Anda di halaman 1dari 35

Peran Tenaga Keperawatan

Dalam Evidence Based


Nursing Practice Pada
Asuhan Keperawatan
Kasus Kegawatdaruratan
KELOMPOK 3

Almas Saniah , Jihan Pratiwi , Bobi Bimantara, Marszha Sofva Aulia,


Devi Faridatul Ummah, Novanda Virdiany P, Disa Aisyah Putri,
Nuriyah, Efrizal Fikri, Sevita Fasha Qusnul.Q, Fahmi Nazaruddin
Anhar, Sri Utami, Firda Nur Hidayah, Vicky Amalia, Zenitha Firdaus
N
KONSEP KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
Definisi Keperawatan Gawat Darurat
● Keperawatan gawat darurat adalah suatu bentuk rangkaian kegiatan praktik keperawatan
kegawatdarurat yang diberikan oleh perawat yang kompeten, terlatih dan terdidik untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami kasus gawat darurat
baik yang ada di ruang gawat darurat, ruang rawat inap, ruang ICU atau ruangan lainnya
(Nusdin, 2020).
Tujuan Penerapan Standart Pelayanan Keperawatan
Gawat Darurat

1 2 3

Umum Meningkatkan Khusus


mutu pelayanan 1) Adanya perencanaan
pelayanan keperawatan
keperawatan di gawat darurat
Instansi Gawat 2) Adanya asuhan
Darurat sesuai keperawatan gawat
darurat
standart
Kewenangan Perawat Gawat Darurat
●Kewenangan perawat seorang perawat dalam pertolongan gawat darurat
didasarkan pada kemampuan perawat memberikan pertolongan gawat darurat
yang diperoleh melalui pendidikan maupun pelatihan khusus dan memperoleh
sertifikat yang diakui oleh profesi serta memperoleh izin untuk melaksanakan
praktek keperawatan gawat darurat sesuai lingkup kewenangannya (Ose,
2020).
Kompetensi Perawat Gawat Darurat

Mampu melaksanakan
Mengenal dokumentasi asuhan
klasifikasi pasien keperawtan gawat
darurat
01 02 03 04

Mampu mengatasi Mampu


pasien, antara lain;
melaksanakan
syok, gawat nafas,
komunikasi
gagal jantung paru,
eksternal dan
dan otak, perdarahan.
Peran dan Fungsi Perawat
antara lain:

Mengkaji dan memberikan Mengatur waktu secara Mengkoordinasikan


asuhan keperawatan efisien walaupun berbagai pemeriksaan
terhadap individu individu informasi terbatas diagnostik dan memberikan
dari semua umur dan oelayanan secara
berbagai kondisi multidisiplin

Mendokumentasikan Memfasilitasi rujukan Merespon secara cepat dan


pelayanan yang telah dalma rangka memfasilitasi terhadap
diberikan menyelesaikan masalah kejadian bencana yang
kegawat daruratan terdapat dikomunitas dan
institusi (Ose, 2020).
Peran Perawat

01 02
Pelaksana (Care Giver) Pengelolah(Manager)
perawat dapat melakukan pengkajian, perawat dapat mengelolah sumber daya
menganalisis, mendiagnosis, merencanakan, keperawatan dalam upaya meningkatkan
mengimplementasikan dan mengevaluasi kualitas dan mutu pelayanan keperawatan
asuhan keperawatan gawat darurat gawat darurat

