PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
DWI HARTANTO
NPM.2020206203252P
A. Latar Belakang
Perubahan gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik dan
kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang saat ini telah
disebut diabetes tipe 2 selebihnya adalah tipe 1 atau diabetes yang bergantung
pada insulin akibat rusaknya sel beta pankreas penghasil insulin (Tarwoto dkk,
2012).
diabetes mellitus di dunia saat ini mencapai 422 juta orang. Prevalensi global
diabetes melitus dikalangan orang dewasa di atas usia 18 tahun telah meningkat
8,5%. Tahun 2016, sekitar 1,6 juta kematian secara langsung disebabkan oleh
diabetes dan 2,2 juta kematian yang disebabkan komplikasi diabetes. WHO
Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes melitus menurut hasil
pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun
0,7% (38.923 kasus dari perkiraan 5.560.440 penduduk usia >14 tahun)
tercatat sebanyak 10.331 kasus dan di tahun 2021 tercatat sebanyak 68628 kasus.
menunjukkan bahwa angka kejadian diabetes mellitus meningkat Pada tahun 2020
tercatat sebanyak 466 kasus dan di tahun 2021 ditemukan sebanyak 2939 kasus
(Dinkes Kab. Lampung Timur, 2021). Dan Jumlah ini meningkat hampir 6 kali
lipat dari jumlah penderita Diabetes militus di tahun sebelumnya. Selain itu,
wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo juga adalah salah satu wilayah kerja yang
mellitus tipe 1 atau diabetes yang bergantung insulin dan diabetes tipe 2 atau
diabetes yang tidak bergantung insulin. Dari dua tipe tersebut, yang paling banyak
ditemukan adalah DM tipe 2 yaitu terjadi sekitar 90% dari seluruh penderita
diabetes mellitus baik tipe 1 maupun tipe 2 akan menyebabkan tingginya angka
kongestif sebagai komplikasi infark dan juga cenderung jarang bertahan hidup
pada periode segera setelah mengalami infark (LeMone, Burke, & Bauldoff,
2016)
Penyebab tingginya angka kejadian diabetes mellitus sampai saat ini belum
diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan
obesitas, etnik, hipertensi, perilaku makan, dan kurang olah raga (Tarwoto dkk.,
sebagai kebingungan yang kemudian dicirikan dengan perasaan tidak yakin, putus
ketidaknyamanan pada sesuatu yang terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Ansietas dapat di
atasi dengan beberapa teknik relaksasi, diantara teknik relaksasi yang diyakini
dapat menurunkan ansieatas adalah relaksasi otot progresif, yaitu salah satu teknik
pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatetis dan
membuat kelompok-kelompok otot utama di tubuh klien menjadi rileks satu demi
satu. Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi
ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan
wajah dan berakhir pada otot kaki. Terapi relaksasi otot progresif merangsang
pengeluaran zat-zat kimia endorphin dan ensephalin serta merangsang signal otak
dengan penelitian seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Tobing, Keliat dan
tindakan. Menurut Gitanjali dan Sreehari (2014) pasien yang melakukan relaksasi
otot progresif secara rutin selama 3 hari dapat membantu klien menurunkan rasa
sebanyak 4 orang (10%). Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif bahwa
adalah kecemasan berat sebanyak 6 orang (15%). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan, bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap penuranan tingkat kecemasan pada klien diabetes mellitus tipe
dilakukan oleh Antoni dan Diningsih didapatkan relaksasi otot progresif dapat
digunakan sebagai terapi komplementer dalam mengelola stres fisiologis dan sres
psikologis pada klien dengan diabetes melitus. Kadar glukosa darah sebelum 293
mg/dl dan sesudah 267,65 mg/dl. Skor fatigue sebelum diperoleh 4,45 dan
kecemasan seperti kurang tidur dan gelisah, dan 2 orang (20%) lainnya tidak
mengalami tanda-tanda kecemasan. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
satu penyakit yang memiliki banyak komplikasi dan termasuk penyebab angka
Ansietas karena adanya gejala yang dirasakan seperti, kecemasan, depresi, dan
penting diantaranya melalui teknik relaksasi otot progresif yang diyakini mampu
menurunkan tingkat ansietas. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian
yaitu ialah adakah pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat ansietas
2022?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2022
Variabel dalam penelitian ini adalah relaksasi otot progresif dan tingkat
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
relaksasi otot progresif terhadap tingkat ansietas penderita diabetes mellitus tipe 2
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Masyarakat
relaxation).
b. Bagi Institusi
mellitus.