Anda di halaman 1dari 4

Efektifitas Terapi Sabar dalam menurunkan tingkat kecemasan

Terhadap Kematian pada pasien Lansia Diabetes Melitus Tingkat II


di Rumah Sakit X di Kota Padang

1. Latar Belakang Masalah


Goldenberg & Punthakee (2013), menyebutkan bahwa diabetes mellitus
adalah penyakit yang menyerang metabolisme individu. Diabetes pada individu
dapat memicu munculnya komplikasi penyakit lain seperti darah tinggi atau
stroke. Oleh sebab itu disabilitas yang muncul pada penderita diabetes dapat
merepresentasikan dampak kumulatif dari penyakit tersebut. Oleh sebab itu
disabilitas yang muncul pada penderita diabetes dapat merepresentasikan dampak
kumulatif dari penyakit tersebut. Berdasarkan penelitian Gregg & Caspersen
(2005), lansia yang mengalami diabetes mengalami kesulitan 2-3 kali lebih tinggi
daripada lansia sehat untuk melakukan kegiatan fisik. Dari sisi psikologis Claude,
Hadjistavropoulos & Friesen (2014) menyebutkan bahwa lansia yang menderita
diabetes cenderung mengalami kecemasan pada kesehatan mereka.
Menurut Stuart kecemasan merupakan suatu keadaan dengan perasaan
keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal. Secara umum
kecemasan adalah suatu keadaan atau reaksi emosi yang tidak menyenangkan
serta dapat mengancam dan ditandai dengan kekhawatiran, terkejut, keprihatinan,
serta rasa takut seseorang ketika berhadapan dengan pengalaman yang masa lalu
sulit untuk dilupakan, serta pengalaman yang tidak menyenangkan ini ditandai
dengan jantung berdebar-debar, bernafas lebih cepat dan berkeringat.
Poulsen, Pachana, & McDermott (2014) menemukan bahwa kecemasan
dan depresi banyak dialami oleh lansia penderita diabetes. Ketika individu
mengetahui dirinya terkena penyakit, mereka cenderung berusaha untuk
menjalankan pola hidup yang lebih sehat. Namun seiring usaha yang mereka
lakukan ini juga muncul perasaan cemas dan khawatir dalam diri mereka,
misalnya apakah makanan yang mereka konsumsi sudah tepat atau belum (Furer,
Walker & Stein, 2007). Kondisi lansia penderita diabetes yang rentan terhadap
permasalahan psikologis ini sesuai dengan keadaan yang ditemukan oleh peneliti
selama melakukan Praktek Kerja Profesi Psikologi (PKPP) pada bulan
JuliDesember 2015. Peneliti menemukan dari 10 lansia yang melakukan
konsultasi psikologi, tiga diantaranya mengalami kecemasan pada kategori tinggi;
lima lansia mengalami kecemasan pada kategori sedang; dua lansia mengalami
kecemasan pada kategori rendah ketika diukur menggunakan BAI. Sayangnya
kondisi psikologis lansia ini seringkali luput dari perhatian orang-orang yang ada
di sekitarnya. Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk menangani kecemasan
pada lansia secara umum maupun lansia dengan penyakit kronis adalah
reminiscence dan terapi sabar.
Sabar yang dijelaskan menurut KBBI adalah suatu cara untuk menahan
suatu penderitaan, merasa tenang dan tidak merasa gelisah pada suatu hal. Untuk
menumbuhkan sifat sabar diperlukan proses latihan secara konsisten dan
dilakukan secara rutin agar menjadi sebuah kebiasaan sehingga pada akhirnya
menjadi tertanam pada diri manusia. Adapun sesuai dengan fungsinya seseorang
orang yang merasa tenang, aman serta tentram dalam hatinya maka orang itu
adalah orang yang sakit rohaninya atau mentalnya.
Sebaliknya orang yang merasa tenang, aman serta tentram hatinya ketika
mendapatkan cobaan maka orang itu adalah orang yang sehat rohaninya dan sehat
mentalnya.Secara psikologis sabar adalah mekanisme pertahanan yang dinamis
untuk mengatasi ujian yang menimpa manusia sebagai hamba dan sekaligus
sebagai khalifah di muka bumi. Firman Allah dalam Qs. Ai-Baqarah ayat 155 Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.
Begitu pentingnya setiap manusia memiliki kesabaran dalam setiap situasi
dan kondisi, maka Islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar menghias diri
dengan sifat sabar, sebab kesabaran mempunyai faedah yang besar dalam
membina kekuatan jiwa, mengokohkan kepribadian, meningkatkan keistiqamahan
manusia dalam menahan penderitaan, menghadapi berbagai ujian dan problem
kehidupan, serta berbagai situasi dan kondisi yang tidak diharapkan terjadi dalam
kehidupannya (Sukino, 2018).
Kesabaran akan mendatangkan ketenangan kedalam hati dan member
kayakinan yang kuat bahwa setiap permasalahan selalu ada jalan keluarnya,
dibalik kesulitan selalu ada kemudahan, serta disetiap ujian selalu ada hikmah
yang baik yang mendatangkan kebahagiaan. Maka sabar bisa berarti tegar, berdiri
kokoh, tidak berputus asa pada saat menghadapi rintangan, ujian, cobaan serta
tetap berusaha secara maksimal mencari solusinya.
Penatalaksanaan Kecemasan bisa dilakukan dengan Farmakologi dan
Nonfarmakologi. Penatalaksanaan non farmologi dalam kecemasan bisa dilakukan
dengan cara relaksasi autogenik. Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang
bersumber dari diri sendiri berupa katakata atau kalimat pendek ataupun pikiran
yang bisa membuat pikiran tentram. Tujuan dari relaksasi autogenik ini adalah
memberikan perasaan nyaman, memberikan ketenangan (Maryam 2019). salah
satu bentuk relaksasi autogenik adalah terapi.
Terapi diartikan sebagai tahapan pengobatan atau penyembuhan. Jika
ditinjau dari ilmu psikologi Islam terapi sabar sangat direkomendasikan untuk
dilakukan baik bagi remaja muslim maupun remaja secara umum. Terapi ini
sangat mudah dan tidak membutuhkan biaya. Dijelaskan juga di dalam Al-Qur’an
bahwa sabar menjadi cara maupun sifat mulia yang harus dimiliki oleh setiap
manusia."Ya (cukup), jika kamu bersabardan bersiapsiaga, dan mereka datang
menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan
lima ribu Malaikat yang memakai tanda," (Q.S Ali 'Imran:125).
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa menerapkan terapi sabar seperti;
Pengendalian diri, Menerima Kenyataan, Istiqomah danTidak Mudah Berputus
Asa, Sikap Tenang dan Tidak Terburu-buru, serta Pengendalian Emosi. Bisa
dijadikan alternatif yang sangat cocok diimplementasikan dikalangan remaja
dalam menghadapi stres akademik pada masa pandemi seperti sekarang. Dengan
melakukan penerapan terapi ini. Pengendalian emosi yang stabil merupakan
wujud dari kesabaran yang dimiliki oleh seseorang, karena kesabaran akan
membawa seseorang lebih bijaksana dan lebih hati-hati dalam bertindak dan
berbuat.
Fungsi sabar sebagai terapi bagi lansia juga ditemukan pada terapi berbasis
sabar Pada penelitian Kim (2013), ditemukan bahwa terdapat penurunan
signifikan kecemasan yang dirasakan oleh lansia keturunan Korea-Amerika
setelah mengikuti terapi sabar. Setelah kegiatan terapi dilakukan muncul perasaan
positif ketika para lansia ini saling mendengarkan dan dipahami tanpa adanya
penilaian atau evaluasi. Peserta juga merasa berkesempatan untuk memperbarui
ide, hobi dan kesempatan untuk belajar melalui sabar.
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan bagi para penderita Diabetes
Melitus tipe II adalah adanya mental psikologis penderita yang dapat mengalami
penurunan secara dramatis. Akibatnya, penderita akan mengalami gangguan
psikologis seperti kecemasan dalam menghadapi kematian. Sehingga peneliti
menyimpukan untuk melakukan penelitian dengan judul Efektifitas Terapi Sabar
dalam menurunkan tingkat kecemasan Terhadap Kematian pada pasien Lansia
Diabetes Melitus tipe II di Rumah Sakit X di Kota Padang

2. Tujuan Penelitian
Dengan melihat permasalahan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini
adalah sebagi berikut: Untuk mengetahui bagaimana efektifitas terapi sabar
sebagai upaya menurunkan tingkat kecemasan terhadap kematian pada pasien
Lansia Diabetes Melitus tipe II di Rumah Sakit X di Kota Padang

Anda mungkin juga menyukai