Anda di halaman 1dari 44

Emo & demo Diabetes Melitus

pada pasien dewasa


AKUPRESUR
Lorenza Margaretha Kasimo
1420120025
latar Belakang
Diabetes masih menjadi masalah kesehatan penting dan
merupakan penyakit prioritas yang menjadi target tindak lanjut
dunia dikarenakan menjadi salah satu penyakit tidak menular
yang memiliki dampak berbahaya (World Health Organization,
2016). secara global, terjadi peningkatan jumlah kasus diabetes
mellitus selama beberapa dekade terakhir dan Indonesia
menduduki urutan ke-6 dengan beban terbanyak didunia. World
Health Organization(WHO) juga memperkirakan pada tahun 2030,
penyakit ini akan diderita oleh lebih dari 21juta penduduk
Indonesia (Humas FKUI, 2019).
Peningkatan
Diabetes mellitus
Peningkatan kasus diabetes mellitus dapat meningkatkan
kerugikan ekonomi secara signifikan apabila tidak ditangani
dengan fokus khususnya bagi negara-negara berkembang
yang berada diwilayah Asia dan Afrika (kemenkes RI,
2018) sedangkan bagi penderitanya sendiri dapat
menyebabkan berbagai komplikasi diantaranya penyakit
kardiovaskuler, retinopati, nefropati, neuropati,ulkus diabetic,
dan lainnya sehingga menurunkan produktifitas dan derajat
kesehatannya (Luthiani et al., 2020)
Penyebab
Diabetes mellitus

Penyebab Diabetes
Diabetes disebabkan karena adanya
gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh
tidak mampu menggunakan glukosa
darah ke dalam sel, sehingga glukosa
menumpuk dalam darah.
Tanda dan gejala
pada Diabetes mellitus
1. Sering haus (polydipsia), penderita diabetes biasanya sering
haus, hal ini karena penderita sering buang air kecil.

2. Sering lapar (polyphagia), makanan yang dikonsumsi sulit sekali


diubah menjadi energi karena kurangnya hormon insulin yang
diproduksi tubuh, sebab itu tubuh jadi mudah lapar walau sudah
makan teratur.

3. Sering kencing (polyuria) terutama di malam hari, karena kadar


gula darah terlalu tinggi tubuh akan berusaha mengeluarkannya
lewat urin, hal ini yang menyebabkan penderita akan sering buang
air kecil.
Penerapan akupresur

Akupresur dipercaya sebagai sebuah


intervensi yang dapat digunakan untuk
menstabilkan glukosa darah dengan cara
menurunkan kadarnya (Jumari et al., 2019).
Akupresur yang termasuk dalam kategori
Manipulative and body-based modalitiesini
berasal dari teori Ying/Yangyang dipercaya
dapat menstabilkan glukosa darah (Williams
& Hopper, 2015).
lanjutan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa


penerapan akupresur dapat menurunkan kadar
glukosa darah pada pasien dengan diabetes
mellitus. hal ini didukung oleh beberapa
hasil penelitian yang menunjukkan adanya
perubahan kadar gula darah (KGD) pada
penderita diabetes mellitus sebelum dan
setelah diberikan penerapan akupresur
(Masithoh et al., 2016)
lanjutan

Akupresur dapat menurunkan glukosa darah


dengan cara mengaktifkan salah satu enzim
metabolisme karbohidrat dan dapat
memberikan efek pada hipotalamus serta
bekerja dalam meningkatkan sintesis insulin
yang ada dalam pangkreas, meningkatkan salah
satu reseptor sel target, dan meningkatkan
penggunaan gula darah dalam sel, sehingga
kadar gula dalam darah juga akan mengalami
penurunan (Robiul Fitri Masithoh, Helwiyah
Ropi, 2016).
Cara kerjanya penerapan
akupresur
Akupresur bekerja dengan cara memberikan efek
pada hipotalamus dengan cara dapat mengaktifkan
salah satu enzim metabolisme karbohidrat serta
meningkatkan produksi insulin di pangkreas,
meningkatkan salah satu reseptor pada sel target,
dan menyebabkan penggunaan glukosa dalam sel
menjadi lebih cepat sehingga dapat menyebabkan
jumlah glukosa dalam darah menjadi turun (Robiul
Fitri Masithoh, Helwiyah Ropi, 2
Penarapan menurut WHO (World Health
Organization)

