawat inap. Kriteria eksklusi hari. Hari terakhir diambil post test berupa
penelitian ini adalah pasien yang tidak pengukuran gula darah setelah pasien
rutin mengkomsumsi obat diabetes melakukan slow deep breathing exercise.
mellitus, pasien yang tidak Untuk analisa univariat menggunakan
menandatangani inform consent dan SPSS frekuensi dan analisa bivariat
pasien diabetes mellitus tipe I atau menggunakan paired sample T-test.
gestational. Kebaharuan penelitian ini adalah
slow deep breathing exercise dilakukan 3
13

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

kali sehari untuk mendapatkan hasil kadar (<0.01)


gula darah yang akurat dibandingkan 1. Perbedaan Gula 0.000
penelitian yang dilakukan oleh Siswanti & Darah Sebelum dan
Suwarto (2019) yang melakukan Sesudah Intervensi
penelitian mengajarkan Slow Deep Slow Deep Breathing
Breathing Exercise 2X sehari pada pasien Exercise
diabetes mellitus. Pada penelitian ini juga
peneliti memotivasi pasien melakukan Berdasarkan tabel 1 didapatkan
Slow Deep Breathing Exercise secara responden usia dewasa (26-45 tahun)
mandiri di rumah agar kadar gula darah berjumlah 5 orang (16.7%), responden
tidak naik. usia lansia (46-65 tahun) ada 19 orang
(63.3%) dan responden lansia lanjut (>65
HASIL tahun) berjumlah 6 orang (20%).
Tabel 1. Karakterisktik Responden Berdasarkan jenis kelamin, responden
NO Karakteristik Frekuensi % laki-laki berjumlah 11 orang (36.7%) dan
1. Usia perempuan ada 19 orang (63.3%).
Dewasa: 26- 5 16.7 Berdasarkan pekerjaan, responden bekerja
45 tahun ada 12 orang (40%) dan responden tidak
Lansia: 46-65 19 63.3 bekerja berjumlah 18 orang (60%).
tahun Berdasarkan tabel 2 didapatkan nilai rata-
Lansia lanjut: 6 20.0 rata gula darah responden sebelum
> 65 tahun intervensi 287.9 mg/dl dan sesudah
2. Jenis Kelamin dilakukan intervensi, nilai rata-rata gula
Laki-laki 11 36.7 darah responden 183.07 mg/dl.
Perempuan 19 63.3 Berdasarkan tabel 3 didapatkan ada
perbedaan gula darah sebelumdan sesudah
3. Pekerjaan
intervensi Slow Deep Breathing Exercise
Bekerja 12 40.0
dengan p-value 0,000 (<0,01) .
Tidak Bekerja 18 60.0
PEMBAHASAN
Tabel 2. Nilai Rata-Rata (Mean) Gula Berdasarkan hasil penelitian
Darah Sebelum Dan Sesudah Intervensi bivariat diatas bahwa Ada perbedaan
Slow Deep Breathing Exercise signifikan gula darah sebelum dan sesudah
NO Karakteristik Gula Darah Mean tindakan keperawatan. Hasil penelitian ini
1. Nilai rata-rata gula darah 287.9 sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sebelum dilakuan oleh Tartowo (2012) terhadap 20
intervensi responden pasien diabetes mellitus tipe 2
2. Nilai rata-rata gula darah 183.07 dalam masing-masing kelompok
sesudah dilakuan intervensi dan kelompok kontrol di
intervensi puskesmas kecamatan pasar minggu dan
cilandak dimana didapatkan terdapat
Tabel 3. Perbedaan Gula Darah perbedaan kadar gula darah sebelum dan
Sebelum dan Sesudah Intervensi Slow sesudah intervensi slow deep breathing
Deep Breathing Exercise exercise dengan p-value 0,032 (<0,05).
No Variabel P-Value
14

