Anda di halaman 1dari 23

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 15%

Date: Thursday, August 25, 2022


Statistics: 1088 words Plagiarized / 7375 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

1 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani EFEKTIFITAS
SPIRITUAL MINDFULNESS BASED ON BREATHING EXERCISE TERHADAP KECEMASAN
DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT KHUSUS
PARU KARAWANG Dina Trisnawati1, Yayat Suryati2, Susilawati2 1 Program Studi
Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani 2 FITKES Unjani 2 FITKES Unjani ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan perbandingan efektifitas terapi


farmakologis dengan terapi farmakologis disertai terapi spiritual mindfulness based on
breathing exercise terhadap tingkat kecemasan dan kadar glukosa darah pada pasien
DM tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan menggunakan
desain pretest-postest with kontrol group design. Besar sample yang diperlukan
penelitian sebanyak 40 orang pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel
dibagi dua, 20 orang pasien dijadikan kelompok eksperimen yang diberikan intervensi
terapi spiritual mindfulness based on breathing exercise, 20 orang pasien dijadikan
kelompok kontrol.

Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling dan besar sampel ditentukan
dengan formula Slovin. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pemberian
kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) untuk data tingkat kecemasan dan
untuk data kadar glukosa darah dikumpulkan dengan cara mengukurnya menggunakan
Glukometer digital yang telah dikalibrasi. Analisa data pada penelitian ini menggunakan
uji-t, untuk membandingkan efektifitas terapi farmakologis dengan terapi farmakologis
disertai terapi spiritual mindfulness based on breathing exercise terhadap tingkat
kecemasan dan kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan pasien pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan nilai P- Value sebesar 0,035 < 0,05
dan terdapat perbedaan kadar gula darah pasien pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dengan nilai P-Value sebesar 0,002 < 0,05. Kesimpulan penelitian ini,
Intervensi terapi farmakologi disertai terapi spiritual mindfulness based on breathing
exercise terbukti efektif menurunkan tingkat kecemasan dan kadar gula darah pasien
DM tipe 2. Kata kunci: DMT2, mindfulness, kecemasan, glukosa darah. ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia
that occurs due to defects in insulin secretion, insulin action or both.

The purpose of this study is to explain the comparison of the effectiveness of


pharmacological therapy with pharmacological therapy accompanied by spiritual
mindfulness based on breathing exercise on anxiety levels and blood glucose levels in
type 2 DM patients. This study is a quasi- experimental study using a pretest-posttest
design with control group design. . The sample size required for the study was 40 type 2
DM patients who met the inclusion criteria. The sample was divided into two, 20 patients
were used as the experimental group who were given mindfulness-based spiritual
therapy interventions on breathing exercise, 20 patients were used as the control group.

Samples were taken using purposive sampling technique and the sample size was
determined by the Slovin formula. Data collection techniques were carried out by
administering a Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) questionnaire for data on
anxiety levels and for blood glucose levels data were collected by measuring it using a
calibrated digital glucometer. Data analysis in this study used the Mann Whitney test, to
compare the effectiveness of pharmacological therapy with pharmacological therapy
accompanied by spiritual mindfulness based on breathing exercise on anxiety levels and
blood glucose levels in type 2 DM patients. The results showed that there were
differences in the anxiety levels of patients in the group. control and experimental
groups with a P-Value value of 0.035 <0.05 and there are differences in blood sugar
levels of patients in the control group and the experimental group with a P-Value value
of 0.003 <0.05.

The conclusion of this study is that pharmacological therapy interventions accompanied


by spiritual mindfulness based on breathing exercise have been proven to be effective in
reducing anxiety levels and blood sugar levels in type 2 DM patients. 2 | Dina Trisnawati,
Program Studi Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani Keywords: T2DM, mindfulness,
anxiety, blood glucose. 3 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan
FITKES Unjani PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi
karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal
tersebut bisa meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Kadar gula yang baik untuk tubuh berdasarkan World Health Organization (WHO),
(2020) adalah 70 130 mg/dL (sebelum makan), 180 mg/dL (2 jam setelah makan), 100
mg/dL (puasa), dan 100 140 mg/dL (menjelang tidur). Menurut American Diabetes
Association (ADA), (2021) DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. WHO (2020) menggolongkan DM menjadi dua jenis yaitu
DM tipe 1 dan DM tipe 2, DM tipe 1 terjadi akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas, dan DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas reseptor insulin
(tyosine kinase) di permukaan sel sehingga pada jenis DM tipe 2 jumlah insulin yang
disekresikan oleh beta pankreas bisa normal, bahkan meningkat (Smeltzer & Bare,
2009).

DM tipe 2 inilah yang jumlahnya paling banyak di Indonesia dengan usia rata-rata di
atas 40 tahun (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi penderita Diabetes Mellitus semakin
meningkat dari tahun ketahun. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3
kali lipat pada tahun 2035. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi
14,1 juta pada tahun 2035 (Perkeni, 2018).

Hasil Riskesdas pada tahun 2018 menunjukan bahwa berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk semua umur tiap Provinsi di Indonesia, menunjukan data penderita DM
sebanyak 1.017.290 pasien, dimana penderita DM tertinggi adalah Jawa Barat dengan
186.809 pasien. Hal tersebut menerangkan bahwa jumlah penderita DM yang sudah
tertangani masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penderita DM
berdasarkan perkiraan dari WHO. Hal ini terjadi karena sangat banyak penderita DM
tidak menyadari bahwa ia menderita DM, dan baru memeriksakan dirinya ketika
penyakit DM-nya sudah semakin parah.

DM tipe 2 ditandai dengan tiga gejala fisiologis umum, ketiga gejala itu yakni turunnya
berat badan tanpa penyebab yang jelas, sangat sering buang air kecil (poliura) dan
sering merasa haus (polidipsia). Selain tiga gejala itu, diabetes juga ditandai dengan
badan terasa cepat lelah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, gangguan ereksi pada
laki-laki, serta gatal- gatal di kemaluan pada perempuan. Selain gejala fisiologis, DM
tipe 2 juga dapat ditandai dengan gejala Psikologis, diantaranya, mengalami kecemasan,
stress, depresi, perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta rasa ingin bunuh diri
(Wisnu, 2021). Komplikasi DM tipe 2 secara umum adalah komplikasi mikrovaskuler dan
komplikasi makrovaskuler.

Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi yang menyerang pembuluh darah kecil, dan
yang dimaksud komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang menyerang pembuluh
darah besar. Komplikasi mikrovaskuler contohnya adalah retinopati yang bisa berujung
pada kebutaan, nefropati yang bisa berujung pada gagal ginjal dan neuropati yang bisa
berakibat pada munculnya berbagai gangguan saraf, mulai dari kulit yang terasa kebas,
gatal, nyeri, hingga impotensi pada laki-laki.

Komplikasi makrovaskuler bentuknya bisa serangan jantung, stroke dan gangguan aliran
darah pada bagian tubuh seperti kaki, yang bisa berujung pada pembusukan dan luka
berulang yang sulit sembuh pada penderita diabetes (Basfiansa,2019). Seseorang
dengan penyakit kronis, rentan mengalami kecemasan salah satunya adalah penderita
DM. World Health Organization (WHO), (2020) mencatat terdapat 48% penderita
diabetes yang mengalami kecemasan akibat penyakitnya. Hal ini terjadi karena efek DM
dapat menyebabkan produksi epinefrin meningkat, memobilisasi glukosa, asam lemak,
dan asam nukleat yang cenderung menyebabkan rasa lapar dan kecemasan.

