Abstract. This “Lansia Sabar” program which is consisted of reminiscence and art
therapy is expected to facilitate the elderly to look back on their lives positively. This
programm was administered to nine (9) elderly with type II diabetes mellitus aged
55-70 years who show moderate to severe levels of anxiety. Anxiety level is measured
using Beck Anxiety Inventory (BAI). The program lasts for six meetings with a
maximum duration of 120 minutes for each session. The experimental design using
one-group pretest-posttest with additional double pretest. Data will be analyzed
quantitatively using the friedman test, with the additional descriptive data analysis
on the results of observation, task book, and the visual inspection. The Friedman test
showed Fr(2) = 5,200, p = 0,074 (p > 0,05). It showed that “Lansia Sabar” program has
no significant effect to decrease anxiety in the elderly with type II diabetes mellitus.
Abstrak. Program Lansia Sabar yang disusun dari reminiscence dan terapi seni
ditujukan untuk memfasilitasi lansia menilik kembali kehidupannya secara lebih
positif. Program Lansia Sabar diikuti oleh sembilan lansia penyandang diabetes
mellitus tipe II berusia 55-70 tahun yang mengalami kecemasan sedang hingga tinggi.
Pengukuran tingkat kecemasan subjek dilakukan menggunakan skala Beck Anxiety
Inventory (BAI). Program berlangsung selama enam pertemuan dengan durasi 120
menit tiap sesinya. Desain penelitian menggunakan one group pretest-posttest
dengan double pretest. Analisis data kuantitatif menggunakan uji the friedman test,
dilengkapi dengan analisis deskriptif terhadap hasil observasi, lembar kerja, dan
visual inspection subjek. Hasil uji the friedman test menunjukkan Fr(2) = 5.200, p= 0.074
(p>0.05). Hal ini menunjukkan Program Lansia Sabar tidak dapat menurunkan
kecemasan pada lansia penyandang diabetes mellitus tipe II secara signifikan.
Kata kunci: reminiscence, terapi seni, penyakit kronis, diabetes melitus, lansia
1
Korespondensi mengenai isi artikel dapat dilakukan melalui: errina.puspitasari@mail.ugm.ac.id
2 Atau melalui sofi_53@yahoo.com
skor pretest dan posttest skala cek Uji mann-whitney u test dilakukan untuk
manipulasi fungsi reminiscence, diperoleh membandingkan skor pretest hingga
Z = -2,677, p = 0,007 (p < 0,05). Hasil posttest BAI di antara dua kelompok
tersebut menunjukkan adanya perbedaan subjek tersebut. Dari uji antara skor
signifikan antara fungsi mengenang masa pretest 1 BAI subjek janda dan subjek
lalu sebelum subjek mendapat perlakuan menikah tampak adanya perbedaan skor
dan sesudahnya. Selanjutnya, dari uji kecemasan signifikan yang (Z = -2,334, p =
skala cek manipulasi terapi seni diperoleh 0,024). Dari uji skor pretest 2 BAI subjek
Z = -2,194, p = 0,028 (p < 0,05). Hasil janda dan subjek menikah tampak tidak
tersebut menunjukkan adanya perbedaan ada perbedaan skor kecemasan yang
signifikan dalam fungsi kegiatan seni signifikan (Z = -1,167, p = 0,262). Uji yang
sebelum subjek mendapat perlakuan dan dilakukan terhadap skor posttest BAI
sesudahnya. Hal ini juga memperlihatkan subjek janda dan menikah menunjukkan
bahwa program atau perlakuan yang adanya perbedaan skor kecemasan yang
diberikan telah tersampaikan secara tepat signifikan (Z = -2,374, p = 0,024). Dari skor
(Campbell & Cronbach, 2002). Kondisi ini pretest 1 dan posttest subjek, tampak
tidak lepas dari peran fasilitator dalam bahwa skor kecemasan subjek menikah
penelitian. Fasilitator mampu lebih tinggi daripada skor kecemasan
menyampaikan refleksi empati dan subjek janda.
membantu subjek menemukan makna
dibalik pengalaman yang kurang
menyenangkan. Analisis deskriptif
Secara umum, sesi dalam Program Lansia
Analisis tambahan Sabar berjalan dengan cukup lancar.
Analisis skor Beck Anxiety Inventory (BAI) Semua subjek bersedia mengikuti
berdasarkan aspek kegiatan sesuai dengan panduan dari
Berdasarkan uji the Friedman test, fasilitator maupun co-fasilitator. Subjek
ditemukan bahwa aspek kognitif (Fr(2) = mulai dapat saling terbuka dengan
7,517, p = 0,023) dan afektif (Fr(2) = 6,412, p nyaman pada pertemuan ketiga, yaitu
= 0,041) merupakan aspek yang pada sesi yang membicarakan
mengalami perubahan skor selama proses pengalaman masa remaja. Subjek juga
penelitian. Uji lanjutan dilakukan dapat saling memberikan dukungan satu
menggunakan wilcoxon signed rank test sama lain ketika menemukan
untuk mengetahui dimana letak skor pengalaman yang mirip. Hanya saja,
yang mengalami perubahan signifikan. masih ada subjek yang belum mampu
Pada aspek kognitif terjadi perubahan terbuka sepenuhnya pada perasaannya
signifikan pada skor pretest 2-posttest (Z yaitu subjek Aster. Selain itu, masih ada
= -2,456, p = 0,014); sementara pada aspek pula subjek yang kesulitan untuk
afektif terjadi perubahan signifikan pada menerima pengalaman buruknya dimasa
skor pretest 1-2 (Z = -2,328, p = 0,020). lalu akibat kurang adekuatnya problem
solving saat itu yaitu Puspa. Terkait status
Analisis skor Beck Anxiety Inventory (BAI) pernikahannya, subjek dengan status
berdasarkan status pernikahan subjek janda cenderung menceritakan
memiliki skor kecemasan tetap; (3) subjek dengan penelitian Haslam, dkk (2014),
yang relatif mengalami kenaikan skor proses reminiscence hanya dapat menjadi
kecemasan. Subjek yang mengalami efektif ketika subjek berbagi pengalaman
penurunan skor kecemasan terbesar hidupnya kepada teman kelompoknya.
adalah Cempaka yaitu sebesar 17 poin Selanjutnya dari hasil analisis
dari pretest 2 ke posttest. Hal ini dapat tambahan tampak terjadi penurunan
terjadi karena Cempaka cukup mampu signifikan skor BAI aspek kognitif pretest
memaknai pengalaman yang sudah 2-posttest subjek. Hal ini terkait dengan
dihadapinya secara positif. Ia juga proses reminiscence yang membutuhkan
mampu mengingat strategi problem kegiatan kognitif. O'Rourke, Cappeliez, &
solving yang cukup memuaskan dirinya Claxton (2011), menyebutkan bahwa
dalam melewati permasalahan hidup. proses mengingat cara-cara memecahkan
Kondisi yang dicapai oleh Cempaka ini masalah secara sukses dapat
menunjukkan bahwa dirinya telah mempertegas kembali persepsi subjek
mencapai tujuan dari proses reminiscence pada kemampuannya. Keberhasilan
yaitu penerimaan diri (Webster, koping dimasa lalu terhadap kesulitan
Bohlmeijer, & Westerhof, 2010). hidup akan memperkuat kepercayaan
Selanjutnya, subjek yang memiliki subjek untuk mengatasi kesulitan saat ini.
skor relatif tetap sejak pretest 1 hingga Sementara itu penurunan signifikan skor
posttest adalah Dahlia. Hal ini tidak BAI aspek afektif yang terjadi pada
terlepas dari kondisi pribadi Dahlia yang pretest 1-2 subjek kemungkinan terjadi
disadarinya. Secara afektif Dahlia sebagai akibat dari efek history, yaitu
mengutarakan bahwa dirinya cukup segala kejadian yang muncul selama
sensitif ketika teringat pengalamannya di penelitian berlangsung. Kejadian ini
masa lalu. Oleh sebab itu, tampak terkait dengan peristiwa sehari-hari yang
beberapa kali Dahlia menangis saat dapat memberikan pengaruh pada subjek
bercerita. Sesuai dengan konsep biologis tanpa adanya perlakuan terhadap mereka
kecemasan, ketika individu menerima (Campbell & Cronbach, 2002). Kondisi ini
suatu stimulus yang mengancam maka juga dapat menjelaskan adanya
bagian sistem saraf simpatik menjadi perubahan skor catatan harian subjek
aktif. Kejadian ini menyebabkan ketika mereka mengalami suatu kondisi
terjadinya hyperarousal symptoms dan tertentu. Dari hasil analisis individual,
tampak sebagai gejala fisiologis seperti kondisi seperti (1) kegiatan dengan
jantung berdebar, mulut kering, dll cucu/keluarga; (2) kesibukan pekerjaan;
(Clark & Beck, 2010). (3) penyakit tidak kronis yang tidak
Aster adalah subjek yang kunjung sembuh terjadi bersamaan
mengalami kenaikan skor kecemasan dengan penurunan/kenaikan simptom
sebanyak 18 poin pada pretest 2 ke kecemasan harian subjek.
posttest. Selama mengikuti Program Pada analisis yang dilakukan
Lansia Sabar, Aster sering menolak ketika terhadap skor kecemasan subjek
diminta bercerita pada urutan awal. Oleh berdasarkan status pernikahannya
sebab itu, seringkali Aster menjadi subjek ditemukan pula adanya perbedaan.
terakhir yang bercerita. Padahal sesuai Secara skor dan kategori, tingkat
kecemasan subjek berstatus janda relatif dan lebih saling mengenal. Manfaat yang
lebih rendah daripada subjek berstatus dirasakan subjek tidak terlepas dari
menikah. Berdasarkan Carr, House, proses terapi secara berkelompok.