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan meningkatkan glikogen menjadi


dengan hasil penelitian yang dilakukan glukosa bila seseorang dalam keadaan
oleh Nusantoro, A. P., & Listyaningsih, K. stress. Kortisol mempunyai efek
D. (2018) terhadap 40 responden pasien meningkatkan metabolisme glukosa
diates mellitus dimana responden tersebut sehingga asam amino, laktat dan pirufat
dibagi dalam 2 kelompok intervensi dan diubah dihati menjadi glukosa
kontrol. Kelompok intervensi dan kontrol (glukoneogenesis) akhirnya menaikkan
masing-masing berjumlah 20 responden. kadar gula darah. Glukagon membuat
Kelompok intervensi diajarkan Slow Deep kadar gula darah meningkat dengan cara
Breathing Exercise 2 kali seminggu dalam membuat glikogen menjadi glukosa di hati
4 minggu. Kelompok kontrol hanya sehingga gula darah meningkat. ACTH
diobservasi tanpa diberikan intervensi. dan glukokortikoid meningkatkan lipolisis
Hasil penelitian menunjukan kelompok dan katabolisme karbohidrat. Dengan
intervensi terjadinya penurunan kadar gula demikian, slow deep breathing exercise
darah yang significant dengan p-value bisa membantu menurunkan kadar gula
0.000 (<0.005) dengan hasil gula darah darah karena dapat 1). menekan
awal yaitu 223,75 dan sesudah Slow Deep pengeluaran epinefrin sehingga
Breathing Exercise kadar gula darah menghambat konversi glikogen menjadi
menurun menjadi 197,40. Sedangkan glukosa; 2). menekan pengeluaran kortisol
kelompok kontrol terjadi peningkatan hasil dan menghambat metabolisme glukosa
gula darah dengan nilai mean sebelum sehingga asam amino, laktat dan pirufat
Slow Deep Breathing Exercise yaitu tetap disimpan dalam hati yang berbentuk
215,55 dan sesudah Slow Deep Breathing glikogen (energi cadangan); 3). menekan
Exercise gula darah menjadi 231,60 pengeluaran glucagon dan menghambat
Peneliti berasumsi bahwa teknik konversi glikogen menjadi glukosa di hati;
relaksasi nafas dalam membuat responden 4). menekan ACTH dan glukokortikoid
menjadi rileks. Saat kondisi rileks akan pada korteks adrenal sehingga menekan
mengakibatkan perasaan tenang seperti pembentukan glukosa baru di hati. Selain
denyut jantung berdetak normal, itu, lipolisis dan katabolisme karbohidart
kecepatan metabolisme tubuh menurun dapat ditekan yang dapat menurunkan
sehingga mencegah gula darah meningkat. kadar gula darah.
slow deep breathing exercise dapat Meninggi nya kadar glukosa darah
mencegah keluarnya hormone-hormon di sebabkan salah satunya karena faktor
yang bisa membuat gula darah meningkat, kecemasan yang ada pada penderita
contoh adrenocorticotropic hormone diabetes melitus tidak kunjung turun
(ACTH), kortisol, glukagon, (Nusantoro, A. P., & Listyaningsih, K. D,
kortikosteroid , epinefrin dan tiroid. 2018). Pasien dengan Diabetes Melitus
Hal ini sesuai dengan pernyataan akan menanggung sejumlah beban yang
Kuswandi, A., Sitorus, R., & Gayatri, D. harus dijalaninya setiap waktu sepanjang
(2008) bahwa slow deep breathing hidupnya, baik itu beban secara fisik
exercise dapat menekan pengeluaran maupun psikis, beban psikis diantaranya
hormon-hormon yang meningkatkan gula yaitu perasaan tidak berdaya, putus asa,
darah seperti epinefrin, kortisol, glukagon, depresi, cemas, tidak nyaman, dan lain
adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan sebagainya. Hal itulah yang dapat
tiroid. Epinefrin bekerja di dalam hati meningkatkan kadar glukosa darah pada
15

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

penderita (Rochmawati, 2011 dalam A. N., Yunus, M., & Gayatri, R. W.