Kecemasan bisa memicu aktivasi saraf simpatik yang dapat menyebabkan terjadinya
takikardia, peningkatan frekuensi pernapasan, tekanan darah meningkat, dan
penyempitan saluran napas, dan menyebabkan kelelahan. Kecemasan yang
berkepanjangan menyebabkan aktivitas Aksis Histopatologi Anatomi (HPA) yang
meningkat sehingga kadar kortisol meningkat yang diiringi oleh peningkatan glukosa di
sirkulasi. Kortisol juga mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas,
produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan (Putra, 2021).

4 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani Orang yang
menderita DM memiliki tingkat kecemasan 20% lebih tinggi dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita DM. Penelitian yang dilakukan oleh Andrean dan Muflihatin
(2020) terhadap 41 responden tentang hubungan antara tingkat kecemasan dengan
kadar gula darah pada pasien DM tipe 2, menggunakan uji Mann-whitney, hasil
penelitiannya menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan
kadar gula darah pada pasien DM tipe 2. Jaharut (2021) dalam penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dengan kadar gula darah
pada penderita Diabetes Melitus.

DM merupakan penyakit yang memerlukan terapi dan perawatan untuk waktu yang
cukup lama dan dapat menimbulkan kebosanan, kejenuhan, kecemasan bahkan frustasi
pada pasien. Oleh karena itu, diperlukan motivasi baik internal maupun eksternal bagi
pasien untuk dapat menjalani semua proses terapi dan perawatan diabetes (Perkeni,
2018). Untuk mengendalikan DM, harus ada keseimbangan antara prinsip-prinsip dasar
pengobatan, yaitu perencanaan makanan, obat dan olahraga (latihan jasmani) dan harus
diutamakan cara-cara non farmakologi terlebih dahulu secara maksimal (Masiana, 2015).

Penanganan masalah kecemasan dan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 tidak
dapat hanya intervensi Farmakologi berupa pemberian obat anti ansietas dan obat
pengontrol kadar gula darah, tetapi harus disertai juga dengan intervensi Non
Farmakologi. Mengonsumsi obat (intervensi farmakologi) dalam jangka yang lama dapat
menyebabkan terjadinya Drug Related Problems. Drug Related Problems adalah
merupakan suatu keadaan yang tidak diharapkan yang dialami pasien yang terlibat,
dimana kemungkinan disebabkan dalam melibatkan terapi pengobatan yang diberikan
kepada pasien, yang secara nyata maupun potensial dapat mempengaruhi keadaan
pasien seperti ketidak- patuhan, interaksi obat, alergi terhadap obat yang diresepkan.

Adapun, pengobatan dalam jangka yang lama dapat menimbulkan efek samping obat
yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada beberapa organ tertentu (Ainurrafiq,
2019). Masalah kecemasan dan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 ini
merupakan suatu masalah yang sangat kompleks dimana dipengaruhi berbagai faktor
yang terjadi dalam kehidupannya. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
tanggal 01 februari 2022 di Rumah Sakit Khusus Paru Karawang, berupa pemberian
kuesioner Zung Self- Rating Anxiety Scale terhadap 10 pasien DM tipe 2 didapatkan
bahwa 7 dari 10 orang (70%) memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Hasil pengukuran
kadar gula darah terhadap 10 pasien tersebut juga menunjukan ke-10 pasien (100%)
memiliki kadar gula darah yang tinggi (melebihi batas normal).

Upaya untuk menangani permasalahan diatas adalah selain dengan untervensi


farmakologis juga dengan intervensi non farmakologis. Salah satunya adalah melalui
terapi mindfulness. Mindfulness bisa diartikan sebagai kemampuan seorang manusia
untuk sepenuhnya menyadari keberadaannya, dimana seseorang berada, apa yang
dilakukannya, dan tidak bereaksi berlebihan terhadap apa yang terjadi disekitarnya.
Greenberg (1999) menjelaskan bahwa terapi mindfulness menekankan pada
pemfokusan perhatian pada peristiwa kekinian (peristiwa yang terjadi disini dan
sekarang) yang mana kegiatan ini melibatkan emosi, pikiran dan tubuh untuk
membangun kesadaran diri terhadap kondisi sekarang. Salah satu aspek yang dapat
memperbaiki persepsi individu terhadap kemampuannya adalah aspek spiritualitas.

Spiritual sebagai salah satu cara untuk meminimalkan kecemasan yang berperan
sebagai faktor psikologis yang positif (bebas dari stres dan cemas) melalui fungsional
sistem limbik dapat menimbulkan mekanisme koping yang positif. Spiritualitas secara
signifikan membantu pasien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang diakibatkan
oleh penyakit kronis (Potter dan Perry,2011). Hawari (2018) menyatakan bahwa teknik
penyembuhan spiritual yang dilakukan secara teratur dan kontinyu dapat menunjang
terapi konvensional.

Respon individu terhadap stres dengan mekanisme koping yang positif dan efektif
dapat menghilangkan atau meredakan cemas. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh
Kabat-Zinn, Ma & Teasdale, Davidson, Marlatt, et all, Carson & Carson dan Samuelson,
Carmody, Kabat-Zinn & Bratt (Alimudin, 2018) mengungkapkan hasil yang
menyimpulkan bahwa melatih mindfulness dapat membantu seseorang untuk dapat
memiliki hidup yang lebih sehat dan tidak mudah cemas dn depresi, memandang hidup
lebih baik, meningkatkan hubungan dengan orang lain, meningkatkan self esteem,
meningkatkan fungsi ketahanan tubuh manusia dan dapat mengurangi kemungkinan
seseorang untuk menggunakan obat-obatan terlarang. Hasil penelitian Alimudin (2018)
Spiritual Mindfulness Based On Breathing Exercise, terbukti berpengaruh terhadap kadar
glukosa darah rata-rata pasien DM tipe 2.

Hasil penelitian Rohmawati (2020) 5 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2)
Keperawatan FITKES Unjani menunjukkan bahwa intervensi spiritual mindfulness
berpengaruh terhadap kadar gula darah pada pasien DM tipe 2. Penelitian lainnya
dilakukan untuk menilai keefektifan terapi dalam mengurangi kecemasan dan
tanda-tanda depresi pasien rawat jalan. Hasil penelitian menunjukkan terapi
Mindfulness Based Cognitive Therapy (MBCT) dan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
memiliki efek positif yang signifikan terhadap penurunan kecemasan, penerimaan diri,
dan kondisi depresi pasien diabetes (Annika, et al., 2014). Upaya memaksimalkan
manfaat dari terapi mindfulness pendekatan spritual ini juga dapat dilakukan dengan
pendekatan model konsep dan teori keperawatan adaptasi dari Sister Callista Roy.