WHO mengakui bahwa akupresur dapat mengaktifkan unit terkecil sistem


saraf yang merangsang kelenjar endokrin dan dapat menstimulasi organ
bermasalah agar dapat kemnali membaik (Dupler, 2020) akupresur juga dapat
mengaktifkan glucose-6-phosphate dan berefek pada hipotalamus serta
meningkatkan produksi insulin, meningkatkan reseptor sel target, dan
menyebabkan penggunaan glukosa didalam sel lebih cepat sehingga dapat
menyebabkan kadar gula darah menjadi turun.
Lanjutan

Penekanan Akupresur untuk menurunkan kadar gula darah dilakukan pada


titik Zusanli (ST 36) yang dapat merangsang pelepasan neurotransmitter yang
membawa sinyal sepanjang saraf atau melalui kelenjar yang kemudian
mengaktifkan hipotalamus.
Pada Titik ST-36 (zusanli) dan titik SP-6 (Sanyinjiao) adalah titik
akupresur yang dapat digunakan dalam upaya penurunan glukosa darah.
perlakukan akupresur ini dapat diberikan selama 10 menit pada bagian kiri dan
kanan responden dengan total pemberian selama 3 minggu dan frekwensi
sebanyak 6 kali (Jumari et al., 2019).
Lanjutan
Akupresur dilakukan oleh peneliti kepada
responden dikarenakan peneliti telah tersertifikasi
untuk melakukan terapi akupresur. Program terdiri
dari kebersihan terapis dan responden, mengoleskan
oil massage pada minggu.peneliti mengukur glukosa
darah sewaktu pasiensebelum dilakukan akupresur
pada minggu pertama, data ini digunakan
sebagai pretest. Kemudian dilakukan pengukuran
glukosa darah respondensetelah 3 minggu pemberian
terapi akupresur, data ini digunakan sebagai posttest
Lanjutan
Pengaruh terapi akupresur

penelitian ini pernah diteliti dengan hasil terdapat


pengaruh terapi akupresur dalam menurunkan kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II
dimana rata-rata KGD setelah akupresur adalah
150,50 mg/dl, lebih rendah dibandingkan sebelum
akupresur pemberian yaitu 181 mg/dl. Adapun KGD
kelompok kontrol pada minggu ketiga post test
adalah sebesar 188 mg/dl, lebih tinggi daripada
kelompok intervensi (Masithoh et al., 2016).
Lanjutan

Berdasarkan latar belakang tersebut, Bahwa sangat penting


untuk mencari metode alternatif yang dianggap efektif
membantu pasien diabetes dalam mengontrol kadar gula
darah secara nonfarmakologis sehingga ‘pengaruh
penerapan terapi akupresur sebagai upaya dalam
menstabilkan glukosa darah pada pasien diabetes melitus’.
Penrapan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
terapi akupresur sebagai upaya menurunkan glukosa
darah pada pasien diabetes mellitus.
Metode penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasy Eksperimen


dengan pendekatan pretest dan postest design.
Responden dalam penelitian ini adalah penderita
diabetes mellitus yang memiliki kesadaran penuh,
bersedia menjadi reponden, dan tidak menderita
masalah yang menjadi kontraindikasi (kulit terluka,
bengkak, patah tulang dan myalgia).
lANJUTAN

Penentuan besar sampel digunakan menggunakan


rumus Federer (Dahlan, 2017)sehingga didapatkan
jumlah sampel 32 orang.Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah nonprobability
samplingjenis purposive sampling.Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder yang berasal dari pasien
dan studi dokumentasi.
lANJUTAN

Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar


kuesioner untuk mengisis data demografi dan
hasil pemantauan KGD serta alat mengukur KGD
(Gluko Chek) Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa statistik Uji T (paired
sample T-Test).Penelitian ini sudah lulus uji etik
oleh komite etik Akper Kesdam Iskandar Muda
Banda Aceh dengan nomor
018/UPPM.ETIK/VII/2021
Hasil
Karakteristik Responden

Kejadian diabetes mellitus dipengaruhi oleh


jenis kelamin, usia, dan pendidikan
terakhir responden. Jenis kelamin
perempuan dipercaya lebih beresiko
menderita diabetes mellitus dibandingkan
laki-laki. hal ini terlihat pada hasil
penelitian yang menunjukkan dominan
responden penderita dibetes mellitus
berjenis kelamin perempuan (68,75%).
lanjutan

hasil ini didukung oleh data yang didapatkan


pada Riskesdas tahun 2018 dimana
prevalensi diabetes mellitus pada perempuan
lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 1,78% terhadap 1,21%. pada
5 tahun terakhir, prevalensi pada
perempuan menunjukkan sedikit
peningkatan sedangkan pada laki-laki
menunjukkan penurunan (RI, 2020
LANJUTAN
a) Jenis kelamin : Wanita lebih berisiko mengidap diabetes
karena berpeluang mengalami peningkatan indeks massa
tubuh yang lebih tinggi di bandingkan laki-laki.
Peningkatan IMT merujuk pada kelebihan berat yang
mengalami peningkatan kadar leptin yang merupakan
hormone yang berhubungan dengan gen obesitas. Leptin
berperan merangsang hipotalamus dalam mengatur lemak
tubuh, metabolism lemak sehingga menjadi energi, dan
menimbulkan rasa kenyang. Kadar leptin akan meningkat
seiring dengan peningkatan berat badan. Leptin ini juga
bekerja pada sistem saraf perifer dan pusat dan berperan
dalam menghambat fosforilasi insulin receptor substrate-
1 (IRS) sehingga penggunaan glukosa menjadi
terhambat dan menyebabkan kadar gula darah menjadi
lebih tinggi (D’adamo, 2008)
LANJUTAN
Perempuan juga memiliki hormone estrogen
yang akan terus menurun seiring
pertambahan usia. penurunan hormone
estrogen ini dapat mempengaruhi
keseimbangan glukosa darah khususnya
perempuan yang mengalami menopause.
Pada saat menopause maka keseimbangan
kadar glukosa darah akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan perempuan lebih beresiko
terkena diabetes mellitus. (Wulandari, 2015).
LANJUTAN
Persentase insiden wanita lebih banyak menderita
diabetes mellitus dari laki-laki juga dikarenakan
perempuan lebih banyak mengalamI beban
psikologis dimana faktor psikologis seperti stress
menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya
kadar gula darah (Lisanawati, R., Hasneli, Y., &
Hasanah, 2015). Selain jenis kelamin,
b) Usia : usia juga mempengaruhi diabetes
mellitus. Penelitian ini juga menunjukkan
bahwa umur bukan menjadi faktor tunggal
dalam mempengaruhi kejadian DM diketahui
bahwa 62,5% responden.
LANJUTAN

diabetes melitus bisa terjadi pada


semua golongan umur baik umur
anak-anak maupun orang dewasa,
namun biasanya penyakit ini
menyerang setelah usia 30 tahun,
dan pada umumnya masyarakat
yang berisiko tinggi menderita DM
adalah yang berusia lebih dari 45
tahun.
LANJUTAN
Menurut Sutanto(2015) menyatakan bahwa usia
merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi dalam
mencegah penyakit ini. Semakin bertambahnya usia
resiko seseorang menderita diabetes juga semakin tinggi
sehingga usia lansia merupakan usia yang paling rentan
menderita diabetes melitus ini dikarenakan kategori usia
ini merupakan kategori usia dimana seseorang sudah
mengalami kehilangan jaringan tubuh secara progresif
disertai dengan menurunnya 2% metabolisme basal
setiap tahunnya yang disertai dengan perubahan di
semua sistem di dalam tubuh sehingga sistem endokrin
yang berkaitan dengan sekresi insulin juga ikut
mengalami penurunan fungsi Kenaikan kadar gula darah
juga sangat erat hubunganya dengan umur sehingga
prevalensi diabetes mellitus juga semakin meningkat serta
LANJUTAN

