Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT ANSIETAS

PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II


DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PURBOLINGGO

Dwi Hartanto1,Nuria Muliani2,Andri Yulianto3


program studi S1 keperawatan fakultas kesehatan universitas muhammadiyah pringsewu
lampung1,Dosen program studi S1 keperawatan fakultas kesehatan universitas muhammadiyah
pringsewu lampung2, Dosen program studi S1 keperawatan fakultas kesehatan universitas
muhammadiyah pringsewu lampung 3

ABSTRACT

Type II diabetes mellitus is a disease that has many complications and is a leading cause of
death in the world. Diabetics can experience anxiety level disorders because of the symptoms
they feel, such as anxiety, depression, and pain due to neuropathy. The design of this study was a
one-group pretest-posttest design with a sample size of 40 respondents using cluster sampling
technique. before treatment (pretest) in the intervention group was 33.145.842 and in the
control group was 28.368.611. The average level of anxiety of patients with type 2 diabetes
mellitus After treatment (posttest) the average level of anxiety of patients with type 2 diabetes
mellitus in the intervention group was 23.055.550, while in the control group it was
28.368.61. From the results of research that has been done, it can be concluded that there is an
effect of progressive muscle relaxation therapy on reducing anxiety levels in clients with type 2
diabetes mellitus in the Purbolinggo Health Center Work Area.