Konsep spiritual mindfulness based on breathing exercise berfokus pada aspek


psikologis pasien berupa pelaksanaan pernapasan secara sadar untuk mengurangi
kecemasan pasien disertai pemberian motivasi berupa kalimat-kalimat dukungan dan
keyakinan yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan penerimaan diri pasien
terhadap kondisinya, apabila kecemasan berkurang maka kadar gula darah terkontrol
(Nursalam, 2013). Model konsep dan teori Roy menekankan pada pemenuhan aspek
fisik dan psikis dengan memfasilitasi koping psikologis pasien sehingga membentuk
perilaku adaptif yaitu metode adaptif diri secara personal (konsistensi diri, ideal diri, dan
moral-etik-spiritual diri) yang diperlukan sebagai sistem adaptasi holistik dan terbuka.
Sistem yang terbuka berdampak pada perubahan terhadap informasi, kejadian dan
energi antar sistem yang mana melalui perubahan tersebut individu mempertahankan
integritas dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu (Nursalam, 2013). METODOLOGI
PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain quasi
experimental study dengan pendekatan pretest-posttest control- experiment group
design. Rancangan penelitian ini dipilih untuk melihat perbandingan pengaruh antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol, dengan kata lain penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perbandingan pengaruh terapi farmakologis dengan terapi
farmakologis disertai terapi spiritual mindfulness based on breathing exercise, terhadap
kecemasan, kadar glukosa darah, dan tekanan darah pada pasien DMT2, lebih jelasnya
digambarkan sebagai berikut: Pretes Treatmen Postes Grup Eksperimen O X O Grup
Kontrol O O Gambar 3.1

Desain Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien DMT2 yang yang
dirawat 1 bulan terakhir di ruangan penyakit dalam lantai 4 Rumah Sakit Khusus Paru
Karawang, yaitu sebanyak 45 pasien. Sedsngksn sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian pasien DMT2 yang dirawat 1 bulan terakhir di ruangan penyakit dalam lantai 4
Rumah Sakit Khusus Paru Karawang dan memenuhi kriteria inklusi. Besar sample yang
diperlukan penelitian sebanyak 40 orang pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria
inklusi, yang diperoleh dengan menggunakan formula slovin.

Sampel dibagi dua, 20 orang pasien dijadikan kelompok eksperimen yang diberikan
intervensi terapi spiritual mindfulness based on breathing exercise, 20 orang pasien
dijadikan kelompok kontrol. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling
dan besar sampel ditentukan dengan formula Slovin. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan pemberian kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) untuk
data tingkat kecemasan dan untuk data kadar glukosa darah dikumpulkan dengan cara
mengukurnya menggunakan Glukometer digital yang telah dikalibrasi.

Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji-t, untuk membandingkan efektifitas
terapi farmakologis dengan terapi farmakologis disertai terapi spiritual mindfulness
based on breathing exercise terhadap tingkat kecemasan dan kadar glukosa darah pada
pasien DM tipe 2. HASIL PENELITIAN Hasil Univariat Karakteristik Responden Tabel 4.1
Karakteristik Responden Karakteristik Kelompok Kontrol Eksperimen Jumla h Persentas e
Jumla h Persentas e Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 10 10 50% 50% 9 11 45% 55%
Usia : 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 60 tahun ke atas 1 4 9 6 5% 20% 45% 30%
0 11 5 4 0% 55% 25% 20% Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA S-1 0 6 7 5 2 0%
30% 35% 25% 10% 1 8 4 6 1 5% 40% 20% 30% 5% 6 | Dina Trisnawati, Program Studi
Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani Pekerjaan : IRT PNS/Pensiuna n Karyawan
Buruh 8 3 3 6 40% 15% 15% 30% 10 1 5 4 50% 5% 25% 20% Berdasarkan Tabel 4.1
diatas, dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan kategori jenis
kelamin, pada kelompok kontrol responden yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan jumlahnya sama yaitu 10 responden (50%), sedangkan pada kelompok
eksperimen jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 responden
(45%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 11 responden (55%).
Karakteriatik responden pada kategori usia, diketahui jumlah responden pada kelompok
kontrol sebagian besar responden berusia 51-60 tahun sebanyak 9 responden (45%),
diikuti responden yang berusia 60 tahun ke atas dengan jumlah 6 responden (30%),
selanjutnya responden berusia 41-50 tahun sebanyak 4 responden (20% ), sisanya
responden yang berusia 30-40 tahun sebanyak 1 responden (5%).

Sedangkan pada kelompok eksperimen usia responden paling banyak berusia 41-50
tahun sebanyak 11 responden (55%), dikuti oleh responden yang berusia 51-60 tahun
sebanyak 5 responden (25%) dan sisanya responden yang berusia diatas 60 tahun
sebanyak 4 responden (20%). Karakteristik responden berdasarkan kategori pendidikan,
pada kelompok kontrol diketahui sebagian besar responden berpendidikan SMP
sebanyak 7 responden (35%), diikuti responden yang berpendidikan SD sebanyak 6
responden (30%), kemudian SMA sebanyak 5 responden (25%) dan sisianya yang
berpendidikan S-1 sebanyak 2 responden (10%).

Sedangkan pada kelompok eksperimen diketahui, sebagian besar responden


berpendidikan SD sebanyak 8 responden (40%), berpendidikan SMA sebanyak 6
responden (30%), berpendidikan SMP sebanyak 4 responden (20%), sisanya responden
yang berpendidikan SD dan S-1 masing-masing 1 responden (5%). Karakteristik
responden berdasarkan kategori pekerjaan pada kelompok kontrol diketahui sebagian
besar responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 8 responden (40%), diikuti
responden yang bekerja sebagau buruh sebanyak 6 responden (30%), sisanya bekerja
sebagai karyawan dan PNS/Pensiunan sama banyak, sebanyak 3 responden (15%).

Uji Normalitas dan Homogenitas Data Data hasil penelitian berupa hasil pengukuran
tingkat kecemasan dan kadar gula darah pada kedua kelompok, sebelum diolah
menggunakan statistika lebih lanjut, diuji normalitas dan homogenitasnya nya dengan
banttuan software SPSS, menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk uji
normalitas dan metode Levene untuk uji homogenitas. Berikut ini hasil uji normalitas
data: Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Data/Kelas Sig Interpretasi Pretes Kecemasan Kontrol
0,175 Data berdistribusi normal Pretes Kecemasan Eksperimen 0,200 Data berdistribusi
normal Postes Kecemasn Kontrol 0,061 Data berdistribusi normal Postes Kecemasan
Eksperimen 0,002 Data tidak berdistribusi normal Pretes Gula Darah Kontrol 0,200 Data
berdistribusi normal Pretes Gula Darah Eksperimen 0,200 Data berdistribusi normal
Postes Gula Darah Kontrol 0,200 Data berdistribusi normal Postes Gula Darah
Eksperimen 0,200 Data berdistribusi normal Berikut ini hasil uji homogenitas data: Tabel
4.3

Uji Homogenitas Data Data/Kelas Sig Interpretasi Pretes Kecemasan Kontrol 0,783 Data
homogen Pretes Kecemasan Eksperimen Postes Kecemasn Kontrol 0,276 Data homogen
Postes Kecemasan Eksperimen Pretes Gula Darah Kontrol 0,952 Data homogen Pretes
Gula Darah Eksperimen Postes Gula Darah Kontrol 0,945 Data homogen Postes Gula
Darah Eksperimen Hasil Bivariat Gambaran Tingkat Kecemasan Responden 7 | Dina
Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani Gambaran tingkat
kecemasan responden pada kelompok kontrol dan eksperimen, sebelum (pretes) dan
sesudah intervensi (postes), disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Gambaran
Tingkat Kecemasan Responden Kelompok Tingkat Kecemasan Pretes Postes Selisih
Kontrol 24.20 18.70 5,50 Eksperimen 23.90 14.20 9,70 Berdasarkan tabel 4.4

diatas dapat diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi, rerata tingkat kecemasan
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengalami penurunan, namun untuk
kelompok eksperimen penurunannya lebih signifikan yaitu dengan selisih sebesar 9,70
dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan selisih sebesar 5,50. Efektifitas terapi
spiritual mindfulness based on breathing exercise terhadap penurunan tingkat
kecemasan Secara statistik gambaran tingkat kecemasan responden, disajikan pada
tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5

Uji -t Pretes Tingkat Kecemasan Responden Tes N Mean P-Value Pretes Kontrol 20 24,80
0,902 Pretes Eksperimen 20 23,90 Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji-t
dengan bantuan software SPSS, diketahui nilai Sig atau P Value sebesar 0,902 > 0,05.;
maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara pretes tingkat
kecemasan kelompok kontrol dengan pretes tingkat kecemasan kelompok eksperimen.
Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney Postes Tingkat Kecemasan Responden Tes N Rank P-Value
Postes Kontrol 20 24.38 0,035 Postes Eksperimen 20 16,63 Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji Mann-Whitney dengan bantuan software SPSS, diketahui nilai Sig atau
P Value sebesar 0,035 < 0,05; maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan bermakna
antara postes tingkat kecemasan kelompok kontrol dengan postes tingkat kecemasan
kelompok eksperimen, penurunan tingkat kecemasan kelompok eksperimen lebih
signifikan dibandingkan dengan penurunan tingkat kecemasan kelompok kontrol.

Dapat disimpulkan bahwa terapi spiritual mindfulness based on breathing exercise


efektif menurunkan tingkat kecemasan responden. Gambaran Kadar Glukosa Darah
Responden Gambaran kadar glukosa darah responden pada kelompok kontrol dan
eksperimen, sebelum (pretes) dan sesudah intervensi (postes), disajikan dalam tabel 4.7
berikut ini: Tabel 4.7 Gambaran Kadar Glukosa Darah Responden Kelompok Kadar
Glukosa Drah (mg/dL) Pretes Postes Selisih Kontrol 180.15 126.75 53,40 Eksperimen
175.00 103.95 71,05 Berdasarkan tabel 4.7

diatas dapat diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi, rerata kadar glukosa darah
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengalami penurunan, namun untuk
kelompok eksperimen penurunannya lebih signifikan yaitu dengan selisih sebesar 71,05
dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan selisih sebesar 71,05. Efektifitas terapi
spiritual mindfulness based on breathing exercise terhadap penurunan tingkat
kecemasan Secara statistik gambaran kadar glukosa darah responden, disajikan pada
tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.8

Uji-t Pretes Kadar Glukosa Darah Responden Tes N Mean P-Value Pretes Kontrol 20
180,15 0,537 Pretes Eksperimen 20 175,00 Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
uji-t dengan bantuan software SPSS, diketahui nilai Sig atau P Value sebesar 0,537 >
0,05. maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara pretes kadar
glukosa darah kelompok kontrol dengan pretes kadar glukosa darah kelompok
eksperimen. Tabel 4.9 Uji -t Postes Kadar Glukosa Darah Responden Tes N Mean
P-Value Postes Kontrol 20 126,75 0,002 Postes Eksperimen 20 103,95 Berdasarkan hasil
uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney dengan bantuan software SPSS, diketahui
nilai Sig atau P Value sebesar 0,002 < 0,05.

maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan bermakna antara postes kadar glukosa
darah kelompok kontrol dengan postes kadar glukosa darah kelompok eksperimen,
penurunan kadar glukosa darah kelompok eksperimen lebih signifikan dibandingkan
dengan penurunan tingkat kecemasan kelompok 8 | Dina Trisnawati, Program Studi
Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terapi
spiritual mindfulness based on breathing exercise efektif menurunkan kadar gula darah
responden. PEMBAHASAN Gambaran Tingkat Kecemasan Responden Berdasarkan hasil
penelitian diketahui tingkat kecemasan responden setelah intervensi, pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen sama- sama mengalami penurunan, namun untuk
kelompok eksperimen penurunannya lebih signifikan yaitu dengan selisih 9,70
dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan selisih 5,50.

Hal ini membuktikan bahwa pada kelompok eksperimen dengan intervensi terapi
farmakologi disertai terapi spiritual mindfulness based on breathing exercice dapat
menurunkan tingkat kecemasan pasien DM tipe 2, lebih besar, dibandingkan pada
kelompok kontrol dengan intervensi terapi farmakologi saja. Hasil penelitian ini selaras
dengan penelitian lainnya yang menunjukan bahwa tingkat kecemasan pasien DM tipe 2
mengalami penurunan setelah intervensi terapi mindfulness. Rohmawati (2020) hasil
penelitiannya menunjukan bahwa spiritual mindfulness based on benson relaxation
membantu pasien meningkatkan fokus mereka pada kondisi saat ini tanpa upaya untuk
menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga pasien lebih nyaman dan
merasa tenang. Intervensi ini mempengaruhi pengurangan kecemasan, rata-rata gula
darah pasien DM tipe 2.

Hasina (2021) hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa, meditasi mindfulness


berdasarkan perawatan spiritual dapat mengurangi tingkat kecemasan orang selama
Pandemi COVID-19. Hasil penelitian Blasco (2016) menunjukan bahwa, pemberian
intervensi Mindfulness dan Self Compassion terapi menunjukkan hasil perbedaan nyata
pada kelompok kontrol dan kelompok intevensi dalam meningkatkan ketahanan,
penilaian positif, dan ekspresi emosional terbuka. sehingga, intervensi ini sangat
bermanfaat sebagai strategi dalam mengatasi dan mengurangi tingkat kecemasan dan
stres pada kelompok lansia.

Hasil penelitian Alimuddin (2018) yang menyatakan bahwa, terapi spiritual mindfulness
based on breathing exercise sangat berpengaruh dalam mengurangi tingkat kecemasan.
Ketika seseorang merasa cemas maka sistem tubuh akan bekerja dengan meningkatkan
kerja saraf simpatis sebagai respon terhadap stres. Sistem saraf simpatis bekerja melalui
aktivasi medula adrenal untuk meningkatkan pengeluaran epinephrine, norepinephrine,
kortisol serta menurunkan nitric oxide.

Keadaan tersebut akan menyebabkan perubahan respon tubuh seperti peningkatan


denyut jantung, pernapasan, tekanan darah, aliran darah ke berbagai organ meningkat
serta peningkatan metabolisme tubuh. Efektifitas Spiritual Mindfulness Based On
Breathing Exercise terhadap Tingkat Kecemasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pemberian intervensi terapi spiritual mindfulness based on breathing exercice
memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien DM
tipe 2. Penanganan masalah kecemasan pada penderita DM tipe 2 tidak dapat hanya
intervensi Farmakologi berupa pemberian obat anti ansietas, tetapi harus disertai juga
dengan intervensi Non Farmakologi.

Mengonsumsi obat (intervensi farmakologi) dalam jangka yang lama dapat


menyebabkan terjadinya Drug Related Problems. Drug Related Problems adalah
merupakan suatu keadaan yang tidak diharapkan yang dialami pasien yang terlibat,
dimana kemungkinan disebabkan dalam melibatkan terapi pengobatan yang diberikan
kepada pasien, yang secara nyata maupun potensial dapat mempengaruhi keadaan
pasien seperti ketidak- patuhan, interaksi obat, alergi terhadap obat yang diresepkan.

Adapun, pengobatan dalam jangka yang lama dapat menimbulkan efek samping obat
yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada beberapa organ tertentu (Ainurrafiq,
2019). Hasil penelitian menunjukan adanya efek yang signifikan dari pemberian terapi
spiritual mindfulness based on breathing exercise terhadap kecemasan pasien DM tipe 2
pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol. Berdasarkan nilai rerata
pre test dan post test, sebagian besar kelompok eksperimen mengalami penurunan
tingkat kecemasan setelah diberikan intervensi spiritual mindfulness based on breathing
exercise.

Penurunan tingkat kecemasan tersebut ditandai menurunnya gejala kecemasan pada


sebagian besar pasien kelompok eksperimen. Hasil penelitian ini sesuai dengan
beberapa penelitian lainnya yang menunjukan efektifitas intervensi spiritual mindfulness
terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien DM tipe 2. Penelitian tersebut
diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Chan, et al (2015) menyatakan bahwa
pemberian intervensi mindfulness secara signifikan dapat menrunkan perasaan cemas
pada pasien COPD.

Miichaela, et al (2017) dalam sebuah sistematic review yang dilakukan untuk menyelidiki
efek neurologis dari terapi mindfulness pada fokus perhatian, kontrol, dan terhadap
stres menyimpulkan 9 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan
FITKES Unjani bahwa secara umum latihan meditasi mindfulness dapat mempengaruhi
penurunan gejala fisiologis stres. Anselm, et al (2016) menyatakan bahwa pemberian
intervensi mindfulness yang difokuskan pada perhatian napas (mindful atention to
breath) efektif dalam pengaturan regulasi emosi yang tidak menyenangkan,
menurunkan aktivasi amigdala dan meningkatkan integrasi prefrontal. Mindfulness
adalah pengalaman disini dan saat ini akan keberadaannya tanpa penilaian akan pikiran,
perasaan, dan sensasi yang muncul sebagai pengalaman langsung akan realitas
(Kabat-Zinn, dalam Alimudin, 2018).

Latihan mindful breathing merupakan bagian dari Mindfulness Based Stress Reduction
(MBSR) yang pelaksanaannya merupakan teknik dasar untuk mencapai kondisi sadar
penuh. Melatih mindfulness dapat membantu seseorang untuk dapat memiliki hidup
yang lebih sehat dan tidak mudah cemas, tidak mudah depresi, memandang hidup lebih
baik, meningkatkan hubungan dengan orang lain, meningkatkan self esteem,
meningkatkan fungsi ketahanan tubuh manusia dan dapat mengurangi kemungkinan
seseorang untuk menggunakan obat-obatan terlarang (Kabat-Zinn, dalam Alimudin,
2018). Latihan pernapasan yang penuh perhatian, perhatian individu akan diarahkan
pada sensasi fisik yang terkait dengan pernapasan.

Ketika pikiran mengembara kepikiran lain selain napas, individu secara sadar akan
merasakan pikiran itu namun hanya sebatas merasakannya dan dengan lembut
mengembalikan fokus kesensasi pernafasan. Hal ini dikarenakan pemberian terapi
mindfulness akan meningkatkan relaksasi dan kenyamanan melalui penekanan stressor
yang mengancam sebagai akibat dari stres dan kecemasan yang dialami. Mindfulness
meditation lebih kepada aspek strategi pemusatan perhatian untuk menangani masalah
kognitif dan mengaktifkan kembali kekuatan pikiran untuk mereduksi distres emosional
(Dalen, et al., 2010).

Terapi mindfulness, khususnya mindful breathing exercise merupakan terapi yang efektif
untuk permasalahan psikologis. Terapi tersebut mampu membantu individu untuk
menarik diri dari masalah- masalah pribadi dan konflik batin. Selama proses mindfulness
terjadi beberapa peristiwa yang saling mempengaruhi, diantaranya experience being
present, yang mana sebagai pengalaman, mindfulness menjadi sangat subjektif, akan
tetapi secara umum, mindfulness merupakan kemampuan mempertahankan kualitas
kesadaran, penerimaan dan perhatian setiap saat.

Selanjutnya adalah kesadaran (awareness) yang mana dengan kesadaran ini, disarankan
agar individu memiliki kemampuan lebih besar untuk merefleksikan dan merespon
dengan cara yang sehat terhadap pengalaman mereka saat ia muncul. Penerimaan
(acceptance), yaitu mampu menerima apa yang terjadi tanpa menilai, menolak, atau
menghindari. Perhatian (attention) yaitu menerima dengan kesadaran yang mana
seseorang dapat mempertahankan fokus pada apa yang timbul tanpa menjadi
terganggu atau kehilangan apa yang ada di pikiran.

Proses yang terakhir transformasi, yang mana melalui mindfulness seseorang


mendapatkan akses langsung ke sumber daya batin yang kuat untuk wawasan,
transformasi, dan penyembuhan (White, 2014). Penelitian ini mengaplikasikan
pendekatan model konsep dan teori keperawatan adaptasi yang dikembangkan oleh
Sister Callista Roy yang menyatakan bahwa level adaptasi meyesuaikan dengan
mekanisme koping individu dan control proccess yang dapat diobservasi melalui empat
model adaptasi, yakni model adaptasi fisiologis yang merupakan kemampuan fisik
individu untuk berespon terhadap stimulus dari lingkungan, serta adaptasi konsep diri,
berisi psikologis dan spiritual dari individu yang terdiri dari perasaan dan kepercayaan
yang terbentuk tentang diri sendiri (dari persepsi internal dan persepsi orang lain).

Model adaptasi ini terdiri dari dua komponen yaitu physical self (body sensation and
body image) dan personal self (self consistency and moral ethical, spritual self).
Penerapan intervensi ini menjadikan pasien lebih tenang sehingga memudahkan proses
adaptasi yang selanjutnya akan berdampak pada penurunan kecemasan. Terapi spiritual
mindfulness based on breathing exercise diberikan untuk menimbulkan kesadaran
pasien pada kondisi yang dialami saat ini tanpa adanya upaya untuk menyalahkan
lingkungan dan orang lain, dilakukan dengan pendekatan rohani yang bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran diri, meningkatkan konsentrasi, ketenangan pikiran, demi
terbentuknya keyakinan bahwa kesembuhan datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa
melalui pemberian motivasi spiritual dengan mendengarkan rekaman suara yang
berisikan instruksi untuk memfokuskan pikiran pada pernapasan, ketika pikiran dan
perasaan mulai terganggu dengan suara dan beban pikiran lain pasien cukup
mendengarkan dan merasakannya lalu mengembalikan fokus pada pernapasan dan
kalimat-kalimat motivasi kesyukuran, kepasrahan, kesabaran, dan keikhlasan yang
diiringi dengan alunan musik yang sesuai. Hal yang terjadi selama proses terapi
mindfulness sangat berpengaruh dalam mengurangi tingkat 10 | Dina Trisnawati,
Program Studi Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani kecemasan.

Ketika seseorang merasa cemas maka sistem tubuh akan bekerja dengan meningkatkan
kerja saraf simpatis sebagai respon terhadap stres. Sistem saraf simpatis bekerja melalui
aktivasi medula adrenal untuk meningkatkan pengeluaran epinephrine, norepinephrine,
kortisol serta menurunkan nitric oxide. Keadaan tersebut akan menyebabkan perubahan
respon tubuh seperti peningkatan denyut jantung, pernapasan, tekanan darah, aliran
darah ke berbagai organ meningkat serta peningkatan metabolisme tubuh.

Teknik mindfulness yang dilakukan akan merangsang area otak yaitu prefrontal cortex
yang merupakan pusat regulasi emosi dan penilaian untuk menginstruksikan reaksi
emosional, kemudian tubuh akan memberikan respon dengan cara perasaan menerima
dan tidak menghakimi, sementara pada bagian hypocampus dan amygdala selain area
untuk meregulasi emosi juga sebagai area keterbukaan, pemadaman, dan penguatan
yang akan memberikan instruksi untuk lebih membuka diri sehingga individu mampu
melepaskan diri dalam kesadaran, menahan diri dari reaktivitas internal dan
meningkatkan penerimaan diri sehingga dapat menurunkan kecemasan.

Setelah mampu untuk melatih dan memfokuskan diri pada pernapasan yang penuh
kesadaran, individu akan merasa lebih mudah untuk memusatkan perhatian pada napas
yang mana ini keterampilan yang penting untuk membantu dalam mengatasi stres,
kecemasan, dan emosi negatif, mendinginkan diri ketika marah, dan meningkatkan
keterampilan dalam konsentrasi. Kegiatan bernapas secara khusus sangat membantu
karena memberi kesempatan pada individu untuk dapat kembali fokus ketika pada
proses pernapasan (menghirup dan menghembuskan) napas mereka ketika merasakan
bahwa pikiran dan perasaannya terbawa oleh pikiran yang penuh tekanan. Pernapasan
yang penuh kesadaran juga membantu individu tetap "hadir" pada saat itu, bukannya
terganggu oleh penyesalan di masa lalu atau kekhawatiran tentang masa depan.

Penelitian ini memasukkan unsur spiritual ke dalam terapi mindfulness yang diberikan.
Larry Dossey MD menyampaikan bahwa doa dan spiritualitas memiliki kekuatan yang
sama besar dengan pengobatan (Zainuddin, 2012). Spiritualitas bukanlah tentang
gagasan teks suci dan teologi. Lebih tepatnya berkenaan dengan emosi dan hubungan
sosial. Kaitan antara teologi dan neurosains dalam pengalaman spiritual adalah
munculnya emosi positif, seperti kagum, cinta (attachment), kepercayaan (faith), kasih
sayang, syukur, pengampunan, sukacita, dan harapan (Vaillant, 2008; Thalib, 2018).

Selama proses mindfulnesss, peserta merasa tenang, meningkatkan tingkat dan kasih
sayang untuk diri sendiri, ada keterikatan spiritualitas, peningkatan kesadaran akan
kesehatan dan perawatan diri (White, 2014). Mindfulness juga mengajarkan seseorang
bagaimana meregulasi pengalamannya. Individu diberdayakan untuk bergerak dari
kondisi tidak sadar, terjadi reaksi internal dan eksternal secara otomatis dan membawa
tubuh dalam kondisi sadar. Sebagai reaksi terhadap kondisi yang berubah, hubungan
personal dan profesional juga dapat diperbaiki (White, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh intervensi pada kedua kelompok
atau tidak ada perbedaan pengaruh pemberian intervensi antara kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol. Hal ini bisa terjadi karena kelompok kontrol memiliki latar
belakang pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan.
Dorevitc (2008) yang menyatakan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi
pola pikir, semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pemikiran maupun
tingkah laku.

Pola pikir yang dihasilkan dari ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan akan
berdampak pada sikap dan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dengan
pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih peduli terhadap kesehatan, sehingga
seseorang berupaya untuk mengobati dirinya saat mengalami gangguan kesehatan
dengan berobat ke fasilitas kesehatan yang memadai. Sejalan dengan konsep teori
adaptasi Roy yang mengungkapkan bahwa proses adaptasi merupakan fungsi dari
stimulus yang datang dan tingkat adaptif yang terdiri dari tiga kelas stimulus, yakni
stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual.

Stimulus residual ini terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses adaptasi
diantaranya kultur (meliputi status sosial ekonomi, etnis, sistem keyakinan), efektivitas
kognator (meliputi persepsi, pengetahuan, dan lingkungan), dan pertimbangan
lingkungan (meliputi perubahan lingkungan internal atau eksternal). Gambaran Kadar
Gula Darah Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui kadar gula darah
responden setelah intervensi, pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
sama-sama mengalami penurunan, namun untuk kelompok eksperimen penurunannya
lebih signifikan yaitu dengan selisih 71,05 mg/dL, dibandingkan dengan kelompok
kontrol dengan selisih 53,40 mg/dL.

Hal 11 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan FITKES Unjani ini
membuktikan bahwa pada kelompok eksperimen dengan intervensi terapi farmakologi
disertai terapi spiritual mindfulness based on breathing exercice dapat menurunkan
kadar gula darah pasien DM tipe 2, lebih besar, dibandingkan pada kelompok kontrol
dengan intervensi terapi farmakologi saja. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
lainnya yang menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2
setelah diberikan intervensi terapi spiritual mindfulness based on breathing exercice.

Rohmawati (2020) hasil penelitiannya menunjukan bahwa spiritual mindfulness based on


benson relaxation membantu pasien meningkatkan fokus mereka pada kondisi saat ini
tanpa upaya untuk menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga pasien
lebih nyaman dan merasa tenang. Intervensi ini mempengaruhi pengurangan
kecemasan, rata-rata gula darah pasien DM tipe 2. Hasil penelitian Kusumawati (2021),
mengungkapkan bahwa, Intervensi berbasis mindfulness dan diabetes resilience training
merupakan intervensi psikologis yang secara empiris telah terbukti secara efektif
menurunkan skala diabetes burnout dan secara tidak langsung berperan dalam
mengontrol kadar glikemik penderita DMT2.

Mindfulness bekerja dengan meningkatkan fungsi dan kepadatan area abu-abu pada
otak (bagian kiri hipokampus, Posterior Cingulate Cortex, Temporo Parietal Junction,
cerebellum lateral, dan cerebellar vermis/brainstem). Dimana dalam kondisi stres, fungsi
dan kepadatan area abu-abu otak tersebut mengalami penurunan sehingga fungsi dari
area tersebut mengalami gangguan dan bekerja kurang optimal. Efektifitas Spiritual
Mindfulness Based On Breathing Exercise terhadap Kadar Glukosa Darah Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa pemberian intervensi terapi spiritual mindfulness based
on breathing exercice memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan kadar
glukosa darah pasien DM tipe 2. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian lainnya
yang menunjukkan adanya efek yang signifikan pemberian intervensi minduflness
terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2.

Rosenzweig, et al dalam Alimuddin (2018) menyatakan bahwa intervensi MBSR pada


pasien DM memiliki hubungan dengan peningkatan peredaran glukosa, yang mana
HA1c berkurang dan mean arterial pressure berkurang sebesar 6 mmHg, sementara
tidak ditemukan perubahan pada berat badan. Khan (2018) yang melakukan penelitian
terhadap 86 wanita pasien diabetes dan obesitas menyatakan bahwa terapi MBSR
diketahui mampu menurunkan kadar gula darah yang mana partisipan memiliki kadar
gula darah yang lebih rendah 9 mg/dL dibandingkan kelompok yang mendapat edukasi
soal diet dan olahraga. Rosenzweig.,
et al (2007) menyatakan bahwa stres dapat menyebabkan peningkatan produksi kortisol,
noreipnefrin, beta endorfin, glukagon dan hormon pertumbuhan, meningkatkan kadar
glukosa darah dan resistensi insulin. Melalui praktik mindfulness yang terdiri dari
beberapa teknik, yaitu body scan, mindful breathing, mindful walking, mindful eating,
dan mindful communication dimana pada semua praktik latihan ini, peserta berlatih
untuk memberi perhatian penuh pada pengalaman saat ini, tidak berespon negatif dan
reaktif terhadap kejadian, pikiran, emosi, atau sensasi eksternal yang muncul dinilai
sangat efektif mengurangi respon stres psikologis individu yang juga dapat
memperbaiki regulasi gula darah individu.