Nusantoro, A. P., & Listyaningsih, K. D, (2018) terhadap 88 pasien diabetes
2018) . mellitus tipe 2 di puskesmas Kendalkerep
Menurut hasil penelitian data Kota Malang didapatkan pasien terbanyak
univariat didapatkan responden yang diabetes mellitus tipe 2 terbanyak jenis
paling banyak terkena penyakit diabetes kelamin perempuan sebanyak 52
mellitus Tipe 2 adalah kategori usia lansia responden (59,1%).
(45-65 tahun). Peneliti berasumsi bahwa Menurut hasil penelitian diatas
hasil penelitian ini didapatkan karena rata- didapatkan bahwa pasien diabetes mellitus
rata penyakit diabetes mellitus tipe 2 tipe 2 banyak terkena pada pasien yang
didapatkan karena gaya hidup yang sering tidak bekerja dibandingkan yang bekerja.
makan makanan manis sehingga pasien Peneliti berasumsi karena saat pasien tidak
mengalami obesitas dan mendapatkan bekerja maka tidak melakukan aktivitas
penyakit diabetes mellitus tipe 2 pada fisik yang menyebabkan lemak menumpuk
masa usia tua didalam tubuh dan akhirnya obesitas.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Obesitas dapat mengakibatkan seseorang
Sholikin (2020) yang menyatakan bahwa terkena diabetes mellitus.
faktor resiko penyakit diabetes meliitus Hasil penelitian ini didukung oleh
tipe 2 adalah gaya hidup dan obesitas. Wijaya dan Putri (2013), penyebab
Hasil penelitian ini sama dengan hasil diabetes mellitus tipe 2 adalah obesitas
penelitian yang dilakukan oleh Sumitro yang mengakibatkan menurunnya jumlah
Pasaribu (2014) terhadap 97 pasien reseptor insulin dari sel target diseluruh
diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Dir. tubuh sehingga mengakibatkan insulin
Pirngadi Medan, didapatkan bahwa pasien yang tersedia menjadi kurang efektif
diabetes mellitus tipe 2 terbanyak pada dalam meningkatkan efek metabolik.
usia kategori 51-60 tahun sebanyak 38 Insulin yang kurang efektif ini
responden (39.2%). mengakibatkan terjadinya penyakit
Berdasarkan hasil penelitian diatas diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian
didapatkan jenis kelamin terbanyak pasien ini sesuai dengan hasil penelitian yang
diabetes mellitus tiep 2 adalah perempuan. dilakukan oleh Sumitro Pasaribu (2014)
Peneliti berasumsi bahwa angka harapan terhadap 97 pasien diabetes mellitus tipe 2
hidup perempuan lebih tinggi daripada di RSUD Dir. Pirngadi Medan, didapatkan
laki-laki sehingga perempuan lansia bahwa pasien diabetes mellitus tipe 2
banyak terkena penyakit diabetes mellitus terbanyak pada kategori tidak bekerja
tipe 2. sebanyak 32 responden (33%).
Hasil penelitian ini didukung oleh
Leslie, dkk (2013) dalam Kistianita, A. N., KESIMPULAN DAN SARAN
Yunus, M., & Gayatri, R. W. (2018), yang Kesimpulan
mengatakan bahwa perempuan di Slow deep breathing exercise
masyarakat mempunyakai angka harapan terbukti dapat membantu menurunkan
hidup lebih tinggi dibandingkan laki-laki kadar gula darah di dalam tubuh pasien
sehingga banyak perempuan lanjut usia diabetes mellitus selama empat hari
yang mengidap diabetes meliitus tipe 2. dimana latihan ini dilakukan tiga kali
Hasil penelitian ini sama dengan hasil sehari.
penelitian yang dilakukan oleh Kistianita, Saran
16

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

Peneliti menganjurkan agar pasien Nusantoro, A. P., & Listyaningsih, K. D.


