Anda di halaman 1dari 13

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY

VOLUME 2, NO. 2, 2016: 60-72


ISSN: 2407-7801

Program Lansia Sabar Berbasis Reminiscence dan Terapi Seni untuk


Menurunkan Kecemasan pada Lansia Penyandang Diabetes Melitus
Tipe II

Errina Puspitasari1 & Sofia Retnowati2


Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. This “Lansia Sabar” program which is consisted of reminiscence and art
therapy is expected to facilitate the elderly to look back on their lives positively. This
programm was administered to nine (9) elderly with type II diabetes mellitus aged
55-70 years who show moderate to severe levels of anxiety. Anxiety level is measured
using Beck Anxiety Inventory (BAI). The program lasts for six meetings with a
maximum duration of 120 minutes for each session. The experimental design using
one-group pretest-posttest with additional double pretest. Data will be analyzed
quantitatively using the friedman test, with the additional descriptive data analysis
on the results of observation, task book, and the visual inspection. The Friedman test
showed Fr(2) = 5,200, p = 0,074 (p > 0,05). It showed that “Lansia Sabar” program has
no significant effect to decrease anxiety in the elderly with type II diabetes mellitus.

Keywords: reminiscence, art therapy, chronic disease, diabetes mellitus, elderly

Abstrak. Program Lansia Sabar yang disusun dari reminiscence dan terapi seni
ditujukan untuk memfasilitasi lansia menilik kembali kehidupannya secara lebih
positif. Program Lansia Sabar diikuti oleh sembilan lansia penyandang diabetes
mellitus tipe II berusia 55-70 tahun yang mengalami kecemasan sedang hingga tinggi.
Pengukuran tingkat kecemasan subjek dilakukan menggunakan skala Beck Anxiety
Inventory (BAI). Program berlangsung selama enam pertemuan dengan durasi 120
menit tiap sesinya. Desain penelitian menggunakan one group pretest-posttest
dengan double pretest. Analisis data kuantitatif menggunakan uji the friedman test,
dilengkapi dengan analisis deskriptif terhadap hasil observasi, lembar kerja, dan
visual inspection subjek. Hasil uji the friedman test menunjukkan Fr(2) = 5.200, p= 0.074
(p>0.05). Hal ini menunjukkan Program Lansia Sabar tidak dapat menurunkan
kecemasan pada lansia penyandang diabetes mellitus tipe II secara signifikan.

Kata kunci: reminiscence, terapi seni, penyakit kronis, diabetes melitus, lansia

1
Korespondensi mengenai isi artikel dapat dilakukan melalui: errina.puspitasari@mail.ugm.ac.id
2 Atau melalui sofi_53@yahoo.com

E-JURNAL GAMA JPP 60


REMINISCENE, TERAPI SENI, PENYANDANG DIABETES MELITUS

Goldenberg & Punthakee (2013), faktor biologis, psikologis dan sosial


menyebutkan bahwa diabetes mellitus (Durand & Barlow, 2006). Pishvaei,
adalah penyakit yang menyerang Moghanloo, & Moghanloo (2015),
metabolisme individu. Diabetes pada menemukan bahwa salah satu isu
individu dapat memicu munculnya penting dalam masa lansia adalah
komplikasi penyakit lain seperti darah munculnya depresi maupun kecemasan.
tinggi atau stroke. Oleh sebab itu Kehilangan kekuatan, tujuan hidup,
disabilitas yang muncul pada penderita kemampuan fisik, penurunan
diabetes dapat merepresentasikan kemampuan finansial dan adanya
dampak kumulatif dari penyakit tersebut. penyakit yang mematikan membuat
Oleh sebab itu disabilitas yang muncul lansia rentan mengalami depresi maupun
pada penderita diabetes dapat kecemasan (Pishvaei, et al., 2015).
merepresentasikan dampak kumulatif Kecemasan yang dialami oleh lansia jika
dari penyakit tersebut. Berdasarkan tidak ditangani dapat meningkatkan
penelitian Gregg & Caspersen (2005), kemungkinan lansia tersebut mengalami
lansia yang mengalami diabetes permasalahan kesehatan lainnya seperti
mengalami kesulitan 2-3 kali lebih tinggi demensia (Zalik & Zalar, 2013)
daripada lansia sehat untuk melakukan Poulsen, Pachana, & McDermott
kegiatan fisik. Dari sisi psikologis Claude, (2014) menemukan bahwa kecemasan
Hadjistavropoulos & Friesen (2014) dan depresi banyak dialami oleh lansia
penderita diabetes. Ketika individu
menyebutkan bahwa lansia yang
mengetahui dirinya terkena penyakit,
menderita diabetes cenderung
mereka cenderung berusaha untuk
mengalami kecemasan pada kesehatan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.
mereka. Namun seiring usaha yang mereka
Berdasarkan Clark & Beck (2010), lakukan ini juga muncul perasaan cemas
kecemasan merupakan seperangkat dan khawatir dalam diri mereka,
respon kognitif, afektif, fisiologis, dan misalnya apakah makanan yang mereka
konsumsi sudah tepat atau belum (Furer,
perilaku aktif ketika suatu peristiwa yang
Walker & Stein, 2007).
sudah diantisipasi ternyata dapat Kondisi lansia penderita diabetes
menyebabkan kesulitan. Di dalam DSM yang rentan terhadap permasalahan
IV-TR (2000), dijelaskan lebih lanjut psikologis ini sesuai dengan keadaan
bahwa kecemasan dapat ditandai dengan yang ditemukan oleh peneliti selama
gejala seperti gelisah/merasa tegang, melakukan Praktek Kerja Profesi
Psikologi (PKPP) pada bulan Juli-
merasa mudah lelah, sulit berkonsentrasi,
Desember 2015. Peneliti menemukan dari
mengalami ketegangan otot, menjadi
10 lansia yang melakukan konsultasi
kurang peka, dan mengalami gangguan psikologi, tiga diantaranya mengalami
tidur. Kecemasan dapat disebabkan oleh kecemasan pada kategori tinggi; lima

61 E-JURNAL GAMA JPP


PUSPITASARI & RETNOWATI

lansia mengalami kecemasan pada emosi-emosi yang dialaminya (Pishvaei,


kategori sedang; dua lansia mengalami et al., 2015).
kecemasan pada kategori rendah ketika Fungsi reminisence sebagai terapi
diukur menggunakan BAI. Sayangnya bagi lansia juga ditemukan pada terapi
kondisi psikologis lansia ini seringkali berbasis seni. Pada penelitian Kim (2013),
luput dari perhatian orang-orang yang ditemukan bahwa terdapat penurunan
ada di sekitarnya. signifikan kecemasan yang dirasakan
Salah satu terapi yang dapat oleh lansia keturunan Korea-Amerika
digunakan untuk menangani kecemasan setelah mengikuti terapi kesenian. Setelah
pada lansia secara umum maupun lansia kegiatan terapi dilakukan muncul
dengan penyakit kronis adalah perasaan positif ketika para lansia ini
reminiscence dan terapi seni. Reminiscence saling mendengarkan dan dipahami
merupakan proses mengingat kembali tanpa adanya penilaian atau evaluasi.
pengalaman-pengalaman yang terjadi Peserta juga merasa berkesempatan
dimasa lalu. Terapi ini pertama kali untuk memperbarui ide, hobi dan
dikemukakan oleh Robert Butler seorang kesempatan untuk belajar melalui seni.
psikogeriatrik pada tahun 1960 (Haber, Berdasarkan penelitian yang
2006). Dalam reminisence terdapat delapan dilakukan oleh Ostrander (2012),
fungsi yang dapat dicapai yaitu death penggunaan kombinasi reminiscence dan
preparation, identity, problem solving, terapi seni lebih bermanfaat bagi klien
teach/inform, conversation, boredom lansia daripada bila digunakan secara
reduction, bitterness revival, dan intimacy terpisah. Kombinasi dari dua terapi ini
maintenance (Webster dalam Westerhof & memberikan kesempatan bagi lansia
Bohlmeijer, 2014). untuk mengembangkan proses kreatif
Menurut Westerhof, Bohlmeijer, & dalam mengurangi permasalahan terkait
Webster (2010), proses menelaah kesehatan mental seperti kecemasan,
kehidupan dapat dilakukan kepada depresi, dan well-being. Hal ini juga
lansia dengan permasalahan mental ditemukan dalam penelitian Ravid-
seperti depresi dan kecemasan. Tujuan Horesh (2004), yaitu adanya dampak
dari terapi tersebut adalah memfasilitasi positif dari sesi terapi seni dan
perubahan diri dan mengurangi reminiscence yang diberikan kepada
simptom-simptom kondisi mental yang lansia. Perbandingan antara gambar yang
negatif. Hasil yang diharapkan dari dibuat pada sesi satu dengan sesi terakhir
rangkaian proses reminiscence adalah memperlihatkan adanya perkembangan
menurunnya tingkat depresi dan perspektif hidup lansia dari kekosongan
kecemasan pada klien (Webster, menjadi perspektif kehidupan seimbang.
Bohlmeijer, & Westerhof, 2010). Dari uraian tersebut peneliti
Sesi reminisence yang dilakukan menyusun sebuah program yang
secara berkelompok dapat memotivasi merupakan gabungan dari reminisence
lansia untuk berbagi pengalaman dan dan terapi seni. Pada penelitian ini,
memori yang membentuk diri mereka bentuk terapi seni yang digunakan antara
hingga hari ini. Melalui proses tersebut, lain menggambar, mendengarkan musik,
lansia dapat melakukan katarsis atas dan mengenang dengan foto kenangan.

E-JURNAL GAMA JPP 62


REMINISCENE, TERAPI SENI, PENYANDANG DIABETES MELITUS

Tujuan disusunnya program ini adalah Alat dan materi


untuk untuk membantu menurunkan Modul “Program Lansia Sabar” (Sehat dan
kecemasan yang dihadapi oleh lansia Bermakna)
penderita diabetes melitus tipe II. Modul Program Lansia Sabar (Sehat dan
Program ini kemudian disebut dengan Bermakna) merupakan modul yang
nama “Program Lansia SABAR” (Sehat disusun dari modifikasi reminiscence
dan Bermakna). “Program Lansia therapy dan terapi seni oleh Robert Butler
SABAR” dirancang sebagai program (Haber, 2006); Ravid-Horesh (2004);
integratif yang menggabungkan teknik (Malchiodi, 2003). Modul ini disusun oleh
terapi seni dalam proses menilik kembali tim peneliti payung yang terdiri dari dua
kehidupan lansia. “Program Lansia orang mahasiswa yaitu Errina Puspitasari
SABAR” ini akan dilaksanakan sebanyak dan Desak Ayu Wida Pratia Wijaya
enam kali pertemuan dengan durasi per bersama dosen pembimbing. Modul ini
satu pertemuan selama maksimal 120 memiliki koefisien validitas isi Aiken’s V
menit. Hipotesis dari penelitian ini dengan rentang 0,750-0,950. Dengan
adalah Program “Lansia Sabar” dapat demikian dapat disimpulkan bahwa
menurunkan kecemasan pada lansia modul Program Lansia Sabar memiliki
penderita diabetes mellitus tipe II. validitas isi yang baik. Berdasarkan uji
coba modul yang dilakukan terhadap
lima orang lansia, ditemukan bahwa
Metode terdapat perbedaan signifikan skor skala
cek manipulasi sebelum dan sesudah
Subjek perlakuan. Dari uji wilcoxon signed ranks
Subjek penelitian ini adalah sembilan test terhadap cek manipulasi skala fungsi
orang lansia penyandang diabetes reminiscence diperoleh Z = -2,023, p = 0,043
melitus tipe II. Berikut syarat partisipan (p<0,05). Kemudian dari hasil uji cek
penelitian ini (1) berusia 55-70 tahun; (2) manipulasi skala terapi seni diperoleh Z =
didiagnosa secara medis mengidap -2,032, p = 0,042 (p<0,05).
penyakit diabetes melitus tipe II; (3) tidak
mengalami disabilitas fisik seperti Skala Beck Anxiety Inventory (BAI)
gangguan pendengaran dan penglihatan Beck Anxiety Inventory merupakan skala
berat serta kelumpuhan; (4) masih yang dikembangkan untuk menilai
mampu membaca dan menulis; (5) tingkat kecemasan pada individu.
mampu memahami bahasa Indonesia; (6) Terdapat 21 aitem yang disusun
masih tinggal bersama keluarga berdasarkan tiga aspek yaitu: (1) kognitif;
(pasangan/anak/saudara). Selanjutnya (2) afektif; (3) somatik (Beck, Brown,
kriteria inklusi subjek ini adalah: (1) Epstein, & Steer, 1988). BAI yang
memiliki skor BAI (Beck Anxiety digunakan dalam penelitian ini adalah
Inventory) sembilan tertinggi dari total BAI berbahasa Indonesia yang disusun
subjek screening; (2) bersedia oleh Sasmitawati (2008). Pada penelitian
berpartisipasi dalam penelitian sesuai ini uji reliabilitas dilakukan kembali
jangka waktu yang disepakati. terhadap 32 lansia. Berdasarkan hasil

63 E-JURNAL GAMA JPP


PUSPITASARI & RETNOWATI

analisis diperoleh α = 0,888 dengan rix = observasi partisipan dan catatan


0,255-0,655. lapangan ini akan dilakukan oleh
observer.
Cek Manipulasi Skala Fungsi Reminiscence
Skala ini dimodifikasi dari Reminiscence Lembar kerja subjek Program Lansia Sabar
Functional Scale (RFS) yang disusun oleh Lembar kerja ini berisikan instruksi dan
(Webster, 1993). RFS digunakan untuk lembar untuk melakukan tugas selama
mengetahui fungsi dari reminiscence proses terapi berlangsung.
terhadap subjek dan sekaligus sebagai
cek manipulasi pada penelitian ini. Catatan harian partisipan Program Lansia
Berdasarkan perhitungan Aiken’s V Sabar
terhadap rating yang diberikan oleh 30 Catatan harian ini merupakan skala ukur
rater, diperoleh rentang V = 0,608-0,825. diri yang berisikan simptom kecemasan
Hal ini menunjukkan bahwa koefisien harian dan keterangan kegiatan
validitas isi dari aitem skala tersebut partisipan sebagai tugas rumah. Catatan
relatif cukup baik. Selanjutnya, dari uji harian ini diisi subjek setiap hari sejak
reliabilitas terhadap 32 lansia diperoleh α pertemuan pertama Program Lansia
= 0,830 dengan rix = 0,256 - 0,586. Sabar hingga terakhir.

Cek Manipulasi Terapi Seni Desain Penelitian


Skala ini dibuat berdasarkan sesi terapi Penelitian ini menggunakan metode
yang dilakukan terhadap partisipan. penelitian quasi-experiment. Desain
Berdasarkan Russel, 1974 (dalam eksperimen yang digunakan adalah the
Ahmad, Sulaiman, Abdullah, & one-group pretest-posttest design using a
Shamsuddin, 2009), disebutkan bahwa double pretest. Dua kali pretes pada desain
aitem untuk mengetahui pemahaman ini berfungsi untuk memastikan bias
subjek atas modul dapat disusun yang mungkin muncul dan
berdasarkan aktivitas dari modul mempengaruhi efek perlakuan dari
tersebut. Berdasarkan perhitungan pretes kedua hingga posttes (Campbell &
Aiken’s V terhadap rating yang diberikan Cronbach, 2002).
oleh 30 rater, diperoleh rentang V = 0,700- O1
0,825. Hal ini menunjukkan bahwa O2 X
koefisien validitas isi dari aitem skala O3
tersebut relatif cukup baik. Selanjutnya, Keterangan:
dari uji reliabilitas terhadap 38 lansia O1: Pretes 1 (screening awal)
diperoleh α = 0,770 dengan rix = 0,370 - O2: Pretes 2
0,572. O3: Posttes

Lembar observasi dan catatan lapangan Intervensi


Lembar ini terdiri atas lembar observasi Intervensi yang diberikan kepada subjek
terhadap subjek dan lembar catatan adalah Program Lansia Sabar (Sehat dan
lapangan selama proses intervensi Bermakna). Program ini bertujuan untuk
berlangsung. Pencatatan lembar menurunkan kecemasan subjek melalui

E-JURNAL GAMA JPP 64


REMINISCENE, TERAPI SENI, PENYANDANG DIABETES MELITUS

proses memaknai kembali the Friedman test ; (2) analisis deskriptif


pengalamannya di masa lalu secara lebih dilakukan terhadap hasil observasi,
positif. Pada setiap pertemuan, subjek diskusi, lembar kerja, dan catatan harian
diminta mengenang kembali subjek.
pengalamannya di masa (1) anak-anak;
(2) remaja; (3) dewasa; (4) lansia. Program Hasil
Lansia Sabar dilakukan selama enam Analisis kuantitatif
pertemuan dalam bentuk terapi Uji hipotesis dilakukan menggunakan the
kelompok. Enam pertemuan dilakukan Friedman test, uji non parametrik guna
dalam rentang waktu tiga minggu melihat perbedaan skor pretest 1, pretest
dengan durasi tiap pertemuan 120 menit. 2, dan posttest subjek. Berdasarkan uji the
Pelaksana intervensi yaitu: Satu orang Friedman test terhadap skor BAI 9 orang
fasilitator, psikolog klinis yang memiliki subjek diperoleh hasil Fr(2) = 5,200, p =
pengalaman penanganan klien lansia dan 0,074 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan
kelompok, satu orang co-fasilitator, bahwa tidak ada perbedaan signifikan
mahasiswa magister psikologi profesi antara skor BAI subjek pada pretest 1,
bidang klinis yang telah lulus ujian pretest 2, dan posttest. Oleh sebab itu
HIMPSI, dan dua orang observer, sarjana dapat disimpulkan bahwa Program
S1 psikologi yang menguasai metode Lansia Sabar (Sehat dan Bermakna) tidak
observasi dapat menurunkan kecemasan pada
lansia penyandang diabetes mellitus tipe
II. Berikut rangkuman skor BAI pretest 1
Analisis data – posttest subjek Program Lansia Sabar.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
akan dianalisis secara kuantitatif dan

Grafik Perubahan Skor Beck Anxiety Inventory Pretest 1-Posttest

deskriptif; (1) analisis kuantitatif Uji cek manipulasi


dilakukan terhadap hasil Beck Anxiety Uji skala cek manipulasi dilakukan
Inventory (BAI) pre-test 1, pre-test 2, dan menggunakan wilcoxon signed rank test.
post-test subjek program menggunakan Berdasarkan uji yang dilakukan pada

65 E-JURNAL GAMA JPP


PUSPITASARI & RETNOWATI

skor pretest dan posttest skala cek Uji mann-whitney u test dilakukan untuk
manipulasi fungsi reminiscence, diperoleh membandingkan skor pretest hingga
Z = -2,677, p = 0,007 (p < 0,05). Hasil posttest BAI di antara dua kelompok
tersebut menunjukkan adanya perbedaan subjek tersebut. Dari uji antara skor
signifikan antara fungsi mengenang masa pretest 1 BAI subjek janda dan subjek
lalu sebelum subjek mendapat perlakuan menikah tampak adanya perbedaan skor
dan sesudahnya. Selanjutnya, dari uji kecemasan signifikan yang (Z = -2,334, p =
skala cek manipulasi terapi seni diperoleh 0,024). Dari uji skor pretest 2 BAI subjek
Z = -2,194, p = 0,028 (p < 0,05). Hasil janda dan subjek menikah tampak tidak
tersebut menunjukkan adanya perbedaan ada perbedaan skor kecemasan yang
signifikan dalam fungsi kegiatan seni signifikan (Z = -1,167, p = 0,262). Uji yang
sebelum subjek mendapat perlakuan dan dilakukan terhadap skor posttest BAI
sesudahnya. Hal ini juga memperlihatkan subjek janda dan menikah menunjukkan
bahwa program atau perlakuan yang adanya perbedaan skor kecemasan yang
diberikan telah tersampaikan secara tepat signifikan (Z = -2,374, p = 0,024). Dari skor
(Campbell & Cronbach, 2002). Kondisi ini pretest 1 dan posttest subjek, tampak
tidak lepas dari peran fasilitator dalam bahwa skor kecemasan subjek menikah
penelitian. Fasilitator mampu lebih tinggi daripada skor kecemasan
menyampaikan refleksi empati dan subjek janda.
membantu subjek menemukan makna
dibalik pengalaman yang kurang
menyenangkan. Analisis deskriptif
Secara umum, sesi dalam Program Lansia
Analisis tambahan Sabar berjalan dengan cukup lancar.
Analisis skor Beck Anxiety Inventory (BAI) Semua subjek bersedia mengikuti
berdasarkan aspek kegiatan sesuai dengan panduan dari
Berdasarkan uji the Friedman test, fasilitator maupun co-fasilitator. Subjek
ditemukan bahwa aspek kognitif (Fr(2) = mulai dapat saling terbuka dengan
7,517, p = 0,023) dan afektif (Fr(2) = 6,412, p nyaman pada pertemuan ketiga, yaitu
= 0,041) merupakan aspek yang pada sesi yang membicarakan
mengalami perubahan skor selama proses pengalaman masa remaja. Subjek juga
penelitian. Uji lanjutan dilakukan dapat saling memberikan dukungan satu
menggunakan wilcoxon signed rank test sama lain ketika menemukan
untuk mengetahui dimana letak skor pengalaman yang mirip. Hanya saja,
yang mengalami perubahan signifikan. masih ada subjek yang belum mampu
Pada aspek kognitif terjadi perubahan terbuka sepenuhnya pada perasaannya
signifikan pada skor pretest 2-posttest (Z yaitu subjek Aster. Selain itu, masih ada
= -2,456, p = 0,014); sementara pada aspek pula subjek yang kesulitan untuk
afektif terjadi perubahan signifikan pada menerima pengalaman buruknya dimasa
skor pretest 1-2 (Z = -2,328, p = 0,020). lalu akibat kurang adekuatnya problem
solving saat itu yaitu Puspa. Terkait status
Analisis skor Beck Anxiety Inventory (BAI) pernikahannya, subjek dengan status
berdasarkan status pernikahan subjek janda cenderung menceritakan

E-JURNAL GAMA JPP 66


REMINISCENE, TERAPI SENI, PENYANDANG DIABETES MELITUS

pengalaman positif dan mampu mandiri terapi reminiscence terhadap kecemasan


sepeninggal pasangannya. Sementara, subjek. Dalam penelitian ini, ditemukan
subjek dengan status menikah masih bahwa faktor yang mempengaruhi hasil
harus menghadapi isu pribadi dengan uji efektivitas reminiscence salah satunya
pasangannya. Contohnya adalah adalah identifikasi sosial. Menurut
persoalan terkait perselingkuhan, Haslam et al., (2014), identifikasi sosial
masalah ekonomi, dan perawatan suami mengacu pada rasa kepemilikan subjek
dengan gangguan jiwa. terhadap kelompok reminiscencenya.
Dari catatan harian, perubahan Pada prosesnya, belum semua
simptom kecemasan harian subjek rata- subjek Program Lansia Sabar
rata terjadi bertepatan dengan aktivitas mengembangkan rasa kepemilikan
atau perasaan yang dirasakan subjek terhadap kelompoknya. Terdapat satu
pada setiap harinya. Kejadian terkait; (1) orang, yaitu subjek Aster yang masih
kegiatan dengan cucu/keluarga; (2) belum mampu sepenuhnya terbuka
kesibukan pekerjaan; (3) penyakit tidak dalam menceritakan pengalamannya.
kronis yang tidak kunjung sembuh terjadi Sesuai dengan penelitian Haslam, et al.
bersamaan dengan penurunan/kenaikan (2014), proses reminiscence hanya dapat
simptom kecemasan harian subjek. menjadi efektif ketika subjek dapat
Berdasarkan hasil diskusi dengan peserta berbagi pengalaman hidupnya kepada
pada pertemuan keenam, dapat teman kelompoknya.
disimpulkan beberapa hal yang mereka Di samping masalah identifikasi
dapatkan selama program berlangsung. sosial, dalam Program Lansia Sabar ini
Peserta menyebutkan bahwa mereka : (1) juga masih ada subjek yang tampak sulit
memahami bahwa bukan dirinya sendiri melepaskan kenangan pahitnya yaitu
yang memiliki masalah; (2) lebih subjek Puspa. Selama ini Puspa belum
memahami mengenai permasalahan yang bisa menunjukkan suatu problem solving
sudah mereka lewati; (3) merasa lebih yang cukup memuaskan dirinya. Dalam
sabar; (4) dapat menghibur diri sendiri proses terapi pun, Puspa membutuhkan
maupun orang lain; (4) merasa bahagia bantuan dari fasilitator untuk bisa
karena dapat berkumpul bersama teman menemukan makna atas pengalamannya.
dan lebih saling mengenal. Sesuai dengan penelitian O'Rourke,
Cappeliez, & Claxton (2011), mengenang
suatu pengalaman negatif secara terus
menerus dapat menjadi suatu pertanda
Diskusi yang negatif pula. Kondisi ini
Hasil uji hipotesis penelitian ini sesuai menunjukkan bahwa individu masih
dengan penelitian Haslam, Haslam, terikat pada permasalahan yang terjadi
Ysseldyk, McCloskey, Pfisterer, & Brown dimasa tersebut.
(2014) mengenai pengaruh reminiscence Sementara itu, dari sembilan subjek
dan musik terhadap kecemasan lansia. terdapat tiga kelompok perubahan terkait
Pada penelitian yang dilakukan terhadap skor kecemasan yaitu (1) subjek yang
40 lansia, tidak ditemukan adanya relatif mengalami penurunan skor
pengaruh signifikan atas pemberian kecemasan; (2) subjek yang relatif

67 E-JURNAL GAMA JPP


PUSPITASARI & RETNOWATI

memiliki skor kecemasan tetap; (3) subjek dengan penelitian Haslam, dkk (2014),
yang relatif mengalami kenaikan skor proses reminiscence hanya dapat menjadi
kecemasan. Subjek yang mengalami efektif ketika subjek berbagi pengalaman
penurunan skor kecemasan terbesar hidupnya kepada teman kelompoknya.
adalah Cempaka yaitu sebesar 17 poin Selanjutnya dari hasil analisis
dari pretest 2 ke posttest. Hal ini dapat tambahan tampak terjadi penurunan
terjadi karena Cempaka cukup mampu signifikan skor BAI aspek kognitif pretest
memaknai pengalaman yang sudah 2-posttest subjek. Hal ini terkait dengan
dihadapinya secara positif. Ia juga proses reminiscence yang membutuhkan
mampu mengingat strategi problem kegiatan kognitif. O'Rourke, Cappeliez, &
solving yang cukup memuaskan dirinya Claxton (2011), menyebutkan bahwa
dalam melewati permasalahan hidup. proses mengingat cara-cara memecahkan
Kondisi yang dicapai oleh Cempaka ini masalah secara sukses dapat
menunjukkan bahwa dirinya telah mempertegas kembali persepsi subjek
mencapai tujuan dari proses reminiscence pada kemampuannya. Keberhasilan
yaitu penerimaan diri (Webster, koping dimasa lalu terhadap kesulitan
Bohlmeijer, & Westerhof, 2010). hidup akan memperkuat kepercayaan
Selanjutnya, subjek yang memiliki subjek untuk mengatasi kesulitan saat ini.
skor relatif tetap sejak pretest 1 hingga Sementara itu penurunan signifikan skor
posttest adalah Dahlia. Hal ini tidak BAI aspek afektif yang terjadi pada
terlepas dari kondisi pribadi Dahlia yang pretest 1-2 subjek kemungkinan terjadi
disadarinya. Secara afektif Dahlia sebagai akibat dari efek history, yaitu
mengutarakan bahwa dirinya cukup segala kejadian yang muncul selama
sensitif ketika teringat pengalamannya di penelitian berlangsung. Kejadian ini
masa lalu. Oleh sebab itu, tampak terkait dengan peristiwa sehari-hari yang
beberapa kali Dahlia menangis saat dapat memberikan pengaruh pada subjek
bercerita. Sesuai dengan konsep biologis tanpa adanya perlakuan terhadap mereka
kecemasan, ketika individu menerima (Campbell & Cronbach, 2002). Kondisi ini
suatu stimulus yang mengancam maka juga dapat menjelaskan adanya
bagian sistem saraf simpatik menjadi perubahan skor catatan harian subjek
aktif. Kejadian ini menyebabkan ketika mereka mengalami suatu kondisi
terjadinya hyperarousal symptoms dan tertentu. Dari hasil analisis individual,
tampak sebagai gejala fisiologis seperti kondisi seperti (1) kegiatan dengan
jantung berdebar, mulut kering, dll cucu/keluarga; (2) kesibukan pekerjaan;
(Clark & Beck, 2010). (3) penyakit tidak kronis yang tidak
Aster adalah subjek yang kunjung sembuh terjadi bersamaan
mengalami kenaikan skor kecemasan dengan penurunan/kenaikan simptom
sebanyak 18 poin pada pretest 2 ke kecemasan harian subjek.
posttest. Selama mengikuti Program Pada analisis yang dilakukan
Lansia Sabar, Aster sering menolak ketika terhadap skor kecemasan subjek
diminta bercerita pada urutan awal. Oleh berdasarkan status pernikahannya
sebab itu, seringkali Aster menjadi subjek ditemukan pula adanya perbedaan.
terakhir yang bercerita. Padahal sesuai Secara skor dan kategori, tingkat

E-JURNAL GAMA JPP 68


REMINISCENE, TERAPI SENI, PENYANDANG DIABETES MELITUS

kecemasan subjek berstatus janda relatif dan lebih saling mengenal. Manfaat yang
lebih rendah daripada subjek berstatus dirasakan subjek tidak terlepas dari
menikah. Berdasarkan Carr, House, proses terapi secara berkelompok.
Kessler, Nesse, Sonnega, & Wortman Hal ini sesuai dengan penelitian
(2000), kematian pasangan di masa lansia Pishvaei, Moghanloo, & Moghanloo
sebenarnya adalah prediktor yang (2015), bahwa proses reminiscence secara
signifikan atas munculnya depresi atau berkelompok membantu subjek berbagi
kecemasan. Kematian pasangan ini dapat pengalaman yang membentuk diri
menimbulkan suatu kecemasan bagi mereka. Kondisi ini membuat subjek
janda bila terkait dengan perubahan mampu mengembangkan identitas dan
besar dalam tanggung jawab dan beban menegaskan kembali arti hidup mereka.
sehari-hari. Tingkat kecemasan pada Melalui penelitian ini, subjek menjadi
janda dapat menjadi beragam tergantung lebih sadar bahwa orang yang mengalami
pada seberapa tergantung individu pada kesulitan bukan hanya diri mereka
pasangannya (Carr, House, Kessler, seorang. Hal ini sesuai dengan manfaat
Nesse, Sonnega, & Wortman, 2000). universality (Yalom & Leszcz, 2005).
Penelitian tersebut sesuai dengan kondisi Proses selanjutnya, subjek juga saling
subjek Program Lansia Sabar, subjek berganti peran untuk menyemangati dan
janda cenderung dapat hidup secara menerima semangat dari satu sama lain.
mandiri sepeninggal suaminya. Di sisi Sesuai kondisi ini, subjek telah menerima
lain, subjek menikah masih perlu manfaat altruism (Yalom & Leszcz, 2005).
menghadapi tantangan dan pengalaman Manfaat ini, pada sesi lima khususnya,
rumah tangga yang tidak terlalu positif. terlihat sangat jelas ketika para peserta
Sesuai dengan penelitian Bulanda, saling mendukung dalam menjaga
Brown, & Yamashita (2016), pada wanita kesehatan terkait penyakit diabetes
kualitas interaksi yang rendah dalam mereka. Hal ini sesuai dengan penelitian
pernikahan dapat menimbulkan dampak Koetsenruijter, Eikelenboom, Lieshout,
negatif. Pernikahan yang tidak bahagia Vassilev, Lionis, Todorova, et al. (2016),
dapat menjadi sumber stres bahwa dukungan emosi dan sosial dari
berkepanjangan dan memperburuk orang-orang di sekitar penderita diabetes
kondisi kesehatan. dapat memberikan manfaat pada
Meskipun secara statistika Program kemampuan manajemen diri mereka.
Lansia Sabar tidak dapat menurunkan Peserta juga melakukan immitative
kecemasan subjek, masih ada hal yang behavior dengan mengambil hal yang bisa
mereka dapatkan. Dari analisis deskriptif, dipelajari dari pengalaman peserta lain
subjek menyebutkan bahwa mereka : (1) (Yalom & Leszcz, 2005). Kemudian dari
memahami bahwa bukan dirinya sendiri setiap pertemuan terapi, peserta juga
yang memiliki masalah; (2) lebih mendapatkan kesempatan untuk
memahami mengenai permasalahan yang melakukan katarsis atas permasalahan
sudah mereka lewati; (3) merasa lebih yang dihadapi. Peran fasilitator juga turut
sabar; (4) dapat menghibur diri sendiri memberikan manfaat melalui instillation
maupun orang lain; (5) merasa bahagia hope. Fasilitator memberikan rasa nyaman
karena dapat berkumpul bersama teman dan memfasilitasi terbentuknya

69 E-JURNAL GAMA JPP


PUSPITASARI & RETNOWATI

pandangan positif subjek atas dari status pernikahannya, lansia dengan


pengalamannya maupun pengalaman status janda memiliki tingkat kecemasan
anggota kelompok secara keseluruhan lebih rendah daripada lansia menikah.
(Yalom & Leszcz, 2005).
Kegiatan yang menggunakan seni Saran
sebagai media pengingat juga cukup Bagi subjek, disarankan dapat melakukan
membantu subjek memaparkan kegiatan-kegiatan yang telah ditemukan
pengalamannya. Hal ini sesuai dengan selama penelitian untuk mengisi waktu
penelitian Sato (2011), penggunaan lebih secara positif. Misalnya dengan
dari satu stimulus membantu individu melakukan hobi positif yang disukai
lebih mudah dalam mengingat kenangan seperti menyanyi atau bercocok tanam.
mereka. Proses seni yang dilakukan oleh Bagi Puskesmas, melalui tenaga
subjek mampu membantu mereka psikolog Puskesmas, diharapkan dapat
mengingat perasaan yang selama ini membentuk layanan psikologis dengan
belum disampaikan. Hal ini memfasilitasi pendekatan kelompok. Program secara
subjek untuk bisa lebih memahami diri berkelompok perlu dilakukan dengan
dan bagaimana mereka terhubung dipandu oleh psikolog Puskesmas secara
dengan orang-orang di sekitarnya rutin.
(Farokhi, 2011). Bagi peneliti selanjutnya, disarankan
Penelitian ini masih memiliki untuk mengembangkan cakupan
keterbatasan dalam prosesnya. Peneliti penelitian ini misalnya dengan
telah menggunakan desain eksperimen melibatkan subjek dengan karakteristik
dengan dua kali pretest untuk lain. Bila memungkinkan, peneliti
meminimalisasi ancaman validitas selanjutnya dapat menambah jumlah
internal penelitian. Meskipun begitu, subjek penelitian dan menggunakan
ancaman tersebut masih tetap ada yaitu desain eksperimen untreated control group
ancaman history dan testing. design.

Kesimpulan Kepustakaan
Berdasarkan analisis yang telah Ahmad, J., Sulaiman, T., Abdullah, S. K.,
dilakukan dapat disimpulkan bahwa & Shamsuddin, J. (2009). Building
Program Lansia Sabar berbasis a customized module for the
reminiscence dan terapi seni tidak dapat treatment of drug addiction under
menurunkan kecemasan pada lansia the remedial programs to be
penyandang diabetes mellitus tipe II. Dari implemented on inmates at the
analisis tambahan, disimpulkan bahwa drug rehabilitation centers in
aspek kognitif terkait kecemasan pada Malaysia. US-China Education
subjek mengalami perubahan signifikan Review, 6(11), 57-64.
selama penelitian berlangsung. Hal ini American Psychiatric Association. (2000).
tidak lepas dari kegiatan reminiscence Diagnostic and statistical manual of
yang membutuhkan evaluasi secara mental disorders fourth edition text
kognitif atas pengalaman subjek dalam revision, DSM-IV-TR. Arlington,
memandang masa lalunya. Sementara itu

E-JURNAL GAMA JPP 70


REMINISCENE, TERAPI SENI, PENYANDANG DIABETES MELITUS

VA: American Psychiatric Gregg, E. W., & Caspersen, C. J. (2005).


Association. Physical disability and the
Beck, A. T., Brown, G., Epstein, N., & cumulative impact of diabetes in
Steer, R. A. (1988). An inventory older adults. The British Journal of
for measuring clinical anxiety: Diabetes and Vascular Disease, 5(1),
Psychometric properties. Journal of 13-17.
Consulting and Clinical Psychology, Goldenberg, R., & Punthakee, Z. (2013).
56(6), 893-897. Definition, classification, and
Bulanda, J. R., Brown, S. J., & Yamashita, diagnosis of diabetes, prediabetes,
T. (2016). Marital quality, marital and metabolic syndrome.
dissolution, and mortality risk Canadian Journal of Diabetes, 8-11.
during the later. Journal of Social Haber, D. (2006). Life review:
Science & Medicine, 165, 119-127. Implementation, theory, research
Campbell, D. T., & Cronbach, L. J. (2002). and therapy. International journal
Experimental and quasi-experimental aging and human development, 63(2),
designs for generalized causal 153-171.
inference. Boston: Houghton Haslam, C., Haslam, A., Ysseldyk, R.,
Mifflin Company. McCloskey, L.-G., Pfisterer, K., &
Carr, D., House, J. S., Kessler, R. C., Brown, S. G. (2014). Social
Nesse, R. M., Sonnega, J., & identification moderates cognitive
Wortman, C. (2000). Marital health and well-being following
quality and psychological story- and song-based. Journal of
adjustment to. Journal of Aging & Mental Health, 18(4), 425-
Gerontology: Social Sciences, 55B(4), 434.
197-207. Kelly, C. G., Cudney, S., & Weinert, C.
Clark, D. A., & Beck, A. T. (2010). (2012). Use of creative arts as a
Cognitive therapy of anxiety complementary therapy by rural
disorders: Science and practice. New women coping with chronic
York: Guilford Press. illness. Journal of Holistic Nursing,
Claude, J. A., Hadjistavropoulos, H. D., & 30(1), 48-54.
Friesen, L. (2014). Exploration of Koetsenruijter, J., Eikelenboom, N. v.,
health anxiety among individuals Lieshout, J. v., Vassilev, I., Lionis,
with diabetes: Prevalence and C., Todorova,E., et al. (2016).
implications. Journal of Health Social support and self-
Psychology, 19(2), 312-322. management capabilities in
Durand, M. V., & Barlow, D. H. (2006). diabetes patients: An international
Psikologi abnormal. (H. P. Soetjipto, observational study. Journal of
& S. M. Soetjipto, Penerj.) Patient and Counseling, 90, 636-643.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kim, S. K. (2013). A randomized,
Furer, P., Walker, J. R., & Stein, M. B. controlled study of the effects of
(2007). Treating health anxiety and art therapy on older Korean-
fear of death. New York: Springer American's healthy aging. The arts
Science+Business Media. of psychotherapy, 40, 158-164.

71 E-JURNAL GAMA JPP


PUSPITASARI & RETNOWATI

Malchiodi, C. A. (2003). Handbook of art Sasmitawati, T. A. (2008). Terapi kognitif


therapy. New York: The Guilford perilakuan untuk mengurangi
Press. kecemasan pada penderita asma.
Ostrander, A. (2012). Integrating Tesis. (tidak dipublikasikan).
reminiscence therapy and Universitas Gadjah Mada,
expressive art therapy as a Yogyakarta
treatment technique for working Sato, Y. (2011). Musical life review in
with the elderly. Disertasi. (tidak hospice. Music Therapy
dipublikasikan). Saybrook Perspectives, 29, 31-38
University, California. Webster, J. D. (1993). Construction and
O'Rourke, N., Cappeliez, P., & Claxton, Validation of the Reminiscence
A. (2011). Functions of Functions Scale. Journal of
reminiscence and the Gerontology: Psychological Sciences,
psychological well-being of 48(5), 256-262.
young-old and older. Journal of Webster, J. D., Bohlmeijer, E. T., &
Aging & Mental Health, 15(2), 272- Westerhof, G. J. (2010). Mapping
281. the future of reminiscence: A
Pishvaei, M., Moghanloo, R. A., & conceptual guide for research and
Moghanloo, V. A. (2015). The practice. Research on Aging, 32(4),
efficacy of treatment reminders of 527-564.
life with emphasis on integrative Westerhof, G. J., & Bohlmeijer, E. T.
reminiscence on self-esteem and (2014). Celebrating fifty years of
anxiety in widowed old men. Iran research and applications in
Journal of Psychiatry, 10(1), 19-24. reminisence and life review: State
Poulsen, K. M., Pachana, N. A., & of the art and new directions.
McDermott, B. M. (2014). Health Journal of Aging Studies, 29, 107-
professionals, detection of 114.
depression and anxiety n their Yalom, I., & Leszcz, M. (2005). The theory
patients with diabetes: The and practice of gorup psychotherapy.
influence of patient, illness and New York: Basic Books.
psychological factors. Journal of Zalik, E., & Zalar, B. (2013). Difference in
Health Psychology, 1-10. mood between ederly persons
Ravid-Horesh, R. (2004). "A temporary living in different residential
guest": The use of art therapy in environments in Slovenia.
life review with an elderly Psychiatria Danubina, 25(1), 40-48.
woman. The Arts in Psychotherapy,
31, 303-319.

E-JURNAL GAMA JPP 72

Anda mungkin juga menyukai