Penelitian mengenai kecemasan dengan kontrol glikemik juga telah dilakukan di


Meksiko. Memiliki tingkat kecemasan tinggi, dikaitkan dengan kontrol glikemik yang
buruk dan komplikasi diabetes yang lebih banyak (Kendzor D, et al, 2014). Terdapat
hubungan langsung antara kecemasan dengan kontrol glikemik melalui mekanisme
fisiologis (Hessler D, et al, 2014). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan
pengaruh penurunan rerata dari kadar gula darah rata-rata pada kelompok perlakuan
setelah diberikan intervensi terapi spiritual mindfulness based on breathing exercise.

Pada dasarnya pemberian intevensi ini secara tidak langsung dapat mengontrol kadar
glukosa darah rata- rata pasien, akan tetapi membutuhkan proses yang bertahap. Salah
satu faktor yang mempengaruhi tercapainya kondisi penurunan kadar glukosa darah
rata-rata terjadi sebagai akibat dari terbentuknya kesadaran diri serta mekanisme
adaptasi yang berefek pada penurunan kecemasan pasien. Zainuddin (2012) spiritual
power (rasa ikhlas, yakin, syukur, sabar dan khusyu) akan melepaskan semua blok
emosional negatif yang ada dalam diri seseorang.

Kekuatan dosis pemberian terapi, yaitu sebanyak tiga kali sehari dan dilakukan selama 4
minggu berturut-turut juga diduga sebagai salah satu hal yang memberikan kontribusi
terhadap perbedaan kadar glukosa darah rata-rata pasien pada kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol. Terapi ini juga mampu mempertahankan kondisi rileks
melalui peningkatan fokus pada saat ini tanpa adanya upaya untuk menyesali diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan 12 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2)
Keperawatan FITKES Unjani melalui motivasi spiritual yang ada dalam rekaman
intervensi.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat (Zinn, dalam Jumaroh, 2018) mindfulness juga
akan melibatkan bagaimana seseorang melihat, merasakan, mengetahui dan mencintai
terhadap yang difokuskan pada saat ini dan memfasilitasi keterpusatan fokus dan
kesadaran yang lebih besar. Pendekatan ini melibatkan perhatian yang difokuskan disini
dan sekarang serta dengan sikap tidak menghakimi yang menggunakan unit-unit dasar
intensi (niat), atensi (perhatian), dan sikap. Fakta penelitian menunjukan bahwa
penurunan kadar glukosa darah pasien terjadi pada akhir minggu pada pemeriksaan
postest. Penurunan kadar glukosa darah terjadi pada pemeriksaan setelah pemberian
intervensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna kadar glukosa darah
setelah pemberian terapi farmakologi disertai dengan terapi non farmakologi spiritual
mindfulness based on breathing exercise dengan kadar glukosa darah setelah pemberia
terapi farmakologi saja. Dengan kata lain terapi non farmakologi spiritual mindfulness
based on breathing exercise, efektif menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2.
KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan yang signifikan penurunan tingkat kecemasan
pasien DM tipe 2 yang diterapi farmakologi saja dengan penurunan tingkat kecemasan
pasien DM tipe 2 yang diterapi spiritual mindfulness based on breathing exercise. 2.

Intervensi terapi farmakologi disertai terapi spiritual mindfulness based on breathing


exercise terbukti efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien DM tipe 2. 3. Terdapat
perbedaan yang signifikan penurunan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 yang
diterapi farmakologi saja dengan penurunan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 yang
diterapi spiritual mindfulness based on breathing exercise. 4. Intervensi terapi
farmakologi disertai terapi spiritual mindfulness based on breathing exercise terbukti
efektif menurunkan kadar gula darah pasien DM tipe 2. DAFTAR PUSTAKA Alligood, M.
R. (2014). Nursing theory & their work (8 th ed).

The CV Mosby Company St. Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier. Inc Alimudin, T.A.
(2018). Pengaruh Spiritual Mindfullness Based On Breathing Exercise Terhadap
Kecemasan, Kadar Glukosa Darah Dan Tekanan Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Tesis : Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya. (Tidak diterbitkan). American Diabetes Association (ADA). (2021). Diagnosis
and classification of diabetes mellitus. American Diabetes Care, Vol.38. Andrean dan
Muflihatin. (2020). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik PP\K 1 Denkesyah. Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020. Annika, et al. (2014).

Individual mindfulness-based cognitive therapy and cognitive behavior therapy for


treating depressive symptoms in patients with diabetes: results of a randomized
controlled trial. Diabetes Care. 2014 Sep;37(9):2427-34. doi: 10.2337/dc13-2918. Epub
2014 Jun 4. Anselm, Doll., Hölzel, B.K., Bratec, SM., Boucard, CCXie, X. (2016). Mindful
attention to breath regulates emotions via increased amygdala prefrontal cortex
connectivity. J.NeuroImage:Elsevier 134 (2016) 305 313.
http://dx.doi.org/10.1016/j.neuroimage. Azzahra, F. (2019). Farmakoterapi Gangguan
Ansietas dan Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi Antiansietas. JIMKI Vol. 8 No.1
(November 2019-Februari 2020) Basfiansa, A.D. (2019). Komplikasi Yang Dapat
Disebabkan Oleh Diabetes. Kemenkes RI 2019. [Online].

Tersedia: https://www.komunitas/topic/ angiopati. Diakses tanggal 15 Desember 2021.


Black J., Hawks., Jane H. (2009). Medical surgical nursing: clinical management for
positive outcomes. 8th ed. Vol. 1, St. Louis: Elsevier. Dalen, J., Smith, BW., Shelley, BM.,
Sloan, AL, Leahigh, L., Begay, D. (2010). Pilot study: Mindful Eating and Living (MEAL):
Weight, eating behavior, and psychological outcomes associated with a
mindfulness-based intervention for people with obesity. Complementary Therapies in
Medicine 1 - 5, doi:10.1016/j.ctim.2010.09.008. Departemen Kesehatan RI.(2005).
Farmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Author. Depkes RI (2019).
Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.

Jakarta: Departemen 13 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan


FITKES Unjani Kesehatan RI. Familia, D. dkk. (2017) Hidup Bahagia dengan Hipertensi.
Jogjakarta: ogyakarta: A Plus Books Ar-Ruzz Media Group. Greenberg, J.S (1999).
Comprehensive Stress Management. United States of America : Mc. Growhill. Hartman
M., Kopf S., Faude-Lang C. (2012). Sustained effects of a mindfulness- based sterss
reduction intervention in type 2 diabetic patients. DiabetesCare, 35: 945-947. Hasanat
UI., Nilda. (2010). Manajemen Diri Diabetes: Analisis Kuntitatif Faktor- Faktor Psikososial
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Disertasi: Universitas Gadjah Mada. Tidak
Diterbitkan. Manik dan Ronoatmodjo. (2019).

Hubungan Diabetes Melitus dengan Hipertensi pada Populasi Obesitas di


Indonesia.Jurnal Epidemiologi Kesehatan UI Vol.3 No.1
(2019).Online].Tersedia:ttps://journal.fkm.ui.ac.i d/epid/article/view/3164/pdf Hawari D.,
(2018). Manajemen Stres, Cemas, Dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hayens, B, dkk. (2016). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta: Ladang
Pustaka. Hölzel, B.K., et al. (2011). How does mindfulness meditation work? Proposing
mechanisms of action from a conceptual and neural perspective. Perspectives on
Psychological Science, 6(6): 537 559. Jayanti, R. (2016).

Efektivitas Pelatihan Mindfulness Dengan Pendekatan Spiritual Terhadap Peningkatan


Psychological Wellbeing Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Tesis : Program Pendidikan
Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta2016.
(Tidak diterbitkan). Kabat Zinn, Jon. (2006). Mindfulness for Beginners. USA: Jaico
Publishing House. Kemenkes RI. (2018). Laporan Riskesdas 2018, Laporan Nasional
Riskesdas (Vol. 53, Issue 9, pp. 123 143). Kendzor, D., Chen, M., Reininger, B., Businelle,
M., Stewart, D., Fisher-Hoch, S., Rentfro, A., Wetter, D., McCormick, J. (2014). The
Association of Depression and Anxiety with Glycemic Control among Mexican American
with Diabetes Living Near The U.S.-Mexico Border. BMC Public Health.

14(176) : 1471- 2458. Kusumawati, M.D. (2021). Perbandingan Efektivitas Mindfulness


Based Intervention Terhadap Diabetes resilience training Pada Diabetes burnout
Syndrome dan Kontrol Glikemik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2: A Systematic Review.
Tesis: Prodi Magister, Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga Surabaya. (Tidak
diterbitkan). Notoatmojo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta. Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktis.:
Jakarta : Salemba Medika.35: 945-947, ed. 3. Palmer, A & Williams, B. (2016). Simple
Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(Perkeni). (2018). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia.

Jakarta : Author. Potter & Perry (2011). Fundamental of Nursing. Buku 3, Edisi : 7. Jakarta
: Salemba Medika. Price SA., & Wilson LM. (2009). Pthophysiology: clinical concept of
disease processes. (6 th ed.), Vol. 2. Elsevier Inc. Mosby. Putra, S.T. (2021).
Psikoneuroimunologi kedokteran ed.6. Surabaya: Airlangga University Press. Rohmawati,
Riska and Helmi, Arif (2020). Penurunan Tingkat Kecemasan dan Gula Darah pada
Penderita DM Tipe 2 Melalui Spiritual Mindfulness Based on Benson Relaxation. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8 (2). pp. 161-168. ISSN 2655-8106 Sherwood, Laura Iee. (2011).
Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC. Sheps, S.G. (2018). Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: Intisari Mediatama. Smeltzer SC., & Bare BG. (2009).

Text book of 14 | Dina Trisnawati, Program Studi Magister (S2) Keperawatan FITKES
Unjani medical surgical nursing. (10th.ed.) Vol. 2. Philadelpia : Lippincott William &
Wilkins. Soegondo, S. (2009). Sindroma Metabolik. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Sugiyono.
(2017). Metode Penelitian dan Pengembangan R&D. Bandung: Alfabeta Tandra, H.
(2018). Diabetes Bisa Sembuh (Petunjuk Praktis Mengalahkan dan Menyembuhkan
Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tovote K Annika., Fleer J., Snippe E., Peeters
C.T.M., Emmelkamp P.M.G., Sanderman R.M Schroevers J. (2014).

Individual mindfulness- based cognitive therapy and cognitive behavior therapy for
treating depressive symptoms in patients with diabetes: result of randomized controlled
trial. Diabetes Care, 37 : 2427-2434. UNESCO (2014). Learning to live together UNESCO.
Bangkok, Thailand. West, A. M. (2008). Mindfulness and well-being in adolescence: An
exploration of four mindfulness measures with an adolescent sample. Dissertation
Abstracts International: Section B. Sciences and Engineering, 69(05), 3283. White
L.(2014). Mindfulnesss In Nursing: An Evolutionary Concept Analysis.Journal of Advanced
Nursing 70(2), 282 294. Williams & Wilkins. (2017). Theoritical nursing , developmental
and progress (6th ed.). Philadelphia: Kluwer Lippincott Wilson K., & Barber J.(2015).

Handbook of spiritual care in mental illness.Mental Health NHS foundation Trust. 1 32.
Wisnu, Wismandari. (2021). Kenali 3 Gejala DM Tipe 2. Info Sehat FKUI. [Online]. Tersedia
: https://fk.ui.ac.id/infosehat/kenali-tiga-gejala- diabetes-tipe-2/. Diakses tanggal 15
Desember 2021. World Healt Organization (WHO). (2020). Diabetes. [Online]. Tersedia
:http://www.who.int./facts/world/en/i ndex5.html. Diakses tanggal 15Desember 2021.
Yusuf A., Fitriasari PK., Rizki., & Nihayati HE. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - . . . 5103 3
<1% - . . . 18807 3
<1% - . . . 6789/5/5
<1% - . . . 77150
<1% - . . -purposive-sampling
<1% - www.aca . 51159823
<1% - . . . 7717
<1% - . . . 98881 11
<1% - . . . . 34435149
<1% - . 463105672 -chapter-14-homework
<1% - . .
<1% - www. . -
<1% - . . . . 33273835
<1% - . . -and-experimental-group
<1% - . . . -adalah
<1% - . . -kadar-gula-darah-normal
<1% - www.c . 55557245
<1% - . . D M T 2
<1% - . . -mengonsumsi-nasi
<1% - . . . .
<1% - . . 177174
<1% - . .
<1% - . . . 70476 8
<1% - . . . 9494 2
<1% - . .
<1% - www.digilib.poltekkesdepkes- . .
<1% - . . 104491
<1% - d . . . 4586 1
1% - . . 336215060
<1% - . . 336215060
<1% - . . 76898998
<1% - . . . 39515 14
<1% - gelbviehassociationinnebras . -is-non
<1% - . . -adalah
<1% - . . -kecerdasan
<1% - . . 63439529
<1% - 123 . -mindfulness-kajian
<1% - pubmed.ncbi.nlm.nih.go 21093925
<1% - . . . 8486/3/3
<1% - . . . 4458 1
<1% - . -iii-metodologi-penelitian-rancangan
<1% - . . . 54418 5
<1% - text- .123 .
<1% - data.jatengpro . .
<1% - . . . 2376 6
<1% - 123 . -responden-hasil
<1% - 123 . -responden
<1% - . . . 784 1
<1% - . . . 56096 5
<1% - e- . . . EC DE
<1% - . . . 30688
<1% - . . -Uji-Homogenitasdocx
<1% - . . 4 3 0
<1% - . . . 3727 6
<1% - repository.unair.ac.id 94519 3
<1% - . . -mann-whitney
<1% - 123 . -penelitian-kecemasan
<1% - . .
<1% - 123 . -deskriptif-variabel
<1% - text- .123 . 4 1 3 o-tingkat
<1% - . . 2
<1% - . . 355373679
1% - 103.97.100.145
<1% - . . . 74 1
<1% - . -saraf-simpatik-struktur
<1% - pdfs.sem . 7 9638442 8
<1% - . .
<1% - 123 . -terdahulu-tinjauan
<1% - . . -is-mbsr
<1% - . -is
<1% - www.slideshare.net -konsep
<1% - . . . 77150 2
<1% - . .
<1% - . . -memiliki
<1% - . . . 2341 3
<1% - text- .123 . 2 6 -model
<1% - akperyarsismd.e- . B J
<1% - . . 2019/04/29
<1% - . . .
1% - 123 . 5 -hubungan-kecemasan
<1% - . . . .
<1% - jurn . . .
<1% - . . .
<1% - . . E
<1% - . . . . 25715430
<1% - bapin-ismki.e- .
<1% - . . -prin 6007
<1% - sci- . 10
<1% - . -diri-diabetes-analisis
<1% - . . 224023852
<1% - . . .
<1% - . . .
<1% - repos . . . 93538/10/10
<1% - e- . . . J E
<1% - . . . .
<1% - sci- . 10 13-2918
<1% - . .
<1% - . . . l

Anda mungkin juga menyukai