Keywords: Progressive muscle relaxation;anxiety level in diabetics

PENDAHULUAN Hasil Riset Kesehatan Dasar


Perubahan gaya hidup tidak sehat (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa
seperti kurang aktivitas fisik dan kebiasaan prevalensi diabetes melitus di Indonesia
mengkonsumsi makanan dengan gizi tidak berdasarkan diagnosis dokter pada umur 15
seimbang saat ini telah membawa dampak tahun sebesar 2%. Angka ini menunjukkan
buruk bagi kesehatan masyarakat dan peningkatan dibandingkan prevalensi
menyebabkan tingginya angka kejadian diabetes melitus pada penduduk 15 tahun
penyakit diabetes mellitus yaitu penyakit pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1,5%.
gangguan metabolisme kronis yang ditandai Namun prevalensi diabetes melitus menurut
peningkatan gula darah (Hiperglikemia) hasil pemeriksaan gula darah meningkat dari
akibat ketidakseimbangan suplai dan 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada tahun
kebutuhan insulin. Kurang lebih 90%-95% 2018,Sedangkan angka kejadian diabetes
adalah penderita diabetes mellitus akibat mellitus di Provinsi Lampung mencapai
penurunan sensitivitas terhadap insulin atau 0,7% (38.923 kasus dari perkiraan 5.560.440
disebut diabetes tipe 2 selebihnya adalah penduduk usia >14 tahun) (Kemenkes RI,
tipe 1 atau diabetes yang bergantung pada 2021) Berdasarkan data yang tercatat di
insulin akibat rusaknya sel beta pankreas Kasie Surveilans & Epidemiologi Dinas
penghasil insulin (Tarwoto dkk, 2012). Kesehatan Kabupaten Lampung Timur
menunjukkan bahwa pada tahun 2020
tercatat sebanyak 10.331 kasus dan di tahun khawatir dan lebih rileks. Berdasarkan hal
2021 tercatat sebanyak 68628 kasus. diatas maka maka penulis tertarik untuk
Sementara data yang tercatat di Wilayah melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Kerja Puskesmas purbolinggo menunjukkan Relaksasi Otot Progresif (Progressive
bahwa angka kejadian diabetes mellitus Muscle Relaxation) Terhadap Tingkat
meningkat Pada tahun 2020 tercatat Ansietas Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
sebanyak 466 kasus dan di tahun 2021 Di Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo
ditemukan sebanyak 2939 kasus (Dinkes tahun 2022”.
Kab. Lampung Timur, 2021). Upaya untuk menurunkan tingkat
Terbatasnya informasi mengenai ansietas pada penderita diabetes sangat
penyakit diabetes mellitus, para penderita penting diantaranya melalui teknik relaksasi
diabetes pada tahun-tahun awal akan otot progresif yang diyakini mampu
mengalami ansietas yang didefinisikan menurunkan tingkat ansietas. Oleh karena
sebagai kebingungan yang kemudian itu, rumusan masalah dalam penelitian yaitu
dicirikan dengan perasaan tidak yakin, putus ialah adakah pengaruh relaksasi otot
asa, perasaan tertekan, bimbang dan gugup. progresif terhadap tingkat ansietas penderita
Novitasari R, 2012). Gangguan kecemasan diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja
pada penderita DM dapat memperburuk Puskesmas Purbolinggo tahun 2022?
kondisi penderitanya. Kecemasan dapat Secara umum tujuan penelitian ini
merangsang hipotalamus hipofisis untuk adalah diketahuinya pengaruh relaksasi otot
melepaskan hormon ACTH dimana hormon progresif terhadap tingkat ansietas penderita
ini dapat memicu kelenjar adrenal untuk diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja
melepaskan hormon epinefrin dan kortisol Puskesmas Purbolinggo tahun 2022.
yang akan meningkatkan kadar gula didalam Variabel dalam penelitian ini adalah
darah. Kadar gula darah yang tidak relaksasi otot progresif dan tingkat ansietas
terkontrol dapat mengakibatkan berbagai (kecemasan). Objek penelitiannya adalah
komplikasi pada penderita diabetes mellitus pasien diabetes tipe 2, Penelitian ini akan
(Ludiana, 2017). dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas
Ansietas dapat di atasi dengan purbolinggo pada tanggal 1 mei sampai
beberapa teknik relaksasi, diantara teknik dengan 25 mei 2022.
relaksasi yang diyakini dapat menurunkan Penelitian ini diharapkan dapat
ansieatas adalah relaksasi otot progresif, menambah wawasan tentang pengaruh
yaitu salah satu teknik pengelolaan diri yang relaksasi otot progresif terhadap tingkat
didasarkan pada cara kerja sistem saraf ansietas penderita diabetes mellitus tipe 2 di
simpatetis dan parasimpatetis. Efektifitas Wilayah Kerja Puskesmas Purbolinggo.
dari terapi relaksasi otot progresif telah
banyak dibuktikan dengan penelitian seperti METODE PENELITIAN
pada penelitian yang dilakukan oleh Tobing, Jenis penelitian ini merupakan
Keliat dan Wardhani (2016) yang kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya
menunjukkan adanya penurunan ansietas berupa angka-angka (score, nilai) atau
serta peningkatan kemampuan relaksasi dan pernyataan yang diangkakan dan dianalisis
kemampuan memaknai hidup setelah dengan analisis statistik. Studi yang
dilakukan tindakan. Menurut Gitanjali dan digunakan adalah studi eksperimen atau
Sreehari (2014) pasien yang melakukan percobaan (experimental research) yaitu
relaksasi otot progresif secara rutin selama 3 suatu penelitian dengan melakukan kegiatan
hari dapat membantu klien menurunkan rasa percobaan (experiment) yang bertujuan
untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang data sekunder dalam penelitian ini berupa
timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan data-data angka kejadian diabetes mellitus
tertentu atau eksperimen tersebut yang tercatat dalam laporan penyakit tidak
(Notoatmodjo, 2018). Bentuk eksperimen menular (PTM) UPTD Purbolinggo sebagai
yang digunakan adalah quasi experiment data awal.
design dengan rancangan Nonequivalent
control group design/non randomized HASIL DAN PEMBAHASAN
control group pretest posttest design yaitu
1. Karakteristik Responden
penelitian eksperimen yang dilakukan
a. Deskripsi karakteristik responden
dengan cara memilih dua kelompok dalam
meliputi, usia, jenis kelamin
kelompok studi tetapi tidak dilakukan
,pekerjaan, dapat dilihat sebagai
randomisasi kemudian diberi pretest untuk
berikut:
mengetahui keadaan awal lalu diberikan Tabel 4.1
perlakuan yang selanjutnya peneliti Distribusi Frekuensi Responden
melakukan post test untuk melihat efek dari Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja UPTD
perlakuan yang diberikan. Puskesmas Purbolinggo Tahun 2022
Populasi adalah pelaksanaan suatu
N Min Max Mean Std.Deviation
penelitian yang selalu berhadapan dengan 52,8
Usia Intervensi 22 29 64 8.186
objek yang diteliti atau diselidiki. Objek 2
52,2
tersebut dapat berupa manusia, hewan, Usia Kontrol 22 30 66
7
9.280

tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati Valid N


22
(Listwise)
lainnya, serta peristiwa dan gejala yang Tabel 4.2
terjadi di dalam masyarakat atau di dalam Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
alam (Notoatmodjo, 2018).. Populasi dalam Jenis Kelamin dan pekerjaan di Wilayah Kerja
penelitian ini adalah penderita diabetes UPTD Puskesmas Purbolinggo Tahun 2022
mellitus Tipe 2 yang melakukan skrining
kesehatan di wilayah kerja UPTD Kelompok
Puskesmas Purbolinggo dalam 1 bulan Karakteristik Intervensi Kontrol N %
terakhir dengan jumlah 50 orang.jumlah f % F %
Jenis Kelamin
sampel penelitian ini berjumlah 44 Orang Laki-laki 8 36,4 8 36,4 16 36,4
penderita diabetes mellitus tipe 2 yang Perempuan 14 63,6 14 63,6 28 63,6
terbagi menjadi kelompok kontrol sebanyak Total 22 22 44 100
22 orang dan kelompok intervensi 22 orang Pekerjaan
Tani 6 27,3 7 31,8 13 29,5
Metode pengumpulan data Wiraswasta 7 31,8 4 18,2 11 25
adalah langkah yang paling strategis dalam IRT 9 40,9 11 50,0 20 45,5
penelitian, karena tujuan utama dari Total 22 22 44 100
penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2013). Metode pengumpulan Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat
data pada penelitian meliputi data primer dijelaskan bahwa rata-rata usia penderita
yaitu data yang diambil langsung dari diabetes mellitus pada kelompok intervensi
responden dan skunder yaitu data yang dan kelompok kontrol tidak jauh beda atau
berbentuk dokumentasi. Data primer dalam memiliki kesetaraan dimana rata-rata usia
penelitian diambil langsung dari responden responden pada kelompok intervensi adalah
melalui kuesioner Hamilton Anxiety Rating 52,82 tahun, sia termuda 29 tahun dan
Scale (HARS) untuk mengetahui tingkat paling tua 64 tahun. Pada kelompok kontrol
kecemasan diabetes mellitus. Sedangkan rata-rata usia responden adalah 52,27 tahun,
usia termuda 30 tahun dan paling tua 66
tahun. dapat dijelaskan bahwa dilihat dari Pada tingkat kepercayaan 95% diyakini rata-
jenis kelamin dari total 44 penderita diabetes rata skor tingkat kecemasan kelompok
mellitus tipe 2 yang berada pada kelompok intervensi berada pada rentang 30,64 sampai
intervensi dan kelompok kontrol sebagian dengan 35,99. Sedangkan rata-rata skor
besar adalah perempuan yaitu sebanyak 28 tingkat kecemasan penderita diabetes
orang (63,6%), dan laki-laki sebanyak 16 mellitus tipe 2 kelompok kontrol
orang (36,4%), yang berarti bahwa jenis pengukuran pertama (pretest) adalah 28,36,
kelamin kedua kelompok (intervensi & skor tingkat kecemasan terendah 15 dan
kontrol) sama atau tidak terdapat perbedaan. tertinggi 43. Pada tingkat kepercayaan 95%
Karakteristik responden berdasarkan status b. Rata-rata Tingkat Kecemasan Penderita
pekerjaan sebagian adalah Tani 13 orang Diabetes Mellitus Tipe 2 Setelah
(29,5%), wiraswasta 11 orang (25%), ibu perlakuan (Postest) Pemberian
rumah tangga yaitu sebanyak 20 orang Relaksasi Otot Progresif
(45,5%). Berdasarkan data tersebut dapat Tabel 4.4
diketahui bahwa status pekerjaan kedua Rata-rata Tingkat Kecemasan Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 Setelah
kelompok (intervensi & kontrol) relatif sama perlakuan (Postest) Pemberian
atau tidak terdapat perbedaan bermakna. Relaksasi Otot Progresif d
2. Analisa univariat Min-
Variabel Mean SD CI;95% n
a. Rata-rata Tingkat Kecemasan Max
Tingkat
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Kecemasan
Sebelum (Pretest) Pemberian kelompok
24,55-
Relaksasi Otot Progresif. kontrol 28,36 8,611 15-43
32,18
22
Tabel 4.3 setelah
perlakuan
Rata-rata Tingkat Kecemasan Penderita
(Postest)
Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum (Pretest) Tingkat
Pemberian Relaksasi Otot Progresif di Kecemasan
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas kelompok
Purbolinggo Tahun 2022 20,58-
intervensi 23,05 5,550 12-32 22
25,51
setelah
Min- perlakuan
Variabel Mean SD CI;95% n (Postest)
Max
Tingkat
Kecemasan Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat
kelompok
kontrol 28,36 8,611 15-43
24,55-
22
dijelaskan bahwa rata-rata tingkat
32,18 kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2
sebelum
perlakuan kelompok intervensi Setelah perlakuan
(Pretest)
Tingkat
(Postest) adalah 23,05 skor tingkat
Kecemasan kecemasan terendah 12 dan tertinggi 32.
kelompok
30,64- Pada tingkat kepercayaan 95% diyakini rata-
intervensi 33,32 6,035 20-40 22
sebelum
35,99 rata skor tingkat kecemasan kelompok
perlakuan intervensi berada pada rentang 20,58 sampai
(Pretest) dengan 25,51. Sedangkan rata-rata skor
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat tingkat kecemasan penderita diabetes
dijelaskan bahwa rata-rata tingkat mellitus tipe 2 kelompok kontrol tetap sama
kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan pengukuran pertama (pretest) adalah
kelompok intervensi sebelum perlakuan 28,36, skor tingkat kecemasan terendah 15
(pretest) adalah 33,32, skor tingkat dan tertinggi 43. Pada tingkat kepercayaan
kecemasan terendah 20 dan tertinggi 40. 95% diyakini rata-rata skor tingkat
kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 bermakna tingkat kecemasan penderita
kelompok kontrol berada pada rentang 24,55 diabetes mellitus tipe 2 kelompok intervensi
sampai dengan 32,18. dengan kelompok kontrol atau dengan kata
3. Analisa Bivariat lain skor tingkat kecemasan penderita
Tabel 4.6 diabetes mellitus tipe 2 yang diberi
Perbedaan Tingkat Kecemasan Penderita perlakuan relaksasi otot progresif menurun
Diabetes Mellitus Tipe 2 antara Kelompok secara bermakna bandingkan dengan
Intervensi dengan Kelompok Kontrol kelompok yang tidak diberi perlakuan.
Sebelum Hasil uji indepnendent t test
(Pretest) dan Sesudah (Posttest) Perlakuan menunjukkan bahwa sebelum perlakuan,
tidak terdapat perbedaan bermakna antara
Kelompok
CI;95%
P- tingkat kecemasan penderita diabetes
Inter Kon Sel. value
Variabel mellitus tipe 2 kelompok intervensi dengan
Mean Mean Mean Lw Up
SD SD kelompok kontrol dimana pada hasil analisis
Sebelum 33,14 28,36 8.1 11.9 didapatkan p-value 0,070 (p>0,05),
0,914 0,057
(Pretest)5,842 8,611 90 91 sedangkan setelah perlakuan terdapat
Tingkat
kecemasan Sesudah 23,05 28,36
-
(Posttest 0,113 0.0
0,46
0,000
perbedaan signifikan antara tingkat
5,550 8,611 2 kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2
) 07
kelompok intervensi dengan kelompok
Berdasarkan tabel di atas dapat kontrol dimana tingkat kecemasan penderita
dijelaskan bahwa pada hasil analisis uji diabetes mellitus tipe 2 kelompok intervensi
independen t-test diperoleh rata-rata tingkat lebih rendah secara bermakna dibandingkan
kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 kelompok kontrol dengan selisih rata-rata
sebelum perlakuan (pretest) pada kelompok sebesar -0,286, p-value 0,000 (p<0,05).
intervensi adalah sebesar 33,145,842 dan Pada hasil uji paired sample t-test
pada kelompok kontrol adalah 28,368,611. didapatkan selisih rata-rata tingkat
Selisih rata-rata tingkat kecemasan penderita kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2
diabetes mellitus tipe 2 sebelum perlakuan kelompok intervensi antara sebelum
antara kelompok intervensi dan kelompok (pretest) dan sesudah (posttest) perlakuan
kontrol adalah sebesar 0,914 dengan nilai sebesar 10.091± 4.286 (p-value 0,000),
signifikansi 0,057 (p>0,05), artinya sedangkan selisih rata-rata tingkat
sebelum perlakuan tidak terdapat perbedaan kecemasan kelompok kontrol adalah
bermakna rata-rata tingkat kecemasan sebesar 0, 227± 0, 528 (p-value 0,188),
penderita diabetes mellitus tipe 2 antara dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelompok intervensi dengan kelompok terdapat pengaruh relaksasi otot progresif
kontrol. terhadap tingkat kecemasan penderita
Setelah perlakuan (posttest) rata-rata diabetes mellitus tipe 2 dimana rata-rata skor
tingkat kecemasan penderita diabetes tingkat kecemasan penderita diabetes
mellitus tipe 2 kelompok intervensi adalah mellitus tipe 2 yang mendapatkan terapi
sebesar 23,055,550, sedangkan pada relaksasi otot progresif lebih rendah secara
kelompok kontrol sebesar 28,368,611. bermakna dibandingkan penderita diabetes
Selisih rata-rata tingkat kecemasan setelah mellitus yang tidak mendapatkan terapi
perlakuan antara kelompok intervensi dan relaksasi otot progresif.
kelompok kontrol adalah sebesar 0,113
dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05),
artinya setelah perlakuan terdapat perbedaan
KESIMPULAN Muti-Pronged Pyschotherapeutic
Terdapat pengaruh relaksasi otot Technique For Imsomnia. Amrita
progresif terhadap tingkat ansietas penderita Journal Of Medicine; Vol.10: 1-44
diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes
Puskesmas Purbolinggo tahun 2022. Hal Mellitus Pada Orang Dewasa Dan
tersebut dapat dilihat dari perbedaan tingkat Anak-Anak Dengan Solusi Herbal.
kecemasan antara kelas kontrol dan kelas Yogyakarta: Nuha Medika
eksperimen dimana tingkat kecemasan Keliat, B.A Dan Pasaribu. (2016). Prinsip
penderita diabetes mellitus tipe 2 kelompok Dan Praktik Keperawatan Kesehatan
intervensi lebih rendah secara bermakna Jiwa Stuart. Singapura. Elsevier
dibandingkan kelompok kontrol dengan
selisih rata-rata sebesar -0,286, p-value Kemenkes RI. (2016). Situasi Dan Analisis
0,000 (p<0,05). Diabetes. Jakarta: Pusat Data Dan
DAFTAR PUSTAKA Informasi Kemenskes RI.
Anthoni Adi, D, H (2021) Pengaruh LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016).
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Kontrol Stres Fisiologis Dan bahasa.Jakarta: EGC
Psikologis Klien Diabetes
Melitus,.Padangsinimbuan.MPPKI Ludiana. (2017). Hubungan Kecemasan
Dengan Kadar Glukosa Darah
Apriyanti, M. (2014). Meracik Sendiri Obat Penderita Diabetes Mellitus Di
& Menu Sehat Bagi Penderita Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari
Diabetes Melitus. Yogyakarta: Pustaka Bantul Kec. Metro Selatan Kota
Baru Press.. Metro. WAcana Kesehatan,
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014a).
Keperawatan Medikal Bedah: Nabyl, R.A. (2012). Panduan Hidup Sehat
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Mencegah dan Mengobati Diabetes
Diharapkan. (A. Suslia & P. P. Mellitus. Yogyakarta: Solusi Distribusi
Aulia Publishing.
Lestari, Ed., R. A. Nampira,
Yudhistira, & S. Citra Eka, Penerj.) Notoatmodjo . 2018. Metode Penelitian
(Edisi 8, Vol. 1). Singapura: Elsevier
Kesehatan. Cetakan Ketiga.Jakarta :
Inc
Rineka Cipta
Dinkes Lampung Timur (2021). Laporan Novitasari, R., 2012. Diabetes Melitus
Medical Book.Yogyakarta : Nuha
Penyakit Tidak Menular (PTM)
Kabupaten Lampung Timur. Lampung Medika. Pinel, J., 2012.
Biopsikologi.Yogyakarta : Pustaka
Timur Lampung.
Pelajar
Endah Sri Rahayu, D. H. (2014). Pengaruh Nurgiwiyati, W. (2015) Terapi Alternatif
Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Komplementer Dalam Bidang
Terhadap Penurunan Tingkat Keperawatan. Bogor: In Media
Kecemasan Pada Klien Diabetes Nurlina. (2017).Pengaruh Kecemasan
Mellitus Tipe 2. Keywords: Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Progressive Muscle Relaxation, Penderita Diabetes Melitus Di Rsud
Anxiety Syekh Yusuf Gowa, 08.
Gitanjali,N. Dan Sreehari, R, Owen, Hans Kristian. (2016). Hubungan
(2014).Progressive Relaxation As A Usia Dan Jenis Kelamin Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Kebidanan Dan Keperawatan, Vol. 9,
Tingkat Kecemasan Pasien Di RDS No.2, Desember 2013: 193-204
Dr. Soebandi Jember. Jurnal Stuart, G. W., Dan Sundeen. (2016).
Kedokteran Universitas Jember. Principle And Practice Of Psychiatric
Agustus 2016. Universitas Jember. Nursing, (1st Edition). Singapore :
Purwanto, Bambang. (2012). Hipertensi Elsevier
(Patogenesis, Kerusakan Target Tarwoto, Dkk. 2012. Keperawatan Medikal
Organ Dan Penatalaksanaan). Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Purwanto, Edy. (2013). Metode Penelitian Jakarta: Trans Info Medikal.
Kuantitatif. Semarang: Fakultas Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Semarang Definisi Dan Indicator Diagnostic
Riskesdas 2018. Hasil Utama Riset Edisi I. Jakarta Selatan:Dewan
Kesehatan Dasar. Kementrian Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Kesehat Republik Indones. 2018. Nasional Indonesia
Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Penurunan Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan
Tingkat Kecemasan Anak Akibat Keperawatan Bagi Penderita
Hospitalisasi Dengan Penerapan Hipertensi Secara Terpadu.
Terapi Bermain. JKI (Jurnal Yogyakarta: Graha Ilmu
Konseling Indonesia), 3(1) : 9-12.
Susan C. Smeltzer. Keperawatan Medikal Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013).
Bedah (Handbook for Brunner & Keperawatan Medikal Bedah 2,
Suddarth’s Textbook of Medical Keperawatan Dewasa Teori dan
Surgical Nursing). Edisi 12, Jakarta; Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha
EGC; 2016 Medika
Suratini. (2013). Pengaruh Relaksasi
Progresif Terhadap Tingkat Tekanan WHO. (2018). Diabetes. Diambil 11
Darah Pada Lansia Hipertensi. Jurnal Desember 2021, Dari
Https://Www.Who.Int/En/News-
Room/Fact-Sheets/Detail/Diabetes.

Anda mungkin juga menyukai