diabetes mellitus dapat melakukan slow (2018). Pengaruh Sdb (Slow Deep
deep breathing exercise sebagai latihan Breathing) Terhadap Tingkat
mandiri tiga hari sekali dirumah. Kecemasan Dan Kadar Glukosa
Penelitian ini diharapkan dapat berguna Darah Pada Penderita Diabetes
untuk pengembangan pelayanan Melitus. Jurnal Ilmiah Maternal, 2(4).
keperawatan gara para perawat dapat Tarwoto. (2012). Latihan Slow Deep
sering mengajarkan slow deep breathing Breathing Exercise Dan Kadar Gula
exercise ke pasien diabetes mellitus di Darah Penderita Diabetes Melitus
rumah. Untuk institusi pendidikan agar Tipe 2. Jurnal Health Quality. 3 (2),
penelitian dapat dijadikan bahan materi 69-140.
ajar untuk para mahasiswa perawat dalam Tombokan, M., Ardi, A. M., Hamka, F., &
melakukan asuhan keperawatan pasien Dalle, A. (2020). Studi Literatur
diabetes mellitus. Keterabatasan penelitian Pengaruh Slow Deep Breathing (Sdb)
ini adalah kurang banyaknya sample Terhadap Kadar Gula Darah Pada
responden dan tidak adanya kelompok Penderita Diabetes Melitus Tipe
kontrol di dalam penelitian ini. 2. Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar, 11(2), 152-157.
DAFTAR PUSTAKA Saeedi et all. (2019). Global And Regional
Black & Hawks. 2009. Keperawatan Diabetes Prevalence Estimates For
Medikal Bedah. Singapore: Elseiver 2019 And Projections For 2030 And
Centers For Disease control And 2045: Results From International
Prevention. (2020). National Diabetes Diabetes Federation Diabetes
th
Statistics Report 2020 Estimates Of Federation Diabetes Atlas, 9 edition.
Diabetes And Its Burden In The https://www.diabetesresearchclinicalp
United States. www.cdc.gov ractice.com/article/S0168-
International Diabetes Federation. (2019). 8227(19)31230-6/fulltext
IDF Diabetes Atlas. Edisi 9. Sastroasmoro & Ismail. (2011). Dasar-
www.diabetesatlas.org Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Kuswandi, A., Sitorus, R., & Gayatri, D. Edisi 4. Jakarta: C.V Sagung Seto
(2008). Pengaruh relaksasi terhadap Sumitro Pasaribu. (2014). Distribusi
penurunan kadar gula darah pada Umur, Jenis Kelamin, Tingkat
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Pendidikan, Pekerjaan dan Jenis
sebuah rumah sakit di Komplikasi Pada Penderita DM Tipe
Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan 2 Dengan Komplikasi Yang Dirawat
Indonesia, 12(2), 108-114. Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Kistianita, A. N., Yunus, M., & Gayatri, Skripsi. Retrieved From:
R. W. (2018). Analisis faktor risiko https://repository.uhn.ac.id/bitstream/
diabetes mellitus tipe 2 pada usia handle/123456789/405/Skripsi%20Su
produktif dengan pendekatan WHO mitro%20Pasaribu.pdf?sequence=1&i
stepwise step 1 (core/inti) di sAllowed=y
Puskesmas Kendalkerep Kota Sholikin (2020). Asuhan Keperawatan
Malang. Preventia: The Indonesian Pada Klien Diabetes Melitus Dengan
Journal of Public Health, 3(1), 85- Masalah Gangguan Integritas Kulit Di
108. Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
17

Jurnal Keperawatan Dirgahayu


Volume 3, Nomor 1, Maret 2021 EISSN: 2685-3086

Malang. Karya Tulis Ilmiah.


Retrieved From:
http://repository.stikespantiwaluya.ac.
id/448/4/STIKESPW_Muhammad%2
0Sholikan_Manuskrip.pdf
WHO. (2018). Non Communicable
Disease Country Profiles 2018. 1-224.
ISBN 9789241514620. http://
apps.who.int>iris>bitstream.9789241
565363-eng
Wijaya dan Putri . (2013). Keperawatan
Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai