Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA AMAN: ANSIETAS

A. Konsep Teori Kebutuhan


1. Definisi
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapai
ancaman. (SDKI. 2017). Ansietas adalah perasaan was-was,
khawatir,atau tidak nyaman seakan-akan akan terjadi sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap ssuatu yang berbahaya,
sedangkan ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut
(Keliat, 2012). Sedangkan menurut Tarwoto & Wartonah. (2010).
Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan
pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna
dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidak mampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak
menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai
perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010). Menurut Keliat
gangguan rasa nyaman mempunyai batasan karakteristik yaitu: ansietas,
berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah,
iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas dengan
keadaan, menangis, merasa dingin, merasa kurang senang dengan
situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak nyaman, merintih,
dam takut.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respon
seseorang berupa rasa khawatir , was-was dan tidak nyaman dalam
menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.
2. Anatomi fisiologi terkait KDM
Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal
Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan
merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi),
dan transenden. Sedangkan apabila terjadi ansietas maka ada suatu
sinyal kepada ego yang memberitahukan adanya suatu dorongan yang
tidak dapat diterima dan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan
defensif terhadap tekanan dari dalam tersebut. Idealnya penggunaan
represi sudah cukup untuk memulihkan keseimbangan psikologis tanpa
menyebabkan gejala karena represi yang efektif dapat menahan
dorongan yang dibawah sadar.
3. Faktor predisposisi (pendukung) dan Presipitasi (pencetus)
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan
yang yang dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara
keinginan dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada
individu
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena
merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat
mempengaruhi konsep diri individu
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik
dan mengatasi kecemasan
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme
fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan
biologis normal.
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan
internal :
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan
interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian
terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan
kelompok, sosial budaya . (Eko Prabowo, 2014)
4. Gangguan terkait KDM
a. Etiologi
Tingkat maturasi individu sangat akan memengaruhi
tingkat kecemasan. Pada bayi tingkat kecemasan lebih disebabkan
perpisahan dan lingkungan yang tidak dikenal. Kecemasan pada
remaja lebih banyak disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada
orang dewasa kecemasan lebih banyak ditimbulkan oleh hal-hal
yang berhubungan dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada
lansia kecemasan berhubungan dengan kehilangan fungsi. Mereka
akan merasa cemas akibat terjadinya perubahan kognitif sehingga
merubah proses pikir lansia terhadap sesuatu, yang mengakibatkan
mudah cemas dan gelisah. Sebagai contoh adalah wanita yang
menjelang menopause, cemas akan hal-hal yang menurut mereka
dapat mengancam hidup, menurunkan fungsi dll. Penurunan fungsi
reproduktif sehingga diperlukan dukungan sosial untuk mencegah
terjadinya kecemasan tersebut.
Menurut Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI
(2018) faktor yang berkontribusi dalam menciptakan rasa cemas
yaitu meliputi ancaman terhadap :
a). Konsep diri
b). Personal security system
c). Kepercayaan, lingkungan
d). Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan
e). Status kesehatan.
b. Proses terjadi
Terjadinya kecemasan yang dialami adalah suatu keadaan
yang selalu berkaitan dengan pikiran mengemukakan emosi
ataupun rasa cemas yang dirasakan disebabkan oleh adanya dialog
internal dalam pikiran individu yang mengalami kecemasan
ataupun perasaan cemas. Menurut Blackrun dan Davidson (1994)
dalam Uma (2016) secara teoritis terjadinya kecemasan diawali
oleh pertemuan individu dengan stimulus berupa situasi yang
berpengaruh dalam membentuk kecemasan (Situasi
mengancam)yang secara langsung hasil pengamatan pengalaman
tersebut diolah melalui proses kognitif dengan menggunakan
skemata pengetahuan yang telah dimiliki individu terhadap situasi
tersebut yang sebenarnya. Mengancam dari pengetahuan tentang
kemampuan dirinya untuk mengendalikan dirinya dan situasi
tersebut. Terjadinya kecemasan melalui proses yang telah
disebutkan,adalah tentang bagaimana kita dapat mengevaluasi
Tindakan apa saja yang harus memahami tentang keadaan apa saja
yang menyebabkan kita merasakan cemas,tentunya setelah kita
harus mengendalikan diri untuk dapat mengelola emosi dan
mengelola permasalahan yang menyebabkan kecemasan.
c. Manifestasi Klinis
1. Aspek Fisiologis
Kecemasan Akan mempengaruhi gejala fisik,seperti:Jantung
berdebar debar, berkeringat, kepala pusing atau pening, ujung
ujung jari terasa dingin, sulit tidur, otot-otot leher kaku atau
tegang, nafsu makan hilang,merasa ingin kencing atau buang
hajat.
2. Aspek Psikologis
Kecemasan yang berwujud pada gejala –gejala kejiwaan seperti
Rasa takut, khawatir, waswas,bingung, cepat marah, mudah
tersinggung, tidak puas, tidak tenang,tidak tentram,tertekan
(Stress), Gelisah,Khawatir akan ditimpa bahaya, tidak
berkonsentrasi,ingin lari dar kenyataan. Berdasarkan pendapat
diatas maka dapat disimpulkan bahwa aspek aspek kecemasan
terdiri atas aspek fisologis yang merupakan gejala - gejala fisik
yang timbul pada seseorang ketika dalam keadaan yang tidak
nyaman, khawatir ataupun ketakutan dan aspek psikologis yang
lebih mengarah pada kondisi mental seseorang dalam kondisi
tertentu.

3. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit


berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur
(gangguan ansietas umum)
d. Komplikasi
Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon sistem
kekebalan
tubuh, namun kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki
efek sebaliknya
yaitu seperti depresi, gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan
minat dalam
seksual, pikiran untuk bunuh diri (Pieter, Herri Zan Lubis, dkk ,
2012)
5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait KDM
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Mengkaji status mental mengenai gejala yang sedang
dialami, seperti kecemasan, ketakutan, stres, masalah
pribadi, serta riwayat kesehatan.
2) Melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
3) Melakukan tes kecemasan dengan HARS (Hamilton Rating
Scale For Anxiety)
4) Melakukan tes darah untuk memeriksa fungsi tiroid.
5) Melakukan pemeriksaan (elektrokardiografi)
b. Parameter Yang Diperiksa
Kondisi pasien terkait kegelisahan dan perasaan tegang karena akan
menjalani vaksin
c. Hasil Temuan
Pasien mengalami ansietas ringan setelah dilakukan tes
HARS yang mana ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu
untuk belajar, motivasi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
d. Intepretasi hasil
Pasien mampu meningkatkan pemahaman terhadap situasinya kini
meningkatkan konsentrasi dan pasien rileks
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Menurut Hawari (2008) dalam Uma (2016). penatalaksanaan
ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
( somatik ) , psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :

1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.

2) Tidur yang cukup.

3) Olahraga yang cukup

4) Tidak merokok

5) Tidak meminum minuman keras

a). Terapi psikofarmaka


Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan
fungsi gangguan neurotransmiter ( sinyal penghantar syaraf
) di susunan saraf pusat otak ( limbic system ). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolitic), yaitu diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspironeHCl, meprobamate dan alprazolam.

b). Terapi somatik


Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai
sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang
berkepanjangan Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik ( fisik ) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

b. Penatalaksanaan Operatif
1) Terapi relaksasi yaitu tehnik peregangan untuk mengurangi
tanda gejala ketidaknyamanan seperti ansietas
2) Terapi musik yaitu untuk membnatu mengubah perilaku,
perasaan, dan juga fisiologi tubuh.
c. Dll (bukan penatalaksanaan keperawatan misalnya:
penatalaksanakan cairan)