Kessler, Nesse, Sonnega, & Wortman Hal ini sesuai dengan penelitian
(2000), kematian pasangan di masa lansia Pishvaei, Moghanloo, & Moghanloo
sebenarnya adalah prediktor yang (2015), bahwa proses reminiscence secara
signifikan atas munculnya depresi atau berkelompok membantu subjek berbagi
kecemasan. Kematian pasangan ini dapat pengalaman yang membentuk diri
menimbulkan suatu kecemasan bagi mereka. Kondisi ini membuat subjek
janda bila terkait dengan perubahan mampu mengembangkan identitas dan
besar dalam tanggung jawab dan beban menegaskan kembali arti hidup mereka.
sehari-hari. Tingkat kecemasan pada Melalui penelitian ini, subjek menjadi
janda dapat menjadi beragam tergantung lebih sadar bahwa orang yang mengalami
pada seberapa tergantung individu pada kesulitan bukan hanya diri mereka
pasangannya (Carr, House, Kessler, seorang. Hal ini sesuai dengan manfaat
Nesse, Sonnega, & Wortman, 2000). universality (Yalom & Leszcz, 2005).
Penelitian tersebut sesuai dengan kondisi Proses selanjutnya, subjek juga saling
subjek Program Lansia Sabar, subjek berganti peran untuk menyemangati dan
janda cenderung dapat hidup secara menerima semangat dari satu sama lain.
mandiri sepeninggal suaminya. Di sisi Sesuai kondisi ini, subjek telah menerima
lain, subjek menikah masih perlu manfaat altruism (Yalom & Leszcz, 2005).
menghadapi tantangan dan pengalaman Manfaat ini, pada sesi lima khususnya,
rumah tangga yang tidak terlalu positif. terlihat sangat jelas ketika para peserta
Sesuai dengan penelitian Bulanda, saling mendukung dalam menjaga
Brown, & Yamashita (2016), pada wanita kesehatan terkait penyakit diabetes
kualitas interaksi yang rendah dalam mereka. Hal ini sesuai dengan penelitian
pernikahan dapat menimbulkan dampak Koetsenruijter, Eikelenboom, Lieshout,
negatif. Pernikahan yang tidak bahagia Vassilev, Lionis, Todorova, et al. (2016),
dapat menjadi sumber stres bahwa dukungan emosi dan sosial dari
berkepanjangan dan memperburuk orang-orang di sekitar penderita diabetes
kondisi kesehatan. dapat memberikan manfaat pada
Meskipun secara statistika Program kemampuan manajemen diri mereka.
Lansia Sabar tidak dapat menurunkan Peserta juga melakukan immitative
kecemasan subjek, masih ada hal yang behavior dengan mengambil hal yang bisa
mereka dapatkan. Dari analisis deskriptif, dipelajari dari pengalaman peserta lain
subjek menyebutkan bahwa mereka : (1) (Yalom & Leszcz, 2005). Kemudian dari
memahami bahwa bukan dirinya sendiri setiap pertemuan terapi, peserta juga
yang memiliki masalah; (2) lebih mendapatkan kesempatan untuk
memahami mengenai permasalahan yang melakukan katarsis atas permasalahan
sudah mereka lewati; (3) merasa lebih yang dihadapi. Peran fasilitator juga turut
sabar; (4) dapat menghibur diri sendiri memberikan manfaat melalui instillation
maupun orang lain; (5) merasa bahagia hope. Fasilitator memberikan rasa nyaman
karena dapat berkumpul bersama teman dan memfasilitasi terbentuknya
Kesimpulan Kepustakaan
Berdasarkan analisis yang telah Ahmad, J., Sulaiman, T., Abdullah, S. K.,
dilakukan dapat disimpulkan bahwa & Shamsuddin, J. (2009). Building
Program Lansia Sabar berbasis a customized module for the
reminiscence dan terapi seni tidak dapat treatment of drug addiction under
menurunkan kecemasan pada lansia the remedial programs to be
penyandang diabetes mellitus tipe II. Dari implemented on inmates at the
analisis tambahan, disimpulkan bahwa drug rehabilitation centers in
aspek kognitif terkait kecemasan pada Malaysia. US-China Education
subjek mengalami perubahan signifikan Review, 6(11), 57-64.
selama penelitian berlangsung. Hal ini American Psychiatric Association. (2000).
tidak lepas dari kegiatan reminiscence Diagnostic and statistical manual of
yang membutuhkan evaluasi secara mental disorders fourth edition text
kognitif atas pengalaman subjek dalam revision, DSM-IV-TR. Arlington,
memandang masa lalunya. Sementara itu