03 04
Pendidik (Preceptor) Peneliti(Research)
Peran sebagai pendidik, perawat dapat perawat melakukan penelitian dan
memberikan pendidikan kesehatan, pengajaran melakukan praktik yang berbasis bukti
dan atau pembimbingan kpeada pasien dan (Evidance Based Practice) yaitu menerapkan
keluarga, perawat dan peserta didik hasil penelitian sebagai intervensi dalam
keperawatan mengatasi permasalahn pasien
(Nusdin,2020).
KONSEP EVIDANCE
BASED PRACTICE
Definisi Evidance Based Practice
● Evidence based practice merupakan kerangka kerja praktik klinik yang
dilakukan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang didapat melalui penelitian,
pengalaman klinik perawat serta pilihan pasien dalam menentukan keputusan
klinik dalam pelayanan kesehatan (Carlson, 2010).
Tujuan Evidance Based Practice
●Tujuan dari penerapan EBNP mengidentifikasi solusi dari pemecahan masalah
dalam perawatan serta membantu penurunan bahaya pada pasien (Almaskari, 2017).
Praktik keperawatan Evidence Based Nursing Practice (EBNP) merupakan ciri khas dari
praktik keperawatan profesional untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Evidence Based Nursing Practice (EBNP) digunakan oleh perawat sebagai pemberi
pelayanan asuhan keperawatan yang baik karena pengambilan keputusan klinis
berdasarkan pembuktian (Irmayanti et al., 2019).
Adanya bukti
eksternal
Bukti eksternal meliputi hasil penelitian, teori-teori yang
lahir dari penelitian, pendapat dari ahli, serta hasil dari
diskusi panel para ahli Komponen
Adanya bukti Internal Penerapan
Bukti internal meliputi penilaian klinis, hasil dari proyek
peningkatan kualitas pelayanan klinis, hasil dari Evidance
pengkajian dan evaluasi pasien, alasan klinis, serta
evaluasi dan penggunaan sumber daya tenaga kesehatan
yang diperlukan untuk melakukan penatalaksanaan yang Based
dipilih
Adanya manfaat terbaik untuk Practice
kondisi pasien dan keinginan
pasien serta meminimalkan
pembiayaan
Proses Evidance Based Practice

Merumuskan Mengumpulkan Melakukan evaluasi


pertanyaan informasi yang kritis terhadap bukti
paling relevan validitas, relevan, dan
kelayakan

Mengintegrasikan bukti Menilai hasil


penelitian dengan
pengalaman klinis,
pasien, nilai-nilai
ANALISIS JURNAL
JURNAL I
● Judul:Pengetahuan Perawat Tentang Early Warning Score Dalam
Penilaian Dini Kegawatan Pasien Kritis

● Tahun :Desember, 2019

● Publikasi :Jurnal KeperawatanVolume 11 No 4, Hal 237 – 24

● Author :Dyah Restuning Prihati & Maulidta Karunianingtyas Wirawati


Ringkasan
Keperawatan merupakan titik penting dari Rumah Sakit, maka itu pelayanan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan yang diberikan oleh seorang tenaga keperawatan merupakan hal yang sangat penting
guna memberi kepuasan terhadap pasien. Penggunaan Early Warning Scores sangat berkaitan erat
dengan peran perawat yang melakukan observasi harian tanda-tanda vital. Perawat melaksanakan asuhan
keperawatan, sebagai care giver memberikan pelayanan dengan melakukan pengkajian harian serta
memonitoring keadaan pasien, ketika terjadi perburukan keadaaan, orang pertama yang mengetahui
adalah perawat oleh karena itu disebut Nursing Early Warning Scores. Sistem scoring sederhana
digunakan untuk pengukuran fisiologis ketika pasien tiba, atau yang sedang dipantau di rumah sakit.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang early
warning score dalam penilaian dini kegawatan pasien kritis di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang.
Kelebihan dan Kekurangan
● Kelebihan : Karakteristik responden yang digunakan sangat inovatif, yang meliputi usia,
tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan pelatihan kegawat daruratan pasien kritis. Karena
merupakan salah satu indikator utama perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
terutama dibidang kegawat daruratan

● Kekurangan : Populasi dan sampel yang digunakan sangat sedikit sehingga data perlu
dikembangkan kembali. Dikarenakan lokasi penelitian di RSUD yang mayoritas jumlah
perawat seharusnya sangat banyak untuk dapat dijadikan responden terutama yang bekerja di
ruangan perawatan kritis. Tidak diberikan penjelasan terkait waktu pengambilan data.
Analisis PICO
PROBLEM Aspek dasar dari dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah pengetahuan perawat tentang
asuhan keperawatan. Perawat dan tim medis lainnya dituntut untuk memberikan pelayanan yang
cepat karena waktu adalah nyawa (Time saving is life saving) dalam pelayanan keperawatan
kritis. Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan harus melakukan
pengkajian secara terfokus dan mengobsevasi tanda vital agar dapat menilai dan mengetahui
resiko terjadinya perburukan pasien, mendeteksi dan merespon dengan mengaktifkan
emergency call. Pelayanan cepat dan pengobatan yang efektif merupakan awal meningkatkan
kelangsungan hidup pasien. Di dunia telah diperkenalkan sistem scoring pendeteksian dini atau
peringatan dini untuk mendeteksi adanya perburukan keadaan pasien dengan penerapan Early
Warning Scores.

