Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT

ANSIETAS PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURBOLINGGO
TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
DWI HARTANTO
NPM.2020206203252P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2022

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktivitas fisik dan

kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang saat ini telah

membawa dampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan menyebabkan tingginya

angka kejadian penyakit diabetes mellitus yaitu penyakit gangguan metabolisme

kronis yang ditandai peningkatan gula darah (Hiperglikemia) akibat

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan insulin. Kurang lebih 90%-95% adalah

penderita diabetes mellitus akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau

disebut diabetes tipe 2 selebihnya adalah tipe 1 atau diabetes yang bergantung

pada insulin akibat rusaknya sel beta pankreas penghasil insulin (Tarwoto dkk,

2012).

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) angka kejadian

diabetes mellitus di dunia saat ini mencapai 422 juta orang. Prevalensi global

diabetes melitus dikalangan orang dewasa di atas usia 18 tahun telah meningkat

8,5%. Tahun 2016, sekitar 1,6 juta kematian secara langsung disebabkan oleh

diabetes dan 2,2 juta kematian yang disebabkan komplikasi diabetes. WHO

memprediksikan bahwa diabetes akan menjadi penyebab utama kematian ke-7 di

dunia pada tahun 2030 (WHO, 2021).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi diabetes melitus di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung


1
2

umur 15 tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan peningkatan

dibandingkan prevalensi diabetes melitus pada penduduk 15 tahun pada hasil

Riskesdas 2013 sebesar 1,5%. Namun prevalensi diabetes melitus menurut hasil

pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun

2018,Sedangkan angka kejadian diabetes mellitus di Provinsi Lampung mencapai

0,7% (38.923 kasus dari perkiraan 5.560.440 penduduk usia >14 tahun)

(Kemenkes RI, 2021).

Berdasarkan data yang tercatat di Kasie Surveilans & Epidemiologi Dinas

Kesehatan Kabupaten Lampung Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2020

tercatat sebanyak 10.331 kasus dan di tahun 2021 tercatat sebanyak 68628 kasus.

Sementara data yang tercatat di Wilayah Kerja Puskesmas purbolinggo

menunjukkan bahwa angka kejadian diabetes mellitus meningkat Pada tahun 2020

tercatat sebanyak 466 kasus dan di tahun 2021 ditemukan sebanyak 2939 kasus

(Dinkes Kab. Lampung Timur, 2021). Dan Jumlah ini meningkat hampir 6 kali

lipat dari jumlah penderita Diabetes militus di tahun sebelumnya. Selain itu,

wilayah kerja Puskesmas Purbolinggo juga adalah salah satu wilayah kerja yang

cukup luas, yaitu 60,6 km2 yang terdiri dari 12 desa.

Diabetes mellitus (DM) sendiri diklasifikasikan menjadi 2 yaitu diabetes

mellitus tipe 1 atau diabetes yang bergantung insulin dan diabetes tipe 2 atau

diabetes yang tidak bergantung insulin. Dari dua tipe tersebut, yang paling banyak

ditemukan adalah DM tipe 2 yaitu terjadi sekitar 90% dari seluruh penderita

diabetes (Black & Hawks, 2014b). Dampak meningkatnya angka kejadian

diabetes mellitus baik tipe 1 maupun tipe 2 akan menyebabkan tingginya angka

kematian di dunia, karena diabetes mellitus memiliki berbagai komplikasi yang

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung


3

mengancam jiwa seperti gangguan pada sistem kardiovaskular. Perubahan sistem

vascular meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang penyakit arteri koroner,

penyakit vascular serebral dan penyakit vascular perifer. Penyandang DM yang

mengalami infark miokard lebih rentan terhadap terjadinya gagal jantung

kongestif sebagai komplikasi infark dan juga cenderung jarang bertahan hidup

pada periode segera setelah mengalami infark (LeMone, Burke, & Bauldoff,

2016)

Penyebab tingginya angka kejadian diabetes mellitus sampai saat ini belum

diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan

kejadian diabetes mellitus adalah adanya riwayat keluarga, lingkungan, usia,

obesitas, etnik, hipertensi, perilaku makan, dan kurang olah raga (Tarwoto dkk.,

2012). Terbatasnya informasi mengenai penyakit diabetes mellitus, para penderita

diabetes pada tahun-tahun awal akan mengalami ansietas yang didefinisikan

sebagai kebingungan yang kemudian dicirikan dengan perasaan tidak yakin, putus

asa, perasaan tertekan, bimbang dan gugup. (Novitasari R, 2012)

Ansietas adalah kebingungan atau kekhawatiran, ketidakberdayaan dan

ketidaknyamanan pada sesuatu yang terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan

dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Ansietas dapat di

atasi dengan beberapa teknik relaksasi, diantara teknik relaksasi yang diyakini

dapat menurunkan ansieatas adalah relaksasi otot progresif, yaitu salah satu teknik

pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatetis dan

parasimpatetis. Relaksasi otot progresif bertujuan untuk mengatasi berbagai

macam permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga

dapat membangun emosi positif dari emosi negatif (Triyanto, 2014).

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung


4

Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara klien secara sistematis

membuat kelompok-kelompok otot utama di tubuh klien menjadi rileks satu demi

satu. Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi

ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan

sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali yang dimulai dengan otot

wajah dan berakhir pada otot kaki. Terapi relaksasi otot progresif merangsang

pengeluaran zat-zat kimia endorphin dan ensephalin serta merangsang signal otak

yang menyebabkan otot rileks dan meningkatkan aliran darah ke otak.

Efektifitas dari terapi relaksasi otot progresif telah banyak dibuktikan

dengan penelitian seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Tobing, Keliat dan

Wardhani (2012) yang menunjukkan adanya penurunan ansietas serta peningkatan

kemampuan relaksasi dan kemampuan memaknai hidup setelah dilakukan

tindakan. Menurut Gitanjali dan Sreehari (2014) pasien yang melakukan relaksasi

otot progresif secara rutin selama 3 hari dapat membantu klien menurunkan rasa

khawatir dan lebih rileks.

Ansietas dapat di atasi dengan beberapa teknik relaksasi, diantara teknik

relaksasi yang diyakini dapat menurunkan ansieatas adalah relaksasi otot

progresif, yaitu salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja

sistem saraf simpatetis dan parasimpatetis. Relaksasi otot progresif bertujuan

untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam mengatasi stres,

kecemasan, insomnia, dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi negatif

(Triyanto, 2014). Terhadap Tingkat Ansietas Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Di Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2022”.

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung


5

B. Rumusan Masalah

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang terus mengalami

peningkatan baik di dunia maupun di Indonesia. Diabetes sendiri merupakan salah

satu penyakit yang memiliki banyak komplikasi dan termasuk penyebab angka

kematian di dunia. Penderita diabetes dapat mengalami Gangguan tingkat

Ansietas karena adanya gejala yang dirasakan seperti, kecemasan, depresi, dan

nyeri akibat neuropati. Peningkatan tingkat ansietas akan memperburuk kadar

gula darah penderita diabetes.

Upaya untuk menurunkan tingkat ansietas pada penderita diabetes sangat

penting diantaranya melalui teknik relaksasi otot progresif yang diyakini mampu

menurunkan tingkat ansietas. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian

yaitu ialah adakah pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat ansietas

penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo tahun

2022?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh relaksasi

otot progresif terhadap tingkat ansietas penderita diabetes mellitus tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung


6

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden (umur, jenis

kelamin, pekerjaan, dan pendidikan) penderita diabetes mellitus tipe 2 di

Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo tahun 2022.

b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat ansietas penderita diabetes

sebelum pemberian (pretest) relaksasi otot progresif di Wilayah Kerja

Puskesmas Purbolinggo tahun 2022

c. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat ansietas penderita diabetes

setelah pemberian (posttest) relaksasi otot progresif tipe 2 di Wilayah

Puskesmas Purbolinggo tahun 2022.

d. Mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap ansietas penderita

diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo tahun

2022

D. Ruang Lingkup Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah relaksasi otot progresif dan tingkat

ansietas (kecemasan). Objek penelitiannya adalah pasien diabetes tipe 2,

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas purbolinggo pada

tanggal 30 april sampai dengan 25 mei 2022.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang pengaruh

relaksasi otot progresif terhadap tingkat ansietas penderita diabetes mellitus tipe 2

di Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo .

2. Manfaat Aplikatif

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung


7

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi yang

berkaitan dengan upaya menurunkan gangguan tingkat ansietas bagi

penderita diabetes mellitus melalui pendekatan terapi komplementer

yaitu menggunakan terapi relaksasi otot progresif (progressive muscle

relaxation).

b. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang bersifat

membangun bagi tenaga kesehatan dalam upaya memberikan intervensi

yang tepat guna menurunkan gangguan tingkat ansietas penderita

diabetes mellitus melalui terapi relaksasi otot progresif.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam

mengembangkan penelitian yang lebih lanjut serta dapat menjadi data

awal untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

upaya menurunkan gangguan tingkat ansietas bagi penderita diabetes

mellitus.

Fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu lampung

Anda mungkin juga menyukai