B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar


a. Pengkajian
Dikutip dari SDKI edisi 1 (2016)
a) Data Subjektif
1) Pasien mengeluh pusing
2) Pasien merasa tidak berdaya
3) Pasien mengeluh sulit berkonsentrasi
b) Data Objektif
1) Pasien tampak gelisah
2) Pasien tampak tegang
3) Pasien sering berkemih
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Rasa Aman : Ansietas
c. Perencanaan
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Dikutip dari SDKI edisi 1 (2016)
1) Gangguan Rasa Aman : Ansietas
2. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Gangguan Rasa Setelah dilakukan O: 1. Mengetahui
Aman : Ansietas tindakan keperawatan 1. Identifikasi seberapa
berhubungan selama 3 x 24 jam penurunan menurunnya
dengan krisis pasien dapat : ketidak keammpuan
situasional karena 1. Meningkatnya mampuan berkonsentrasi
akan menjalani pemahaman berkonsentra pasien
vaksinasi. Ditandai terhadap si yang 2. Pemeriksaan ini
dengan : situasinya kini menganggu dilakukan untuk
DS : 2. Meningkatkan kemampuan mengetahui
1. Pasien konsentrasi kognitif perubahan
mengeluh 3. Pasien rileks 2. Periksa sebelum dan
pusing ketegangan setelah pemberian
2. Pasien merasa otot, terapi
tidak berdaya frekuensi 3. Mengetahui
3. Pasien nadi, tekanan teknik relaksasi
mengeluh sulit darah dan yang bagaimana
berkonsentrasi suhu sebelum akan siukasi
melakukan pasien agar pasien
DO :
latihan rileks.
1. Pasien tampak 3. Identifikasi 4. Menjauhi
gelisah tehnik lingkungan bising
2. Pasien tampak relaksasi untuk
tegang yang efektif kenyamanan
3. Pasien sering digunakan 5. Membuat pasien
berkemih misalnya menjauhi pikiran
dibarengi negatif tentang
dengan terapi vaksin.
musik 6. Agar nyaman saat
dengan terapi berlangsung
pilihan musik 7. Pasien nyaman
yang disukai. dan aman.
N:
4. Ciptakan
lingkungan
tenang, dan
tanpa
gangguan
5. Gunakan
suara lembut
sembari
menjelaskan
bahaya atau
resiko yang
terjadi
apabila
memiliki
keyakinan
negative.
E:
6. Anjurkan
mengambil
posisi
nyaman,
7. Anjurkan
rileks dan
merasakan
sensasi
relaksasi dan
dibarengi
dengan
latihan napas
dalam
C:

d. Pelaksanaan
Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang leih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan (Gordon, 1994). Pelaksanaan sesuai dengan
interpretasi di atas.
e. Evaluasi
a) Subjektif
1. Pasien tidak merasa pusing
2. Pasien merasa bersemangat
3. Pasien berkonsentrasi penuh dengan apa yang dikerjakan
b) Objektif
1. Tidak merasa gelisah
2. Tidak terlihat tegang
3. Lebih jarang berkemih

C. Daftar Pustaka
Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika.
Iqbal Mubarak, Indrawati, & Susanto. (2015). Gangguan Kecemasan.
Universitas Muhammadiyah.
Perry & Potter. (2006). Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep,
Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Nanda International (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi. 2015-2017. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Uma (2016). Keperawatan Jiwa. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Penerbit dewan pengurus pusat PPNI :
Jakarta Selatan
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika

D. WOC

Lansia

Aging
Proses

Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan


Fisik kognitif sosial mental

Penurunan Perubahan Menarik Perubahan


aktivitas proses pikir diri perilaku

Penurunan Kehilangan
fungsi otot, Perasaan Mudah marah, peran
pendengaran, sedih, cemas mudah fungsi
penglihatan tersinggung

MK. HARGA
MK. RESIKO MK. Perasaan
DIRI RENDAH
JATUH ANSIETAS tidak senang
SITUASIONAL

MK. GGN
POLA TIDUR

Anda mungkin juga menyukai