INTERVENTION Penelitian menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey melalui
kuesioner pengetahuan tentang Early Warning Scoring System dan kuesioner yang terdiri dari
karakteristik perawat meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan
pelatihan kegawatan daruratan pasien kritis. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang
bekerja di ruang Nakula 2 dan 3 di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang dengan sampel
sebanyak 39 perawat menggunakan teknik total sampling. Analisis data menggunakan tabel
distribusi frekuensi.
Comparison Tidak ada pembanding

Outcome Hasil karakteristik responden yqang didapat bahwa mayoritas usia responden 20-40 tahun,
jenis kelamin perempuan, berpendidikan DIII Keperawatan, dengan pengalaman kerja 1
sampai 10 tahun dan responden sudah memiliki pengalaman pelatihan kondisi pasien kritis.
Hasil Penelitian ini ditemukan bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar perawat terhadap
early warning score dalam penilaian dini kegawatan pasien kritis dikategorikan cukup.
Sehingga diharapkan Perawat harus memiliki kemampuan atau ketrampilan dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan
kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan.
JURNAL II
● Judul :Analisis Peran Perawat Terhadap Ketepatan Penentuan Proiritas I,II, Dan III
Pada Ruang Triage Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

● Tahun :September, 2018

● Publikasi :Jurnal Ners LENTERA, Vol.6, No.2

● Author :Vita Maryah Aridyani


Ringkasan
Instalasi Gawat Darurat adalah unit pelayanan terdepan pada rumah sakit yang membutuhkan
suatu sistem triage yang tepat dan efektif untuk menyeleksi dan memprioritaskan pasien sesuai
dengan kondisi pasien dan sumber daya yang ada. Kesalahan mengambil keputusan terlebih dalam
pengkategorian pasien berdasarkan triage menyebabkan keterlambatan pengobatan dan
ketidakmampuan serta cacat permanen pada pasien. Tanggung jawab triage menuntut perawat
untuk terus mengembangkakn perannya dalam mengambil keputusan yang tepat terutama dalam
penentuan prioritas kegawatdaruratan pasa instalasi gawat darurat. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis hubungan peran perawat triage terhadap penentuan prioritas kegawatdaruratan di
Instalasi Gawat Darurat
Kelebihan dan Kekurangan
● Kelebihan : Penelitian ini memfokuskan berdasarkan peran perawat yang dibagi 3 yaitu,
perawat sebagai care giver, leader, dan manager. Sehingga peneliti mengetahui manakah
perawat yang telah menjalankan perannya dengan baik.

● Kekurangan : Dalam jurnal penelitian tidak tercantum analisis berdasarkan


karakteristik responden, Karena hal tersebut merupakan salah satu indikator utama
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terutama dibidang kegawat
daruratan.Tidak diberikan penjelasan terkait waktu pengambilan data.
Analisis PICO