c) Selain jenis kelamin dan usia, pendidikan


juga dapat mempengaruhi kejadian
diabetes mellitus.Pendidikan diyakini
sebagai faktor yang penting untuk
memahami manajemen, kepatuhan kontrol
gula darah, mengatasi gejala yang muncul
dengan penanganan yang tepat serta
mecegah terjadinya komplikasi pendidikan
umumnya terkait dengan pengetahuan.
LANJUTAN

Penderita dengan pendidikan yang


tinggi memiliki pengetahuan yang
lebih baik mengenai penyakit
diabetes dan efeknya terhadap
kesehatan sehingga penderita akan
menyikapi dengan cara positif serta
akan berusaha.
LANJUTAN

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh


terhadap kejadian penyakit diabetes
melitus. Orang yang tingkat pendidikanya
tinggi biasanya akan memiliki banyak
pengetahuan tentang kesehatan. Dengan
adanya pengetahuan tersebut orang akan
memiliki kesadaran dalam menjaga
kesehatanya.
LANJUTAN

Meningkatnya tingkat pendidikan akan


meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat dan
memperhatikan gaya hidup dan pola makan. Pada
individu yang pendidikan rendah mempunyai risiko
kurang memperhatikan gaya hidup dan pola makan
serta apa yang harus dilakukan dalam mencegah
DM (Notoatmodjo, 2011).Hal ini juga didukunga
oleh penelitian Falea, et al yang menyatakan bahwa
faktor pendidikan berpengaruh pada kejadian dan
pencegahan diabetes (Felea, M.G, Covrigb, M.,
Mirceab, 2014)
Faktor penerapan akupresur

01 02
lama menderita DM durasi dan frekuensi
akupresur
03
04
aktifitas fisik, kepatuhan diet yang dilakukan
oleh penderita diabetes itu sendiri.
Faktor penerapan akupresur
Penderita yang mengalami DM lebih lama dipercaya
dapat mempelajari perilaku self care diabetes
berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama menjalani
penyakitnya sehingga akan lebih memahami tentang hal-
hal terbaik yang harus dilakukannya untuk memperoleh
status kesehatannya. selain itu, Durasi, frekwensi serta tehnik
akupresur juga berkontribusi dalam penurunan KGD pada
penderita DM. semakin teratur lama dan tepat penerapan
yang dilakukan maka akan semakin baik pula hasil yang
akan di peroleh (Fihayati, 2011).
Pengelolaan diabetes mellitus

Pengelolaan DM merupakan hal yang paling penting


mengingat penyakit ini diderita seumur hidup. Oleh karena
itu, upaya untuk mencegah dan memperlambat terjadinya
komplikasi perlu dilakukan, yaitu melalui upaya pengendalian
kadar gula darah (Perkeni, 2011). Penanganan konservatif
DM menurut perkeni (2011) adalah adanya pendidikan
kesehatan,perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi
farmakologi/pengobatan dan monitor kadar gula darah.
Kelima hal tersebut merupakan satu kesatuan penanganan
klien dengan DM.
Pengendaliian Diabetes
Melitus

Pengendalian diabetes melitus melalai peran maupun


kolaborasi tim, mempunyai tujuan untuk menurunkan
insiden, mencegah resiko penyakit dan komplikasi
lainnya, serta mempertahankan kadar gula darah dalam
rentang normal bagi klien diabetes melitus. Pengendalian
ini dengan menggunakan terapi farmakologi dan non
farmakologi (Smeltzer et al, 2007).
Lanjutan

Terapi farmakologi sebagai terapi


standar dari diabetes melitus,
berdasarkan Asosiasi Amerika Ahli
Endokrinologi Amerika dan Klinis
Kolese Endokrinologi-klinis Pedoman
Praktik Untuk Mengembangkan
Pengobatan Diabetes Mellitus
Komprehensif Rencana (2015)
Lanjutan

sebagai evidence based guidline untuk diabetes melitus. Terapi


ini terdiri dari pemberian obat Pemicu sekresi insulin (insulin
secretagogue) misalnya sulfonilurea dan glinid, penambah
sensitivitas terhadap insulin misalnya metformin dan
tiazolidindion, penghambat glukoneogenesis insulin), insulin
kerja panjang (long acting insulin) (Handelsman et al, 2015).
Terapi standar ini dibutuhkan oleh klien diabetes seumur hidup.
Jumlah obat yang harus diminum seringkali bertambah karena
ketidak patuhan klien dalam minum obat obat secara rutin.
Lanjutan

Terapi standar ini dibutuhkan


oleh klien diabetes seumur
hidup. Jumlah obat yang harus
diminum seringkali bertambah
karena ketidak patuhan klien
dalam minum obat obat secara
rutin.
Penanganan
Diabetes mellitus

Penanganan diabetes mellitus dapat


dilakukan melalui lima komponen yang
terdiri dari pemberian pengetahuan, diet
diabeter atau yang disebut dengan terapi
nutrisi, aktivitas fisik, tatalaksana
farmakologi,dan kontrol gula darah.
Edukasi diabetes mellitus
dengan terapi akupresur
pada masyarakat
Edukasi dilakukan untuk mempromosikan bagaimana
penderita bisa mempraktekkan cara hidup yang lebih sehat
sehat untuk mencengah maupun mengendalikan atau
mengontrol pengelolaan DM secara menyeluruh.
Kemudian dilakukantatalaksana terapi nutrisi dan
dianjurkan juga untuk melakukan terapi jasmani serta
tatalaksana intervensi farmakologi (Soelistijo SA,
Novida H & Soewondo P, Suastika K, Manaf A, 2015).
Lanjutan
kelima pilar tersebut pada
dasarkan berfokus dalam
menurunkan gula darah
sehingga berada dibawah 200
mg/dl. Upaya dalam
mengontrol gula darah juga
dapat dilakukan secara
nonfarmakologi salah satunya
dengan penerapan akupresur.
Tindakan keperawatan

Penelitian-penelitian terapikomplementer, intervensi dengan


terapi akupresur menjadi pilihan yang disarankan diantara
terapi komplementer lainnya, karena bersifat sederhana dan
mudah diterapkan bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara mandiri. Selain itu, akupresur adalah
tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dan merupakan
salah satu tindakan yang telah diakui sebagai salah
satu tindakan keperawatan dalam Nursing Intervention
Classification (Dochterment & Bulecheck, 2004).
lanjutan

Bahkan menurut Dupler (2005),


akupresur merupakan suatu terapi
yang efektif baik untuk mencegah
maupun untuk terapi. Selain itu,
tehnik akupresur mudah dipelajari
dan dapat diberikan
dengan cepat, biaya murah dan
efektif untuk mengatasi berbagai
gejala.
kesimpulan

penanganan diabetes melitus berfokus dalam menstabilkan


gula darah yang dapat dilakukan salah satunya dengan
penerapan akupresur. Yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus Dan untuk Usia,
jenis kelamin dan pendidikan berpengaruh terhadap
kejadian diabetes mellitus. Pemberian Akupresur ini
dapat menurunkan Kadar Gula Darah (KGD) pada pasien
diabetes mellitus namun hal ini juga dipengaruhi oleh
lama menderita DM, Aktifitas fisik. kepatuhan diet, serta
durasi, frekuensi dan tehnik pemberian akupresur.
TeRImakasih

Anda mungkin juga menyukai