Problem Sistem triage di Indonesia belum terstandart secara naional, meskipun


departemen Kesehatan telah menetapkan sistem triage nasional akan tetapi
pelaksanaannya belum teraplikasi secara nasional. Instalasi Gawat Darurat
terdapat tuntutan akan pemenuhan terhadap akses kegawatdaruratan, dalam
hal ini kekurangan sumber daya terhadap kebutuhan dapat meningkatkan
kepadatan dan hambatan akses yang mengakibatkan paningkatan waktu
tunggu pasien untuk untuk menempati tempat perawatan.
Intervention Penelitian menggunakan penampang analitik (analytic cross sectional
study). Pengambilan data menggunakan lembar observasi peran perawat
dan lembar observasi triage yang telah dilakukan uji numerator kappa.
Sampling dalam penelitian ini sebanyak 200 pasien pada Instalasi Gawat
Darurat
Comparison Tidak ada pembanding
Outcome Penentuan prioritas kegawatdaruratan dikategorikan menjadi 2
kategori yaitu benar dan salah. Hasil penelitian menunjukkan hampir
seluruh penentuan prioritas kegawatdaruratan benar sejumlah 95,5%
dan hanya sebagian kecil terjadi kesalahan dalam penentuan prioritas
kegawatdaruratan yaitu sejumlah 4,5%. Penentuan prioritas
kegawatdaruratan pada ruang triage IGD RSU dr. Saiful Anwar 93%
tepat sesuai dengan prinsip penentuan prioritas kegawatdaruratan pada
instrumen penelitian dan ketidaktepatan penentuan prioritas
kegawatdaruratan hanya sebesar 7% dari keseluruhan jumlah subjek
penelitian. Penentuan hubungan peran perawat dengan penentuan
prioritas kegawatdaruratan dilakukan dengan uji chi square dan
didapatkan hasil p value 0.000 < (α 0.0,5) artinya terdapat hubungan
antara peran perawat dengan penentuan prioritas kegawatdaruratan.
JURNAL III
● Judul:Assessment of knowledge and skills of triage amongst nurses working
in the emergency centres in Dar es Salaam, Tanzania

● Tahun :Maret 2014

● Publikasi :Jurnal Kedokteran Darurat Afrika, Volume 4, Edisi 1 

● Author :Robert Aloyce, Sebalda Leshabari, Petra Brysiewicz 


Ringkasan
Perawat triase di pusat gawat darurat (EC) adalah orang pertama yang ditemui pasien dan pengetahuan perawat triase
telah dikutip sebagai faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan triase. Triase dapat mengakibatkan
penentuan urutan dan prioritas transportasi darurat, atau tujuan transportasi pasien. Triase adalah proses kompleks
yang melibatkan pengambilan keputusan di bawah ketidakpastian dalam lingkungan yang sarat dengan emosi,
didorong oleh urgensi dan dibatasi oleh negosiasi.  Perawat triase di EC adalah orang pertama yang ditemui pasien
saat datang untuk perawatan darurat di departemen. Pengetahuan dan pengalaman perawat triase telah dikutip
sebagai faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan triase.  Banyak program pendidikan triase didukung
oleh asumsi bahwa perolehan pengetahuan akan menghasilkan keputusan triase yang lebih baik.  Oleh karena itu
kemampuan perawat triase untuk membuat penilaian klinis yang akurat tentang urgensi pasien dan kebutuhan
mereka untuk intervensi sangat penting untuk pengiriman perawatan darurat yang aman dan efektif. Tujuan
penelitian ini untuk menilai pengetahuan dan keterampilan triase perawat yang bekerja di EC di Dar es Salaam,
Tanzania.
Kelebihan dan Kekurangan
● Kelebihan : Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa ada defisit dalam triaging
pengetahuan dan keterampilan perawat yang bekerja di EC dari rumah sakit nasional
yang disurvei dan rumah sakit kabupaten di Dar wilayah es Salaam. Oleh karena itu,
dengan temuan ini sangat penting untuk menetapkan program pelatihan triase berbasis
unit formal yang akan membantu membangun dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan perawat darurat tentang triase di EC rumah sakit Dar es Salaam.

● Kekurangan : Tidak diberikan perlakuan pelatihan dalam penelitian, melainkan


hanya mengobservasi tingkat pengetahuan perawat saja
Analisis PICO
Problem Perawatan darurat, termasuk triase, seringkali merupakan salah satu bagian terlemah dari
sistem kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah dibandingkan dengan negara-negara
industri; tetapi jika diatur dengan baik, hal itu dapat menyelamatkan nyawa dan hemat
biaya.  Banyak rumah sakit di negara berpenghasilan rendah tidak memiliki sistem triase
formal. Dokter biasanya melihat pasien berdasarkan 'first-come-first-served', seringkali tidak
ada EC dan pasien terlihat baik di bangsal atau klinik rawat jalan ketika mereka tiba.  Hal ini
mengakibatkan penundaan yang berpotensi mematikan bagi pasien yang sakit kritis. 

Darurat/trauma/kritis/perawatan intensif memiliki dampak negatif seperti dalam kursus ini di


mana pelatihan tentang triase pasien diajarkan secara rinci. Kurangnya pelatihan tentang triase
memiliki hubungan dengan keputusan triase yang tidak akurat karena pengetahuan tentang
triase telah diidentifikasi sebagai faktor kunci yang mempengaruhi keakuratan keputusan
triase di ECKurangnya peralatan dasar untuk penilaian telah ditemukan sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap penundaan triase.  Hal ini dapat mengakibatkan kegagalan untuk
menilai pasien dengan benar, menyeluruh, dan efektif, sehingga menyebabkan pengambilan
keputusan yang tidak akurat dan prioritas perawatan pasien yang tidak tepat yang dapat
mengakibatkan kecacatan atau kematian yang dapat dihindari. 
Inter Penelitian menggunakan desain studi deskriptif cross-sectional dan observasional).
Peneliti Menggunakan tiga instrumen, yaitu; (1) kuesioner terstruktur, (2) daftar periksa
observasional, dan (3) catatan audit peralatan triase. Kuesioner terstruktur dikembangkan
oleh peneliti dan didasarkan pada literatur yang ada tentang triase di EC dan saran dari
para ahli (dokter dan perawat) dalam perawatan darurat yang telah
dikonsultasikan. Kuesioner terdiri dari 17 pertanyaan, meliputi; data demografi,
pengetahuan triase, batas waktu tunggu, dan penetapan kategori perawatan (berbasis
skenario). 
Penilaian catatan audit peralatan triase dilakukan dengan menggunakan daftar periksa
peralatan triase dasar (termometer, oksimetri nadi, mesin tekanan darah, glukometer, dll.)
serta formulir penilaian triase, pedoman/kebijakan triase, dan skala penilaian
nyeri. Penilaian triase dan prioritas perawatan oleh perawat triase, dokumentasi temuan
penilaian triase dan kategori triase yang ditugaskan oleh perawat kepada pasien.
Comparison Tidak ada pembanding
Outcome Pengetahuan triase responden dinilai dengan menggunakan pertanyaan yang berkaitan
dengan pengetahuan triase dalam kuesioner terstruktur. Seorang responden dianggap
berpengetahuan untuk pertanyaan pengetahuan masing-masing setelah respon yang
benar dan sebaliknya. Keputusan apakah respon itu benar atau tidak dilakukan oleh
peneliti berdasarkan tinjauan literatur tentang triase di EC yang digunakan untuk
mengembangkan pertanyaan pengetahuan. Alpha Cronbach dihitung untuk
mengevaluasi konsistensi internal instrumen dan ditemukan 0,4 (nilai yang dapat
diterima berkisar antara 0,7 dan -08). Sejumlah kecil responden (seperti dalam
penelitian ini) cenderung mempengaruhi estimasi alpha Cronbach.  Dengan demikian
kecilnya koefisien yang diperoleh dapat disebabkan karena jumlah responden
penelitian yang sedikit karena populasi penelitian yang terbatas. Untuk memastikan
reliabilitas, kuesioner diujicobakan oleh 8 perawat yang dipilih dari EC salah satu
rumah sakit yang diteliti dan tidak ada modifikasi yang dilakukan pada
kuesioner. Informasi yang diperoleh dari studi percontohan tidak termasuk dalam
analisis data
PEMBAHASAN

Pengetahuan perawat tentang early warning score dalam penilaian dini kegawatan
pasien kritis adalah perawat harus memiliki kemampuan atau ketrampilan dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat karena peran perawat sebagai
bagian penting dari rumah sakit dituntut memberikan perilaku yang baik dalam
rangka membantu pasien dalam mencapai kesembuhan.
Secara keseluruhan perawat yang menjalankan care giver yaitu sebagai pemberi
asuhan fisik, psikososial, budaya, dan spiritual. Peran perawat sebagai komunikator
merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh perawat ruang triage .
Kurangnya pelatihan tentang triase memiliki hubungan dengan keputusan triase
yang tidak akurat karena pengetahuan tentang triase telah diidentifikasi sebagai
faktor kunci yang mempengaruhi keakuratan keputusan triase.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai